Anda di halaman 1dari 8

Nama: Aulya Hadizha

Nim:105331102919

Kelas :3B

Jurusan : Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia

MID DASAR KETERAMPILAN MENULIS

A. Analasis penggunaan EYD

1. -Dalam kalimat dibawah ini kata Jaman tidak baku ,Seharusnya diubah menjadi kata "Zaman"
sehingga kata tersebut menjadi baku

-Didalam kalimat "Tempur "seharusnya tidak diberikan huruf kapital

Penyusunan:

~Alat tempur zaman masih Gadis

.
2.kata nafas dibawah ini tidak baku sehingga kata tersebut diubah menjadi kata Napas

Penyusunan: Setiap hembusan napas yang diberikan Allah padamu bukan hanya berkah tetapi juga
sebuah tanggung jawab

3.Kata hutang tidak baku, sehingga kata yang dipakai untuk membuat kata tersebut menjadi baku iyalah
diubah menjadi kata "utang"
4. Kalimat nasehat tidak baku sebaiknya kalimat nasehat menjadi nasihat sehingga menjadi baku

5.kata seprei tidak baku sehingga kata seprei diubah menjadi kata seprai
6. Kata villa tidak baku sehingga untuk mengubah menjadi kata baku yaitu kata vila

7. Kata isteri tidak baku untuk mengubahnya menjadi baku yaitu kata istri
8.Kata coklat tidak baku untuk mengubahnya menjadi baku yaitu kita mengganti kata coklat menjadi
cokelat

9. kata perduli dibawah ini tidak baku untuk mengubah kata baku yaitu kita menggantikan kata perduli
menjadi peduli
10.-penggunaan huruf kapital sangat berlebihan karena hampir semua kalimatnya memakai huruf
kapital. Untuk menjadi kalimat eyd yaitu seperti ini:

Contoh: Pemulung dapat rezeki

- Kata rejeki dibawah ini tida baku untuk mengubahnya menjadi baku yaitu kita mengubah kata rejeki
menjadi rezeki

2. paragraf deskripsi impresionistik

DIKALA HUJAN MENYAPA

Kudongakkan kepalaku ke atas. Langit yang biasanya cerah kini terlihat gelap, tak lama butiran air hujan
menerpa wajahku. Kala itu, aku sedang berjalan diantara gedung – gedung yang tinggi dan kokoh.
Kuterus berjalan ditemani tetesan air hujan yang sedikit demi sedikit membasahi tubuhku. Kukeluarkan
payung hitam dan kubuka payung itu, untung saja aku membawanya.

Berjalan diantara tetesan air hujan membuatku ingin segera sampai di rumah. Tapi apadaya, tetesan air
hujan ini semakin lama semakin deras. Tak ada gunanya aku memakai payung dikala derasnya hujan.
Tak bisa dipungkiri aku harus menepi, agar tidak basah kuyup. Kuberdiri di depan gedung dengan
memegang payung hitam untuk menutupi kepala dan badanku dari tetesan air hujan.

Suara gemericik air hujan terdengar nyaring di telingaku bagaikan irama yang mengalun indah. Di
sinilah aku, berdiri diantara gedung – gedung yang ikut basah akibat terkena butiran air hujan.
Kupejamkan mata sejenak, menghirup dalam – dalam aroma hujan yang menenangkan. Kudengar, orang
– orang menyebutnya petrichor, yaitu bau alami yang tercium saat air hujan membasahi tanah yang
kering.
Dingin, ya itu yang aku rasakan saat angin berhembus bersamaan dengan jatuhnya air hujan mulai
menyentuh kulitku. Pandanganku sedari tadi tak terlepas dari jalanan, memperhatikan butiran – butiran
air hujan yang jatuh dihadapanku. Ahh aku baru ingat, aku hanya memakai kaus dan rok hitam pendek
yang membuatku kedinginan. Tidak ada pertanda hujan akan reda. Suara gemericik air masih terdengar
bertabrakan dengan tanah, rupanya aku tidak bisa pulang cepat pikirku.

Kulihat ke sekelilingku, tidak terlihat orang yang berlalu – lalang di hadapanku. Terlalu asyik
memperhatikan sekitar, aku sampai tidak sadar bajuku mulai basah kuyup, kulihat ke bawah sepatuku
pun sudah basah membuatku tidak nyaman dan semakin kedinginan. Jalanan pun ikut basah, terlihat air
menggenang di sana. Kulihat dari sebelah kanan ada sorotan lampu mobil. Berharap itu adalah orang
yang aku kenal, dan bisa menumpang supaya cepat sampai ke rumah.

Kujulurkan tanganku ke depan, merasakan butiran air hujan di telapak tanganku. Bajuku sudah basah
kuyup, tak ada gunanya lagi aku menunggu hujan reda diantara bangunan- bangunan kokoh ini, yang
hanya bisa terpaku melihat jalanan serta butiran air hujan yang jatuh sehingga tak terasa terbawa oleh
kenangan lama yang mulai berputar kembali di dalam pikiranku.

Dengan terpaksa aku berjalan di bawah derasnya hujan dengan membawa kenangan yang sudah tidak
bisa terulang lagi, hanya bisa diingat dan disimpan di memori. Tak peduli dengan derasnya hujan dan
suhu yang semakin dingin ini, aku terus berjalan menyusuri kota yang terasa sunyi dan hanya ditemani
bunyi rintikan air hujan. Tujuanku hanya satu, yaitu ingin segera kembali ke tempat yang penuh
kehangatan di dalamnya dan penuh suka cita. Rumah tercinta.

3. Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian
pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di
bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini
dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau
mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang
kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua
mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.

Kata anakanak dari kalimat diatas tidak memiliki tanda baca(-) sehingga yang tadinua kata anakanak
menjadi (anak-anak)

Meyakinkan pembaca

Teks ini berusaha meyakinkan pembacanya untuk melakukan atau mempercayai yang ditulis oleh
penulis.

Anda mungkin juga menyukai