Landasan Teori
5
6
Scmolke (2011) menjelaskan bahwa ukuran gedung teater pada masa itu
dapat menampung 13.000 hingga 17.000 penonton. Hal tersebut disebabkan
pertunjukan teater yang diadakan hanya waktu-waktu tertentu dan merupakan
sesuatu yang sangat menarik sehingga dapat mengundang wilayah lainnya.
B. Teater Romawi Klasik
Pada Setelah tahun 200 Sebelum Masehi kegiatan kesenian beralih dari
Yunani ke Roma, begitu juga Teater. Namun mutu teater Romawi tak lebih baik
daripada teater Yunani. Teater Romawi menjadi penting karena pengaruhnya
kelak pada Zaman Renaissance. Bangsa Romawi membangun gedung teater
mereka di dalam kota pada lahan terbuka yang luas. Ukuran dengan kapasitas
17.500 penonton. Kursi teater bangsa Romawi dilengkapi dengan kayu
penyangga. Panggung Romawi jauh diperlebar dibandingkan Yunani sehingga
ruang auditorium dan panggung mampu mencapai kesatuan spasial. Ketinggian
panggung lebih rendah dibandingkan dengan ketinggian panggung Yunani.
Teater Romawi memiliki skene, dinding latar dari batu yang berada di belakang
panggung.
Teater pertama kali dipertunjukkan di kota Roma pada tahun 240 SM.
Pertunjukan ini dikenalkan oleh Livius Andronicus, seniman Yunani. Teater
Romawi merupakan hasil adaptasi bentuk teater Yunani. Hampir di setiap unsur
9
D. Renaissance
Abad 17 memberi sumbangan yang sangat berarti bagi kebudayaan Barat.
Sejarah abad 15 dan 16 ditentukan oleh penemuan-penemuan penting yaitu
mesin, kompas, dan mesin cetak. Semangat baru muncul untuk menyelidiki
kebudayaan Yunani dan Romawi klasik. Semangat ini disebut semangat
Renaissance yang berasal dari kata “renaitre” yang berarti kelahiran kembali
manusia untuk mendapatkan semangat hidup baru. Gerakan yang menyelidiki
semangat ini disebut gerakan humanisme.
Pusat-pusat aktivitas teater di Italia adalah istana-istana dan akademi. Di
gedung-gedung teater milik para bangsawan inilah dipentaskan naskah-naskah
yang meniru drama-drama klasik. Para aktor kebanyakan pegawai-pegawai
11
tak berbicara banyak di Eropa sampai tahun 1725. Teater Jerman dengan model
comedie francaise, menciptakan suatu organisasi teater paling baik di Eropa
pada akhir abad 18. Sejak itu gerakan teater Jerman berpaling dari ide neoklasik
kepada aliran romantik.. Pertunjukan musik sudah hadir di Eropa sejak lama,
biasa diadakan di ballroom atau tempat lainnya yang bukan berfungsi utama
sebagai tempat konser.
Penambahan area untuk orkestra dan dibuat besar dan masuk ke dalam di
bawah panggung yang dapat menampung 130 pemusik. Penempatan di bawah
panggung di sebabkan menurut beliau gagasan ini membuat orkestra tidak
terlihat karena menurutnya orkestra menjadi pengalih perhatian penonton dari
pertunjukan. Secara akustik, konstruksi seperti ini memudahkan musik
bergabung dengan latar dan langsung berkaitan dengan panggung.
15
Pada teater Wagner ini, gelombang suara memiliki waktu dengung yang
relatif panjang yang mampu menghasilkan kolaborasi suara yang baik. The
Prinzregententheater di Munich, mengambil inspirasi dari teater Wagner di
Bayreuth. Kapasitas kursi yang lebih sedikit, yakni 1.106 penonton. Hal ini
disebabkan ukuran kursi yang diperbesar dari 52x70cm menjadi 60x80cm.
Keuntungan akustik lainya adalah dinding pemencar berbentuk irisan yang
bukan berfungsi untuk menyebar gelombang suara, seperti yang di Beirut,
namun untuk memfokuskan gelombang suara.
H. Teater di Abad ke-20
Teater telah berubah selama berabad-abad. Gedung-gedung pertunjukan
modern memiliki efek-efek khusus dan teknologi baru. Orang datang ke gedung
pertunjukan tidak hanya untuk menyaksikan teater melainkan juga untuk
menikmati musik, hiburan, pendidikan, dan mempelajari hal-hal baru.
Rancangan-rancangan panggung termasuk pengaturan panggung arena, atau
yang disebut saat ini, teater di tengah-tengah gedung. Dewasa ini, beberapa cara
untuk mengekspresikan karakter-karakter berbeda dalam
pertunjukan-pertunjukan (di samping nada suara) dapat melalui musik, dekorasi,
tata cahaya, dan efek elektronik. Gaya-gaya pertunjukan realistis dan
eksperimental ditemukan dalam teater Amerika saat ini.
Munculnya bioskop berkontribusi untuk pertunjukan visual yang baru.
Dramaturgi membuat sang aktor sebagai pusat perhatian untuk membedakan
bioskop dengan teater. Panggung dibagi menjadi 3 zona, yakni panggung utama
dan 2 sisi panggung. Lengkung proscenium sekarang lebih dianggap sebagai
struktur sekunder bukan sebagai sesuatu yang mewah.
2.1.3 Teater Tradisional Indonesia
Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia
(2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum
Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater
tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional
merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat
dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”,
sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu
bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara,
unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari
16
pijar. Pementasan wayang pada mulanya hanya dilakukan malam hari. Hal ini
berkaitan dengan sifat pementasan wayang yang menitikberatkan tampilan
bayangan pada kelir. Baru pada abad ke-16, pertunjukkan diadakan pula pada
siang hari. Bentuk wayang yang dipertontonkan berbeda. Wayang jenis ini
memiliki bentuk trimarta, berupa boneka kayu, yang disebut golek. Wayang
golek pertama ini dibuat oleh Sunan Kudus dipentaskan dengan cerita Wong
Agung.
menari dan menyanyi, seperti pada umumnya teater tradisional dan tidak
memakai topeng. Pertunjukan wayang orang terdapat di Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Sedangkan di Jawa Barat ada juga pertunjukan wayang orang (terutama
di Cirebon) tetapi tidak begitu populer. Pertunjukan Wayang orang biasanya
dilakukan pada malam Jumat Kliwon, malam Sabtu Pon, malam Minggu Legi,
dan malam Sabtu Pahing dan pada malam satu Suro (Juliati 2014: 8). Lahirnya
Wayang Orang, dapat diduga dari keinginan para seniman untuk keperluan
pengembangan wujud bentuk Wayang Kulit yang dapat dimainkan oleh orang.
Wayang yang dipertunjukan dengan orang sebagai wujud dari wayang kulit
-hingga tidak muncul dalang yang memainkan, tetapi dapat dilakukan oleh para
pemainnya sendiri. Sedangkan wujud pergelarannya berbentuk drama, tari dan
musik.
Cerita yang isajikan adalah kaba, dan disampaikan lewat gurindam, dendang
dan lagu. Sering diiringi oleh alat musik tradisional Minang, yaitu salung, rebab,
bansi, rebana atau yang lainnya, dan juga lewat dialog. Penempatan alat musik
21
berada di luar panggung atau tempat pertunjukan yang penting ialah pemain
musik dapat melihat langsung pada pemain pertunjukan. Kedua, unsur laku dan
gerak, atau tari, yang dibawakan melalui galombang. Gerak tari yang digunakan
bertolak dari gerak-gerak silat tradisi Minangkabau, dengan berbagai variasinya
dalam kaitannya dengan gaya silat di masing-masing daerah .
E. Mamanda
Moeloek, atau dari kata Ba Abdoel Moeloek. Nama teater tersebut berasal dari
judul cerita yaitu Abdoel Moeloek karangan Saleha. Bermula, Mamanda
mempunyai pengiring musik yaitu orkes melayu dengan mendendangkan
lagu-lagu berirama melayu, sekarang beralih dengan iringan musik panting
dengan mendendangkan Lagu Dua Harapan, Lagu Dua Raja, Lagu Tarima Kasih,
Lagu Baladon, Lagu Mambujuk, Lagu Tirik, Lagu Japin, Lagu Gandut , Lagu
Mandung-Mandng, dan Lagu Nasib.
F. Lenong
Menurut Santosa (2008: 29) Lenong merupakan teater rakyat Betawi. Teater
tradisional Lenong antara zaman dulu dengan sekarang ini sudah sangat berbeda
dan jauh berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. Kata
daerah Betawi, dan bukan Jakarta, menunjukan bahwa yang dibicarakan adalah
teater masa lampau. Pada saat itu, di Jakarta, yang masih bernama Betawi (orang
Belanda menyebutnya: Batavia) terdapat empat jenis teater tradisional yang
disebut topeng Betawi, lenong, topeng blantek, dan jipeng atau jinong. Pada
kenyataannya keempat teater rakyat tersebut banyak persamaannya. Perbedaan
umumnya hanya pada cerita yang dihidangkan dan musik pengiringnya. Pada
Lenong, dekor disesuaikan dengan babak cerita yang dimainkan. Pertunjukannya
diawali dengan permainan Gambang Kromong, yang membawakan lagu-lagu
baku sebagai berikut: dimulai dengan tetalu, dimainkan lagu-Iagu berirama Mars
yang berfungsi sebagai alat pemanggil penonton. Kemudian dimainkan acara
Hormat Selamet dengan membawakan lagu Angkat Selamet. Dalam acara ekstra,
lagu yang dibawakan antara lain: Jali-jali, Persi, Stambul, Cente Manis, Seret
Balok, Renggong Manis, dan lainya.
Pertunjukkan Lenong diiringi orkes Gambang Kromong dengan berbagai
alat musik. Alat musik pukulnya Gambang, Kromong (sejenis bonang), gendang,
kempur, kecrek, gong; alat musik geseknya shu kong (sejenis rebab besar) atau
teh yan (rebab kecil); dan alat tiupnya trompet, suling dan akordeon. Lagu-lagu
pengiring pertunjukkan ini terdiri atas lagu cina (misalnya si Patmo, Phobin Cu
Tay) dan lagu Betawi (misalnya Cente Manis, Jali-Jali). Lagu-lagu ini
menggunakan tangga nada pentatonis doremi. Umumnya pertunjukkan Lenong
dimainkan di atas panggung yang disebut pentas tapal kuda. karena pemainnya
masuk ke arena pertunjukan dari sebelah kiri dan keluar arena dari sebelah kanan,
sedang penontonnya melihat hanya dari bagian depan. Masyarakat Betawi sering
23
G. Longser
Longser adalah jenis teater tradisional yang bersifat kerakyatan yang
terletak di Jawa Barat, termasuk kelompok etnik Sunda. Ada jenis teater rakyat
lain di daerah etnik Sunda serupa dengan longser, yaitu banjet. Ada lagi di
daerah (terutama, di Banten), yang dinamakan ubrug.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa longser berasal dari kata melong
(melihat) dan seredet (tergugah). Artinya barang siapa melihat (menonton)
pertunjukan, hatinya akan tergugah. Pertunjukan longer sama dengan
pertunjukan kesenian rakyat yang lain, yang bersifat hiburan sederhana, sesuai
dengan sifat kerakyatan, gembira dan jenaka. Sebelum longser lahir, ada
24
beberapa kesenian yang sejenis dengan Longser, yaitu lengger. Ada lagi yang
serupa, dengan penekanan pada tari, disebut ogel atau doger (Santosa, 2008: 30).
