Anda di halaman 1dari 2

Nama : Erawati

Nim : 105331103619

Kelas : BI4B

Mata kuliah : Kajian apresiasi Drama

1. Sejarah perkembangan drama teater di dunia

Seni drama adalah seni yang terbilang cukup tua usianya. Drama terlebih dahulu berkembang di
dunia barat, yaitu berasal dari Yunani dan Romawi. Perkembangan drama di Indonesia tak
sesemarak dan setua perkembangan puisi dan prosa. Jika puisi dan prosa mengenal puisi lama dan
porsa lama, tak demikianlah dengan drama. Genre sastra drama di Indonesia benar-benar baru,
seiring dengan perkembangan pendidikan di Indonesia, muncul pada tahun 1900-an. Drama adalah
karya sastra yang ditulis untuk dipentaskan. Orang seringkali bingung membedakan antara drama,
yang berkaitan dengan teks tertulis, atau naskah, atau script, untuk pementasan, dengan teater,
yang menyangkut pementasan naskah drama atau script tersebut. Banyak sekali karya sastra
terkenal, berpengaruh besar, serta bergengsi, ditulis dalam bentuk drama. Mulai dari tragedi-tragedi
Yunani tentang Aeschylus, Sopochles, dan Euripides dan berkembang terus hingga drama-drama
besar karya William Shakespeare dari Inggris, Moliere dari Perancis, Johan Wolfgang von Goethe dari
Jerman, Henrik Ibsen dari Norwegia, dan August Strindberg dari Swedia. Di Barat, penghargaan
terhadap drama begitu tinggi. Dalam perkembangannya drama semakin mendapat tempat karena
naskah-naskah tidak lagi hanya dipentaskan di panggung seperti Broadway, tetapi juga diangkat ke
layar kaca atau layar lebar. Dengan semakin canggihnya perfilman, para penulis drama atau script
film mendapat penghargaan yang tinggi pula karena sehebat apapun sebuah film, pada mulanya dia
adalah sebuah screenplay atau script yang digarap sedemikian rupa oleh seorang sutradara beserta
seluruh crew pembuat film (film maker). Jadi sebuah film dibuat oleh banyak orang, mulai dari
penulis naskah dramanya (script writer), produser, sutradara, kameraman, hingga sopir yang
membantu team pergi syuting ke sana kemari.resiasimula teater atau drama yang kita kenal
sekarang tidak diketahui dengan pasti, baik tempat ataupun waktu pertama kali teater tersebut
diperkenalkan. Teater diyakini berasal dari upacara agama dari sebuah kebudayaan yang sangat
primitif. Unsur cerita yang sebelumnya hanya disebutkan secara lisan mulai dimasukan ke dalam
upacara keagamaan, sehingga dapat menampilkan semacam pertunjukan drama. Buktinya dapat
dilihat pada lukisan gua pada zaman batu di Perancis Selatan, gambar tersebut menunjukkan
seorang laki-laki yang mengenakan topeng dan pakaian dari kulit rusa dalam sebuah gerakan tarian.

Awalnya pertunjukan berasal dari sebuah nyanyian untuk menghormati seorang pahlawan di
kuburannya. Dalam acara tersebut seseorang mengisahkan riwayat hidup seoarang pahlawan yang
sudah tiada, yang perkembangannya berlanjut pada peragaan dalam bentuk drama. Dalam
hakikatnya drama berasal dari kegemaran manusia mendengarkan cerita yang sering diceritakan,
seperti kisah kepahlawanan, perburuan, perang, dan sebagainya, kemudian diperagakan dalam
bentuk drama atau tarian. Seperti contohnya Tarian Bison Indian yang dilakukan oleh suku Okippe
yang menirukan peristiwa perburuan bison dalam suatu tarian upacara. Kepentingan agama atau
kepercayaan dan peniruan alam menjadi awal mula drama dimainkan untuk sebuah kepentingan.

Drama seperti yang berkembang sekarang ini berasal dari zaman Yunani Kuno yang dibuktikan
dengan temuan arkeologis dan catatan-catatan sejarah pada zaman tersebut. Sekitar tahun 600 SM,
dalam upacara-upacara agama, mereka mengadakan festival tari dan nyanyian untuk menghormati
dewa Dionysius, yakni dewa anggur dan kesuburan. Kemudian mereka mengadakan sayembara
drama untuk menghormati dewa Dionysius tersebut. Sayembara drama diadakan pada 534 SM di
Athena yang dimenangkan oleh Thespis, seorang aktor dan penulis tragedi pertama yang terkenal di
dunia. Meskipun Thespis merupakan tokoh historis, tapi oleh bangsa Yunani Kuno dijadikan tokoh
legenda.

Drama Yunani baru mengalami puncak perkembangannya sekitar tahun 400 SM. Drama masih
dipertunjukkan sebagai bagian upacara agama, terutama tragedi. Di Athena tempat pertunjukan
drama yang terkenal adalah Teater Dionysius yang terdapat di dekat bukit Acropolis, pusat kuil kota
Athena. Jenis drama yang berkembang pada masa Yunani Kuno adalah tragedi, satir, komedi lama,
dan komedi baru.

Setelah tahun 200 SM, kegiatan berkesenian beralih dari Yunani ke Romawi, begitu pula drama.
Namun, drama-drama Romawi menjadi penting dalam sejarah karena pengaruhnya lebih terasa
kelak pada zaman Renaissance. Banyak penulis Renaissance yang mempelajari drama-drama Yunani,
lewat saduran-saduran Romawinya, seperti William Shakespeare. Drama-drama serius kurang
populer pada masa Romawi, dan yang lebih populer adalah drama komedi, pantomim, dan
pertunjukan-pertunjukan sensasional. Drama abad Pertengahan berkembang antara tahun 900
sampai 1500 M. Drama tersebut lenyap dengan munculnya reformasi, sekitar tahun 1600 M, kecuali
di Spanyol. Drama-drama yang berkembang pada abad Pertengahan, di antaranya adalah drama
Liturgi yang berkembang pada 900 M sebagai bagian dari upacara misa yang dimainkan oleh pastor,
drama Cycle yang memainkan drama berdasarkan kisah-kisah Bible, drama Miracle yang
menceritakan kisah para orang suci, drama Moral menceritakan tema kebajikan, kekayaan,
kemiskinan, pengetahuan, kebodohan, dan sebagainya, drama Farce, dan drama Interlude.

Anda mungkin juga menyukai