Anda di halaman 1dari 4

DRAMA BERDASARKAN ALIRAN

1. Aliran Klasik
Dapat kita sebut sebagai aliran pertama yang berkembang ketika naskah drama
mulai dituliskan. Ada sejarah yang begitu panjang saat drama yang dulunya
mengandalkan improvisasi sampai kemudian ditulis berdasarkan aturan. Dalam aliran ini
pun kita dapat mengenal beberapa tokoh seperti Pierre Corneills, Jean Raccine, dan Joost
van de Vondel yang memiliki andil dalam perkembangan aliran ini. Ciri-ciri aliran ini
pun dapat kita lihat dari.
a. Tunduk terhadap hukum trilogi Aristoteles (tempat,waktu, dan gerak)
b. Acting yang bergaya deklamasi
c. Drama lirik yang banyak ditulis
d. Irama permainan yang lamban
e. Banyak diselingi monolog dan statis
f. Bergaya Yunani dan Romawi
2. Aliran Romantik
Seiring berkembangnya waktu maka muncul lagi aliran yang berbeda dengan
aliran klasik yaitu aliran Romantik. Aliran ini mulai muncul pada abad ke 18 dan
berkembang pesat pada abad ke 19. Nama nama yang muncul saat aliran ini berkembang
adalah Victor Hugp, Alfred de Mussed, dan Cristian Dietriech. Penganut aliran ini tidak
lagi mematuhi trilogi Aristoteles dan gaya berceritanya pun dapat kita lihat memiliki ciri
sebagai berikut.
a. Bersifat fantastis
b. Aspek visual yang sangat ditonjolkan seperti kostum dan sebaginya
c. Acting yang bersifat bombastis
d. Biasanya bertema pembunuhan dengan lakon yang sentimental
e. Bersifat bebas

3. Aliran Realisme
Realisme pada umumnya adalah aliran seni yang berusaha untuk mencapai
kenyataan dengan ilusi, tentu saja pengambaran kenyataan dalam sebuah seni belum pasti
sama dengan yang nyata, kejadian yang sebenarnya terjadi bertahun-tahun namun
digambarkan beberapa jam saja, harus berfantasi dan memilih isi-isi pokok-pokok yang
penting, melalui karya seorang yang aliran realis mencapai pokok-pokok pada suatu
kenyataan yang terjadi meski tidak terlihat seperti kenyataan, drama realis tidak hanya
memberikan hiburan-hiburan melulu, tetapi membebaskan problem-problem suatu masa.
Realisme terbagi atas dua macam seperti:
-Realisme social
Biasanya problem social dan phisikologis saling mempengaruhi dan jarang
dipisahkan, namun dalam drama realistis masalah social dapat dipisahkan dari masalah
phisikologis.
Ciri-cirinya:
a. Peran utama biasanya rakyat jelata.
b. aktingnya wajar seperti yang dilihat dalam hidup keseharian tidak patetis.
Realisme social sering disebut realisme murni atau naturalisme yang apa adanya,
perbedaan keduanya yaitu realisme social bernada optimistis, namun dalam
pengembangan drama realisme aliran naturalisme kehilangan pengaruhnya.
-realisme psikologis
Ciri-ciri aliran realisme psikologis yaitu:
a. pemain ditekankan pada peristiwa-peristiwa intern/unsur-unsur kejiwaan.
b. secara teknis segala perhatian di arahkan pada akting yang wajar dan tekanan intonasi
yang tepat.
c. suasana digambarkan dengan mengunakan perlambang.

4. Aliran Ekspresionis
Ketika Realisme tidak mampu menyentuh hal-hal yang bersifat kejiwaan, gagasan
dan permasalahan sekelompok manusia yang kompleks serta kebutuhan untuk melangkah
kepada metafisik dan simbol-simbol yang menggambarkan kekomplekan kondisi jiwa
manusia maka ekspresionis menjadi jalan keluarnya.
Ciri-ciri Aliran Ekspresionis:
1. Adanya gerak kolektif
2. Banyak dipengaruhi psikoanalisa Freud
3. Dipengaruhi Film
4. Pergantian adegan bersifat cepat
5. Penggunaan panggung bersifat ekstrim dan penuh symbol
6. Fragmen-fragmen ditampilkan seperti dalam film.

5. Aliran Naturalisme
Aliran ini adalah perkembangan lebih lanjut dari realisme, perbedaannya ialah
kenyataan yang digambarkan diusahakan mendekati kenyataan alam (natural). sedangkan
dalam realisme penggunaan simbol atau sesuatu yang lain dapat dibenarkan, misalnya
lukisan alam. Kenyataan dalam unsur artistik, panggung dan teknis dilakukan sedapat
mungkin mendekati kenyataan. juga busana yang ditampilkan. Kemunculannya
berdasarkan filsafat materialisme yang menggunakan indera untuk menangkap
kenyataan, jadi kenyataan baginya adalah apa yang dapat di indera. Naturalisme juga
mengungkapkan kenyataan sifat manusia yang baik dan buruk dalam masyarakat.
Naturalisme lebih berbentuk kenyataan secara alami/ inderawi.

6. EKSISTENSIALISME
Liaw Yock Fang dalam bukunya “Ikhtisar Kritik Sastra” menyatakan bahwa
“Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang kemudian menjadi landasan suatu aliran
sastra.” Ajaran yang pokok dari eksistensialisme ialah bahwa manusia adalah apa yang
diciptakannya sendiri. Manusia tidak ditakdirkan oleh Tuhan. Jika ia menolak memilih
atau membiarkan dirinya dipengaruhi oleh kekuatan luar, itu adalah kesalahannya sendiri.
Karena itu, karya sastra eksistensialisme sangat mementingkan perbuatan –termasuk
perbuatan kemauan- sebagai unsur-unsur yang menentukan. Unsur-unsur dasar dari
manusia seperti irrasionalitas, ketidak sadaran dan kebawahsadaran juga dipentingkan.
Kehidupan dipandang sebagai sesuatu yang dinamis, yang terus mengalir sedangkan
kehidupan manusia adalah rentetan saat-saat yang berurutan”. Fuad Hasan dalam
bukunya “Berkenalan dengan Eksistensialisme” mencoba memprkenalkan suatu alam
pikiran yang dewasa ini dikenal dengan nama eksistensialisme, dengan membutiri
pendapat filsuf eksistensialis melalui hasil-hasil karya sastranya. Beberapa pikiran tokoh
eksistensialisme itu dikutipkan berikut ini :
1. Manusia adalah pengambil keputusan dalam eksistensinya. Apapun keputusan yang
diambilnya tak pernah ia mantap sempurna (Kiergaard).
2. Manusia akan terus menerus dihadapkan pada pilihan-pilihan (Kiergaard).
Dalam hidup ini yang kuatlah yang akan menang, maka kebajikan utama dalam
kehidupan adalah kekuatan, apa yang baik, harus kuat ; sebaliknya segala yang lemah
adalah buruk dan salah (Niezseche).
Dalam pergaulan antara manusia maka yang harus ditumbuhkan dalam manusia-manusia
agung yaitu manusia yang oleh kekuatan tak bisa mengatasi kumpulan manusia-manusia
dalam massa (Nietzseche).

Anda mungkin juga menyukai