TEORI-TEORI NEGARA
Dosen Pengampu : Dr. Phill Sukri, S.IP., M.Si.
Nafira Febriana
NIM : E041201024
KELAS B
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
1. Pluralist State
Kata pluralisme berasal dari kata dasar plural yang memiliki arti jamak atau dapat
dikatakan lebih dari satu. Pluralisme sendiri memiliki arti yaitu sesuatu hal yang
menggambarkan dalam jumalah yang banyak atau jamak. Pluralisme dapat mencakup
berbagai bidang seperti bidang kultural,politik,dan religius.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pluralisme merupakan keadaan masyarakat yang
majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya). Sedangkan, di dalam kamus
negara lain yaitu Kamus Besar Bahasa Inggris, definisi dari Pluralisme memiliki tiga
pengertian tersendiri yaitu :
1. Pengertian kegerejaan merupakan sebutan untuk orang yang memegang lebih dari satu
jabatan dalam struktur kegerejaan; memegang dua jabatan atau lebih secara bersamaan,
baik bersifat kegerejaan maupun non-kegerejaan.
2. Pengertian filosofis merupakan sistem pemikiran yang mengakui adanya landasan
pemikiran yang mendasar yang lebih dari satu.
3. Pengertian sosiopolitis merupakan suatu sistem yang mengakui koeksistensi
keragaman kelompok, baik yang bercorak aspek perbedaan yang sangat karakteristik
di antara kelompok-kelompok tersebut.
Pemikiran pluralisme pertama kali muncul pada abad ke-18 M dan pada saat itu pemikiran
ini ditandai dengan masa yang disebut Pencerahan (Enlightenment) Eropa, masa ini dinilai
sebagai titik permulaan bangkitnya gerakan pemikiran modern. Masa ini ditandai dengan
gagasan-gagasan baru pemikiran manusia yang berfokus pada keunggulan akal
(rasionalisme) dan pembebasan akal dari kungkungan doktrin agama. Kemudian munculah
paham liberalisme yang di dalamnya memuat gagasan tentang kebebasan, toleransi,
persamaan dan keragaman atau pluralisme. Pluralisme berakar dari paham liberalisme yang
berkembang pada abad ke-18 M di kalangan penganut agama Kristen di Eropa.
2. Capitalist State
Kapitalisme berasal dari kata kapital yang berasal dari Bahasa Latin yang memiliki arti
kepala. Istilah Kapitalisme pertama kali diperkenalkan oleh Karl Marx pada abad ke-19. Ia
berpendapat bahwa, Kapitalisme merupakan sistem ekonomi dan sosial yang cenderung ke
arah pengumpulan kekayaan oleh seseorang tanpa adanya gangguan dari kerajaan atau
negara dan berdasarkan keuntungan. Pada dasarnya, Kapitalisme merupakan sistem
perekonomian yang dijalankan oleh peran kapital atau kepala perekonomian dengan segala
jenisnya baik itu barang maupun jasa yang dipergunakan untuk menghasilkan atau
memproduksi barang yang lain. Ebenstein menyebut kapitalisme sebagai sistem sosial
yang menyeluruh dan lebih luas dari sekedar sistem perekonomian.
Kapitalisme muncul setelah runtuhnya feodalisme pada awal abad ke-16. Fase dari
Kapitalisme terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Kapitalisme Awal terjadi pada tahun 1500-1750. Pada fase ini, Kapitalisme lebih
cenderung kepada kebutuhan pokok.
2. Kapitalisme Klasik terjadi pada tahun 1750-1914. Pada fase ini, telah terjadi pergesaran
yang fokusnya di bidang perdagangan publik menjadi ke bidang industri.
3. Kapitalisme Lanjut terjadi pada tahun 1914-sekarang. Pada fase ini, telah terjadi perang
dunia I dan adanya pergesaran dominasi modal dari Eropa ke Amerika.
Negara Kapitalisme umumnya dijelaskan sebagai sistem ekonomi yang dimana kegiatan ekonomi
komersial (terutama buat meraih laba ) yang dipegang oleh negara dan sementara alat produksi
diorganisir serta diurus oleh perusahaan milik negara (termasuk proses akumulasi modal, buruh
upah, serta manajemen tersentralisasi), atau berupa penguasaan badan pemerintahan yang
terkorporisasi (badan-badan yang diorganisir sejalan dengan praktik-praktik manajemen bisnis)
atau perusahaan publik dengan saham negara.
3.Leviathan State
Istilah “Leviathan” pertama kali dikemukakan oleh Thomas Hobbes. Thomas Hobbes merupakan
filsuf besar dari Inggris. Ia menulis tentang negara sebagai Leviathan yang menceritakan sosok
mengerikan yang memiliki kekuasaan tanpa batas. Buku ‘Leviathan’ yang diterbitkan tahun 1651
sebagai kelanjutan dari karya sebelumnya ‘De Cive’ yang pada saat itu sempat menghebohkan
zamannya. Konsep Negara Menurut Thomas Hobbes yaitu negara kekuasaan seharusnya adalah
negara yang kuat yang berdasarkan kontrak sosial dan titik tolak pemikiran Hobbes tentang negara
berangkat dari manusia sebagai pusat segala persoalan sosial-politik.
Menurut Hobbes manusia tidak bisa didekati dengan pendekatan normatif religious, karena
pendekatan seperti ini semakin menjauhkan manusia dari realitas sosial. Cara terbaik mendekati
manusia menurut Hobbes adalah dengan melihat manusia sebagai sebuah “alat mekanis‟ dan
memahaminya dari pendekatan matematis-geometris. Thomas Hobbes mengemukakan bahwa
manusia bukanlah makhluk yang gemar bersosialisasi, cenderung individu dan mementingkan diri
sendiri sifat alamiah manusia yang memiliki hasrat rakus dan ingin menguasai bahkan Thomas
Hobbes mengibaratkan manusia sebagai serigala bagi manusia yang lain yaitu Homo Homini
Lupus. Berdasarkan hal tersebut,maka Thomas Hobbes mengemukakan konsepnya perihal negara
Leviathan, yaitu negara kuat yang ditakuti oleh masyarakat negaranya supaya tercipta keadaan
yang aman serta supaya manusia tidak saling memangsa ataupun menyerang satu sama lain, tapi
kuat serta ditakuti bukan berarti negara bebas melakukan kesewenang-wenangan, terdapat syarat
yang harus dipenuhi oleh negara yaitu jika warga negaranya mentaati segala peraturan maka
negara harus bisa menjamin akan keamanan dan rasa keadilan bagi warganya, tetapi jika negara
justru malah berlaku sewenang-wenang dan tidak mengindahkan aturan yang telah dibuatnya
sendiri maka negara sudah mencabut faktor yang mengakibatkan hilangnya ketaatan warga pada
negara rasa takut warga negara terhadap negara yang dimaksud Hobbes ialah ketika rakyat
melanggar aturan hukum, yaitu masyarakat takut jika melanggar aturan, sebab hukumnya begitu
tegas serta keras, dalam hal ini negara wajib tegas serta kejam bila ada warga negaranya yang tidak
mentaati aturan hukum dengan demikian negara akan menjadi kuat dan aman. Selain ditakuti oleh
warganya, negara juga harus memiliki prinsip-prinsip moral tidak sewenang-wenang.
Dalam konsep negara Leviathan ini bahwa negara merupakan pemilik kekuasaan sempurna, tanpa
kontrol. Memang terdapat koridor yang bisa dirancang, yaitu melalui aturan. namun, hukum itu
juga adalah produk penguasa, sebagai akibatnya aturan pun bisa dimanipulasi oleh negara. Lebih
repot lagi, Bila denotasi dari ‘penguasa’ ini diperluas sehingga mencakup juga penguasa
kepercayaan yang atas nama dewa lalu mampu mendikte isi hukum dan istiadat penerapan aturan
itu di lapangan. Alih-alih akan muncul negara aturan yang hadir justru negara kekuasaan.
4.Patriarchal State
Patriarki berasal dari kata patriarkat yang memiliki arti struktur yang menempatkan posisi laki-
laki sebagai penguasa tunggal, sentral, dan segala-galanya. Dalam kehidupan bermasyarakat, laki-
laki mempunyai peran sebagai kontrol utama,sementara peran perempuan banyak dibatasi
pengaruhnya, baik di dalam bidang ekonomi,sosial,politik,dan psikologi,bahkan termasuk di
dalamnya pernikahan. Patriarki biasa kita kenal sebagai bentuk kebudayaan yang membuat kaum
perempuan tidak bisa ‘bergerak bebas’ dan menunjukkan peran aktifnya sebagai bagian dari
masyarakat di ranah publik. Bahkan banyak kaum perempuan yang memiliki potensi besar dalam
memajukan bidang sosial politik yang tidak dapat mengembangkan potensi tersebut.
Dalam perkembangan perihal akademis,ada beberapa pemikir sosial yang mengemukakan
konseptual mengenai Patriarki. Max Meber, sebagaimana dikutip Walby, misalnya,
mendefinisikan Patriarki “sebagai sebuah sistem kekuasaan/pemerintahan yang mana kaum laki-
laki mengatur dan mengendalikan masyarakat melalui posisi mereka sebagai kepala rumah
tangga”. Dalam sistem tersebut dominasi dari para lekaki muda yang belum menjadi kepala
keluarga juga tidak kalah pentingnya, jika tidak lebih penting dibandingkan elemen dominasi laki-
laki terhadap perempuan melalui rumah tangga. Claudia von Werlhof juga memberikan pendapat
dengan perspektif radikal-historis menguraikan bahwa awal munculnya patriarki berasal dari
“tradisi perang” di mana eksistensi patriarki dianggap tergantung sepenuhnya pada
keberlangsungan dan kesinambungan perang yang memposisikan kaum laki-laki sebagai kelas
dominan karena kekuatan fisiknya. Walby membagi menjadi enam struktur patriarkal yang
membentuk sistem patriarki sebagai salah satu kajian alternatif terhadap relasi kuasa patriarki
dalam kehidupan sosial yaitu sebagai berikut :
Sistem sosial patriarki mengakibatkan laki-laki mempunyai hak Istimewa terhadap wanita.
penguasaan mereka tidak hanya meliputi ranah personal saja, melainkan juga dalam ranah yang
lebih luas seperti partisipasi politik, pendidikan, ekonomi, sosial, hukum serta lain-lain. pada ranah
personal, budaya patriarki artinya akar munculnya aneka macam kekerasan yang dialamatkan oleh
laki-laki kepada perempuan. Atas dasar "hak spesial" yang dimiliki laki-laki, mereka pula merasa
memiliki hak buat mengeksploitasi tubuh wanita.
REFERENSI
(Jessop, 1982)Jessop, B. (1982). The Capitalist State - Marxist Theories and Methods. In
International Journal of the Sociology of Law (Vol. 11, Issue 3).
Nursanik. (2018). Sistem Kekuasaan Negara Menurut Thomas Hobbes dan Al Mawardi (Studi
Komperatif). 34–48. http://repository.uinbanten.ac.id/3206/4/BAB III.pdf