Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS NARATIF PADA FILM “LIFT”

Teori Analisis Naratif

Secara etimologis, narrative berasal dari bahasa latin "narrare", yang berarti
memberikan berbagai deskripsi tentang sebuah peristiwa. Menurut William F. Woo, "Just
write what happened: imposing a narrative structure doesn't always work" (Santana, 2005),
ini berarti menyampaikan apa yang terjadi. Narasi adalah jenis wacana yang berusaha
menjelaskan suatu peristiwa dengan singkat kepada pembaca. Di mana, bagaimana berbagai
hal bisa terjadi, kapan, dan seberapa cepat hal-hal tersebut terjadi, didefinisikan oleh narasi
(Burton, 2006).
Secara umum, analisis naratif memerlukan pemahaman tentang struktur objek
kultural. Menaruh perhatian pada narasi berarti bahwa kita tidak "terseret" oleh cerita tetapi
tetap memiliki keyakinan yang kuat terhadapnya. Untuk menganalisis dan menyelidiki cerita,
kita menginterupsinya. Kisah yang baik selalu menyembunyikan prosesnya, jadi teks tidak
boleh membuat kita lupa bahwa itu adalah cerita. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang konstruksi sebuah cerita, analisis memerlukan penerapan jarak kritis (Stokes,
2007).
Tampilan cerita dan alur cerita atau plot adalah dua komponen penting dalam analisis
naratif. Cerita, menurut Nick Lacey (Eriyanto, 2014), merupakan bagian keseluruhan dari
peristiwa yang disampaikan oleh media secara runtut secara kronologis. Plot, atau alur cerita,
merupakan bagian inti dari keseluruhan peristiwa, dan tidak runtut seperti cerita. Salah satu
struktur film adalah narasi, yang memiliki serangkaian peristiwa yang saling berhubungan
yang membentuk konflik.
Menurut Eriyanto (2014), struktur narasi Lacey terdiri dari lima tahapan: kondisi awal
atau keseimbangan, gangguan terjadi, kesadaran akan gangguan, upaya untuk
memperbaikinya, dan pemulihan kondisi. Teori ini didasarkan pada teori struktur narasi yang
digagaskan oleh Tzevan Todorov. Teori Lacey dimodifikasi dengan menambahkan tahapan,
yaitu bagian kesadaran tentang terjadinya gangguan dan upaya untuk memperbaikinya.
Kondisi awal adalah bagian pertama dari film yang menggambarkan suasana atau jalan cerita
dengan suasana yang tenang dan tenang. Tokoh utama digambarkan di sini.
Vladimir Propp mengakui fakta bahwa setiap cerita pada dasarnya terdiri dari
konstruksi. Konstruksi terdiri dari motif yang terdiri dari tiga unsur: pelaku, perbuatan, dan
penderita. Dia melihat bahwa unsur-unsur ini dapat dibagi menjadi dua bagian: unsur yang
tetap dan unsur yang berubah. Unsur yang tetap adalah perbuatan, sedangkan unsur-unsur
yang berubah adalah pelaku dan penderita.Saussure's strukturalisme dalam ilmu bahasa
(linguistik) memberikan dasar bagi teori Propp.Dalam cerita, ada karakter, yaitu karakter
yang memiliki karakteristik atau tingkah laku tertentu. Semua karakter memiliki peran yang
berbeda dalam cerita, sehingga cerita menjadi konsisten. Narasi tidak hanya menampilkan isi
tetapi juga karakter. Adanya karakter akan memudahkan pembuat cerita untuk
mengungkapkan gagasannya.Propp tidak tertarik dengan alasan psikologis yang mendorong
setiap karakter. Ia lebih menganggap karakter itu berperan dalam cerita (Berger, 2003).
Karakter masing-masing melakukan peran tertentu dalam cerita, yang membuat cerita tetap
utuh. Di sini, Propp mendefinisikan fungsi sebagai tindakan karakter, yang dianggap sebagai
bagian dari tindakannya dalam teks dari perspektif signifikansinya. Pertama, apa yang
dilakukan karakter dalam cerita. Bagaimana masing-masing tindakan menghasilkan makna
yang dimaksudkan untuk disampaikan oleh penulis cerita. Kedua, sebagai hasil dari tindakan
yang terjadi dalam cerita. Aktor atau karakter akan mempengaruhi karakter lain dalam cerita.

Deskripsi Film “Lift”

"Lift" adalah film komedi perampokan Amerika tahun 2024 yang disutradarai oleh F.
Gary Gray dan ditulis oleh Daniel Kunka. Film ini dibintangi oleh Kevin Hart (yang juga
menjadi produser), Gugu Mbatha-Raw, Vincent D'Onofrio, Úrsula Corberó, Billy Magnussen,
Jacob Batalon, Jean Reno, dan Sam Worthington. "Lift" dirilis di Netflix pada tanggal 12
Januari 2024.

Film ini bercerita tentang seorang pencuri internasional terkenal bernama Cyrus yang
memimpin sebuah tim perampok untuk melakukan dua pencurian sekaligus: mencuri lukisan
Van Gogh di London dan menyimulasikan penculikan palsu seniman NFT terkenal bernama
N8 di Venesia. Namun, setelah satu pencurian berhasil, mereka terlibat dalam konspirasi yang
lebih besar ketika agen Interpol Abby Gladwell menangkap salah satu anggota tim mereka
dan memaksa mereka untuk membantu menangkap seorang miliarder yang berniat
memanfaatkan kelompok peretas untuk menyebabkan banjir besar di Eropa demi keuntungan
finansial. Dalam prosesnya, mereka terlibat dalam aksi pencurian emas di pesawat
penumpang yang mengarah pada pertarungan mematikan dan konfrontasi dengan penjahat
yang lebih besar. Akhirnya, mereka berhasil mengungkapkan kejahatan Jorgenson, merebut
kembali emas yang dicuri, dan Cyrus dan Abby memulai kembali hubungan mereka.

Analisis Naratif Film “Lift”

Analisis naratif pada film "Lift" berdasarkan teori narasi seperti yang dijelaskan di atas
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan struktur plot, karakter, dan fungsi-fungsi naratif
yang terkandung dalam cerita tersebut.

1. Struktur Plot
Plot film "Lift" mengikuti pola naratif yang kompleks, dimulai dari kondisi awal yang
menggambarkan kehidupan para karakter sebelum terlibat dalam peristiwa utama,
yaitu pencurian emas batangan. Gangguan dalam plot muncul ketika Denton
tertangkap oleh Interpol, yang kemudian membawa para pencuri ke dalam situasi
konflik dengan Lars Jorgenson. Plot kemudian berkembang menjadi upaya pencurian
emas di pesawat, diikuti dengan berbagai peristiwa aksi dan konflik yang memuncak
dengan penangkapan para pencuri oleh Jorgenson dan akhirnya penyelamatan mereka
oleh polisi. Akhirnya, plot menyelesaikan lingkaran dengan mengungkapkan bahwa
para pencuri berhasil mencuri emas dan menipu Jorgenson.
2. Karakter
Setiap karakter dalam film ini memiliki peran yang jelas dalam pengembangan plot.
Cyrus sebagai pemimpin tim, Abby sebagai agen Interpol yang memiliki hubungan
masa lalu dengan Cyrus, dan anggota tim lainnya seperti Denton, Camila, Mi-Sun,
Magnus, dan Luke, semuanya berkontribusi dalam mencapai tujuan mereka.
Meskipun ada beberapa aspek stereotipikal dalam karakterisasi, seperti pemimpin
yang karismatik dan mantan pasangan yang bekerja sama, namun karakter-karakter ini
masih mampu menggerakkan plot maju.
3. Fungsi-fungsi Naratif
Dalam konteks teori Propp, para pencuri dapat diidentifikasi dengan berbagai fungsi
naratif yang dijelaskan. Misalnya, Cyrus sebagai pahlawan yang memimpin
kelompok, Abby sebagai penantang atau musuh awal yang kemudian bersekutu
dengan pahlawan, dan Jorgenson sebagai penjahat yang harus dikalahkan. Fungsi-
fungsi ini memberikan dasar untuk pengembangan plot dan interaksi antara karakter.

Kesimpulan

Dalam analisis naratif film "Lift", terlihat bahwa film tersebut mengikuti struktur plot
yang kompleks, melibatkan konflik-konflik yang memuncak dan resolusi yang memuaskan.
Karakter-karakternya juga memiliki peran yang jelas dalam pengembangan cerita, meskipun
beberapa di antaranya cenderung mengikuti pola stereotipikal. Dengan menerapkan teori
naratif seperti yang dijelaskan oleh Woo, Lacey, dan Propp, kita dapat memahami bagaimana
plot, karakter, dan fungsi-fungsi naratif bekerja sama untuk menciptakan sebuah narasi yang
menarik. Secara keseluruhan, "Lift" berhasil menyampaikan cerita perampokan yang
menegangkan dengan elemen-elemen naratif yang kuat, membuatnya menjadi film yang
layak untuk dinikmati.

Referensi

Berger, A. A. (2003). Media and Society: A Critical Perspective. Boulder: Rowman and
Littlefield Publishers.

Burton, G. (2006). Yang Tersembunyi di Balik Media; Pengantar Kepada Kajian Media.
Yogyakarta: Jalasutra.

Eriyanto (2014) Analisis Naratif : Dasar-Dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media. Jakarta: prenada media.

Santana, S. (2005). Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan obor Indonesia.


Stokes, J. (2007). How to media and cultural studies: panduan untuk melaksanakan
penelitian dalam kajian media dan budaya. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai