Anda di halaman 1dari 3

Pasal 16

(1) Untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah penyidik berwenang


melakukan penangkapan.
(2) Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidik pembantu berwenang
melakukan penangkapan.

Tinjauan Pasal 16 KUHAP Berdasarkan Asas-Asas Peradilan

1. Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

Pasal 16 KUHAP mendukung asas ini dengan memungkinkan penangkapan untuk


kepentingan penyelidikan dan penyidikan. Hal ini dapat membantu mempercepat proses
penyelesaian perkara.

Namun, dalam pasal ini penangkapan hanya boleh dilakukan jika terdapat alasan yang
cukup dan sesuai dengan ketentuan hukum. Penangkapan yang tidak sah dapat
menghambat proses penyelesaian perkara dan menimbulkan biaya yang tidak perlu.

2. Asas Praduga Tidak Bersalah (Presumption Innocence)

Pasal 16 KUHAP tidak secara eksplisit mengatur tentang asas praduga tidak bersalah.
Namun, asas ini tetap harus dihormati dalam pelaksanaan penangkapan.

Tersangka yang ditangkap harus diperlakukan dengan hormat dan tidak boleh dianggap
bersalah sebelum adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

3. Asas Oportunitas

Pasal 16 KUHAP tidak mengatur secara langsung tentang asas oportunitas. Namun, asas
ini dapat diterapkan dalam pelaksanaan penangkapan.

Penangkapan tidak boleh dilakukan semata-mata untuk kepentingan penyelidikan atau


penyidikan, tetapi harus mempertimbangkan pula asas oportunitas, yaitu apakah
penangkapan benar-benar diperlukan untuk kepentingan umum.

4. Asas Pemeriksaan Pengadilan Terbuka untuk Umum

Pasal 16 KUHAP tidak mengatur tentang asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk
umum. Asas ini diatur dalam Pasal 31 KUHAP.

Penangkapan tidak memiliki hubungan langsung dengan pemeriksaan pengadilan. Oleh


karena itu, asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum tidak relevan dalam
peninjauan Pasal 16 KUHAP.

5. Asas Semua Orang Diperlakukan Sama di Depan Hakim


Pasal 16 KUHAP tidak mengatur secara eksplisit tentang asas semua orang diperlakukan
sama di depan hakim. Namun, asas ini tetap harus dihormati dalam pelaksanaan
penangkapan.

Semua orang, tanpa memandang status sosial, suku, agama, ras, dan golongan, harus
diperlakukan sama dalam proses hukum, termasuk dalam hal penangkapan.

6. Asas Peradilan Dilakukan oleh Hakim karena Jabatannya dan Tetap

Pasal 16 KUHAP tidak mengatur tentang asas peradilan dilakukan oleh hakim karena
jabatannya dan tetap. Asas ini diatur dalam Pasal 14 KUHAP.

Penangkapan tidak memiliki hubungan langsung dengan peradilan. Oleh karena itu, asas
peradilan dilakukan oleh hakim karena jabatannya dan tetap tidak relevan dalam peninjauan
Pasal 16 KUHAP.

7. Asas Tersangka atau Terdakwa Berhak Mendapat Bantuan Hukum

Pasal 16 KUHAP tidak mengatur secara eksplisit tentang hak tersangka atau terdakwa
untuk mendapatkan bantuan hukum. Namun, hak ini diatur dalam Pasal 51 KUHAP.

Tersangka yang ditangkap berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat penangkapan.
Hal ini penting untuk memastikan bahwa tersangka mendapatkan haknya dan proses hukum
berjalan dengan adil.

8. Asas Akusator dan Inkisitor

Pasal 16 KUHAP mendukung asas akuisator dengan memberikan kewenangan kepada


penyelidik dan penyidik untuk melakukan penangkapan.

Namun, dalam pasal ini penangkapan hanya boleh dilakukan jika terdapat alasan yang
cukup dan sesuai dengan ketentuan hukum. Penangkapan yang tidak sah dapat mengarah
pada penerapan asas inquisitor, di mana penyidik memiliki kewenangan yang terlalu besar
dalam proses penyidikan.

9. Asas Pemeriksaan Hakim yang Langsung dan Lisan

Pasal 16 KUHAP tidak mengatur tentang asas pemeriksaan hakim yang langsung dan lisan.
Asas ini diatur dalam Pasal 121 KUHAP.

Penangkapan tidak memiliki hubungan langsung dengan pemeriksaan di hadapan hakim.


Oleh karena itu, asas pemeriksaan hakim yang langsung dan lisan tidak relevan dalam
peninjauan Pasal 16 KUHAP.

Kesimpulan

Pasal 16 KUHAP memiliki implikasi terhadap berbagai asas hukum acara pidana. Secara
umum, pasal ini mendukung asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan, serta asas
akuisator.

Namun, dalam pasal ini pelaksanaan penangkapan harus tetap memperhatikan asas
praduga tidak bersalah, asas oportunitas, asas semua orang diperlakukan sama di depan
hakim, dan hak tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan bantuan hukum.
Referensi

 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)


 Moertono, S. (2007). Asas-Asas Hukum Acara Pidana. Bandung: PT Alumni.
 Suparman, S. (2012). Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai