PENDAHULUAN
Sastra merupakan suatu unsur yang tak terlepaskan dari sejarah manusia.
Menurut Sumardjo & Saini (1978), sastra merupakan suatu karya dan kegiatan
seni yang memiliki kaitan erat dengan ekspresi dan kreasi, sementara karya sastra
sendiri adalah karya yang memiliki cerminan pikiran manusia yang diungkapkan
Salah satu jenis karya sastra yang sering masyarakat nikmati adalah film.
Film merupakan suatu jenis karya sastra berupa media audiovisual. Film masuk ke
dalam jenis karya sastra karena segala jenis presentasi yang dihadirkan dalam film
dapat dijabarkan melalui kerangka tekstual. Hal ini sama dengan karya sastra yang
Sama halnya dengan karya sastra, film juga memiliki tokoh sebagai
penggerak utama film dan penyampai cerita. Pada dasarnya, tokoh tidak hanya
terdiri atas tokoh protagonis dan antagonis, tetapi ada banyak tokoh yang
memiliki berbagai karakter. Salah satu cara untuk memahami karakter dalam
suatu tokoh film adalah dengan analisis “Arketipe Karakter” yang pertama kali
kuno yang banyak digunakan dalam teater, salah satunya untuk mengetahui emosi
pikiran, emosi, dan aksi yang dilakukannya (Feist-Feist, 2009, hal. 104-105).
Arketipe yang dipaparkan oleh Carl Jung terdiri atas Persona, Shadow, Anima,
Animus, Great Mother, Herp, The Wise Old Man, dan Self (Feist-Feist, 2009, hal.
105).
kolektif adalah La Haine (1995) karya Mathieu Kassovitz. Film ini merupakan
karya ternama dari Prancis dengan gaya film hitam-putih, drama, dan kriminal.
Mengisahkan tentang tiga sekawan yang hidup di area sub-urban Paris dan banyak
dihuni oleh imigran. Judul “La Haine” sendiri muncul dari dialog yang diutarakan
oleh salah satu tokoh di dalam film ini, yakni Hubert, yang mengatakan “La haine
Taghmaoui), dan Hubert (Hubert Koundé) yang memiliki ambisi untuk balas
memuncak setelah tiga sekawan itu menemukan pistol yang telah dibuang oleh
polisi.
Dari tiga sekawan di film La Haine (1995), Vinz merupakan salah satu
tokoh dengan peranan yang mencolok. Vinz yang memiliki nama lengkap Vincent
Cassel merupakan seorang pemuda Yahudi dengan emosi yang mudah tersulut
dan melakukan suatu hal tanpa berpikir panjang akan rencananya. Ia juga acapkali
meniru tokoh Travis Bickle dari film Taxi Driver. Vinz memiliki kebencian yang
2
mendalam terhadap para polisi. Oleh karena itu, Vinz adalah orang pertama yang
mengancam akan membunuh “para babi”1 jika terjadi hal buruk pada Abdel.
Walaupun memiliki karakter yang kejam dan pemberani, tetapi saat diberi
kesempatan untuk membunuh para Neo-Nazi, Vinz tetap tidak bisa melakukan hal
tersebut.
menganalisis Vinz sebagai salah satu dari 3 tokoh protagonis di film ini. Hal ini
dibandingkan dua temannya, Saïd dan Hubert. Pada dasarnya, manusia memiliki 2
sifat utama yang saling berlawanan, yakni sifat baik dan sifat buruk. Pada saat
sifat buruk mendominasi, maka hal tersebut akan membuat seseorang menjadi
kuat sekaligus berbahaya di saat yang bersamaan. Namun, jika sosok tersebut
dapat mengontrol emosinya, maka hal buruk atas sifat buruknya akan dapat
dihindari. Hal yang sama juga muncul dalam tokoh Vinz. Di beberapa menit
pertama, tokoh Vinz ditunjukkan sebagai sosok yang bengis dan bertindak tanpa
yang tidak mampu untuk membunuh para kaum Neo-Nazi (skinhead) karena
karakter yang dimiliki oleh Vinz. Arketipe digunakan oleh Carl Jung salah
satunya untuk menganalisis sisi emosi atau karakter manusia yang ada di dalam
karya psikologi literasi. Seperti yang telah dipaparkan di atas, Vinz memiliki dua
sisi yang saling berlawanan. Mengacu pada karakter Vinz, dalam Arketipe, hal ini
berhubungan dengan adanya persona dan shadow. Dalam film La Haine, Vinz
ditunjukkan sebagai sosok yang kejam dan bertindak tanpa berpikir, memiliki
dendam yang besar kepada para polisi, sekaligus memiliki rasa setia berteman
kepada Abdel, Saïd, dan Hubert. Dibesarkan dari keluarga yang miskin dan
minoritas, yakni Yahudi, Vinz melihat sosok polisi dan pemerintah menjadi
musuh utama di dalam hidupnya. Mengutip dari Feist-Feist (2009, hal. 112),
persona dan shadow selalu muncul di dalam diri manusia. Apabila seseorang
tidak dapat mengontrol shadow, maka sosok tersebut akan kesulitan mengontrol
emosi yang dimiliki dan dapat memunculkan hal-hal yang berbahaya. Sama
halnya dengan bagaimana di awal film, ditunjukkan jika Vinz dapat menjadi
ancaman utama bagi Saïd dan Hubert akibat kebenciannya yang tidak terkontrol
kepada para polisi di Paris. Hasil akhir yang diharapkan dari analisis Arketipe
Persona dan Shadow tokoh Vinz adalah untuk menunjukkan apakah tokoh Vinz
Mengetahui persona dan shadow yang dimiliki oleh tokoh Vinz sekaligus
atau teori yang sama, yakni pendekatan psikologi sastra dengan teori
Persona dan Shadow milik Carl Jung, sekaligus membuktikan apakah self-
Shadow: Kata shadow digunakan Jung untuk menunjukkan sisi yang gelap atau
sisi yang jahat dalam diri kita. Selain itu, Fresbach (dalam Sebatu, 1994: 9)
manusia. Shadow berhubungan dengan taraf tak sadar dan justru erat kaitannya
Persona: Menurut teori Arketipe Jung, persona adalah sisi kepribadian manusia
yang secara sadar ditunjukkan kepada dunia. Istilah ini berasal dari bahasa Latin
Proses pembentukan self atau bentuk jiwa yang utuh, ideal, dan terkontrol melalui
pembentukan ideal-ideal. Hal ini dilakukan oleh individu yang menyadari potensi-
potensi dalam dirinya, lalu mengintegrasikannya menjadi pribadi yang utuh (Jung
dalam Feist-Feist).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
satu alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak umum dengan
media cerita. Sekaligus, film dapat menampilkan segala mode presentasi sesuai
dengan fitur-fitur yang dimiliki oleh teks sastra dan dapat dijelaskan secara
kerangka tekstual. Dengan kata lain, film merupakan salah satu jenis karya sastra
yang mampu menyampaikan pesan kepada khalayak umum sebagai salah satu
Sama halnya dengan karya sastra lainnya, film juga memiliki unsur
melengkapi. Salah satunya adalah unsur naratif yang memiliki banyak kemiripan
dengan unsur pembangun karya sastra. Adapun bagian dari unsur naratif adalah
sebagai berikut:
1) Waktu
dalam film. Tiga faktor utama dalam waktu yang dapat menjadikan film
satu kesatuan yang utuh adalah urutan waktu, durasi, dan frekuensi. Urutan
7
2) Ruang
Setiap film memiliki latar, baik nyata, maupun fiksi ilmiah. Hal ini disebut
sebagai ruang yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk pelaku cerita
berkreativitas.
3) Pelaku Cerita
utama dan pendukung. Pemeran atau tokoh utama akan menjadi sosok
4) Konflik
Konflik dapat berupa sebuah masalah yang telah terjadi sejak awal cerita
dimulai atau yang terjadi karena suatu hal yang dilakukan oleh tokoh
utama. Konflik dapat berupa suatu rintangan yang harus dilalui oleh tokoh
5) Tujuan
8
Tujuan dapat berupa suatu hal yang nyata (fisik) maupun tidak nyata (non-
fisik atau abstrak). Tujuan dimiliki baik oleh tokoh utama maupun tokoh
pendukung.
Tanpa kita sadari, segala ide dari suatu karya sastra merupakan sebuah
representasi atau manifestasi dari hal nyata yang terjadi dalam kehidupan
manusia, seperti karya sastra yang memiliki unsur naratif berupa ruang untuk
individu (tokoh utama) bertindak, rintangan atau konflik, hingga tujuan yang
hendak dicapai tokoh utama. Dengan kata lain, walaupun sastra dan psikologi
secara sekilas terlihat sebagai dua disiplin ilmu yang berbeda, tetapi ada banyak
unsur kesamaan yang menjadikan sastra sebagai salah satu media penelitian yang
maupun lisan yang mengandung berbagai unsur seperti unsur artistik, orisinil,
merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji tentang tingkah laku manusia
(Atkinson, 1996:7). Kendati memiliki dua pemahaman yang berbeda, tetapi baik
karya sastra dan psikologi masing memiliki kaitan yang erat. Salah satunya adalah
hubungan fungsional karya sastra yang mengkaji kondisi kejiwaan yang bersifat
bersifat nyata. Hal ini kemudian memunculkan istilah psikologi sastra, yakni
sastra juga terdapat beberapa teori pendekatan untuk menganalisis suatu kondisi
atau gejala kejiwaan dalam karya sastra. Salah satu teori pendekatan yang dapat
menunjukkan kondisi kejiwaan individu dalam karya sastra adalah teori psikologi
analitik oleh Carl Gustav Jung. Psikologi analitik oleh Carl Gustav Jung pada
dasarnya menekankan pada the self atau keutuhan diri dalam suatu individu.
1925, Jung membagi kesatuan kepribadian atau psike ke dalam tiga bagian
unconscious.
kesadaran merupakan keseluruhan hal yang diindrai oleh ego. Dalam hal
ini, ego merupakan hal yang menjadi pusat kesadaran, tetapi bukan inti
10
individu lupakan, dapat dirasakan dan ditekan tanpa disadari. Hal ini
oleh setiap individu karena diwariskan oleh leluhur (Jung dalam Feist-
Feist 2009:104). Hal yang diwariskan oleh leluhur ini menurut Jung
generasi individu itu sendiri. Dengan adanya memori dari leluhur yang
11
ketika dirasakan oleh individu dan hadir dalam bentuk emosi dan gambar.
Jung dalam Feist-Feist (2009, hal. 105) menyatakan bahwa manusia hadir
di dunia dengan respon terhadap suatu aksi dan reaksi dalam pengalaman
hidupnya. Dengan kata lain, manusia memiliki tanggung jawab untuk beradaptasi
dengan segala hal yang berhubungan dengan situasi yang tengah dihadapi.
manusia dan segala kebiasaannya mencetuskan sebuah ide yang berupa karakter
arketipe dari teori arketipe. Karakter arketipe merupakan suatu gambaran kuno
dari manusia untuk mengetahui emosi yang hadir dari ketidaksadaran kolektif.
Dengan karakter arketipe, suatu individu akan mampu untuk mempelajari tentang
tegasnya, arketipe tidak dapat hadir secara nyata dalam kehidupan manusia.
Tetapi, arketipe dapat hadir sebagai suatu fantasi, halusinasi, sekaligus perubahan
proses untuk menjadi individu yang utuh (whole person), sehingga merupakan
suatu proses yang sangat sulit dan jarang dicapai oleh manusia. Hal ini karena
menyadari shadow, persona, dan anima atau animus. Dengan kata lain, individu
yang berhasil mencapai tingkat self-realization tidak didominasi oleh proses atau
sekitarnya sekaligus dengan dunianya sendiri (diri sendiri atau inner world)
penjelasannya.
1) Persona
2 Pusat dari kesadaran yang terdiri atas kesadaran individu akan keberadaan identitas pribadi yang
berkelanjutan. Merupakan pengatur pikiran dan intuisi, perasaan, dan memiliki akses ke ingatan
yang tidak ditekan oleh individu (Jung, C.G. 1921 Psychological Types Collected Works Vol. 6)
13
2) Shadow
kepribadian buruk atau kualitas individu yang tidak ingin mereka akui
sekaligus tunjukkan di hadapan publik. Selain itu, shadow juga terdiri atas
sisi kreatif, emosi, kasih sayang, intuisi, dan naluri dalam diri individu
rasional.
The great mother merupakan perkembangan dari animus yang hadir dalam
arketipe the great mother di dalam dirinya. Menurut Jung, The great
mother menggambarkan dua sisi yang saling berlawanan, yaitu the great
The wise old man merupakan perkembangan dari anima yang hadir dalam
diri laki-laki. Sosok the wise old man digambarkan sebagai seorang laki-
laki tua yang bijaksana dengan pengetahuan dari masa lampau dan masa
depan. Dengan demikian, arketipe the wise old man memiliki peran untuk
tengah menghadapi suatu rintangan di dalam hidupnya. The wise old man
muncul dalam diri individu melalui mimpi, yakni adanya sosok ayah,
kakek, filsuf, pendeta, atau dokter di dalam mimpi manusia yang akan
6) Hero
15
suatu metafora untuk potensi unik dan perasaan sejati yang dimiliki oleh
seorang individu.
7) Self
kata lain, self memiliki tiga unsur utama, yakni totalitas, keteraturan, dan
Pada bagian ini, penulis akan membahas terkait penelitian terdahulu yang
memiliki kesamaan objek formal ataupun objek material dengan penelitian ini.
2018 yang berjudul “Roderick’s Persona and Shadow Represented in Edgar Allan
Poe’s “The Fall of The House of Usher” Based on Carl Jung’s Archetypes
persona dari karakter arketipe Carl Jung serta capaian self-realization dari tokoh
Roderick.
kehidupannya. Penelitian yang berfokus pada arketipe persona dan shadow milik
Roderick menunjukan persona dalam pemahaman yang umum, yaitu adanya hal
unik dari penampilan wajah Roderick. Tokoh Roderick yang dikatakan memiliki
muncul dalam setiap hal yang ia lakukan. Hal ini dapat diketahui dari bagaimana
Penyakit yang dimiliki oleh Roderick juga membuatnya semakin depresi sehingga
ia menjadi sosok yang melankolis. Selain itu, arketipe shadow milik Roderick
juga muncul dalam rasa takut dan fantasinya, yaitu adanya rasa takut akan risiko
17
yang dimiliki Roderick lebih dominan daripada arketipe persona miliknya. Salah
satunya, terlihat dari bagaimana Roderick mengubur Madeline di dalam peti mati
secara sempurna karena arketipe shadow yang lebih dominan daripada persona.
Bahasa dan Sastra Prancis, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya tahun
2021 yang berjudul “Sikap Otoriter Oknum Polisi dalam Film La Haine karya
dari kepribadian otoriter pada oknum polisi dalam film La Haine (1995). Adapun
teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria dari tes F-Scale yang
kekuasaan dan ketangguhan. Selain itu, prasangka buruk kerap kali ditunjukkan
juga memiliki angka pengangguran dan tingkat kejahatan yang tinggi. Maka dari
itu, oknum polisi merasa lebih bebas untuk melakukan kekerasan berlebih
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam menganalisis persona dan shadow dari karakter Vinz dalam film
penelitian secara kualitatif deskriptif yang menekankan pada analisis karya sastra.
maupun keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan secara
Sumber data dalam penulisan merupakan subjek dari data yang akan
didapat, sementara itu data penulisan merupakan objek atau variabel penulisan
(Arikunto, 2006, hal. 129). Dalam sumber data dibagi menjadi dua, yaitu data
utama dan data pendukung. Data utama merupakan data yang diperoleh langsung
dari objek penelitian. Adapun sumber data utama dalam penelitian ini berupa
penggalan dialog dan cuplikan adegan pada film La Haine. Film La Haine
disutradarai oleh Mathieu Kassovitz dan ditayangkan pada tahun 1995 dengan
durasi 98 menit atau 1 jam 38 menit. Sementara itu, data pendukung adalah data
yang berasal dari hasil penelitian orang lain, seperti buku, jurnal, artikel,
dokumen, dan lain-lain. Adapun data pendukung dalam penelitian ini berupa
20
jurnal, artikel, buku, dan ulasan yang berkaitan dengan film La Haine (1995) serta
yaitu:
1. Observasi
Teknik ini merupakan tahap awal dari proses pengumpulan data yang
mengamati setiap tindakan dari tokoh Vinz. Selain itu, penulis juga
melalui narasi dan visual film. Hasil observasi ini kemudian akan
2. Transkrip Dialog
Teknik ini dilakukan dengan mencatat dialog atau percakapan yang terjadi
monolog, dan dialog tokoh Vinz untuk menganalisis pilihan kata yang
3. Dokumentasi Adegan
Dalam teknik analisis data, ada 3 tahapan yang penulis lalui, yakni:
Teknik ini merupakan tahapan awal dalam menganalisis data yang telah
analisis atas tutur kata (penggalan dialog) dan perilaku (cuplikan adegan)
dengan teori arketipe milik Carl Gustav Jung untuk mengetahui sisi
Setelah mengetahui persona dan shadow yang dimiliki oleh tokoh Vinz,
analisis persona dan shadow dari tokoh Vinz sehingga dapat diketahui
3) Kesimpulan
Terakhir, setelah dua proses analisis di atas dilakukan, maka penulis akan
Carl Jung dalam diri tokoh Vinz dari film La Haine (1995). Dengan
DAFTAR PUSTAKA
Feist, J. & Feist, G.J. (2009). Theories of Personality 7th Edition. New
York : McGraw-Hill.
Edgar Allan Poe’s “The Fall of The House of Usher” Based on Carl
Bleu Est Une Couleur Chaude: Kajian Psikologi Analitik Carl Gustav
Jung.