Anda di halaman 1dari 14

Makalah Perbandingan Indonesia dengan

Inggris

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem pemerintahan suatu negara berguna bagi negara lain. Salah satu keguanaan
penting sistem pemerintahan suatu negara adalah menjadi bahan perbandingan bagi negara
lain. Jadi, negara-negara lainpun dapat mencari dan menemukan beberapa persamaan dan
perbedaan antara sistem pemerintahannya.
Tujuan selanjutnya adalah negara dapat mengembangkan suatu sistem pemerintahan
yang dianggap lebih baik dari sebelumnya setelah melakukan perbandingan tadi. Mereka bisa
pula mengadopsi sistem pemerintahan negara lain sebagai sistem pemerintahan negara yang
bersangkutan.
Sistem pemerintahan negara-negara di dunia ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi
sosial budaya dan politik yang berkembang di negara yang bersangkutan. Sebagaimana
dikemukakan sebelumnya, sistem pemerintahan presidensial dan parlementer merupakan dua
model sistem pemerintahan yang dijadikan acuan oleh banyak negara. Amerika Serikat dan
Inggris-lah yang masing-masing dianggap pelopornya. Contoh negara yang menggunakan
sistem pemerintahan presidensial antara lain ; Amerika Serikat, Filipina, Brazil, Mesir,
Indonesia dan Argentina. Sedangkan yang menganut sistem pemerintahan parlementer, antara
lain ; Inggris, India, Jepang, Malaysia dan Australia.
Meskipun sama-sama menggunakan sistem presidensial atau parlementer, terdapat
variasi yang disesuaikan dengan perkembangan ketatanegaraan negara. Misalnya, Indonesia
yang menganut sistem presidensial tidak akan benar-benar sama dengan pemerintahan
Amerika Serikat. Bahkan negara-negara tertentu memakai sistem campuran antara
presidensial dan parlementer (mixed parliamentary presidential system). Contohnya, negara
Perancis sekarang ini. Negara ini memiliki presiden sebagai kepala negara yang memiliki
kekuasaan besar, tapi juga terdapat perdana menteri yang diangkat oleh presiden untuk
menjalankan pemerintahan sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Falsafah Indonesia dan Inggris?
1.2.2 Apa Sistem Administrasi dan Sistem Pemerintahan?
1.2.3 Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Sistem Pemerintahan Inggris Dan Sistem
Pemerintahan Indonesia?
1.2.4 Apa Perbedaan Budaya indonesia Dengan Budaya Inggris?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Falsafah Indonesia dan Inggris?
1.3.2 Untuk Mengetahui Sistem Administrasi dan Sistem Pemerintahan?
1.3.3 Untuk Mengetahui Persamaan dan Perbedaan Sistem Pemerintahan Inggris Dan Sistem
Pemerintahan Indonesia?
1.3.4 Untuk Mengetahui Perbedaan Budaya indonesia Dengan Budaya Inggris?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Falsafah Indonesia dan Inggris


2.1.1 Landasan Filosofis Pancasila
Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya“philosophi” adalah
berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai “cinta
kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada kata“philos” (pilia, cinta)
dan “sophia” (kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta
kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa
juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat
berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa
menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir
disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.
Pengetahuan bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang mencintai pengetahuan
bijaksana, karena itu yang mencarinya adalah oreang yang mencintai kebenaran. Tentang
mencintai kebenaran adalah karakteristik dari setiap filosof dari dahulu sampai sekarang. Di
dalam mencari kebijaksanaan itu, filosof mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-
dalamnya (merenung). Hasil filsafat (berpikir sedalam-dalamnya) disebut filsafat atau
falsafah. Filsafat sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang
paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.
2.1.2 Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia
Sejarah Lahirnya Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara Ideologi dan dasar
negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Kelima sila itu adalah:
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusayawaratan perwakilan,
dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa Indonesia
dijajah oleh bangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di
Indonesia, misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah
adalah bangsa Belanda. Padahal sebelum kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di
wilayah negara RI terdapat kerajaan-kerajaan besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya,
Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore. Terhadap penjajahan tersebut, bangsa
Indonesia selalu melakukan perlawanan dalam bentuk perjuangan bersenjata maupun politik.
Perjuangan bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini Belanda,
sampai dengan tahun 1908 boleh dikatakan selalu mengalami kegagalan. Penjajahan Belanda
berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh
bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia. Mulai tahun
1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati
bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang
memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana
Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka
pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada
bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat
Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura)
No. 23.
Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan
mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk
dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.

2.1.3 Liberalisme sebagai Ideologi di Inggris


Liberalisme sebagai suatu ideologi pragmatis muncul pada abad pertengahan di
kalangan masyarakat Eropa. Masyarakat Eropa pada saat itu secara garis besar terbagi atas
dua, yakni kaum aristokrat dan para petani. Kaum aristokrat diperkenankan untuk memiliki
tanah, golongan feodal ini pula yang menguasai proses politik dan ekonomi, sedangkan para
petani berkedudukan sebagai penggarap tanah yang dimiliki oleh patronnya, yang harus
membayar pajak dan menyumbangkan tenaga bagi sang patron. Bahkan di beberapa tempat
di Eropa, para petani tidak diperkenankan pindah ke tempat lain yang dikehendaki tanpa
persetujuan sang patron (bangsawan). Akibatnya, mereka tidak lebih sebagai milik pribadi
sang patron. Sebaliknya, kesejahteraan para penggarap itu seharusnya ditanggung oleh sang
patron. Industri dikelola dalam bentuk gilde-gilde yang mengatur secara ketat, bagaimana
suatu barang diproduksi, berapa jumlah dan distribusinya. Kegiatan itu dimonopoli oleh
kaum aristokrat. Maksudnya, pemilikan tanah oleh kaum bangsawan, hak-hak istimewa
gereja, peranan politik raja dan kaum bangsawan, dan kekuasaan gilde-gilde dalam ekonomi
merupakan bentuk-bentuk dominasi yang melembaga atas individu. Dalam konteks
perkembangan masyarakat itu muncul industri dan perdagangan dalam skala besar, setelah
ditemukan beberapa teknologi baru. Untuk mengelola industri dan perdagangan dalam skala
besar-besaran ini jelas diperlukan buruh yang bebas dan dalam jumlah yang banyak, ruang
gerak yang leluasa, mobilitas yang tinggi dan kebebasan berkreasi. Kebutuhan-kebutuhan
baru itu terbentur pada aturan-aturan yang diberlakukan secara melembaga oleh golongan
feodal. Yang membantu golongan ekonomi baru terlepas dari kesukaran itu ialah munculnya
paham liberal.
Liberalisme tidak diciptakan oleh golongan pedagang dan industri, melainkan
diciptakan oleh golongan intelektual yang digerakkan oleh keresahan ilmiah dan artistik
umum pada zaman itu. Keresahan intelektual tersebut disambut oleh golongan pedagang dan
industri, bahkan hal itu digunakan untuk membenarkan tuntutan politik yang membatasi
kekuasaan bangsawan, gereja dan gilde-gilde. Mereka tidak bertujuan semata-mata untuk
dapat menjalankan kegiatan ekonomi secara bebas, tetapi juga mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya. Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut paham liberal adalah
yang memungkinkan individu mengembangkan kemampuan-kemampuan individu
sepenuhnya. Dalam masyarakat yang baik, semua individu harus dapat mengembangkan
pikiran dan bakat-bakatnya. Hal ini mengharuskan para individu untuk bertanggung jawab
pada segala tindakannya baik itu merupakan sesuatu untuknya atau seseorang. Seseorang
yang bertindak atas tanggung jawab sendiri dapat mengembangkan kemampuan bertindak.
Menurut asumsi liberalisme inilah, John Stuart Mill mengajukan argumen yang lebih
mendukung pemerintahan berdasarkan demokrasi liberal. Dia mengemukakan tujuan utama
politik ialah mendorong setiap anggota masyarakat untuk bertanggung jawab dan menjadi
dewasa. Hal ini hanya dapat terjadi manakalah mereka ikut serta dalam pembuatan keputusan
yang menyangkut hidup mereka. Oleh karena itu, walaupun seorang raja yang bijaksana dan
baik hati, mungkin dapat membuat putusan yang lebih baik atas nama rakyat dari pada rakyat
itu sendiri, bagaimana pun juga demokrasi jauh lebih baik karena dalam demokrasi rakyat
membuat sendiri keputusan bagi diri mereka, terlepas dari baik buruknya keputusan tersebut.
Jadi, ciri-ciri ideologi liberal sebagai berikut :
 Pertama, demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.
 Kedua, anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan
berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
 Ketiga, pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang
dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk
diri sendiri.
 Keempat, kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh
karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan
dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan dicurigai sebagai hal yang cenderung disalahgunakan,
dan karena itu, sejauh mungkin dibatasi.
 Kelima, suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian besar
individu berbahagia. Walau masyarakat secara keseluruhan berbahagia, kebahagian sebagian
besar individu belum tentu maksimal. Dengan demikian, kebaikan suatu masyarakat atau
rezim diukur dari seberapa tinggi indivivu berhasil mengembangkan kemampuan-
kemampuan dan bakat-bakatnya. Ideologi liberalisme ini dianut di Inggris dan koloni-
koloninya termasuk Amerika Serikat.

2.2 Sistem Administrasi dan Sistem Pemerintahan


2.2.1 Sistem Administrasi Indonesia
Cakupan makna administrasi negara, tidak saja bersangkutan dengan aktivitas lembaga
eksekutif saja dalam Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, namun mencakup
aktivitas seluruh lembaga negara dalam mencapai tujuan negara, yang sebagai sistem
tersebut, disebut Sistem Penyelenggaraan Negara.
Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) adalah
administrasi negara sebagai sistem yang dipraktekkan untuk mendukung penyelenggaraan
NKRI agar upaya Bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara dapat
terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna.
Aspirasi publik dalam pencerahan dan pencerdasan bangsa untuk mewujudkan “Clean
and Good Governance” sebagai bagian dan upaya membangun sistem administrasi negara
sesuai jiwa kedaulatan rakyat, merupakan hal yang perlu dikedepankan. Hal tersebut
dimaksudkan untuk membangun kinerja sistem administrasi Negara nasional. Hal ini penting
dalam mewujudkan apa yang disebut sebagai responsibility atas dasar nilai etis, asas-asas
kapatutan umum dan nilai moral dalam mengelola administrasi negara.
2.2.2 Sistem Pemerintahan
Sebagaimana dirumuskan dalam Penjelasan UUD 1945, Sistem Pemerintahan Negara
merupakan : “pedoman dasar dan kerangka mekanisme bagi penyelenggaraan Sistem
Administrasi Negara Indonesia”
a. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum
Diamandemen
Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum
Diamandemen. Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945
sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok
sistem pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
2. Sistem Konstitusional.
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
6. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia
menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan ini
dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri
dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga
kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut
dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat.
Karena itu tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden
sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan
yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan
seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang
kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti.
Konflik dan pertentangan antar pejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik
perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri
presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional
atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah konstitusional bercirikan
bahwa konstitusi negara itu berisi
1. adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif,
2. jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan atau
amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang
bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem pemerintahan yang lebih baik dari
yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat
kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah
diamandemen itulah menjadi pedoman bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini.
b. Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah Diamandemen
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum
diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen
keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945
dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem pemerintahan yang
baru. Sistem pemerintahan baru diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya
Pemilu 2004.
c. Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara terbagi
dalam beberapa provinsi.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial.
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR. DPR memiliki
kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan dibawahnya.

2.2.3 Sistem Administrasi dan Pemerintahan Inggris


Negara Inggris (United Kingdom) merupakan negara kesatuan atau unitary state yang
terdiri dari Skotlandia, Wales, Inggris, dan Irlandia Utara yang memiliki bentuk pemerintahan
monarki atau kerajaan. Inggris dikenal sebagai ibu atau pencetus sistem
pemerintahan parlementer (the mother of parliament) sebab Inggris lah yang membuat
sebuah sistem pemerintahan parlemen yang dapat diterapkan dengan baik untuk pertama kali.
Sistem ini memeberikan hak kepada masyarakat untuk memilih wakilnya melalui pemilihan
umum yang demokratis untuk dapat mengatasi persoalan sosial ekonomi kemasyarakatan
sehingga tercipta kesejahteraan rakyat.
Kostitusi di inggris tidak tertulis(konvensi) dalam bentuk teks namun tersebar dalam
bentuk pelbagai hukum, peraturan, dan konvensi. Sistem Pemerintahan Inggris
Pemerintahan Inggris dijalankan oleh Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan
dibantu para menteri. Ratu dan Raja Inggris hanyalah kepala negara yang berfungsi sebagai
simbol kenegaraan(simbol kedaulatan, keagungan dan persatuan negara).
Parlemen atau Dewan Perwakilan terdiri dari dua ruang (bikameral), yakni House of
Commons & House of Lord. House of Commons atau disebut juga Majelis Rendah adalah
badan perwakilan rakyat yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat di antara calon-calon
partai politik. House of Lord atau Mejelis Tinggi adalah perwakilan yang berisi para
bangsawan dengan berdasarkan warisan. House of Commons memiliki keuasaan yang lebih
besar daripada House of Lord. Inggris menerapkan Parliament Soverengnity, artinya
kekuasaan yang sangat besar pada diri parlemen.
Kabinet merupakan menteri-menteri yang dipimpin oleh perdana menteri. Kabinet
tersebut yang benar-benar melaksanakan roda pemerintahan. Anggota kabinet pada umumnya
berasal dari House of Commons. Perdana menteri merupakan pemimpin dari partai mayoritas
di House of Commons. Masa jabatan kabinet sangat tergantung pada kepercayaan dari House
of Commons. Parlemen memiliki kekuasaan membubarkan kabinet dengan mosi tidak
percaya.
Terdapat oposisi yang dijalankan oleh partai yang kalah dalam pemilu. Para pemimpin
oposisisi membuat semacam kabinet tandingan. Jika sewaktu-waktu kabinet runtuh, partai
oposisi dapat menggantikan penyelenggaraan pemerintahan.
Inggris menggunakan sistem dwipartai. Di Inggris berdiri 2 partai yang saling bersaing
dan memerintah. Partai tersebut adalah Partai Buruh dan Partai Konservatif. Partai yang
menang dalam pemilu dan mayoritas di parlemen merupakan partai yang memerintah,
sedangkan partai yang kalah menjadi partai oposisi.
Badan Peradilan ditentukan oleh kabinet sehingga tak ada hakim yang dipilih.
Meskipun demikian, mereka melaksanakan peradilan yang adil(bebas dan tidak memihak),
termasuk juga memutuskan sengketa antara warga dengan pemerintah.
Inggris sebagai negara kesatuan menerapkan sistem desentralisasi. Kekuasaan
pemerintah daerah berada pada Council (dewan) yang dipilih oleh rakyat di daerah. Sekarang
ini, Inggris terbagi dalam tiga daerah, yaitu England, Wales dan Greater London.
2.3 Persamaan dan Perbedaan Sistem Pemerintahan Inggris Dan Sistem Pemerintahan
Indonesia
Persamaan:
1. Lembaga legislatif kedua negara menganut sistem bikameral (dua kamar)
2. Keduanya menganut sistem multipartai
Perbedaan:
1. Inggris menganut system pemerintahan parlementer sedangkan Indonesia menganut sistem
presidensial.
2. Inggris tidak memiliki konstitusi tunggal dan tertulis, sedangkan Indonesia memiliki
Konstitusi tunggal dan tertulis dalam UUD 1945
3. Dalam pemerintahan Inggris menteri-menteri dalam kabinet bertanggung jawab kepada
parlemen sedangkan menteri dalam kabinet pada pemerintahan Indonesia bertanggung jawab
kepada eksekutif dalam hal ini presiden.
4. Pemegang kekuasaan eksekutif inggris dalam hal ini perdana menteri, dipilih oleh ratu dari
partai yang berkuasa sedangkan Presiden di Indonesia dipilh oleh rakyat melalui PEMILU
Langsung.
5. Inggris tidak memiliki lembaga perdilan tertinggi, Indonesia memiliki lembaga peradilan
tertinggi yakni Mahkamah Agung.

2.4 Perbedaan Budaya indonesia Dengan Budaya Inggris


1. Agama
Masyarakat Indonesia memeluk agama Islam, Hindu, Buddha, serta keyakinan
animisme dan dinamisme sebelum kedatangan bangsa asing. Agama baru yang dikenalkan
mereka adalah Kristen Katolik yang dibawa oleh kaum Portugis yang disebut misionaris,
serta agama Kristen Protestan oleh Belanda yang disebut zendeling.
Penyebar Kristen Katolik yang terkenal ialah, Fransiscus Xaverius. Ia seorang Portugis.
Ia menyebarkan agama Kristen Katolik dengan membawa lonceng di tangannya,
mengumpulkan warga, dan memerintah kepada pengikutnya untuk mengajarkan kepada
orang lain secara berturut-turut. Xaverius juga berhasil membaptis ribuan orang di wilayah
Maluku. Agama Kristen Katolik berkembang di Maluku, NTT, Sulawesi Utara, Pulau Siau
dan Sangir.
Golongan pembaharu Kristen memisahkan diri dari Gereja Katolik Romawi disebut
Protestan. Para penyebar agama ini deisbut zendeling. Merka adalah orang Belanda. Mereka
juga mendatangkan guru-guru Injil dan pendeta-pendeta dari Belanda, mendirikan sekolah-
sekolah, dan membiayai upaya penerjemahan Injil ke dam bahasa setempat.
Agama baru tersebut berkembang di Indonesia bagian timur. Kedua agama ini memiliki
gedung tempat ibadah yang disebut gereja. Seni bangun gereja Katolik mengikuti gaya
Romawi dan Gotik, sementara Kristen mengikuti tradisi arsitektur masyarakat setempat.

2. Adat Istiadat
Adat istiadat Inggris (barat) sangat berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia. Ciri-
ciri adat Inggris yang mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia :
a. Tata cara bergaul antar anggota masyarakat Indonesia adalah feodalisme, tapi budaya Inggris
justru bersifat bebas dan demokratis. Pergaulan wanita & pria, orang tua & muda, terbuka
dan bertanggung jawab.
b. Model berpakaian masyarakat Indonesia hanyalah kain yang dililitkan di tubuh. Masyarakat
belum mengenal pakaian pantas. Jika model berpakaian ala Inggris, adakalanya berpakaina
tebal dan kadang tipis. Pakaian Inggris lelaki berupa setelan jas yang berdasi dan bersepatu,
sedangkan untuk perempuan pakaian rok dan blus serta bersepatu.
c. Gaya perkawinan bangsa Inggris terkesan glamor, sementara masyarakat Indonesia
sederhana dan masih ada perjodohan.
d. Negeri penjajah berbentuk kerajaan dan mendukung pemberian gelar kebangsawanan.
e. Budaya Inggris yang ditularkan ialah rasionalisme, yaitu kebenaran sesungguhnya dan
berasal dari akal menusia. Dengan begitu, masyarakat Indonesia menjauhi kepercayaan
takhayul.
f. Budaya Inggris ialah sangat disiplin dan menghargai waktu, sehingga masyarakat Indonesia
bisa bekerja lebih baik.
g. Bangsa Indonesia, umumnya memiliki sifat saling kerjasama, namun budaya Inggris
menularkan sifat Individualisme, yaitu mementingkan pribadi sendiri.
3. Pendidikan
Sebelumnya, masyarakat Indonesia belum mengenal pendidikan berijazah. Namun,
Bangsa Inggris mendirikan sekolah-sekolah dan menerapkan pendidikan dualisme. Dengan
begitu, banyak kaum terpelajar dari Indonesia dan memelopori pergerakan nasional. Adanya
pembagian jenjang pendidikan (dasar,menengah, dan pendidikan tinggi).
4. Kesenian
Peninggalan kesenian dari bangsa Inggris, meliputi seni bangun, music, sastra, tari dan
rupa. Indonesia belum mengenal music keroncong, namaun setelah kedatangan Portugis,
masyarakat Indonesia sering memainkan musik keroncong. Seni Sastra mulai berdiri Komisi
Bacaan Rakyat. Seni tari cara inggris yaitu tari berpasangan pria-wanita. Seni Rupa berupa
patung di gereja-gereja.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemerintahan Inggris yang mengusung konsep monarki jelas berbeda dengan konsep
kesatuan republik yang dibawa oleh pemerintahan Indonesia. Pemerintahan Inggris dibawah
kekuasaan ratu tak bisa lepas dari konsep kekeluargaan turun temurun, sementara Indonesia
menitik beratkan kekuasaan pada rakyat melalui PEMILU yang dilaksanakan 5 tahun sekali.
Hal yang paling mencolok dari kedua negara ini adalah tentang Konstitusi yang berjalan di
negara masing-masing. Pemerintahan Inggris tidak memiliki konstitusi tertulis sedangkan
Indonesia memilikinya dalam bentuk Undang-Undang Dasar 1945.
Walau demikian kedua negara tersebut meiliki pertimbangan tersendiri. Inggris yang
memiliki ratu menganggap bahwa ratu merupakan konstitusi hidup turun temurun. Dalam
praktek ketatanegaraan di berbagai negara, seringkali konstitusi yang tertulis tidak berlaku
secara sempurna. Ini dapat terjadi baik karena pasal-pasal di dalamnya tidak lagi dijalankan,
maupun karena konstitusi yang disusun hanya merupakan perwujudan kepentingan suatu
golongan tertentu, misalnya kepentingan penguasa. Oleh karena itu, yang paling penting
bukanlah adanya. sebuah konstitusi yang tertulis, melainkan terpenuhinya nilai normatif
dalam pemberlakuan konstitusi, meskipun tidak tertulis.
Karl Lowenstein menyebutkan bahwa apabila suatu konstitusi telah resmi diterima oleh
suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi itu bukan saja berlaku dalam arti hokum (legal),
tetapi juga merupakan suatu kenyataan (realitas), maka konstitusi itu telah dilaksanakan
secara murni dan konsekuen. Dalam hal tersebut, maka konstitusi itu telah bernilai normatif.
Indonesia pun menganggap bahwa UUD 1945 memiliki sejarah penting dalam konsep
kenegaraan, selain itu UUD 1945 juga dianggap sebagai pemersatu kebangsaan. Karena
merupakan konstitusi pertama yang diciptakan untuk mengatur tatanan kenegeraan demi
kesatuan visi demi lepasnya masyarakat Indonesia dari penjajahan.
DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta:


Konstitusi Press, 2005.
Argama, Rezky, Konstitusi Kekuasaan Inggris. Jakarta; Yudhistira, 2006
Irfan Longgo, Skripsi; Perbandingan Sistem Pemerintahan Inggris dan Indonesia, Makassar,
2010
Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 2000)
David Easton, Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik. (Jakarta : PT. Bina Aksara, 1984)
Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik. (Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press, 2008)

Anda mungkin juga menyukai