H. Ubrug
Ubrug merupakan teater tradisional yang terdapat di daerah Banten. Ubrug
menggunakan bahasa daerah Sunda, campur Jawa dan Melayu, serupa dengan
topeng banjet yang terdapat di daerah Karawang. Ubrug dapat dipentaskan di
mana saja, seperti halnya teater rakyat lainnya. Dipentaskan bukan saja untuk
hiburan, tetapi juga untuk memeriahkan suatu “hajatan”, atau meramaikan suatu
“perayaan”.
Cerita-cerita yang dipentaskan terutama cerita rakyat, sesekali dongeng atau
cerita sejarah. Beberapa cerita yang sering dimainkan ialah Dalem Boncel,
Jejaka Pecak, Si Pitung atau Si Jampang (pahlawan rakyat setempat, seperti juga
di Betawi). Gaya penyajian cerita umumnya dilakukan seperti pada teater rakyat,
25
Para pemain Ketoprak memakai kostum dan make up yang bersifat realis
sesuai dengan peran dan waktu ketika mereka tampil. Tempat pertunjukan
berupa pentas berbentuk panggung dengan dekorasi (latar belakang) yang
bersifat realis (sesuai dengan lokasi kejadian, misalnya di hutan, di kraton dan
lainya). Demikian juga dialog yang diucapkan para pemainnya. Ketoprak
Gamelan dapat dikatakan sebagai drama tradisional yang biasanya mengambil
ceritera tentang kerajaan-kerajaan tempo dulu. Sebelum permainan utama
ketoprak di mulai, biasanya disuguhkan terlebih dahulu pertunjukan extra berupa
tari-tarian yang tidak ada hubungannya dengan ceritera yang akan dimainkan.
J. Ludruk
Ludruk merupakan teater berasal dari Jawa Timur, daerah Jombang. Bahasa
yang digunakan adalah bahasa Jawa dengan dialek Jawa Timuran. Dalam
perkembangannya ludruk menyebar ke daerah-daerah barat Jawa Timur seperti
karesidenan Madiun, Kediri, dan sampai ke Jawa Tengah. Ciri-ciri bahasa dialek
Jawa Timuran tetap terbawa meskipun semakin ke barat makin luntur menjadi
bahasa Jawa setempat. Ludruk merupakan salah satu jenis kesenian yang berupa
drama tradisional diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang digelarkan di
sebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari,
yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik (Juni,
2014: 3). Lebih lengkapnya, peralatan musik daerah yang digunakan, ialah
kendang, cimplung, jidor dan gambang. Penambahan jumlah alat musik yang
digunakan tergantung pada kemampuan grup yang memainkan ludruk tersebut.
28
K. Gambuh
sangat sulit karena merupakan tarian klasik yang bermutu tinggi. Oleh karena itu
tidaklah mengherankan kalau gambuh merupakan sumber dari tari-tarian Bali
yang ada. Sejarah gambuh telah dikenal sejak abad ke-14 di Zaman Majapahit
dan kemudian masuk ke Bali pada akhir Zaman Majapahit. Di Bali, gambuh
dipelihara di istana raja-raja.
Arja adalah jenis teater tradisional yang terdapat di Bali. Seperti bentuk
teater tradisi Bali lainnya, Arja merupakan bentuk teater yang penekanannya
pada tari dan nyanyi. Semacam gending yang terdapat di daerah Jawa Barat
(Sunda), dengan porsi yang lebih banyak diberikan pada bentuk nyanyian
(tembang). Arja bersumber dari gambuh yang disederhanakan unsur-unsur
tarinya, karena penekanannya terdapat pada tembangnya. Tembang (nyanyian)
yang digunakan memakai bahasa Jawa Tengahan dan bahasa Bali halus.
(Santosa, 2008: 33)
Setelah diuraikan beberapa perwakilan dari seni pertunjukan tradisional
Indonesia, ternyata masih banyak jenis seni pertunjukan tradisional di Indonesia
dimana merupakan asset yang luar biasa untuk diberdayakan menjadi daya tarik
para wisatawan. Bila dilihat secara kuantitas, seni pertunjukan Indonesia sangat
31
1) Drama
Jumlah pemain dalam pementasan drama adalah 2 sampai 20 orang, namun
biasanya lebih dari 12 orang pemain.
Gambar 2.35 The Nutcracker karya Willam Christensen, Ballet West (2012)
Sumber: online.wsj.com
4) Chamber opera, chamber ballet, music hall and variety, cabaret, plays
with music
Para pemainnya tidak sebanyak pementasan drama, namun harus dibuat
pengaturan letak yang tepat untuk para musisi.
34
Sumber: http://vimeo.com/2643909
5) Concerts
Simfoni orkestra rata-rata menampilkan 90 orang pemain, bahkan bisa lebih
dari 120 orang. Pada konser jazz, pop , dan musik tradisional biasanya
menampilkan jumlah pemain sekitar 10 hingga 12 orang, tetapi jika adakalanya
bisa mencapai 50 orang. Recital adalah pertunjukan musik dengan skala terkecil,
yakni menampilkan seorang penyanyi solo dan seorang instrumentalist yang
disertai pengiring. Konser paduan suara membutuhkan ruang untuk 200 hingga
400 penyanyi atau bahkan lebih jika pada acara tertentu dengan tambahan
orkestra.
6) Film
Sebuah gedung pertunjukan pada awal perencanaannya didesain untuk
bioskop (cinema) memang tidak cocok dan tidak diperkenankan untuk
pertunjukan secara langsung, namun film bisa dipertunjukan dengan sangat baik
pada gedung yang memiliki fungsi utama sebagai gedung untuk pertunjukan
langsung.
35
B. Secara Khusus
tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat
dalam masyarakat lingkungannya. Proses terciptanya teater tradisional di
Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini
disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbeda-beda,
tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana
teater tradisional lahir.
Kesenian-kesenian adat ini terus berkembang hingga saat ini. Sehingga
tercipta suatu periode dimana teater tradisional mengalami suatu perubahan
karena pengaruh budaya lain yang disebut teater transisi. Kelompok teater yang
masih tergolong kelompok teater tradisional dengan memasukkan unsur-unsur
teknik teater Barat, dinamakan teater bangsawan. Pada periode transisi inilah
teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi. Selain pengaruh dari
teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang
dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805 yang
kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya
gedung Schouwburg pada tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).
2.1.6 Klasifikasi Jenis Aktifitas Dalam Seni Pertunjukan
Pada pembahasan ini, menjabarkan aktivitas-aktivitas yang terjadi atau yang
dilakukan di dalam area gedung pertunjukan menyangkut dengan teater.
A. Pemain
1) Persiapan pertunjukan
Sebelum pertunjukan dipentaskan, para pemain mempersiapkan diri terlebih
dahulu. Aktivitas yang dilakukan seperti latihan, mengingat kembali penentuan
blocking, pemanasan, tata rias, dan menggunakan kostum. Gladiresik umumnya
dilakukan di panggung tempat pementasan atau bisa dilakukan di tempat lain
yang luasannya tidak jauh berbeda dengan panggung pertunjukan.
2) Pentas pertunjukan
Saat pertunjukan sedang berlangsung, aktivitas yang dilakukan selain
pementasan pertunjukan ialah pergantian pemain sesuai dengan bagiannya. Para
pemain yang sedang tidak tampil menunggu di belakang panggung yang sering
disebut dengan backstage atau di area samping panggung. Kejelasan
penyampaian pesan dari suatu pertunjukan ditentukan oleh keahlian dan
komunikasi masing-masing pemain, penari, penyanyi, dan lakon dalam
menyampaikan pertunjukan tersebut. Namun faktor eksternal juga turut
37
Gambar 2.42 Arena Stage at the Mead Center for American Theater
Sumber : archrecord.construction.com
Jarak yang sengaja diciptakan untuk memisahkan pemain dan penonton ini
dapat digunakan untuk menyajikan cerita seperti apa adanya. Aktor dapat
bermain dengan leluasa seolah-olah tidak ada penonton yang hadir melihatnya.
Pemisahan ini dapat membantu efek artistik yang dinginkan terutama dalam
gaya realisme yang menghendaki lakon seolah-olah benar-benar terjadi dalam
kehidupan nyata.
43
c) Panggung Thrust
Masyarakat Panggung thrust seperti panggung proscenium tetapi dua per
tiga bagian depannya menjorok ke arah penonton. Pada bagian depan yang
menjorok ini penonton dapat duduk di sisi kanan dan kiri panggung. Panggung
thrust nampak seperti gabungan antara panggung arena dan proscenium. Untuk
penataan panggung, bagian depan diperlakukan seolah panggung
Arena sehingga tidak ada bangunan tertutup vertikal yang dipasang.
Sedangkan panggung belakang diperlakukan seolah panggung proscenium yang
dapat menampilan kedalaman objek atau pemandangan secara perspektif.
Panggung thrust telah digunakan sejak Abad Pertengahan (Medieval) dalam
bentuk panggung berjalan (wagon stage) pada suatu karnaval. Bentuk ini
kemudian diadopsi oleh sutradara teater modern yang menghendaki lakon
ditampilkan melalui akting para pemain secara lebih artifisial (dibuat-buat agar
lebih menarik) kepada penonton. Bagian panggung yang dekat dengan penonton
memungkinkan gaya acting teater presentasional yang mempersembahkan
permainan kepada penonton secara langsung, sementara bagian belakang atau
panggung atas dapat digunakan untuk penataan panggung yang memberikan
gambaran lokasi kejadian.
a) 360° encirclement
Tempat pementasan dikelilingi penonton dari segala sisi. Bentuk ini juga
44
b) Transverse stage
Panggung ini berbentuk melintang dan jarang sekali ditemukan.
d) 180° encirclement
Teater Romawi memiliki bentuk seperti ini dan teater pertama masa
Renaissance memiliki pola seperti ini. Penekanan fokus pertunjukan telah
berpindah ke arah dinding belakang yang sekarang telah menjadi batas area
pentas. Versi terbaru dari bentuk ini biasa disebut thrust stage, peninsular atau
three-sided stage. Thrust stage sekarang ini memiliki berbagai tingkat
kelengkungan dan sedikit yang mirip dengan teater kuno.
e) 90° encirclement
Bentuknya yang seperti “kipas” lingkaran lebih mengarahkan penonton
untuk melihat latar pertunjukan. Bentuk panggung seperti ini memiliki banyak
variasi yang mungkin digunakan, dengan luasan latar yang lebih besar
dibandingkan dengan thrust stage. Namun tetap memiliki jarak pandang yang
terbatas. Teknik pertunjukan tidak jauh berbeda dengan pertunjukan yang
mengunakan panggung proscenium.
f) Zero encirclement
Biasa disebut sebagai End Stage. Sebuah panggung terbuka yang area
46
pentasnya menjadi satu dengan area penonton. Adanya batas pandangan bukan
karena adanya latar, namun memang dikarenakan keterbatasan fisik bangunan.
Kondisi ini disebabkan oleh pembatasan struktur yang ada secara sengaja. Pada
dasarnya berbentuk proscenium namun tanpa lengkungan proscenium dan tanpa
area persiapan.
g) Space stage
Area pertunjukan tidak terlalu luas dan batas panggung tidak terlalu jelas
terbagi namun menyatu dengan auditorium. Latar tidak bisa diletakan pas di
belakang dinding proscenium, karena bisa menghalangi safety curtain dan house
curtain. Garis di mana properti latar tidak boleh diletakan disebut setting line
dan umumnya berjarak 1 meter di belakang proscenium. Bagian dari panggung
antara setting line hingga ujung panggung disebut forestage. Apabila panggung
dimajukan lagi ke arah penonton maka bagian itu disebut apron stage, dan dapat
berfungsi sebagai panggung terbuka dengan memberikan efek pemain berada di
level yang sama dengan penonton.
