Anda di halaman 1dari 6

NAMA: ALIFAH NUR RAHMAH KOSWARA

NIM: 19210124

KELAS: A2 PBSI 2019

ARTIKEL

KONSEP-KONSEP ALIRAN, TOKOH-TOKOHNYA, SEJARAH ALIRAN, TOKOH-TOKOH ALIRAN DI


INDONESIA SERTA KELOMPOK TEATERNYA

A. KONSEP-KONSEP ALIRAN
1. Aliran klasik
Beberapa orang menentang aliran elizabeth, mereka membentuk aliran baru yang mereka
beri nama aliran klasik, karena mengarah pada duka cerita yunani dan romawi.
Ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Materi berdasarkan motif yunani/romawi, baik dari segi cerita sejarah maupunn cerita
klasik.
b. Ditulis dalam bentuk sajak berirama.
c. Aktingnya bergaya deklanasi.
d. Laku statis, monolog sangat panjang untuk memberi kesempatan deklarasi yang berlebih-
lebihan, akibatnya laku dramatis terlambat.
e. Aliran ini tunduk pada trilogi aristoteles.
Tokoh-tokohnya:
 Piere corneille
 Jean racine
 Joost van de vandal

2. Aliran romantik.
Aliran ini berkembang dan tumbuh pada abad ke-18, aliran ini sukar untuk memberi
penjelasan secara umum, namun yang jelas drama romantik juga bertentangan dengan
aliran drama klasik, mereka tidak mematuhi hukum-hukum drama yang tetap.
Ciri-ciri aliran romantik ini adalah:
a. Kebebasan bentuk
b. Isinya yang fantastis namun sering tidak logis.
c. Materinya tentang bunuh-membunuh, teriakan-teriakan dalam gelap, korban
pembunuhan yang hidup kembali, tokoh-tokohnya sentimental.
d. Mementingkan keindahan bahasa atau bisa dikatakan putis-puitis.
e. Dalam penyutradaraan segi visual ditonjolkan.
f. Akting-aktingnya bernafsu bombastis, mimik wajah yang berlebih-lebihan.
Tokoh-tokoh aliran romantik ini adalah:
 Victor hugo
 Heindrich von kleist, dramanya “prinz friedrich von hamburg”
 Christian dietriech grabbe , dramanya”hanibal”.
3. Aliran realisme
Realisme pada umumnya adalah aliran seni yang berusaha untuk mencapai kenyataan
dengan ilusi, tentu saja pengambaran kenyataan dalam sebuah seni belum pasti sama
dengan yang nyata, kejadian yang sebenarnya terjadi bertahun-tahun namun digambarkan
beberapa jam saja, harus berfantasi dan memilih isi-isi pokok-pokok yang penting, melalui
karya seorang yang aliran realis mencapai pokok-pokok pada suatu kenyataan yang terjadi
meski tidak terlihat seperti kenyataan, drama realis tidak hanya memberikan hiburan-
hiburan melulu, tetapi membebaskan problem-problem suatu masa.
Realisme terbagi atas dua macam seperti:
 Realisme sosial
Biasanya problem social dan phisikologis saling mempengaruhi dan jarang dipisahkan,
namun dalam drama realistis masalah social dapat dipisahkan dari masalah phisikologis.
Ciri-cirinya:
a. Peran utama biasanya rakyat jelata.
b. Aktingnya wajar seperti yang dilihat dalam hidup keseharian tidak patetis.
c. Realisme social sering disebut realisme murni atau naturalisme yang apa adanya,
perbedaan keduanya yaitu realisme social bernada optimistis, namun dalam
pengembangan drama realisme aliran naturalisme kehilangan pengaruhnya.
 Realisme psikologis
Ciri-ciri aliran realisme psikologis yaitu:
a. Pemain ditekankan pada peristiwa-peristiwa intern/unsur-unsur kejiwaan.
b. Secara teknis segala perhatian di arahkan pada akting yang wajar dan tekanan
intonasi yang tepat.
c. Suasana digambarkan dengan mengunakan perlambang.
4. Aliran ekspresionisme
Ekspresionisme adalah seni menyatakan ekspresionisme dalam bentuk drama yang lahir
sesudah masa peperangan dunia I, banyak mendapat pengaruh realisme, bersifat ekstrem
atau lebih menantang, mementaskan khaos dengan kekosongan, hanya sedikit naskah yang
tinggal, sangat berkembang dinegara-negara yang mengalami kehebatan perang dan
revolusi seperti jerman dan rusia.
Ciri-cirinya
 Pergantian adegan cepat
 Pengunaan pentas yang ekstrim.
Fragmen-fragmen yang filis ( meniru gaya dan cara film) misalnya layar
diproyeksikan seperti filem.
5. Drama zaman kini.
Tidak mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya penyutradaraan, terdapat empat aliran besar
yang dipengaruhi oleh gaya atau aliran terdahulu.
a. Ekspresionisme :thorton wilder, arthur miller.
b. Realisme :jean anouil
c. Puitis romantik : christoper fry , max frisch, garcia lorca, T.S.ebot
6. Aliran absurd
Menurut bahasa yaitu tidak jelas atau tidak masuk akal. Berdasarkan pengertian
tersebut absurd dapat diartikan dengan sesuatu yang berada diluar akal atau tidak jelas.
Dasar pemikiran dari teater absurd adlh pemikiran bahwa kehidupan manusia sebenarnya
meliputi ketidak jelasan tentang apa yang akan terjadi pada masa depan yang tentu saja
menentang sebuah kepastian sebenarnnya.
Aliran absurd ini sangat susah untuk memahaminya namun dialiran absurd ini banyak
mengambarkan tentang orang-orang yang putus asa dan menunggu yang tidak pasti seperti
dinaskah samuel becket yang judulnya menunggu godot.
Tokoh aliran absurd: samuel becket, eugene ionesco, arthur adamov, friedrich
durrentmatt, iwan simatupang,
B. SEJARAH ALIRAN
1. Drama Jaman Yunani
Banyak bukti sejarah yang mengatakan bahwa bangsa Yunani merupakan masa awal
peradaban manusia. Segala aktivitas manusia pun terjelaskan dimulai dari masa Yunani.
Begitupun dengan drama.
Drama Yunani dapat digolongkan menjadi drama klasik. Pertunjukan drama pertama kali
digelar di Yunani sekitar 2.300 tahun yang lalu. Jakob Soermardjo, seorang ahli teater
menyatakan, bentuk panggung pada zaman Yunani dibangun tanpa atap dalam bentuk
setengah lingkaran dengan tempat duduk penonton melengkung dan berundak-undak yang
disebut amphitheater.
Cerita yang ditampilkan pada panggung pada umumnya berjenis tragedi yang
mengisahkan tentang perjuangan manusia dalam menyembah dewa-dewanya. Biasanya
jenis drama ini prolognya cukup panjang dengan durasi totalnya sekitar 1 jam. Ciri khas
lainnya ialah terdapat selingan berupa paduan suara di antara plotnya.
Selain drama jenis tragedi juga terdapat jenis komedi. Itu muncul sebagai bentuk
sindiran terhadap drama-drama tragedi yang sengaja dibuat supaya lucu. Inilah yang
kemudian menjadi cikal-bakal lahirnya drama komedi. Tokoh yang terkenal pada zaman ini
ialah Plato, Aristoteles, dan Sopholches.
2. Drama Jaman Romawi
Seperti drama pada Zaman Yunani, drama ini pun tergolong drama klasik. Drama
Romawi merupakan hasil adaptasi dari drama Yunani. Hampir bentuk panggung maupun
cerita persis seperti drama Yunani. Hal ini dikarenakan, setelah tahun 200 SM kegiatan
kesenian beralih dari Yunani ke Roma. Namun, Drama Romawi juga menjadi penting
karena mempunyai pengaruh terhadap Zaman Renaissance.
Berdasarkan catatan dari Brockett (1964), Drama Romawi pertama kali dipertunjukan di
Kota Roma pada tahun 240 SM. Pertunjukan tersebut dikenalkan oleh Livius Andronicus,
seniman Yunani. Cerita yang ditampilkan tidak jauh-jauh dari aktivitas pemujaan terhadap
para dewa mereka. Namun berangsur-angsur menceritakan tentang perjuangan manusia
dalam mencari kekuasaan. Walaupun diadaptasi dari Yunani, dalam setiap pementasan,
panggung sengaja dibuat sedemikian megah. Tokoh yang terkenal pada zaman ini yaitu
Plutus, Lucius Seneca dan Terence.
3. Drama Abad Pertengahan
Drama Abad pertengahan berada dalam kisaran tahun 1400an-1500an di Eropa. Pada
zaman ini banyak pengaruh dari Gereja Katolik. Terlihat salah satunya dari nyanyian dalam
pementasan drama, dinyanyikan oleh para koor Gereja atau para rahib. Drama ini
diselenggarakan dalam bentuk merayakan hari-hari besar umat Kristen.
Hingga suatu waktu, pihak gereja tak mengijinkan lagi dilakukan pementasan drama di
dalamnya. Panggung akhirnya berpindah ke lapangan-lapangan atau bahkan jalanan. Para
aktor bermain di atas kereta lalu digiring sehingga berkeliling kota. Tentu saja dengan
nuansa cerita yang lebih berbeda, biasanya tentang pengetahuan, kemiskinan atau
kebijakan.
Ciri-ciri lainnya drama pada drama abad ini ialah:

 Pertunjukan berada di atas kereta yang disebut Pentas Kereta atau Pageant
 Dekor bersifat sederhana dan simbolis
 Naskah bersifat anonim (tidak ada nama pengarang)
 Menggunakan bahasa sehari-hari
 Pementasan diselenggarakan di tempat umum dengan memungut biaya
4. Drama Zaman Italia
Drama pada zaman Italia berkembang pada abad ke-17. Pusat-pusat teater di Italia
adalah istana-istana dan akademi. Di gedung-gedung teater milik para bangsawanlah,
pementasan digelar dengan membawa naskah-naskah yang meniru dari drama-drama
klasik (Yunani dan Romawi). Para aktornya pun kebanyakan ialah pegawai-pegawai istana
dan pertunjukan diselenggarakan dalam pesta-pesta istana.
Jenis drama yang berkembang pada zaman ini ialah tragedi, komedi, dan pastoral
(drama yang mengisahkan percintaan para dewa dengan para gembala di pedesaan)Tokoh
yang dikenal pada Zaman Italia ialah Dante, Torwuato Tasso, dan Niccolo Machiavelli.
Untuk lebih jelasnya berikut ciri-ciri drama pada Zaman Italia:
 Improvisasi atau tanpa naskah
 Gayanya dapat dibandingkan dengan gaya jazz, melodi ditentukan dulu, baru
kemudian pemain berimprovisasi
 Cerita berdasarkan dongeng dan fantasi serta tidak berusaha untuk mendekati
kenyataan
 Aktingnya berupa pantomim, gila-gilaan, adegan, dan urutan tidak diperhatikan
5. Drama Masa Elizabeth I
Masa ini terjadi antara tahun 1558 sampai 1603, yang meskipun cukup singkat tapi
perkembangan dari seni drama cukup pesat. Saat ini juga yang melahirkan seniman drama
terkenal William Shakespeare. Bukan tanpa alasan, karena Ratu Elizabeth I sangat
mendukung untuk drama berkembang. Ia memprakarsai pendirian berbagai teater untuk
pertunjukan drama.
Gedung pementasan yang berkembang pada zaman ini dibangun seperti lingkaran.
Sehingga penonton bisa duduk hampir di seluruh sisi panggung. Jenis gedung teater ini
sangat diminati oleh masyarakat, sehingga banyak dibangun kembali untuk menikmati
pertunjukan drama. Gedung berjenis ini disebut Globe yang bisa menampung 3000
penonton.
Ciri khas dari karya drama pada zaman ini ialah sebagai berikut:
 Dialognya yang cenderung panjang
 Naskah bersifat puitis.
 Penyusunan naskah lebih bebas, tidak mengikuti hukum yang sudah ada.
 Perilaku aktor bersifat simultan, berganda, dan rangkap
 Jenis drama campuran yang melahirkan jenis drama tragedi komedi.
6. Drama Zaman Perancis
Drama pada zaman Perancis berkembang pada abad ke-17 di daerah Spanyol dan
Perancis. Di Perancis, banyak drama yang diadaptasi dari zaman Abad Pertengahan. Namun,
drama-drama tentang keagamaan hanya berkembang di Spanyol Utara dan Barat karena
pernah dikuasai Islam. Ketika kekuasaan Arab mundur pada tahun 1400-an dari daerah
tersebut, maka drama dijadikan media untuk menyalurkan kembali agama kristiani pada
masyarakat setempat. Sehingga, mereka sangat berperan dalam pengembangan drama.
Drama di luar gereja atau drama sekuler juga berkembang pesat. Pada tahun 1576 telah
berdiri gedung teater di Madrid. Pelopor dari drama sekuler ialah Lope de Reuda (1510-
1565). Tokoh-tokoh lainnya yang terkenal pada zaman ini ialah Pierre Corneille, Jean
Racine, Moliere, Jean Babtista Poquelin, Voltaire, Denis Diderot, dan Beaumarchais.
Untuk lebih jelasnya, ciri-ciri khas pada drama zaman Perancis ialah sebagai berikut:
 Pertunjukan drama yang dramatik, bersifat seremonial, dan ritual kemasyarakatan
 Jenis panggung diadaptasi dari panggung pada zaman Elizabeth
 Naskah drama cenderung menggabungkan drama-drama klasik dengan tema -tema
sosial yang dikaitkan dengan budaya pikir kaum terpelajar
 Mulai menambahkan wanita sebagai aktor
7. Drama Zaman Jerman
Pada awal abad ke 19 antara tahun 1800-1850 , sebuah pergerakkan teater besar yang
dikenal dengan romantik mulai berlangsung di Jerman. August Wilhem Schlegel terinspirasi
dari seniman Shakespeare sehingga mengembangkan drama di wilayah Jerman. Beberapa
tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Gotthold Ephraim Lessing, Wolfgang Von Goethe,
Chirsthop Friedrich Von Schiller.
Ciri khas drama pada zaman Jerman ialah sebagai berikut:
 Naskah drama ditulis dan lebih terstruktur
 Sebagian plot cerita memiliki episodenya sendiri
 Cerita sejarah yang dengan latar perang, pemberontakan, pembakaran istana, perang
tanding, dan sebagainya
 Setting panggung lebih rapi dan layar panggung menggunakan gambar atau ilustrasi
8. Drama Modern
Drama Modern merupakan cikal bakal dari drama yang bersifat realisme yang lahir di
penghujung abad ke-19. Realisme adalah sebuah aliran pada drama yang menampilkan
lakon kehidupan secara nyata, baik melalui dialog maupun properti yang digunakan.
Namun, lambat laun drama modern bergerak ke arah eksperimental.
Pada awal abad ke 20 inilah banyak gaya baru yang terlahir dari para sutradara, artistik
dan penikmat drama. Sehingga drama-drama yang ditampilkan ialah berbentuk simbolisme,
surealisme, epik, bahkan absurd. Dari gaya-gaya eksperimental tersebutlah drama
menambah daya tarik dari bentuk ekspresi dan keindahan.
Banyak yang memengaruhi perkembangan drama pada zaman modern. Yaitu berupa
teknologi dan perang. Untuk menyimbangi dengan kehadirannya televisi, Jezy Growtzi
berinisiatif untuk membuat drama dengan cara yang berbeda. Ia membagi panggung
menjadi beberapa bagian dan menempatkannya di tempat yang berbeda-beda mengitari
penonton dan memungkinkan pemain untuk mendekati penonton. Pada saat pertunjukan
mulai berlangsung, penonton menjadi sangat aktif, karena harus mengikuti permainan yang
berlangsung dari panggung yang berlainan.
Sampai saat ini, drama modern masih berkembang di dunia. Ciri-ciri khas drama modern
ialah sebagai berikut:
 Gaya drama bersifat realis dan eksperimental
 Panggung dibuat dalam bentuk arena
 Naskah lebih terstruktur dan dicantumkan nama penulis
 Pertunjukan dilengkapi dengan musik, tata cahaya, dekorasi, dan efek elektronik
9. Drama Tradisional Indonesia
Di Indonesia sendiri, sejarah seni drama dimulai pada sebelum zaman Hindu. Hal itu
dijelaskan oleh Kasim Achmad dalam bukunya yang berjudul “Mengenal Teater Tradisional
di Indonesia”. Seperti bangsa Romawi dan Yunani, drama oleh masyarakat Indonesia dulu
juga digunakan untuk mendukung berbagai upacara keagamaan. Jenisnya cukup beragam,
seperti drama tragedi, komedi, surealis dan drama kerakyatan.
Drama tradisional di Indonesia pun berkembang bermacam-macam sesuai dengan suku
dan wilayah yang ada di Indonesia. Semuanya memilki kekhasan dan ciri tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai