Anda di halaman 1dari 5

Nama : Mutiara Diva Nadya Simatupang

NIM : 175231029
Prodi : Antropologi

KEBAIKAN BERSAMA

Kebaikan bersama adalah konsep yang mengacu pada kepentingan atau manfaat yang
dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya oleh individu atau kelompok
tertentu. Ini adalah ide bahwa keputusan atau tindakan yang diambil harus menguntungkan
seluruh komunitas, bukan hanya sebagian kecil dari itu.

Di Indonesia, konsep kebaikan bersama sering kali digunakan untuk menjustifikasi


kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat, seperti program
bantuan sosial atau kebijakan pendidikan yang merata. Meskipun ini mungkin berarti
beberapa kelompok harus mengorbankan sebagian keuntungan mereka, namun dianggap
sebagai langkah yang mendukung keadilan sosial dan kesejahteraan umum.

Jadi, secara umum, kebaikan bersama adalah tentang memprioritaskan kepentingan


dan manfaat masyarakat secara keseluruhan dalam pengambilan keputusan dan penyusunan
kebijakan.

Rezim Terbaik

Rezim terbaik adalah tata cara hidup, sistem pemerintahan, dan nilai-nilai yang
dianggap paling cocok untuk suatu negara atau masyarakat. Hal ini berarti bagaimana orang
hidup bersama, bagaimana pemerintah diatur, dan apa yang dianggap penting bagi kehidupan
bersama.

Contohnya, dalam pandangan Socrates, keadilan menjadi kunci dalam mencapai


rezim terbaik. Bagi Socrates, setiap orang harus melakukan tugasnya dengan baik sesuai
dengan kemampuannya. Misalnya, pekerjaan seorang petani adalah menanam tanaman
dengan baik, sementara pekerjaan seorang penguasa adalah memimpin dengan bijaksana.
Ketika semua orang melakukan bagian mereka, masyarakat menjadi harmonis.

Sementara itu, Thomas Hobbes berpendapat bahwa manusia cenderung egois dan
akan saling bertentangan jika dibiarkan sendiri. Oleh karena itu, menurutnya, suatu negara
memerlukan pemerintahan yang kuat untuk menjaga ketertiban. Contohnya, dalam
pemerintahan yang diatur oleh hukum, seperti yang terjadi dalam kebanyakan negara modern,
aturan-aturan tersebut dirancang untuk mencegah konflik dan memastikan keadilan.

John Locke berpandangan bahwa kebebasan individu penting dan harus dijaga oleh
pemerintah. Menurutnya, sebelum adanya pemerintah, manusia hidup dalam keadaan bebas
dan setara, namun untuk menjaga keamanan dan hak milik pribadi, masyarakat membentuk
pemerintah. Contohnya, jika kita bayangkan suatu desa tanpa aturan, mungkin akan timbul
konflik antarwarga dalam memperebutkan sumber daya seperti air atau lahan tanah. Namun,
dengan adanya pemerintah yang menetapkan aturan dan menjaga ketertiban, konflik dapat
dihindari. Locke juga menekankan bahwa pemerintah harus memperoleh legitimasi dari
rakyat yang diperintah. Artinya, kekuasaan pemerintah berasal dari persetujuan rakyat, entah
secara langsung maupun melalui perwakilan mereka. Namun, Locke juga menyoroti
pentingnya melindungi hak-hak minoritas dari dominasi mayoritas. Untuk itu, ia menekankan
pentingnya pemerintahan yang berdasarkan hukum dan pemisahan kekuasaan antara badan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Contohnya, di suatu negara, warga memiliki hak untuk
memilih perwakilan mereka di parlemen, yang kemudian membuat undang-undang yang
mengatur kehidupan masyarakat. Pemerintah juga tidak bisa seenaknya menaikkan pajak
tanpa persetujuan rakyat, sehingga hak-hak individu terlindungi dari penyalahgunaan
kekuasaan pemerintah.

Menurut Rousseau, kebaikan bersama atau kepentingan umum adalah hal yang paling
penting dalam suatu masyarakat. Menurutnya, sejarah manusia telah melalui tahap-tahap di
mana kekayaan dan ketimpangan sosial menghasilkan konflik. Untuk mengatasi hal ini,
Rousseau menyarankan pembentukan pemerintahan yang didasarkan pada kehendak umum
atau kepentingan bersama. Ini berarti bahwa semua individu secara sukarela menyatukan diri
dalam suatu badan politik atau negara, dan mengorbankan kepentingan pribadi mereka untuk
kepentingan bersama. Contoh dari konsep ini adalah konsep demokrasi di mana keputusan
dibuat berdasarkan suara mayoritas, dan semua orang memiliki hak yang sama dalam
menentukan nasib mereka. Sebagai contoh, dalam suatu negara demokratis, kebijakan dan
undang-undang dibuat berdasarkan diskusi dan pemungutan suara yang melibatkan seluruh
warga negara. Meskipun mungkin ada perbedaan pendapat di antara individu-individu,
keputusan yang diambil adalah yang terbaik untuk kepentingan semua orang.

Karl Marx melihat masyarakat sebagai terdiri dari berbagai kelas yang memiliki pola
hubungan yang sama terhadap sarana produksi. Baginya, nilai-nilai, gagasan, dan kebutuhan
individu lebih dipengaruhi oleh kelas sosial mereka daripada oleh individu itu sendiri.
Menurut teori dialektika-materialisme Marx, sejarah manusia merupakan pergantian dominasi
dari satu kelas ke kelas lain, yang sering kali diwarnai oleh revolusi. Contohnya, revolusi
industri di Eropa menggantikan dominasi kelas aristokrasi dengan kelas kapitalis. Namun,
Marx juga salah dalam memprediksi kehancuran kapitalisme oleh kelas pekerja, seperti yang
terjadi dalam sejarah, di mana kapitalisme tetap kuat di banyak negara. Misalnya, runtuhnya
rezim komunis di Uni Soviet dan Eropa Timur menunjukkan bahwa ideologi dan
kepemimpinan yang tepat dapat mengubah struktur sosial, seperti yang terjadi dengan
munculnya kebebasan dan demokrasi.

Indonesia memiliki pandangan tentang rezim terbaik yang tercermin dalam Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 1945) dan Pancasila. Menurut UUD 1945, rezim terbaik
diwujudkan melalui tujuan negara yang mencakup perlindungan bagi semua golongan
masyarakat, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan partisipasi dalam menciptakan ketertiban
dunia. Struktur negara yang berbentuk republik dan kesatuan, serta pembagian kekuasaan
yang diatur secara proporsional, juga menjadi bagian dari rezim terbaik Indonesia.
Operasionalisasi rezim terbaik ini tercermin dalam ketetapan MPR, seperti Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN), yang mengarah pada pembangunan yang seimbang dan
menyeluruh. Sebagai contoh, upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat
melalui program-program sosial ekonomi seperti Program Keluarga Harapan (PKH) atau
Kartu Prakerja adalah implementasi dari konsep kebaikan bersama yang tercantum dalam
UUD 1945 dan Pancasila.

Jadi, rezim terbaik adalah bagaimana suatu masyarakat diatur dan nilai-nilai apa yang
dipegang sebagai penting untuk kehidupan bersama. Hal tersebut bisa berbeda-beda
tergantung pada pandangan dan nilai-nilai masyarakatnya.

Ideologi-ideologi Dunia

Ideologi dalam ilmu sosial dibagi menjadi dua pengertian: fungsional dan struktural.
Ideologi fungsional merujuk pada serangkaian gagasan tentang kebaikan bersama atau tata
masyarakat yang dianggap paling baik, sedangkan ideologi struktural adalah sistem
pembenaran atas kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa. Contohnya, di Amerika
Serikat, keamanan nasional sering kali dikaitkan dengan peningkatan produksi senjata, yang
menguntungkan industri senjata. Ideologi fungsional juga dibagi menjadi doktriner dan
pragmatis. Doktriner seperti komunisme memiliki ajaran yang diindoktrinasikan secara ketat,
sementara ideologi pragmatis seperti liberalisme tersebar melalui berbagai aspek kehidupan
tanpa pengawasan langsung dari pemerintah. Contoh ideologi dunia termasuk liberalisme,
konservatisme, sosialisme, komunisme, dan fasisme, yang dipelajari dalam subbidang
Sejarah Pemikiran Politik.

a. Liberalisme
Liberalisme adalah sebuah ideologi yang berkembang di Eropa pada abad
pertengahan, di mana masyarakat diwarnai oleh dominasi golongan aristokrat dan
aturan yang ketat dari golongan feodal. Ideologi ini muncul sebagai respons terhadap
kebutuhan akan kebebasan individu dalam mengembangkan potensi mereka
sepenuhnya di tengah sistem yang membatasi. Liberalisme menekankan pada
kebebasan intelektual penuh, demokrasi sebagai bentuk pemerintahan yang lebih baik,
pembatasan peran pemerintah agar individu dapat mengambil tanggung jawab atas
hidup mereka sendiri, serta pencegahan penyalahgunaan kekuasaan. Contoh dari
penerapan prinsip-prinsip liberalisme termasuk sistem demokrasi liberal di negara-
negara Barat, di mana kebebasan individu, hak asasi manusia, dan keterlibatan warga
dalam pembuatan keputusan politik menjadi nilai yang dijunjung tinggi.
b. Konservatisme
Konservatisme adalah ideologi yang menentang liberalisme, dengan keyakinan bahwa
masyarakat yang terstruktur dan stabil lebih baik daripada fokus pada kepentingan
individu. Dalam konservatisme, pemerintah dianggap perlu untuk menjaga ketertiban
dan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Contoh dari paham konservatif dapat
dilihat dalam kebijakan pembangunan negara kesejahteraan yang memberikan
perlindungan sosial bagi warga yang kurang mampu. Di Amerika Serikat, paham
konservatif mendasari Partai Republik, yang cenderung mendukung ekonomi pasar
bebas, hubungan erat antara negara dan agama, serta kebijakan luar negeri yang
cenderung intervensionis. Sebaliknya, paham liberalisme cenderung lebih
memperhatikan ketimpangan sosial, mendukung campur tangan pemerintah yang
lebih besar, serta menekankan hak-hak sipil dan pemisahan negara dengan agama.
c. Sosialisme dan komunisme
Sosialisme dan komunisme merupakan reaksi terhadap ketimpangan sosial yang
dihasilkan oleh sistem kapitalisme. Sosialisme, dengan pendekatan yang lebih damai
dan demokratis, berusaha membatasi atau menghapuskan hak milik pribadi atas
sarana produksi untuk menghilangkan ketimpangan distribusi kekayaan. Contohnya
adalah negara-negara di Eropa Barat yang menerapkan sosialisme dalam beberapa
kebijakan ekonomi dan sosial. Komunisme, di sisi lain, mengadvokasi revolusi dan
pemerintahan diktator proletariat untuk mencapai perubahan. Contoh negara yang
menerapkan paham komunis adalah Uni Soviet, Republik Rakyat Cina, dan Vietnam.
Meskipun demikian, krisis di Uni Soviet dan keruntuhan rezim komunis di Eropa
Timur menunjukkan bahwa sosialisme dan komunisme tengah mengalami tantangan
serius. Hal terbaik yang bisa muncul dari krisis ini adalah munculnya sosialisme yang
lebih manusiawi, sementara kemungkinan terburuknya adalah hancurnya komunisme,
seperti yang terjadi pada Uni Soviet.
d. Fasisme
Fasisme adalah sebuah gaya politik yang menekankan pada kekuatan negara dan
kepentingan nasional yang diwakili oleh seorang pemimpin kharismatis. Ideologi ini
cenderung mengandalkan nasionalisme yang kuat dan mengutamakan kepentingan
negara di atas kepentingan individu. Dalam praktiknya, fasisme sering kali melibatkan
penggunaan propaganda, simbol-simbol patriotik, dan indoktrinasi massal untuk
memperkuat dukungan rakyat terhadap pemimpinnya. Contoh dari penerapan fasisme
termasuk rezim Hitler di Jerman Nazi, rezim Mussolini di Italia, dan pemerintahan
Franco di Spanyol pada abad ke-20. Sedangkan dewasa ini, pemikiran fasisme
cenderung muncul dalam bentuk gerakan supremasi kulit putih di Amerika Serikat
yang berusaha mempertahankan dominasi rasial.

Anda mungkin juga menyukai