47
auditorium terdapat pada garis tengah, dengan jarak sebesar antara batas
proscenium dengan dinding paling belakang auditorium, yang terletak di
belakang proscenium ke arah panggung.
B. Fasilitas Pendukung
Hampir seluruh furnitur yang berada di ruang ganti adalah built-in dengan
kursi-kursi lepasan. Kursi yang paling tepat adalah yang tanpa lengan,
upholstered, dapat berputar, bisa diatur sendiri. Tempat penyimpanan dan laci
pada tiap meja rias dibutuhkan untuk menyimpan barang-barang pribadi pemain.
Penyimpanan pakaian dan kostum dibutuhkan lemari baju gantung dengan
kedalaman minimum 600 mm dengan lebar beragam, tergantung dari jenis
50
pemain, dengan kaca dan rak handuk. Untuk shower juga memiliki
perbandingan yang sama. Meskipun demikian untuk alasan ekonomis, showers
dapat dikelompokan dan dibuat area mandi bersama untuk dressing room dengan
kapasitas yang besar. Akses antara kamar mandi dengan dressing room harus
mudah dan dekat. Toilet untuk pemain juga memiliki perbandingan idealnya
sendiri. 1 wc untuk tiap 5 wanita, 1 wc untuk tiap 8 pria, dan 1 urinal untuk tiap
5 pria.
b) Jalur masuk ke panggung (Entrances to stage)
Harus ada koridor sebagai penghubung antara jalur dari panggung dengan
ruang ganti untuk mencegah penyimpangan cahaya. Perlu diingat bahwa mata
manusia membutuhkan waktu untuk beradaptasi dari ruangan yang sangat terang
benderang area panggung yang redup. Pencahayaan di area backstage perlu
diatur untuk mengurangi intensitas cahaya sebelum sampai di koridor panggung.
Koridor juga berfungsi sebagai pengunci suara yang menyaring dan meredam
bising yang berasal dari ruang ganti. Para pemain juga bisa berdiri di sini sambil
mendengarkan pertunjukan ataupun untuk mendengar syarat dari panggung
untuk masuk kedalam panggung.
Harus ada setidaknya 2 jalur masuk ke panggung, 1 jalur pada tiap sisinya.
Jalur masuk yang terpisah diperlukan untuk mencegah pemain berkerumun.
Pada panggung proscenium, sebuah jalur yang menghubungkan sisi panggung
yang satu dengn yang lainnya menjadi hal yang penting. Sebuah koridor yang
mengelilingi belakang panggung bisa berfungsi sebagai area persiapan dadakan
atau untuk sirkulasi pemain. Koridor ini harus bebas dari kabel-kabel atau
benda-benda lainnya yang dapat menghalangi bahkan mencelakai pemain. Area
ini harus tetap redup dan minim suara (Ham, 1987:186).
kali pintu dibuka. Perlu ditempatkan sebuah lobby dengan pintu ganda yang
dapat menutup sendiri.
Pada beberapa bengunan, area ini dapat juga dijadikan ruang tunggu atau
tempat box office. Foyer sebagai jalur untuk menhantarkan para penonton ke
dalam ruang pertunjukan. Foyer harus jelas dalam arti pengunjung dapat dengan
mudah untuk mengetahui dimana pintu masuk ruang pertunjukan. Tambahan
dekorasi seperti poster, lukisan, atau karya seni lainnya pada foyer dapat
menambah nilai estetik (Ham, 1987:220).
3) Refreshment area
Ham dalam bukunya Planning Theatre ABTT, mengatakan bahwa Para
penonton tiba di gedung teater setengah jam sebelum pertunjukan dimulai.
Sebagian dari mereka tentu akan pergi ke bar atau restoran untuk sekedar
menghabiskan waktu. Selama interval, adanya kesempatan yang lebih besar
untuk membeli makanan dan minuman. Biasanya disediakan kopi dan teh di
foyer bagi para penonton, dan makanan-makanan kecil juga dijual di sana.
a) Bar
Refreshment area yang berada di area foyer, disediakan untuk aktivitas yang
intens. Area bar seharus cukup untuk menampung pembeli. Lokasi bar harus
terakses langsung dengan sirkulasi publik yang mengrah ke ruang pertunjukan.
Waktu yang dibutuhkan untuk konsumsi harus diperhitungkan. Semua harus
disajikan sepraktis mungkin. Penyajian, penyimpanan, dan servis menjadi
perhatian utama bagi pihak front-of-house.
b) Restoran
Bagi gedung pertunjukan baru, sebuah restoran mampu menjadi daya tarik
tersendiri. Sebuah restoran akan menguntungkan bagi manajemen, sedangkan
bagi pelanggan akan sangat memudahkan dan memberikan kenyamanan dalam
penggunaan kelengkapan fasilitas gedung. Namun, jika ingin menempatkan
sebuah restoran di dalam gedung pertunjukan haruslah direncanakan sejak awal.
Karena sebuah restoran memiliki aturannya sendiri dan struktur-struktur teknis
yang berbeda dengan fungsi gedung pertunjukan.
4) Toilet
Toilet pada area publik biasanya digunakan dalam waktu yang singkat
selama interval. Jumlah penonton yang memasuki toilet banyak khususnya
ketika pertunjukan selesai. Untuk mencegah antrian yang panjang, maka perlu
54
Ticket box, istilah lain untuk loket tiket, berfungsi sebagai tempat untuk
membeli tiket on the spot. Lokasi untuk loket tiket paling tepat berada di dekat
pintu masuk di mana setiap penonton akan melewatinya. Keamanan area ini
sangat penting karena terjadi transaksi pembelian tiket dan terdapat antrian,
sehingga memungkinkan terjadi tindak kriminal.
C. Fasilitas Servis
1) Ruang peralatan
Ruang peralatan di gedung-gedung pertunjukan Indonesia umumnya
menyimpan properti panggung seperti kursi, meja, lampu, karpet, dan
perlengkapan lainnya yang umum digunakan untuk pementasan. Properti
disimpan dalam jangka waktu panjang dan dapat digunakan oleh siapa saja.
Properti khusus seperti rumah-rumahan, pohon-pohanan dibawa sendiri oleh
pihak produksi teater.
2) Ruang generator
Ruang ini berhubungan dengan listrik dan sumber energi untuk pertunjukan.
55
3) Ruang pengendali
Umumnya terdapat tiga ruang pengendali dalam suatu ruang pertunjukan,
yaitu ruang pengendali suara (sound system), ruang pengendali lighting, ruang
pengendali latar. Masing-masing ruang pengendali ini memiliki akses langsung
ke arah panggung. Biasanya berupa jendela observasi.
Ham (1987:123) menyatakan peralatan elektronik sistem audio harus
ditempatkan pada rak peralatan di dalam ruang kontrol. Posisi operator harus
dekat dengan ruang peralatannya dan terletak pada posisi penonton. Akses
menuju ruang control sebaiknya berada di luar ruang pertunjukan dan terpisah
dari area publik, tetapi pintu yang berada didalam ruang pertunjukan juga
diperlukan saat latihan (gladiresik).
2.1.8 Persyaratan Umum
Persyaratan umum merupakan standarisasi baik secara lokal maupun
internasional pada setiap bangunan yang diperuntukan sebagai fasilitas umum,
tentu ada persyaratan umum yang harus dipenuhi. Berikut merupakan beberapa
persyaratan umum dari sebuah gedung pertunjukan disertai dengan pembahasan
yang lebih mendalam..
A. Garis pandang
1) Garis pandang vertikal
b) Kedalaman acting area dan ketinggian vertikal pentas sesuai dengan tipe
pertunjukan.
c) Titik terendah dan terdekat panggung yang harus dapat dilihat oleh
seluruh penonton.
d) Titik tertinggi dari acting area harus bisa dilihat oleh para penonton yang
letaknya paling jauh dari panggung. Dinding penutup balkon, proscenium, atau
border tidak boleh menghalangi garis pandang tersebut (Ham, 1987:32).
.
desain yang dibutuhkan oleh telinga atau kenyamanan pendengaran, desain aural.
Estetika bunyi menentukan sukses atau tidaknya suatu seni pertunjukan, atau
nyamannya suatu ruang tempat berkumpul. Peran akustik arsitektur dan desainer
interior adalah agar dapat mendesain ruang yang tepat penggunaannya, dengan
pemakaian bahan atau finishing yang sesuai dengan pemakaian bidang-bidang
pantul, serap dan difusi pada interior ruang yang dibutuhkan.
Gelombang bunyi bersifat spherical, gelombangnya seperti gelombang air
yang makin melemah kalau jauh dari sumbernya terutama untuk tempat terbuka.
Dalam akustik, harus diperhatikan hal-hal penting seperti berikut ini:
a) Harus ada Jejak perambatan bunyi dari sumber bunyi ke lokasi penerima.
b) Intensitas bunyi akan melemah apabila menjauh dari sumber bunyi.
c) sumber bunyi dan lokasi penerima (source-receiver).
Dalam desain tata akustik, perancang harus memperhatikan pengarahan dan
penguatan intensitas sumber bunyi yang diinginkan dan memperlemah atau
menghilangkan sumber bunyi yang tidak diinginkan oleh penerima. Dapat
mengidentifikasi jejak perambatan bunyi dari sumber bunyi ke lokasi penerima
dan menciptakan bunyi dengan standar back ground noise yang dapat diterima.
Faktor yang sangat penting juga ialah masalah gaung suara agar bisa merata ke
seluruh pemirsa dalam waktu yang bersamaan meskipun posisi duduknya saling
berjauhan dari sumber suara.
Jadi Tata Akustik merupakan pengolahan tata suara pada suatu ruang untuk
menghasilkan kualitas suara yang nyaman untuk dinikmati, merupakan unsur
penunjang terhadap keberhasilan desain yang baik karena pengaruhnya sangat
luas dan dapat menimbulkan efek-efek fisik dan emosional dalam ruang
sehingga seseorang akan mampu merasakan kesan-kesan tertentu.
Persyaratan tata akustik gedung pertunjukan yang baik dikemukakan oleh
Doelle (1990:54) yang menyebutkan bahwa untuk menghasilkan kualitas suara
yang baik, secara garis besar gedung pertunjukan harus memenuhi syarat :
1. Kekerasan (Loudness) yang Cukup
Kekerasan yang kurang terutama pada gedung pertunjukan ukuran besar
disebabkan oleh energi yang hilang pada perambatan gelombang bunyi karena
jarak tempuh bunyi terlalu panjang, dan penyerapan suara oleh penonton dan isi
ruang (kursi yang empuk, karpet, tirai ).
Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi agar tercapai kekerasan/loudness
58
yang cukup. Dalam hal ini Doelle (1990:54) mengemukakan persyaratan yang
perlu diperhatikan untuk mencapainya, yaitu dengan cara memperpendek jarak
penonton dengan sumber bunyi, penaikan sumber bunyi, pemiringan lantai,
sumber bunyi harus dikelilingi lapisan pemantul suara, luas lantai harus sesuai
dengan volume gedung pertunjukan, menghindari pemantul bunyi paralel yang
saling berhadapan, dan penempatan penonton di area yang menguntungkan.
a. Memperpendek Jarak Penonton dengan Sumber Bunyi.
Mills (1976:15) mengemukakan pendapat mengenai persyaratan jarak
penonton dengan sumber bunyi untuk mendapatkan kepuasan dalam mendengar
dan melihat pertunjukan, "Jarak tempat duduk penonton tidak boleh lebih dari 20
meter dari panggung agar penyaji pertunjukan dapat terlihat dan terdengar dengan
jelas."
Akan tetapi untuk mendapatkan kekerasan yang cukup saja (tanpa harus
melihat penyaji dengan jelas), misalnya pada pementasan orkestra atau konser
musik, toleransi jarak penonton dengan penyaji dapat lebih jauh hingga jarak
maksimum dengan pendengar yang terjauh adalah 40 meter, sebagaimana yang
dikemukakan Mills (1976:8).
b. Menaikan Sumber Bunyi
Sumber bunyi harus dinaikkan agar sebanyak mungkin dapat dilihat oleh
penonton, sehingga menjamin gelombang bunyi langsung yang bebas
(gelombang yang merambat secara langsung tanpa pemantulan) ke setiap
pendengar.
c. Kemiringan Lantai
Lantai di area penonton harus dibuat miring karena bunyi lebih mudah
diserap bila merambat melewati penonton dengan sinar datang miring (grazing
incidence). Aturan gradien kemiringan lantai yang ditetapkan tidak boleh lebih
dari 1:8 atau 30°-35° dengan pertimbangan keamanan dan keselamatan.
Kemiringan lebih dari itu menjadikan lantai terlalu curam dan membahayakan.
Bila sumber bunyi ditinggikan dan area tempat penonton dimiringkan 30° maka
pendengar akan menerima lebih banyak bunyi langsung yang menguntungkan
kekerasan suara.
d. Sumber bunyi harus dikelilingi lapisan pemantul suara
Untuk mencegah berkurangnya energi suara, sumber bunyi harus dikelilingi
oleh permukaan-permukaan pemantul bunyi seperti gypsum board, plywood,
59
flexyglass dan sebagainya dalam jumlah yang cukup banyak dan besar untuk
memberikan energi bunyi pantul tambahan pada tiap bagian daerah penonton,
terutama pada tempat-tempat duduk yang jauh .Langit-langit dan dinding
samping auditorium merupakan permukaan yang tepat untuk memantulkan bunyi.
Sehubungan dengan upaya penguatan bunyi tersebut Mills (1976:28) berpendapat
sebagai berikut, "Salah satu cara untuk memperkuat bunyi dari panggung adalah
dengan menyediakan pemantul di atas bagian depan auditorium untuk
memantulkan bunyi secara langsung ke tempat duduk bagian belakang, dimana
bunyi langsung (direct sound) terdengar paling lemah."
Permukaan-permukaan pemantul bunyi (acoustical board, plywood, gypsum
board dan lainya) yang memadai akan memberikan energi pantul tambahan pada
tiap-tiap bagian daerah penonton, terutama pada bagian yang jauh. Ukuran
permukaan pemantul harus cukup besar dibandingkan dengan dengan panjang
gelombang bunyi yang akan dipantulkan. Sudut-sudut permukaan pemantul harus
ditetapkan dengan hukum pemantulan bunyi dan langit-langit serta permukaan
dinding perlu dimanfaatkan dengan baik agar diperoleh pemantulan-pemantulan
bunyi singkat yang tertunda dalam jumlah yang terbanyak. Ketepatan dalam
meletakkan langit-langit pemantul dengan pemantulan bunyi yang makin banyak
ke tempat duduk yang jauh, secara efektif menyumbang kekerasan yang cukup.
Langit-langit dan bagian depan dinding-dinding samping auditorium merupakan
permukaan yang cocok untuk digunakan sebagai pemantul bunyi.
e. Kesesuaian luas lantai dengan volume ruang
Terkait dengan kapasitas tempat duduk, The Association of British Theatre
Technicians oleh Mills (1976:32) mengklasifikasikan gedung pertunjukan dari
yang berukuran kecil hingga sangat besar yakni: ukuran sangat besar berkapasitas
1500 atau lebih tempat duduk, ukuran besar 900-1500 tempat duduk, ukuran
sedang 500 – 900 tempat duduk dan ukuran kecil kurang dari 500 tempat duduk.
Doelle (1990:58) menyebutkan bahwa nilai volume per tempat duduk
penonton yang direkomendasikan untuk gedung pertunjukan serbaguna minimal
5.1 m³, optimal 7.1 m³ dan maksimal 8.5 m³. Dari perbandingan tersebut dapat
diperoleh standar ukuran volume yang dipersyaratkan untuk gedung ukuran
tertentu sehingga kelebihan ataupun kekurangan kapasitas ruang dapat dihindari .
f. Menghindari pemantul bunyi yang saling berhadapan
Bentuk plafond paralel secara horisontal tidak dianjurkan, kana akan terjadi
60
sebagai gema, yang ditandai dengan adanya penundaan yang berulang-ulang dari
bunyi langsung. Pemantulan yang Berkepanjangan (Long - Delayed Reflections)
adalah cacat akustik yang sejenis dengan gema, tetapi penundaan waktu antara
penerimaan bunyi langsung dan bunyi pantul agak lebih singkat, sedangkan
gaung merupakan cacat akustik yang terdiri atas gema-gema kecil yang berturutan
dengan cepat. Peristiwa ini dapat diamati bila terjadi ledakan singkat seperti
tepukan tangan atau tembakan yang dilakukan di antara dua permukaan dinding
atau pemantul bunyi yang sejajar dan rata.Waktu dengung (reverberation time)
berperan penting dalam menciptakan kualitas musik dan kemampuan untuk
memahami suara percakapan dalam ruang. Ketika permukaan ruang memiliki
daya pantul yang tinggi, bunyi akan terus memantul atau menggema secara
berlebihan sehingga mengakibatkan bunyi tidak dapat didengar dan dimengerti
dengan jelas . Pemusatan Bunyi atau disebut juga dengan hot spots atau titik panas,
merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh pemantulan bunyi pada
permukaan-permukaan cekung. Intensitas bunyi di titik panas sangat tinggi dan
merugikan daerah dengar karena menyebabkan distribusi energi bunyi tidak dapat
merata . Ruang Gandeng (Coupled Spaces) merupakan cacat akustik yang terjadi
bila suatu ruang pertunjukan berhubungan langsung dengan ruang lain seperti
ruang depan dan ruang tangga, maka kedua ruang tersebut membentuk ruang
gandeng. Selama rongga udara ruang yang bergandengan tersebut terbuka maka
masuknya bunyi dengung dari ruang lain tersebut akan terasa meski dengung di
dalam ruang pertunjukan telah diatasi dengan baik. Gejala ini akan mengganggu
penonton yang duduk dekat pintu keluar masuk yang terbuka.
Distorsi merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh perubahan kualitas
bunyi yang tidak dikehendaki. Hal ini terjadi akibat ketidakseimbangan atau
penyerapan bunyi yang terlalu besar oleh permukaan-permukaan dinding.
Bayangan Bunyi merupakan cacat akustik yang terjadi apabila bunyi terhalang
untuk sampai ke penonton. Gejala ini dapat diamati pada tempat duduk di bawah
balkon yang menonjol terlalu jauh dengan kedalaman lebih dari dua kali tingginya.
Serambi Bisikan (Whispering Gallery) merupakan cacat akustik yang disebabkan
oleh adanya frekuensi bunyi tinggi yang mempunyai kecenderungan untuk
merangkak sepanjang permukaan-permukaan cekung yang besar (kubah setengah
bola). Suatu bunyi yang sangat lembut seperti bisikan yang diucapkan di bawah
kubah tersebut akan terdengar pada sisi yang lain. Meskipun gejala ini kadang
64
menyenangkan dan tidak merusak, akan tetapi tetap saja merupakan suatu
keadaan yang tidak diinginkan bagi akustik yang baik.
5. Penggunaan Bahan Penyerap Bunyi
Pemilihan bahan penyerap bunyi yang tepat untuk melapisi elemen
pembentuk ruang gedung pertunjukan sangat dipersyaratkan untuk menghasilkan
kualitas suara yang memuaskan. Doelle (1990:33) menjelaskan mengenai
bahan-bahan penyerap bunyi yang digunakan dalam perancangan akustik yang
dipakai sebagai pengendali bunyi dalam ruang-ruang bising dan dapat dipasang
pada dinding ruang atau di gantung sebagai penyerap ruang yakni yang berjenis
bahan berpori dan panel penyerap (panel absorber) serta karpet.
C. Tatanan tempat duduk
Tata letak duduk penonton menjadi hal yang penting untuk dipahami dimana
kenyamanan saat menonton pertunjukan dipengaruhi batas jarak pandang dan
kemampuan mendengarkan dari tiap individu penonton.
Tiap baris dibuat bertingkat sehingga tiap penonton secara teori tidak
terhalang oleh orang di depannya. Dengan ketinggian tiap tangga sekitar 12
65
Area balkon yang menampung penonton pada area atas harus didesain agar
rester bagian atas tidak menjadi tempat untuk meletakan barang-barang kecil
seperti tas yang mungkin jatuh dan menimpa orang lain di bawahnya. Lebar
idealnya sekitar 25 cm karena bila terlalu tipis akan membuat penonton merasa
ngeri. Railing penjaga perlu dipasang di setiap ujung dinding balkon (Ham,
2008:55).
Jarak sirkulasi pada area penonton ideal berdasarkan buku Theatre Planning
ABTT, Ham(1987:54) menyebutkan bahwa:
- A : jarak back-to-back tiap baris untuk kursi dengan sandaran adalah 76 cm
(minimum).
-B : jarak back-to-back tiap baris untuk kursi tanpa sandaran
66
adalah 61 cm (minimum).
- C : Lebar kursi dengan sandaran tangan adalah 51 cm (minimum).
- D : Lebar kursi tanpa sandaran tangan adalah 46 cm (minimum).
- E : Jarak antar baris minimum adalah 30,5 cm.
- F : Jarak maksimum untuk kursi dari lorong adalah 306 cm.
- G : Lebar minimum lorong adalah 107 cm.
dan dalam level kekerasan yang memadai. Sebaiknya suara terdengar seperti
suara asli yang keluar dari mulut manusia (bukan muncul dari sistem pengeras
suara) - idealnya, penonton tidak menyadari adanya sistem penguat bunyi.
1) Microphone
Menurut Santosa dalam bukunya Seni Teater Jilid 2 (2008), mikrofon
memiliki beberapa tipe yang masing-masing mempunyai karakter sendiri. Efek
suara yang dihasilkan pun berbeda-beda. Ribbon Microphone, Mikrofon ini tidak
tahan terhadap desis angin, dan sangat bagus untuk rekaman yang dilakukan di
dalam studio rekaman (indoor), dilengkapi dengan selector V untuk voice dan M
untuk musik. Wireless Microphone, jenis mikrofon ini dilengkapi dengan
pemancar (transmitter) dan pesawat penerima (reciever). Cara kerja wireless
microphone (mikrofon tanpa kabel) jenis ini sangat tergantung dengan catu daya
atau batere. Kelebihan mikrofon ini adalah sangat nyaman karena pemakainya
dapat bergerak bebas tanpa terganggu adanya kabel. Transmiternya memiliki
pengatur level volume yang dapat diatur menyesuaikan dengan level input audio
mixer.Mikrofon dari cardioid, harus diletakan dengan cara digantung sepanjang
sisi luar panggung. Jumlahnya tergantung lebar panggung. Mikrofon ini harus
dilengkapi dengan shock absorbent fixings sehingga getaran dari panggung itu
sendiri tidak mempengaruhi mikrofon.
Alternative lain untuk mikrofon gantung adalah dengan menggunakan
long-range gun microphones yang menghadap langsung ke ke panggung dari
posisi front-of-house. Uni directional microphone adalah Mikrofon yang hanya
mempunyai kepekaan dari satu arah, yaitu sumber suara yang berada di depan
mikrofon saja. Mikrofon yang memiliki pola arah (patern/polarity) ini sering
digunakan untuk penyiar, wawancara dan sangat baik dipergunakan untuk
pertunjukan musik dan teater karena dapat membatasi atau mengurangi
intervensi suara dari berbagai alat musik. Untuk drama di luar ruangan yang
memiiki tingkat kebisingan tinggi, dapat menggunakan mikrofon super/hiper
cardioid (shotgun mic) di mana mikrofon ini memiliki kepekaan pada sudut
yang sempit sehingga dapat membatasi suara yang berasal dari sudut lain.
Apapun jenisnya, mikrofon yang digunakan harus sekecil mungkin agar tidak
terlihat oleh penonton. Pemilihan jenisnya tergantung dari penggunaan dan
posisi ditempatkannya. Kondisi akustik ruangan juga berhubungan dengan
pemilihan mikrofon.
68
2) Audio mixer
Merupakan suatu peralatan audio yang dipergunakan sebagai alat,
mencampur berbagai sumber suara, mengolah suara, mengatur, dan mengontrol
input serta memperkuat suara menjadi suatu hasil keluaran suara yang
diinginkan. Pada umumnya audio mixer standar dilengkapi dengan line/mic,
phantom power, gain/trim, equalization, feder, mute/solo/PFL, monitor dan
headphone, master out/main out, pan dan assignment.
3) Power amplifier
Peralatan audio atau rangkaian elektronik pelipat tegangan yang berfungsi
sebagai penguat akhir. Power amplifier dilengkapi dengan pengatur besaran
perubahan energi elektrik untuk diteruskan ke speaker monitor.
4) Loudspeaker
Loudspeaker untuk membantu kegiatan pidato atau produksi musik harus
diletakkan sehingga suara timbul dari arah panggung. Pada teater proscenium,
loudspeaker biasanya berada di depan proscenium. Hal ini dikarenakan line
source speakers memiliki desain yang compact dan kualitas yang baik.
E. Tata cahaya panggung
Menurut Ham (2008:110), penataan cahaya panggung pada saat ini
memiliki peranan penting dalam suatu seni pertunjukan dimana dapat membuat
suatu iluminasi dan sebagai ekspresi artistik. Permainan intensitas dan warna
cahaya dapat menciptakan beragam suasana dan membuat perubahan mood
seseorang. Semua skema cahaya panggung harus didasari oleh penerangan
general. Dalam pementasan drama, pencahayaan menjadi sumber dari pusat
perhatian mata penonton. Sebaik apapun posisi duduk penonton dalan
hubungannya dengan panggung, komunikasi akan hilang apabila sang aktor
tidak diterangi dengan baik.
Pencahayaan pada acting area dapat diperoleh dari lampu dengan bias
cahaya yang lebar. Pencahayaan panggung bertujuan untuk menarik perhatian
penonton dapat menciptakan meraih efek dramatis atau dekoratif (motivating
lighting). Hasil seperti ini dapat diciptakan menggunakan permainan warna, arah,
dan intensitas.
Sumber : www.pssl.cm
Sumber : www.christiedigital.com
Sumber : www.theaterlighting.net
Sumber : shopsite.hypermart.net
5 LED strip-footlight
Sumber : www.theaterlighting.net
Sumber : www.theaterlighting.net
7 Floodlight
Sumber : www.homieled.co.za
Sumber : www.chauvelighting.com
9 Follow spot
Sumber : www.theaterlighting.net
akan terjadi angin dingin. Downward system of ventilation adalah cara terbaik
untuk menghadirkan udara sejuk ke dalam auditorium tanpa menyebabkan angin.
Inlet dapat diletakan di langit-langit atau di dinding samping, di bagian kaki
penonton dan di belakang pada posisi yang tinggi.
G. Keamanan
Arsitek dan pihak manajemen gedung harus mengerti mengenai
prinsip-prinsip keamanan gedung dan bekerja sama untuk mewujudkannya.
Selain permasalahan teknis konstruksi bangunan, perlu dikakukan konsultasi
dengan pemerintah daerah tempat gedung tersebut didirikan untuk membahas
mengenai standar keamanan gedung sesuai lokasi gedung.
Ham (1987: 42) mengungkapkan bahwa jaminan keamanan publik yang
terbaik adalah efisiensi dan integritas manajemen pengelola sehari-hari, dan ini
dapat mendukung jika yang bersangkutan memiliki pemahaman tentang
pengaturan keamanan.
1) Bahaya dan perlidungan
Bahaya terbesar pada model panggung pementasan kuno ialah terjadinya
kebakaran di atas panggung. Api akan sangat sulit dipadamkan bila kanvas dan
kayu menjadi material utama panggung. Kemudian digunakannya kanvas tahan
api agar membuat kanvas lebih sulit terbakar namun ketika sudah terbakar, asap
yang ditimbulkan menjadi pekat. Strategi untuk menangani kebakaran di area
panggung adalah dengan mebatasi api dengan keempat sisi dinding panggung
dan membuat cerobong asap beserta dengan penyedot asapnya, sehingga
menjauhkan api dan asap dari penonton.
2) Dinding proscenium
Dinding proscenium dibuat untuk memberikan batasan antara panggung
dengan area penonton. Dinding proscenium dilengkapi dengan safety curtain
yang akan menutup area panggug dan mencegah keluarnya api dan asap.
3) Lentera panggung
Ventilasi udara otomatis atau stage lantern (lentera panggung) merupakan
perlindungan terhadap api yang paling penting yang harus dimiliki panggung
pertunjukan.
4) Ventilasi auditorium
Ventilasi pada ruang auditorium didesain untuk menjaga aliran udara
menuju panggung setiap saat. Harus ada sistem pada lobby untuk mencegah
73
Pada kondisi darurat, orang-orang akan menjauhi sumber bahaya dan segera
mencari jalur keluar. Misalnya, bila terjadi kebakaran pada area panggung,
semua orang pastinya tidak akan menuju pintu keluar sebelah panggung
meskipun telah terpasang safety curtain, tetapi berbondong-bondong menuju
pintu keluar di bagian belakang auditorium. Oleh karena itu, pintu keluar pada
75
area belakang auditorium harus disediakan lebih dari satu pintu keluar.
Sedangkan apabila kebakaran terjadi di bagin belakang auditorium, di mana
keadaan ini jarang sekali terjadi, para penonton dapat keluar melalui pintu di
dekat panggung. Lebar pintu keluar berhubungan dengan fungsinya. Ham (1987:
51) menuliskan,"Rata-rata pergerakan orang di dalam gedung tater adalah 45
orang tiap menit tiap pintu dengan lebar 52-53 cm. Pada bangunan baru, lebar
pintu keluar sebaiknya tidak kurang dari 96-107 cm."
Jumlah pintu keluar dan lebarnya diasusmsikan bahwa 1 orang penonton
harus dapat meninggalkan auditorium dalam waktu 2,5 menit. Seluruh pintu
keluar harus bisa dnegan mudah dibuka dan mudah dikenali dan adanya
penerangan darurat untuk jalur evakuasi. Semua pintu darurat harus dibuka
dengan arah keluar karena efisien dan memudahkan. Hanya pintu masuk utama
gedung yang perlu didbuat dapat dibuka dari kedua arahnya. Jalur evakuasi
sebisa mungkin terpisah dari jalur lainnya dan menuju langsung ke tempat yang
aman. Harus dibangun menggunakan material tahan api dan aman untuk
digunakan dalam keadaan panik. Bentuk-bentuk yang tidak wajar serta
permukaan yang tidak rata harus dihindari.
2.1.9 Persyaratan Fasilitas
Perizinan dan peraturan bangunan gedung seni pertunjukan dibuat untuk
menjadi pedoman dalam menjaga ketertiban umum. Pemberian izin terkait
dengan persyaratan keamanan gedung dan fungsinya. Pemerintah daerah
bertugas untuk mengatur perundangan, harus memiliki rasa kepedulian terhadap
keberlangsungan seni pertunjukan. Di Indonesia, undang-undang tentang
bangunan gedung diatur dalam Undang-Undang RI. Nomor 28 Tahun 2002
Tentang Bangunan Gedung. Di dalam undang-undang ini dijelaskan secara rinci
mengenai persyaratan penyelnggaraan, fungsi, peran masyarakat, dan pembinaan.
Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk mewujudkan bangunan gedung
yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras
dengan lingkungannya; mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung
yang menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan; mewujudkan kepastian hukum dalam
penyelenggaraan bangunan gedung.
Terdapat perlakuan khusus baik secara perizinan dan regulasi terhadap
gedung seni pertunjukan yang telah ditetapkan menjadi gedung cagar budaya.
76
Seperti Gedung Kesenian Jakrta. Berikut ini adalah peraturan perundangan yang
terkait dengan pelestarian Gedung Kesenian Jakarta:
Pasal 38
(1) Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar
budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan
dilestarikan.
(2) Penetapan bangunan gedung dan lingkungannya yang dilindungi dan
dilestarikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah
Daerah dan/atau Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan
perundang-undangan.
(3) Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan
atas bangunan gedung dan lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar
budaya yang dikandungnya.
(4) Perbaikan, pemugaran, dan pemanfaatan bangunan gedung dan
lingkungan cagar budaya yang dilakukan menyalahi ketentuan fungsi dan/atau
karakter cagar budaya, harus dikembalikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(5) Ketentuan mengenai perlindungan dan pelestarian sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) serta teknis pelaksanaan perbaikan, pemugaran dan
pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pengelolaan Gedung Kesenian Jakarta mengacu pada Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta No. 83 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Gedung Kesenian. Fungsi dan tugas pokok Gedung Keseina Jakarta mengacu
pada Keputusan Kepada Dinas Kebudayaan dan Permuseuman provinsi DKI
Jakarta No.210/2006 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata kerja Pengelola
Gedung Kesenian Jakarta.
tradisional baik di Indonesia maupun di luar negeri, seperti Bali Theatre di Bali
Safari and Marine Park dan Siam Niramit di Thailand.
2.2.1 Gedung Kesenian Jakarta
Gedung Kesenian Jakarta berlokasi di Jalan Gedung Kesenian no.1, Jakarta
Pusat. Gedung yang dibangun pada masa kolonial Belanda ini masih digunakan
hingga hari ini dan menjadi tempat bagi para seniman dari seluruh Nusantara,
maupun internasional, mempertunjukkan hasil kreasi seninya, seperti drama,
teater, tari, film, sastra, dan lain sebagainya.
Gambar 2.74.Tampak Serong Depan GKJ Gambar 2.75 Tampak Samping GKJ
Sumber : dokumentasi penulis Sumber : dokumentasi penulis
A. Sejarah
1) Masa Inggris
Ide munculnya gedung ini berasal dari Gubernur Jendral Belanda, Daendels.
Kemudian direalisasikan oleh Gubernur Jendral Inggris, Sir Thomas Stamford
Raffles pada tahun 1814 yang merasa prihatin ketika pertama kali menduduki
Batavia pada tahun 1811 karena menyaksikan kota ini tidak memiliki gedung
kesenian. Pada tanggal 27 Oktober 1814 gedung pertunjukan yang tidak
mengesankan dibuka dan diresmikan. Dinding gedung terbuat dari gedek dan
bagian atasnya ditutup dengan alang-alang, berdiri di atas lahan kosong dekat
daerah Pasar Baru. Walau bentuk teater tersebut buruk, namun mencapai
tujuannya untuk menghibur tentara Inggris yang haus hiburan. Dengan bangga
gedung tersebut mereka beri nama "Gedung Teater militer di Weltevreden" tapi
orang Belanda mengejeknya dengan sebutan "Bamboo Theater". Gedung inilah
yang merupakan cikal bakal lahirnya Gedung Kesenian Jakarta.
2) Masa Belanda
"Bamboo Theater" pun akhirnya berpindah tuan. Beruntung penguasa
78
2) Divisi Pemasaran
Berhubungan dengan pihak-pihak di luar GKJ, selain grup penampil.
a) Subdivisi Promosi menangani kegiatan promosi program GKJ.
b) Subdivisi Humas menjadi pihak yang berhubungan dengan pihak luar
seperti media, kedutaan besar, pusat kebudayaan asing, dan sponsor.
3) Divisi Administrasi
Mengurus bagian administrasi GKJ.
a) Subdivisi Umum mengurus kepentingan karyawan.
b) Subdivisi Keuangan mengurus keuangan manajemen GKJ.
4) Divisi Sarana Prasarana
Mengurus berbagai keperluan gedung
a) Subdivisi Perlengkapan - menyediakan semua kebutuhan operasional
gedung dan kebutuhan pertunjukan.
b) Subdivisi Gedung - melakukan pemeliharaan terhadap gedung.
E. Kegiatan
Dalam penyelenggaraan kegiatan program, Gedung Kesenian Jakarta
mendapat bantuan/subsidi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas
Periwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Perolehan dana tersebut
digunakan untuk bantuan biaya operasional grup kesenian. Di luar
bantuan/subsidi tersebut Gedung Kesenian Jakarta memperoleh dana dari
kerjasama dengan grup kesenian berupa kegiatan berikut ini.
1) Penjualan Tiket
Pola kerjasama pergelaran dilakukan dengan maksud dapat menghasilkan
pendapatan yang baik dari setiap penyelenggaraan kegiatan pertunjukan, dengan
menggunakan pola kerjasama baik untuk kedua belah pihak baik Gedung
Kesenian Jakarta maupun grup penampil yang tentunya dengan menampulkan
pergelaran seni pertunjukan yang memiliki kualitas.Sesuai dengan surat
Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.1145/2004 tentang pemberian Sumbangan
kepada Badan Pengelola Gedung Kesenian Jakarta berupa pengembalian seluruh
pajak hiburan atau pementasan kesenian seni budaya nasional yang
diselenggarakan di Gedung Kesenian Jakarta, dimana GKJ harus menyetor lebih
dahulu Pajak Hiburan sebesar 10% dari harga tiket yang dicetak.
2) Penggunaan Gedung
Tidak sedikit pergelaran yang ditampilkan di Gedung Kesenian Jakarta
84
tanpa bantuan biaya operasional ataupun kerjasama bagi hasil pernjualan tiket
dengan Badan Pengelola Gedung Kesenian Jakarta. Penampil dapat tampil di
Gedung Kesenian Jakarta melalui seleksi materi pertunjukan dan membayar
kompensasi biaya penggunaan fasilitas gedung pertunjukan. Hasil Kompensasi
biaya penggunaan fasilitas ini dialokasikan untuk gaji pengawal , perawatan dan
pengadaan peralatan ringan, perlengkapan gedung dan kantor, pengadaan bahan
promosi dan pengeluaran lain yang dianggap perlu.
F. Ruang Lingkup Kegiatan
Di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta,
Gedung Kesenian Jakarta menjalin hubungan baik dengan badan / instansi
pemerintah lainnya diantaranya : Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
Republik Indonesian, Dinas Penerangan Jalan Umum (PJU) Provinsi DKI
Jakarta, Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Pusat, Dinas Pertamanan dan
Pemakaman Provinsi DKI Jakarta dan lainnya.
Dalam menunjang programnya Gedung Kesenian Jakarta menjalin
hubungan baik dengan:
a. Kedutaan Besar
b. Pusat Kebudayaan Asing
c. Para Penampil diantaranya :
1) Para Seniman
2) Komunitas seni
3) Institusi Pendidikan , diantaranya :
Sekolah Balet, Sekolah,Musik,Lembaga Kesenian,Sanggar Teater, Wayang
Orang , Sekolah dan Universitas di Jakarta, Rumah Produksi
d. Mitra Sponsor
e. Media Partner diantaranya :
1) Media Cetak (surat kabar,majalah,tabloid)
2) Media elektronik (televisi, radio)
3) Media Online (website, situs)
G. Fasilitas dan Ruang Khusus
1) Entrance dan Lobi
Entarnce merupakan tempat masuknya penonton. GKJ memiliki dua pintu
masuk utama pada sisi depan gedung, dan masing-masing satu pintu masuk di
setiap sisi samping gedung. Pada bagian depan juga terdapat ticket box.
85
Sedangkan Lobby berfungsi sebagai area transisi antara auditorium dan teras
gedung.
Gambar. 2.76 Teras depan GKJ Gambar. 2.77 Gong di Lobby GKJ
Sumber : dokumentasi penulis Sumber : dokumentasi penulis
2) Foyer
4) Panggung
Ukuran panggung 10.5×14.8×4.5 meter dengan kedalaman panggung
1.17meter. Lantai panggung terbuat dari kayu. Terdapat panggung hidrolik
dengan masksimum ketinggian 2 meter.
5) Belakang Panggung
Area di belakang panggung disebut sebagai green room, berfungsi ssebagai
tempat istirahat pemain dan ruang tunggu. Ruangan ini tersedia tempat duduk
dan TV dengan dinding dipenuhi poster-poster pertunjukan.
6) Wing
Panggung Gedung Kesenian Jakarta memiliki 2 buah wing. Letak wing
tersebut berada di sisi kiri dan kanan. Wing menjadi jalur masuknya pemain ke
acting area dan juga terhubung langsung dengan green room dan ruang rias.
7) Ruang Rias
Terdapat 2 buah ruang rias pada lantai bawah dan lantai dua. Ruang rias
88
lantai bawah lebih besar dibandingkan lantai atas dengan menampung kurang
lebih 80 orang pemain. Di dalam ruang rias ini disediakan meja-meja rias,
lemari dan gantungan-gantungan baju. Di dalamnya juga terdapat kamar mandi.
8) Gudang Properti
9) Kantor Pengelola
BARANG JUMLAH
CYC 1 Kw 12
Moving Head 1
Smoke Gun 1
Hazer 1
Strobelight 1,5 Kw 1
Sumber : GKJ
90
CD Player DENON 2
MIC Dynamic 16
Hanging MIC 6
Wireless Clip-on 6
Wireless Handhall 4
Sumber : GKJ
91
I. Elemen Interior
1) Lantai
Auditorium lantai dibuat bertingkat dan menanjak. Lantai lobi dan
auditorium seluruhnya ditutupi oleh karpet berwarna merah yang berfungsi
sebagai penyerap suara. Area lainnya menggunakan keramik. Dari segi
perawatan, menggunakan keramik lebih mudah membersihkan kotoran yang
menempel.
Gambar. 2.87 Ramp menuju toilet Gambar 2.88 Lorong pada barisan kursi
Sumber : Dokumentasi Penulis Sumber : Dokumentasi Penulis
2) Dinding
akustik yang dirancang untuk dapat memantulkan suara dan menyerap suara
secara terarah dan teratur. Terdapat ornamen ukiran dengan gaya rococo yang
dicat warna emas. Sedangkan untuk ruangan lainnya menggunakan dinding
bata yang dicat putih.
3) Ceiling
Di dalam ruang auditorium, ceiling berbentuk kubah dengan penambahan
material pendukung akustik dengan luasan hamper setengah dari luas kubah.
Material pendukung akustik dirancang sedemikian rupa agar menyatu dengan
ruangan dan memiliki nilai estetis. Sisi kubah lainnya dicat putih sama seperti
dinding. Profil kubah menggunakan ornamen ukiran klasik yang dilapisi cat
emas..
Untuk ruang foyer, ketinggian ceiling cukup tinggi sekitar 5 meter, dan
ceiling juga dihiasi dengan profil klasik. Untuk ruangn lainnya ceiling dibuat
rata dan dicat putih.
Gambar. 2.91 Detail ceiling auditorium Gambar 2.92 Detail ornamen ukiran
Sumber : Dokumentasi Penulis Sumber : Dokumentasi Penulis
4) Pencahayaan
E. Kegiatan
Dalam tujuh bulan sejak di resmikannya Ciputra Artpreneur pada Agustus
2014 hingga sekarang, Maret 2015, telah menampilkan 30 acara pentas tari dan
teater, konser musik, pelelangan seni rupa, penghargaan seni, pameran seni rupa
dan fotografi dan pemutaran film. Di samping itu, Ciputra Artpreneur juga
menyelenggarakan diskusi dan ceramah, untuk menggiatkan perbincangan
publik yang saat ini belum banyak ruangnya; baik tentang entreuprepneurship,
bisnis dan isu yang sedang hangat.
Beberapa program khusus yang diselenggarakan Group Ciputra Artpreneur
sebagai berikut:
1. Artpreneurship 1 : Space & Image - Visual Art Exhibition
2. Artpreneurship 2 : 1001 Doors : Reinterpreting Traditions
3. Dream Team Annual Award and Recognition Night 2014
4. Anugerah Adipura IV Citra Raya 2014 Ecoculture
5. Founders Day 2014 - Building Up Entrepreneurial Organization
F. Fasilitas dan Ruang Khusus
Sebagai wadah untuk kreasi seni dengan berbagai kegiatan yang dilakukan,
Ciputra Artpreneur mempunyai fasilitas-fasilitas yang dapat mengakomodasi
semua kegiatan seni yang akan dilakukan. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain:
1.) Entrance dan Lobi
Ciputra Artpreneur memiliki 3 akses untuk mencapai area lobi yaitu melalui lift,
eskalator, dan drop car untuk lobi lantai 11 dan akses lobi lantai 13 dapat
101
menggunakan lift dan escalator. Desain lobi lantai 11 cukup sederhana dan
terdapat artwork. Lantai 12 merupakan area foyer dan terdapat beberapa
artwork. Lobi di Lantai 13 di desain menarik dengan banyak penggunaan
bentuk organik. Terdapat box office yang berfungsi sebagai penjualan tiket dan
pada waktu tertentu dapat di sewakan kepada tenant untuk menjual makanan
dan minuman ringan.
2.) Teater Ciputra Artpreneur
Teater Ciputra Artpreneur yang terletak di lantai 13 dapat menampung
hingga 1.190 penonton. Inilah gedung teater berstandar broadway
internasional pertama di Indonesia. Fasilitas untuk persiapan dan penerimaan
tamu ialah box office, VIP lounge, akses kontrol, dan view.
Fasilitas belakang panggung ialah ruang latihan, ruang ganti, ruang tat arias,
ruang peralatan dan property, dan workshop. Dalam ruang tat arias, lampu
penerangan disekeliling cermin menggunakan lampu LED. Sementara fasilitas
dalam teater terdapat orchestra pit, fly tower, area yang luas di bawah panggung,
front of house office. Desain yang sangat unik dan futuristic, elemen dinding
dan plafon menyatu dengan menggunakan 72 modul segitiga. Menggunakan
spesialis tata suara dan sound system oleh Meyer. Berdinding kedap suara, teater
ini dilengkapi segala peralatan tata panggung, orchestra pit menggunakan
spesialis konsultan teater oleh Phillips Hadden, dan pencahayaan menggunakan
lampu LED dan 72 customized LED untuk penerangan dalam modul segitiga di
dinding dan plafon. Selain itu ada beberapa keistimewaan lainnya pada
panggung teater ini ialah memiliki 48 fly out, ketinggian panggung dapat
diturunkan atau dinaikan sekitar 50 sampai 100 cm dan sistem hidrolik untuk
panggung orkestra.
Desain museum yang unik dengan bentuk organik pada dinding pintu masuk
memberikan kesan baru karena pada umumnya museum di Indonesia masih
bersifat konvensional. Desain plafon gypsum terdapat up ceiling dengan bentuk
104
organik menyusri ruangan sehingga tercipta flow dalam ruangan tersebut. Lantai
nya menggunakan granit dengan dinding finishing cat berwarna putih.
4.) Galeri Ciputra Artpreneur
Galeri Ciputra terletak di lantai 11 terdiri dari tiga galeri seni dimana setiap
galerinya di rancang menjadi suatu ruang yang bersifat netral dan dapat digabung
secara fleksibel. Galeri terkoneksi dengan prefunction lobby sehingga
menyediakan area yang lebih luas. Galeri Ciputra dilengkpai dengan ruang
serbaguna, ruang persiapan, direct guest access, akses langsung untuk loading
dan koneksi internet WiFi.
Galeri pertama disebut dengan Innovate Gallery dengan luasan 320 m2 dan
ketinggian 5.4 m, cocok digunakan untuk acara pribadi. Denah galeri ini di
105
desain dengan gaya modern didukung dengan perlengkapan teknis yang detail
sehingga memudahkan pengguna untuk memakai galeri ini. Galeri kedua disebut
dengan Collaborate Gallery. Hampir sama dengan galeri sebelumnya,
perbedaannya hanya terletak pada luasan. Menyediakan area yang lebih luas,
cocok di gunakan untuk acara pribadi atau pameran kecil. Luasan area sebesar
442 m2 dengan ketinggian 5.4 m.
Galeri yang ketiga disebut dengan Experience Gallery. Merupakan galeri
terbesar yang di rancang seperti koridor besar dengan luas 730 m2 dengan
dinding kaca mencapai ketinggian 12 m menyuguhkan pemandangan kota
Jakarta yang menghadirkan kesan mewah dan megah pada galeri ini. Di sisi lain,
terdapat balkon yang terhubung dari dua tangga melingkar. Experience Gallery
di lengkapi dengan high-tech proyektor dimana dapat meng-highlight lantai,
dinding, dan plafon. Untuk acara yang besar, Experience Gallery dapat
digabungkan dengan kedua galeri lainnya.
5.) Ruang serbaguna
Ciputra Artpreneur memiliki dua runag serbaguna, berada di lantai 11 dan
lantai 13. Ruangan dengan luasan 155 m2 dan tinggi 5.4 m cocok di gunakan
untuk area persiapan, kantro staff sementara atau lokasi sub acara sebagai
pendukung acara utama. Dapat digunakan juga untuk acara pribadi seperti film
screening dan rapat pertemuan. Ruang serbaguna di lantai 13 memiliki luasan
area yang lebih besar sekitar 700 m2. Dirancang untuk memenuhi kebutuhan
acara teater atau pertemeuan pribadi skala medium. Ruang serbaguna ini
memiliki lobby dan loading akses tersendiri.
6.) Retail Gallery
H. Elemen Interior
1) Lantai
Sebagian besar lantai bangunan di lantai 11 dan 12 menggunakan marmer
dan granit. Sedangkan di lantai 13 dimana merupakan tempat teater, seluruhnya
menggunakan karpet kecuali area box office dan area belakang panggung
menggunakan granit dan keramik. Penggunaan karpet berfungsi untuk
meredam suara. Pada panggung teater menggunakan kayu.
2) Dinding
Ciputra Artpreneur menggunakan dinding bata dan dengan berbagai
finishing. Seperti di Museum finishing hanya menggunakan cat, di galeri
menggunakan wallpaper, cat, dan marmer. Sedangkan untuk teater selain
wallpaper, panel kayu dan kaca, banyak menggunakan bahan peredam seperti
fabric sebagai elemen akustik.
3) Ceiling
Pada ceiling teater menggunakan modular segitiga sebagai modul desain
yang dirancang untuk meredam suara dan memantulkan suara. Dan pada ceiling
di bawah lantai dua area duduk penonton, hanya menggunakan gypsum yang
terdapat hidden light di sepanjang ceiling.
4) Pencahayaan
Pencahayaan menggunakan lampu LED dengan banyak menggunakan
sistem downlight dan hidden light. Hanya pada Experience Gallery yang
mengandalkan pencahayaan alami di siang hari dikarenakan dinding kaca yang
besar.
5) Penghawaan
Seluruh ruangan baik dari lantai 11 sampai 13 menggunakan AC sentral yang
dapat dikendalikan di setiap lantainya. Saluran untuk pembuangan udara kotor
terdapat di sisi panggung paling belakang. Dalam ruang auditorium, AC
terdapat di bagian kaki di area duduk penonton. Di tempatkan demikian dengan
pemikiran jika ditempatkan pada langit-langit, ketinggian ruang sangat tinggi
sehingga membutuhkan listrik dan energi yang lebih banyak.
6) Akustik
Sistem akustik yang digunakan untuk meredam suara ialah melalui bahan
yang digunakan untuk melapisi dinding, ceiling, lantai. Material tempat duduk
juga menggunakan bahan peredam suara. Teater Ciputra Artpreneur
mengandalkan sound system yang dapat menyesuaikan dengan keadaan
bangunan. Sound system yang dirancang khusus oleh Meyer menggunakan
digital teknologi dengan kualitas suara standar internasional dimana dipastikan
suara tidak menggema dan volume suara di setiap tempat duduk sama besar.
7) Keamanan
Selain penjaga keamanan yang mengawasi di setiap lantai, Ciputra
109
A. Sejarah
Berawal dari sejarah singkat Taman Mini Nasional Indonesia atau yang
disingkat TMII. Ibu Tien Soeharto menyampaikan gagasan pembangunan
Miniatur Indonesia pada rapat pengurus YHK tanggal 13 Maret 1970 di Jl.
Cendana No. 8, Jakarta. Bentuk dan sifat isian proyek berupa bangunan utama
bercorak rumah-rumah adat yang dilengkapi dengan pergelaran kesenian,
kekayaan flora-fau-na, dan benda budaya lain dari masing-masing daerah yang
ada di Indonesia. Gagasan itu dilandasi oleh suatu keinginan untuk
membangkitkan kebanggaan dan rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air, serta
untuk memperkenalkan Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di dunia. Gagasan
tersebut makin mantap setelah Ibu Tien selaku ibu negara menyertai perjalanan
kerja Presiden Soeharto ke berbagai negara, dimana ia mendapat kesempatan
mengunjungi obyek-obyek wisata di luar negeri, diantaranya Disneyland
Amerika Serikat dan Timland di Muangthai. Kunjungan Ibu Tien Soeharto ke
pbyek-obyek wisata tersebut mendorong untuk mewujudkan ide ke dalam suatu
proyek dengan membuat taman tempat rekreasi yang mampu menggambarkan
kebesaran dan keindahan Indonesia dalam bentuknya yang mini.
Penggagas pembangunan Taman Mini "Indonesia Indah" (TMII) adalah Siti
Hartinah Soeharto, akrab dipanggil Ibu Tien Soeharto. Gagasan itu muncul
setalah ia mendengarkan dan menghayati isi pidato Presiden Soeharto tentang
keseimbangan pembangunan Umum DPR GR Tahun 1971 berikut ini :aman ini
111
Gambar 2.116 Perayaan kick off 300 hari jelang SEA Games XXVI
Sumber : www.antarafoto.com
Teater Tanah Airku disewakan dan dikelola oleh PT. Total Image Solution.
Pada awalnya teater ini sering digunakan untuk pertunjukan tarian daerah dan
pertunjukan tradisional oleh Teater Koma namun setelah habis kontrak jarang
menggunakan teater Tanah Airku lagi. Pertunjukan musik dan orkestra oleh Adi
M.S. kerap kali dilakukan yang di sponsori oleh Sampoerna. Pertunjukan
diadakan sekitar sebulan sekali dan berlangsung hingga 2002. Karena
pertunjukan bersifat sosial, maka penonton tidak di perkenakan biaya sehingga
di halaman luar teater diapasang layar sementara agar pengunjung yang tidak
kebagian tempat didalam auditorium, tetap dapat menyaksikan pertunjukan.
Sekarang teater Tanah Airku lebih sering menjadi tempat pertunjukan music
dan lagu-lagu juga acara televisi seperti ANTV, Trans 7, RCTI dan Indosiar.
B. Visi dan Misi
Karena Teater Tanah Airku masih di dalam lingkupan TMII, visi dan misi
juga sama dengan TMII. Visi dan misi TMII memperkenalkan Kebudayaan dan
Kekayaan Alam kepada Bangsa Indonesia dan Bangsa lain dengan cara
Mengembangkan kerjasamakemitraan dan jaringan kerja dengan berbagai
pihak diantara lembaga konservasi, pelaku usaha rekreasi, Meningkatkan
kualitas koleksi budaya, flora dan fauna nusantara di TMII dan
113
Pemilik
PT. Total Image
Solution
Pemimpin
PT. Total Image
Solution
Namun sekarang lebih sering digunakan untuk pertunjukan media televisi seperti
acara musik, lagu-lagu dan acara media tertentu. Karena pertunjukan yang
diselenggarakan biasanya bersifat sosial yang berarti tidak perlu membayar tiket
atau bahkan penonton di bayar, sehingga pengunjung yang datang cukup banyak
dan jika pengunjung tersebut tidak mendapat tempat duduk di dalam auditorium
dapat menonton pada teras gedung teater yang telah dipasang layar proyektor.
Durasi setiap pertunjukan berkisar satu sampai dua jam dan jika pertunjukan
cukup lama terdapat waktu istirahat sekitar 20 menit dan di penghujung acara
dapat mengambil foto dengan para pemain tapi itupun tergantung dengan pemain
yang akan tampil.
Adanya beberapa pertimbangan yang dapat mempengaruhi izin penggunaan
gedung, seperti jenis pertunjukan apa yang mau ditampilkan. Pertunjukan tidak
boleh menyinggung isu SARA, khotbah, dan juga tidak boleh digunakan untuk
kepentingan kampanye. Profil dari grup penampil juga menjadi pertimbangan
pihak pengelola, karena hal ini berhubungan dengan kualitas pertunjukan yang
harus dimiliki gedung ini.
E. Fasilitas dan Ruang Khusus
Teater Tanah Airku terdiri atas tiga lantai, yakni lantai dasar, auditorium, dan
lantai balkon, yang dibagi dalam empat zona pemanfaatan.Ke empat zona
tersebut adalah zona penerimaan, zona penggunaan, zona pelayanan, dan zona
penunjang. Zona penerimaan terdiri atas pendapa dan taman yang di tata
menyatu sehingga memberi kenyamanan bagi pengunjung yang akan memasuki
gedung. Zona penggunaan terdiri atas panggung penunjang pentas pasang
bongkar, tempat pemain musik (orchestra pit), auditorium untuk penonton
berdaya tampung 1.054 tempat duduk, dan fly tower untuk peralatan pentas.
Zona pelayanan memiliki ruang penerangan, cafeteria dan tempat penjualan
tiket.Adapun zona penunjang terdiri atas jalan, genset dan toilet.
1) Entrance
Pintu masuk utama Teater Tanah Airku terletak di bagian depan gedung.
Gedung ini memiliki tiga sisi yang terbuka untuk publik yakni pintu utama, dan
dua pintu masing-masing di sayap kiri dan kanan gedung. Pintu utama berupa
pintu kaca yang secara langsung memperlihatkan lobby dari gedung pertunjukan
ini. Loket tiket terletak di samping kiri dan kanan pintu masuk dan tersedia ram
untuk disable.
115
Lobi Teater Tanah Airku memiliki dua perbedaan ketinggian. Setengah dari
area lobi memiliki tinggi sekitar 12 m dan setengahnya lagi dengan ketinggian 3
m. Lobi tersebut kosong untuk mengoptimalkan sirkulasi. Ketika masuk,
116
terdapat logo Teater Tanah Airku. Tidak ada unsur dekoratif pada lobi ini.
Dinding hanya di cat putih, dan ada sediikit permainan pola keramik pada lantai.
3) Auditorium
Auditorium Teater Tanah Airku berkapasitas 1.054 kursi yang terdiri dari 2
lantai. Pintu masuk terletak di belakang auditorium dan pintu keluar terletak di
kiri dan kanan dekat panggung. Desain ruangan tidak begitu diolah. Terdapat
running text LED yang terletak di dinding balkon lantai dua. Tempat duduk
menggunakan produk Futura. Dalam Auditorium memiliki 2 ruang control yaitu
untuk control cahaya dan sound system.
4) Panggung
Panggung utama berukuran 18x14.5 m dengan dua panggung 20.3 x 14.5 m
di sisi kiri dan kanan. Sebuah orchestra pit dibuat menyatu dengan panggung
utama. Lantai panggung terbuat dari kayu. Memiliki sistem hidrolik namun pada
saat ini sedang tidak berfungsi dikarenakan adanya kompnen yang rusak.
117
5) Ruang VIP
6) Dressing Room
Memiliki 4 buah ruang ganti dan sekaligus ruang tata rias di lantai dasar dan
di lantai auditorium dimana di setiap ruang ganti terdapat kamar mandi.
Ruangan dengan dinding di cat putih yang diisi beberapa kursi dan cermin untuk
merias.Cermin di kelilingi lampu dimana masing-masing lampu memiliki daya
sebesar 40 watt.
7) Ruang Latihan
Ruang Latihan terletak di lantai dasar diantara empat ruang ganti. Dinding
kaca dengan list alumunium di sepanajang sisi kiri ruang dapat dimanfaatkan
untuk memakai penerangan alami di siang hari.
akses peralatan genset. Pintu samping digunakan untuk keluar masuk pemain
dan crew agar tidak terlihat oleh pengunjung.
9) Kantor Pengelola
Terdapat dua kantor pengelola dimana terletak tepat dibelakang lobi untuk
karywan dan kantor pengelola di koridor kanan untuk pemimpin PT. Total Image
Solution. Pemimpin PT. Total Image Solution sangat jarang ditempat hanya
sekitar 3 sampai 6 bulan sekali datang ke Teater Tanah Airku. Kantor pengelola
tidak di desain secara khusus memang hanya di peruntukan untuk bekerja.
F. Elemen Interior
1) Lantai
Lantai bangunan secara keseluruhan menggunakan keramik kecuali
auditorium menggunakan karpet untuk peredam suara dan panggung
menggunakan kayu. Di lobi keramik memiliki pola perulangan.
120
2) Dinding
Sebagian besar dinding bata hanya di cat termasuk dinding Auditorium.
Tidak ada treatment khusus untuk finishing dan desain dinding.
3) Ceiling
Secara keseluruhan, ceiling menggunakan gypsum dan konkrit yang di cat
putih. Ceiling akustik digunakan di dalam kantor pengelola dan auditorium.
4) Pencahayaan
Pencahayaan alami dapat diandalkan ketika siang hari untuk ruangan yang
berhubungan langsung ke area luar gedung seperti pada area lobby, koridor dan
ruang latihan. Namun untuk ruangan lainnya, penerangan buatan sangat
dibutuhkan, karena gedung ini tidak memiliki banyak jendela.
5) Penghawaan
Teater Tanah Airku sangat mengandalkan AC untuk penghawaan pada setiap
121
ruangnya kecuali area lobi. Ketika AC dimatikan, seperti pada saat gedung tidak
digunakan, ruangan akan terasa panas dan pengap.
6) Akustik
Ruang auditoriun menggunakan lantai karpet. Dinding juga dilapisi dengan
material akustik di area tertentu. Ceiling menggunakan material akustik guna
mendukung pertunjukan. Ruang ini juga menggunakan beberapa perlatan sound
system.
7) Keamanan
Keamanan menggunakan CCTV, karyawan Teater Tanah Airku, dan dari
pihak TMII.
G. Permasalahan
Terdapat berabagai permasalahan yang ditemukan pada Teater Tanah Airku,
antar lain:
1) Kurangnya kepedulian pengunjung terhadap peraturan dasar, seperti tidak
membawa makanan dan minuman ke dalam auditorium, dan pengunjung yang
tidak berpakaian formal.
2) Ketinggian lobi yang berbeda jauh dengan jarak yang sedikit, membuat lobi
terlihat kurang proposional.
3) Kondisi gedung sudah cukup tua dan terkesan lama dan lusuh. Dibutuhkan
suatu pembaharuan sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan kepuasan
pengunjung terhadap gedung.
4) Tempat duduk dan tirai panggung yang belum pernah diganti atau di
bersihkan semenjak di bangunnya teater ini membuat auditorium lusuh dengan
kebersihan yang kurang baik. Kualitas tirai juga sudah tidak layak.
5) Kurangnya pekerja untuk perawatan dan pemeliharaan gedung sehingga
banyak area-area yang kotor.
6) Sistem akustik yang kurang memadai disebabkan dinding kurang di olah dan
hanya sebagian kecil di lapisi material akustik sehingga pemantulan suara yang
tidak merata.
2.2.4 Bali Theatre
Bali Theatre adalah kompleks teater indoor berkapasitas 1200 penonton,
yang dibangun dengn standar internasional lengkap dengan tata cahaya
panggung, state-of-art dan sound system, tempat duduk yang mewah, lounge
yang luas, dan fasilitas modern lainnya. Lokasi 45 menit dari Bandara I Gusti
122
Ngurah Rai, terletak di jantung Bali Safari and Marine Park di sepanjang jalan
raya pantai yang baru dikembangkan, Jalan Ida Bagus Mantra, Bali Selatan.
A. Pertunjukan
Teater ini mempersembahkan sebuah pertunjukan seni dengan
menggabungkan tari tradisional dengan kontemporer merupakan suatu hal yang
sangat segar dan baru bagi seni pertunjukan Indonesia. Konsep yang
mempertahankan esensi budaya Bali tanpa menambah atau menguranginya.
Melainkan mengembangkan bentuk pertunjukan yang lebih modern baik dari
segi tata cahaya, tat arias, kostum, dan musik.
Kolaborasi besar dari 180 pemainnya mencerminkan setiap aspek sejarah
pulau itu dari masa lalu. Bali Agung, demikian judul pertunjukannya,
menceritakan kembali kisah epik Bali dengan adegan surga pulau itu, suasana
kerajaan dan hutan ajaib yang adalah latar untuk adegan romantis dan heroik.
Semua ini diiringi dengan 3 pengaruh musik yang berbeda. Musik ditulis secara
khusus dan dibawakan oleh orkestra Barat yang disertai dengan ensamble
pentatonik gamelan Bali secara langsung dan simbal Cina. Pertunjukan
ditampilkan setiap hari selasa hingga minggu pukul 2.30 sampai dengan pukul
3.30 sore di teater modern, yang merupakan pertama di Bali terutama untuk
melayani penonton internasional. Penampilan khsusus ialah parade sepuluh
gajah hidup (dahulu raja-raja Bali berkeliling pulau menggunakan gajah), kolam
sungai nyata dengan nakhoda perahu dan kapal tradisional di atasnya, wayang
dan dalang yang menceritakan kembali sejarah kerajaan dan beberapa hewan
eksotis seperti harimau, rusa, dan berbagai jenis burung hidup yang
meningkatkan nilai kualitas pertunjukan.
123
B. Cerita
Dalam masa jabatannya pendek dan penuh gejolak antara 1179 - 1181M,
Raja Sri Jaya Pangus dari dinasti Warmadewa memerintah dalam apa yang
mungkin menjadi masa bersejarah dan yang paling menggembirakan dari
kerajaan Bali. Dia menentang hukum adat dengan mengambil orang asing, Kang
Ching Wie dari dinasti Kang Cina, menjadi permaisurinya. Teguran dari imam
besar tidak menghentikan raja dan kekuatan cinta sejatinya. Sang Raja
124
C. Fasilitas
Gambar 2. 138 Lobby Bali Theatre Gambar 2. 139 Lounge Bar Bali Theatre
Sumber : www.balitheatre.com Sumber : www.balitheatre.com
125
Fasilitas ruang yang disediakan ialah ruang tunggu yang dibagi menjadi
empat kategori yaitu VVIP, Madya, Agung, dan Pratama. Kursi untuk orang
cacat tersedia di dekat pintu masuk agar mudah diakses, ruang latihan, ruang
ganti dan kamar mandi yang luas dan mewah, ruang penyimpanan untuk lemari
pakaian dan properti, entrance yang berbeda untuk pemain dan binatang yang
akan tampil.
2.2.5 Siam Niramit
Siam Niramit merupakan pertunjukan seni dan kebudayaan Thailand kelas
dunia. Siam Niramit memiliki dua tempat pertunjukan, satu di Bangkok dan satu
lagi di Phuket. Pertunjukan spektakuler ini menjadi tontonan wajib bagi para
wisatawan internasional.
A. Pertunjukan
besar, sebagai duta Barat tiba untuk membahas hubungan luar negeri. Saksi
prosesi megah tongkang kerajaan.
pria 22 44
jenis kelamin
wanita 28 56
15-19 7 14
20-25 34 68
26-35 5 10
usia
36-40 2 4
41-50 0 0
di atas 50 2 4
pelajar/mahasiswa 33 66
seniman/budayawan 1 2
pekerjaan
pelaku bisnis 3 6
lain-lain 7 14
ya 46 92
suka seni pertunjukan
tidak 3 6
tradisional
tidak tahu 1 2
129
Ya 24 84
suka seni pertunjukan tidak 6 12
tradisional Indonesia?
tidak tahu 2 4
musik 33 34
pertunjukan apa yg
tari 28 30
diminati
teater 35 36
ya 46 92
jika Indonesia punya
untuk turis 3 6
gedung pertunjukan
tidak 0 0
budaya
tidak tahu 1 2
Pada pertanyaan esai, jika pergi ke negara lain, sebagian besar responden
akan menonton pertunjukan budaya khas negara tersebut dan berpendapat bahwa
kebudayaan lain sangat menarik dan jika menonton pertunjukan tersebut dan
merupakan suatu hal yang baru untuk di lihat ditambah memperkaya
pengetahuan seni budaya Negara lain. Dan ingin didukung dengan tempat yang
bagus dan terpelihara dengan pertunjukan yang berkelas.
2.2.7 Kesimpulan Hasil Survey dan Observasi
Desain
Akustik
Panggung
Fasilitas lain
Pemeliharaan
Akses ke
lokasi
Ekslusivitas