Anda di halaman 1dari 14

Kekuasaan &

Imperialisme, Ideologi
Imperialisme, Ciri
Fazri Wiwit Febriyon
Khusus & Hubungan 53010200002
Irkham Arifuddin
Politik Masa Kolonial, 53010180052
Risa Nur Sikhah
Pola-Pola Gerakan Politik 53010200138

Masa Kolonial
Kekuasaan & Imperialisme
 Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut
kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut.
 Kekuasaan yang dipahami sebagai kesempatan bagi seseorang atau sekelompok
orang untuk mewujudkan kehendak mereka dalam suatu tindakan komunal
bahkan jika tersebut ditujukan untuk mengatasi perlawalan pihak lain.
 Imperialisme merujuk pada suatu sistem pemerintahan serta hubungan
ekonomi dan politik dari negara-negara kaya dan berkuasa.
 Imperialisme menonjolkan sifat-sifat keunggulan oleh suatu bangsa tersebut.
 Dasar awal dari sebuah imperialisme yaitu bertujuan untuk menyebarkan ide-
ide dan kebudayaan Barat ke seluruh belahan dunia.
Ideologi
Imperialisme

Imperialisme merupakan sebuah


ideologi yang menunjukkan dimana
sebuah negara besar bisa/mampu
memegang kendali (pemerintah) atas
daerah lain dengan tujuan supaya negara
lain bisa dipelihara atau berkembang.
Imperialisme dibagi menjadi 2, menurut
para sarjana Barat.

1.Imperialisme Kuno, negara-negara


yang berhasil menaklukan negara-
Imperialisme negara lain, atau yang memiliki suatu
imperium seperti imperium Romawi,
Turki Usmani, dan China. Tujuan dari
imperialisme kuno yaitu, selain faktor
ekonomi di dalamnya juga tercakup
agama dan kejayaan.

2.Imperialisme Modern, bermula


setelah Revolusi Industri di Inggris
sekitar tahun 1870-an.
Ciri Khusus Politik Masa Kolonial
Pada saat itu (awal abad ke-20) terjadi sebuah perkembangan ekonomi yang
pesat dan perluasan birokasi pemerintahan kolonial secara besar-besaran di
Inonesia. Adanya kaum liberal yang berkuasa di parlemen Belanda turut
menentukan kebijakannya yang dibuat oleh pemerintah Belanda terhadap negeri
jajahannya.
Sistem yang diterapkan pada saat itu adalah sistem kolonial Hindia-Belanda,
dimana kekuasaan tertinggi dipegang oleh Belanda. Sistem baru tersebut yang
dibawa oleh kaum kolonis, membawa perubahan pada struktur masyarakat.
Misalnya dalam kehidupan kerajaan, sistem kolonial tersebut sangat merugikan
bagi pembesar-pembesar yang selama ini berkuasa.
Bentuk Pemerintahan yang disusun
Belanda

1. pemerintah yang dipegang kaum pribumi yang dinamakan dengan Pangreh Praja
(PP). Pejabat yang duduk dalam PP adalah Bupati, Patih, Wedana, dan Asisten
Wedana
2. Pemerintah yang dipegang oleh orang-orang Belanda disebut dengan Binenland
Bestuur (BB), antara lain Gubernur Jendral, Residen, Asisten Residen, dan
Controleur
3. Pemerintah Zelfbestuur yaitu sebuah kerajaan yang berada di luar struktur
pemerintahan lokal.
Ciri-Ciri Politik di Indonesia

Sejak awal kemerdekaan, para pendiri negara sudah sepakat untuk merumuskan sistem
politik yang cocok digunakan di Indonesia.
a. mengakui persamaan kedudukan bagi seluruh rakyat Indonesia
b. mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
c. menjamin pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada TYME
d. mewujudkan rasa keadilan sosial
e. pengambilan keputusan musyawarah mufakat
f. mengutamkan persatuan nasional dan kekeluargaan
g. menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional
Menurut David Easton, terdapat 4 ciri-ciri
David Easton umum sebuah sistem politik.
1. adanya unit yang membentuk sistem-
sistem tersebut serta batsan dan juag
pengaruhnya,
2. terapat input dan output data,
3. adanya berbagai jenis dan tingkatan
diferensiasi alam sistem
4. adanya integerasi yang mencerminkan
tingkat efesiensinya
Hubungan Politik Masa
Kolonial
Hubungan yang terjalin antara Hindia dan
Belanda merupakan bagian dari
kedaulatannya, namun juga merupakan
bagian tersendiri yang memiliki
perundang-undangan serta mempunyai
perangkat tersendiri untuk melaksanakan
wewenang selama semua itu dibatasi oleh
hukum yang lebih tinggi dalam
memperhatikan kepentingan negara.
Politik Etis

Politik Etis atau bisa juga disebut dengan poitik balas


budi adalah salah satu dari beberapa kebijakan
pemerintah kolonial Belanda di Indonesia. Politik Etis
ini terkesan menguntungkan, namun nyatanya
kebijakan ini menuntut banyak syarat akan
kepentingan.
Pola-Pola Gerakan Politik Masa Kolonial

Efek atau dampak dari poitik etis sendiri ini memberikan kesempatan melalui
sistem edukasi, untuk sebagian kecil kaum elit di Indonesia. Yang mana untuk
memahamkan ide-ide politik Barat mengenai kemerdekaan dan demokrasi.

Diawal tahun 1908, para mahasiswa di Batavia mendirikan asosiasi Budi Utomo,
yaitu kelompok politis pribumi yang pertama. Dari peristiwa tersebut dianggap
sebagai kelahiran nasionalisme Indonesia. Dengan hal ini para kaum elit Indonesia
dan para pejabat Belanda diharapkan untuk membantu wilayah Hindia Barat untuk
mencapai kemerdekaan yang terbatas.
Pola-Pola Gerakan Politik Masa Kolonial
Kemudian berdirilah sebuah partai politik pertama yang berbasis masa yaitu
Sarekat Islam (1911). Tujuan awal dari dibentuknya organisasi ini adalah untuk
mendukung para pengusaha pribumi terhadap pengusaha Tionghoa yang
mendominasi ekonomi lokal, namun Sarekat Islam memfokuskan ats kesadaran
politik populernya dengan tendensi subversif.

Gerakan-gerakan penting lainnya yang menyebabkan terbukanya pemikiran politik


pribumi adalah dibentuknya Muhammadiyah (gerakan reformis sosio-religius) yang
didirikan tahun 1912.

Gerakan Asosiasi Sosial Demokrat Hindia, sebuah gerakan komunis yang didirikan
pada tahun 1914 dimana menyebarluaskan ide-ide Marxisme di Hindia Belanda.
Dari perepercahan internal inilah, terbentuknya PKI di tahun 1920.
Pola-Pola Gerakan Politik Masa Kolonial

Pada akhirya Belanda mengubah kebijakannya, yang awalnya mengizinkan atas


pendirian gerakan-gerakan politik lokal namun ketika ideologi Indonesia
diradikalisasikan pada tahun 1920 (bisa dilihat dalam pemberontakan-
pemberontakan komunis di Jawa Barat dan Sumatera Barat 1926 & 1927).

Rezim yang bersifat toleran berhasil digantikan dengan rezim represif yang mana
menekan semua tindakan diduga subversif. Rezim ini meradikalisasikan seluruh
garakan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
• Habibi, Muhammad, ANALISIS POLITIK DI INDONESIA, Maret 2017, DOI:
10.13140/RG.2.2.16590.66887
• Imadudin, Iim, PENDIDIKAN KOLONIAL DAN POLITIK ASOSIASI: KAJIAN ATAS MEMOAR
PANGERAN ARIA ACHMAD DJAJADININGRAT (1877-1943), Patanjala, Vol. 7 No. 3
September 2015: 543-558
• Manik, Jeanne, KEKUASAAN DAN KEPEMIMPINAN SEBAGAI PROSES SOSIAL DALAM
BERMASYARAKAT
• Purwantono, Antonius, KAJIAN ILUSTRASI BAHAN AJAR MASA KOLONIAL “WATJAN
BOTJAH”, 2017
• Supardan, Dadang, MENYINGKAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEJAK MASA KOLONIAL
HINGGA SEKARANG: Perspektif Pendidikan Kritis, Generasi Kampus, Vol. 1, No. 2 September
2008
• Malik Djamaluddin, Dedy, GLOBALISASI IMPERIALISME BUDAYA DI INDONESIA, Journal
Communication, Vol. 5, No. 2 Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai