Anda di halaman 1dari 5

ALIRAN REALISME

Realisme pada umumnya adalah aliran seni yang berusaha untuk mencapai
kenyataan dengan ilusi, drama realis tidak hanya memberikan hiburan-hiburan
saja, tetapi membebaskan problem-problem suatu masa. Memainkan drama realis
adalah memainkan peran yang harus nampak seperti kenyataan, walaupun
sesungguhnya bukan kenyataanTeater realis adalah teater yang tidak lagi sibuk
melakukan pemujaan terhadap dewa Dyonisius sebagaimana terjadi pada saat
kelahirannya di masa Yunani. Tetapi kini terpaku pada kenyataan-kenyataan
sosial.

Realisme adalah konvensi yang dominan dari teater modern, dan itu adalah
panggilan untuk desainer teater untuk menciptakan lingkungan panggung yang
merepresentasikan ketepatan dari tempat yang sesungguhnya, furniture, layar dan
seterusnya (Jurnal Panggung, 2006:32).Realisme adalah sesuatu yang terjadi
sewajarnya di atas pentas. Peristiwa, kejadian-kejadian, aksi, perbuatan yang biasa
kita lihat, sesuatu yang kita dengar dan rasakan dalam kehidupan sehari-hari di
angkat ke atas pentas agar penonton dapat mengalami hal yang sama sebagaimana
yang dialami oleh oleh tokoh pada cerita (Bakri, 1982:33)

Awal gagasan Realisme dalam teater

keinginan untuk menciptakan illusion of reality di panggung. Secara ekstrim dapat


dikatakan bahwa realisme awal ingin membuat penontonnya lupa bahwa mereka
sedang menonton drama.

Untuk itu, adegan dalam kamar tidak lagi cukup ada layar yang diberi gambar
(dekor); akan tetapi perlu diciptakan kamar yang sebenarnya.

Inilah yang mengawali tumbuhnya realisme: convention of the fourth wall.


Tampaknya, realisme ingin menyajikan kehidupan langsung di panggung

(Soemanto, 2001:270).

• Tuntutan lakon realisme yaitu plot harus digarap dengan rapi, terkontrol
dan hubungan antar adegan logika runtut serta motivasi tokoh yang dapat
dimengerti.

• Seorang aktor Prancis, Eugene Scrible (1791-1861) merumuskan plot


lakon realisme adalah piece bien faiteyang dalam bahasa Inggris biasa
disebut dengan well made play atau lakon yang dirancang dengan baik.

• Ciri-ciri well made play adalah:


1. Penggambaran karakter dan situasi yang jelas,

2. Perkembangan kejadian yang diatur secermat-cermatnya,

3. penuh kejutan-kejutan yang logis,

4. penuh suspense dan ketegangan,

5. kesimpulan akhir yang masuk akal dan dapat dipercaya

(Soemanto, 2001:269).

Gaya Drama/Teater Realis

1. bersifat komunal terbatas dan dianut oleh sekelompok seniman realis yang
hidup pada permulaan jaman modern;

2. umumnya menampilkan tema-tema yang berkenaan dengan kehidupan


yang dianggap sebenarnya dari manusia-manusia atau mahkluk-mahkluk
lain;

3. dibuat bukan karena ada dan ingin menampilkan perasaan-perasaan kagum


atau indah (terhadap keberadaan manusia/mahkluk lain), tetapi justru
menampilkan perasaan-perasaan prihatin dan sikap-sikap pesimistik
terhadap keberadaan manusia/mahkluk lain itu akibat adanya pengaruh
faktor-faktor tertentu seperti lingkungan (sosial, ekonomi, politik),
genetika dan lain-lain;

4. dalam banyak kasus, karya di mana gaya yang dimaksud ini, menggejala,
dibuat dengan operasionalnya pandangan-pandangan hidup yang relatif
bersifat deterministik terhadap keberadaan manusia di muka-bumi ini;

5. dibuat dengan adanya keinginan mengajak penonton/apresiator tergugah


secara emosional dan intelektual, kemudian memahami secara logis yang
terjadi dalam kehidupan tokoh-tokoh utama yang diceritakan; dan
mungkin dapat bertindak secara logis untuk mengatasi masalah-masalah
yang dialami manusia lain yang sama seperti yang dialami oleh tokoh-
tokoh utama yang diceritakan;

6. dibuat dari unsur-unsur pembentuk cerita (terutama tokoh, peristiwa dan


setting) yang realistik dan mungkin sudah ada/dikenal secara luas atau
justru baru tetapi yang diciptakan dengan melekatkan ciri-ciri realistik
keberadaan unsur-unsur itu;
7. dalam banyak kasus, karya di mana gaya yang dimaksud ini, menggejala,
dibuat dengan operasionalnya keinginan menampilkan keidealan (dalam
konteks realistik); dan mengandung detail-detail figuratif yang sungguh-
sungguh membentuk atmosfir-atmosfir realistik dalam keberadaan karya-
karya itu;

8. dibuat dengan adanya anutan faham pemikiran kaum realis dan adanya
kecenderungan mengekspresikan yang dianggap benar-benar
terjadi/mungkin terjadi dalam kehidupan ini;

9. dibuat dengan adanya penerapan aturan-aturan/konvensi-konvensi tertentu


yang bersifat umum/diterapkan oleh para dramawan/teaterawan lain.

Tokoh-tokoh Gaya Realis

1. Aleksandre Dumas Fils (1824-1895), seorang novelis/dramawan dengan


karya-karyanya antara lain “Atala” (1848); “The Lady of the Camellias”
(1848), “Diane de Lys” (1853), “L’Ami des femmes” (1864).

2. Emile Augier (1820-1889) dengan karya-karyanya antara lain


“L’Aventuriere” (1848), “Marriage d’Olympe (1855), “Madame Caverlet”
(1876) dan “Les Fourchambault” (1879).

3. Henrik Ibsen (1828-1906) dengan karya-karyanya antara lain “Catiline


(1850), “Norma” (1851), “The Pretenders” (1863), “Brand” (1866), “Peer
Gynt” (1867), “A Doll’s House” (1879), “Ghosts” (1881) dan “An Enemy
of the People” (1882).

4. Anton P. Chekov (1860-1904) dengan karya-karyanya antara lain


“Platonov” (1881), “The Bear” (1888), “The Seagull” (1896), “Uncle
Vanya” (1897), “The Cherry Orchad” (1904).

Karakter Teater Realis

1. Sesuatu tidak boleh diperindah atau diperburuk dari keadaan yang


sebenarnya. Adanya persoalan yang amoral dan dekadensi moral di tengah
masyarakat yang terungkap di permukaan justru menunjukkan kebenaran.
Usaha untuk menutupinya justru menunjukkan sikap amoral.

2. Apabila pembaca atau penonton tidak menyetujui ungkapan itu, justru


merekalah yang harus memperbaiki. Seniman bertanggung jawab untuk
menyampaikan ke permukaan tanpa berusaha menutupi kebenaran yang
terjadi di sekitarnya.

3. Bentuk dramatik naskah menunjukkan bentuk well made play yang


dikembangkan oleh Eugene Scribe (1791-1861).

Ciri-ciri Dasar

1. eksposisi jelas dalam menggambarkan situasi dan watak tokoh,

2. pengolahan situasi sangat cermat menuju peristiwa berikutnya,

3. suspens muncul tak terduga dan terbalik menurut logika,

4. plot berlangsung kintinyu dan memuncak,

5. resolusi terjadi secara logis dan menyakinkan.

(Yudiaryani, 2002:157-158)

Realisme dibagi 2 macam

1. Realisme sosial: aliran realisme murni yang membincangkan realita


lingkungan sosial yang pincang serta mengajukan protes-protes akibat
ketidak adilan dan kesenjangan sosial.

Ciri-cirinya:

a) Peran utama biasanya rakyat jelata.

b) aktingnya wajar seperti yang dilihat dalam hidup keseharian tidak


patetis.

c) Realisme social sering disebut realisme murni atau naturalisme


yang apa adanya, perbedaan keduanya yaitu realisme social
bernada optimistis, namun dalam pengembangan drama realisme
aliran naturalisme kehilangan pengaruhnya.

2. Realisme psikologis: aliran perkembangan dari realisme sosial yang lebih


tokoh yang menjadi titik tolak pesan yang menjadi substansi cerita.

Ciri-ciri aliran realisme psikologis yaitu:

a) pemain ditekankan pada peristiwa-peristiwa intern/unsur-unsur


kejiwaan.
b) secara teknis segala perhatian di arahkan pada akting yang wajar
dan tekanan intonasi yang tepat.

c) suasana digambarkan dengan mengunakan perlambang.

Karakteritik Teater Realis

a. Sesuatu tidak boleh diperindah atau diperburuk dari keadaan yang


sebenarnya.

b. Apabila pembaca atau penonton tidak menyetujui ungkapan itu, justru


merekalah yang harus memperbaiki.

c. Bentuk dramatik naskah menunjukkan bentuk well made play yang


dikembangkan oleh Eugene Scribe (1791-1861)

Anda mungkin juga menyukai