PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
- Pengertian teater secara etimologis dan terminologis.
- Asal mula teater.
- Jenis-jenis teater yang berkembang di Indonesia.
Manfaat
- Mahasiswa mendapatkan pemahaman mengenai pengertian
teater baik dari sisi etimologis dan terminologis berdasarkan
pendapat para ahli.
- Mahasiswa mendapatkan pemahaman mengenai sejarah asal
mula teater dan jenis-jenis teater yang berkembang di
Indonesia.
1
PENYAJIAN
Uraian
A. Pengertian Teater
2
Jakarta, Teater Kecil dan Teater Besar di Taman Ismail Marzuki Jakarta
dan ISI Surakarta. Kata teater juga digunakan untuk menyebut sebuah
kelompok atau komunitas, seperti Teater Koma, Teater Gandrik, Teater
Garasi, Bengkel Teater, dan lain sebagainya. Pemakaian kata teater untuk
digunakan sebagai penyebutan gedung pertunjukan ataupun nama
komunitas atau kelompok menunjukkan pemaknaan teater sebagai kata
benda.
3
Secara terminologis (batasan konsepsional), Cohen (1983: 50)
menyebutkan bahwa teater adalah wadah kerja artistik dengan aktor
menghidupkan tokoh, tidak direkam tetapi dipertunjukan langsung dan
biasanya, berangkat dari naskah sebagai sumber penciptaan. Sedangkan
Harymawan (1988: 2) mendefinisikan teater menjadi dua yaitu dalam arti
sempit dan luas. Dalam arti luas teater ialah sebagai segala tontonan
yang dipertunjukkan di depan orang banyak, sedangkan dalam arti
sempit diartikan sebagai drama kisah hidup manusia yang diceritakan di
atas pentas, disaksikan oleh orang banyak dengan media: percakapan,
gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada naskah yang
tertulis dengan atau tanpa musik, nyanyian, dan tarian.
4
B. Asal Mula Teater
5
Teori kedua menyebutkan bahwa teater berasal dari pujian atau
himne yang dinyayikan bersama di depan makam seorang pahlawan.
Dalam upacara ini seorang pencerita akan mengisahkan riwayat hidup
sang pahlawan yang lama-kelamaan diperagakan dalam bentuk teater.
Dialog mulai terjadi saat terdapat dua pembicara di atas panggung.
Teori yang ketiga menyatakan bahwa asal mula teater berasal dari
kegemaran manusia mendengarkan cerita. Kisah-kisah tentang
perburuan, peperangan, dan kepahlawanan yang kemudian diperagakan.
Dari ketiga teori tersebut dapat dilihat bahwa masing-masing teori
menekankan tentang adanya action (tindakan). Action menjadi dasar
terciptanya teater.
6
menghasilkan bentuk teater Miss Riboet’s Orion dan Dardanalla yang
menjadi peletak dasar bagi teater modern di Indonesia.
7
mampu mendorong kesuburan tanah dan kemakmuran bersama. Hal ini
akan berbeda dengan ekspresi seni pada masyarakat pesisiran yang nilai
dasarnya adalah laut dan ikan, maka eskpresi seni yang dihasilkan juga
akan mengacu pada nilai dasar itu.
8
PENUTUP
Rangkuman
Teori yang ketiga menyatakan bahwa asal mula teater berasal dari
kegemaran manusia mendengarkan cerita. Kisah-kisah tentang
perburuan, peperangan, dan kepahlawanan yang kemudian
diperagakan. Dari ketiga teori tersebut dapat dilihat bahwa masing-
masing teori menekankan tentang adanya action (tindakan). Action
menjadi dasar terciptanya teater.
9
jejaknya sampai hari ini. Dalam sejarah seni pertunjukan di Indonesia
menunjukkan bahwa munculnya bentuk teater yang baru sebagai
ekspresi budaya tertentu, bukan berarti sebagai anti tesis atas bentuk
teater yang telah ada sebelumnya. Berbagai bentuk teater di
nusantara muncul berdasarkan pada aspek kepentingan yaitu,
persembahan (primitif), legitimasi kekuasaan (tradisional), hiburan
(modern), dan ekspresi diri (kontemporer).
Tes Formatif
DAFTAR PUSTAKA
10
Soedarsono. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Sumber Gambar :
www.ericwedwards.files.wordpress.com
www.daviddarling.info
www.culturalweekly.com
11
BAB II
PERBEDAAN TEATER DAN DRAMA
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
- Esensi teater adalah peristiwa dan esensi drama adalah konflik.
- Teater sebagai karya seni pertunjukan dan drama sebagai karya
sastra.
- Bentuk dan aliran drama.
Manfaat
- Mahasiswa mendapatkan pemahaman mengenai esensi teater
dan drama.
- Mahasiswa mendapatkan pemahaman mengenai teater sebagai
karya seni pertunjukan dan drama sebagai karya sastra.
- Mahasiswa dapat memahami bentuk dan aliran drama.
12
PENYAJIAN
Uraian
A. Pengertian Drama
Drama merupakan bagian dari cerita fiksi, selain puisi, cerpen, dan
novel. Perbedaan drama dengan cerita fiksi yang lain adalah drama ditulis
untuk dipertunjukkan, sedangkan yang lain tidak. Oleh karena itu,
diantara cerita fiksi yang lain drama memiliki karakteristik khusus, yaitu
berdimensi sastra pada satu sisi dan berdimensi seni pertunjukan pada
sisi yang lain (Damono, 1983: 149-150). Penulis naskah tidak hanya
berkomunikasi dengan pembaca melalui penggambaran tokoh dan
peristiwa yang dituliskan tetapi juga hendak melanjutkan proses
komunikasi itu dengan menghidupkan tokoh dan peristiwa di atas
panggung, sehingga tokoh dan peristiwa yang awalnya hanya dapat
diimajinasikan itu dapat terlihat (visual), terdengar (audible), dan
terasakan (tangible) (Soemanto, 2002: 6).
13
dialog para tokoh (haupttext) dan petunjuk pementasan untuk pedoman
sutradara (nebentext) dalam menciptakan peristiwa di atas panggung.
Drama terdiri dari dua bentuk, yaitu tragedi dan komedi. Tragedi
mengisahkan pergulatan manusia melawan takdirnya yang menyiratkan
rasa duka. Sedangkan komedi adalah kisah penuh tawa dan kegembiraan
yang berakhir dengan sukacita serta menyiratkan keceriaan. Perjalanan
perkembangan sejarah teater, dua bentuk ini berkembang menjadi tujuh
bentuk drama lainnya yaitu tragikomedi, melodrama, farce, parodi, satire,
musikal dan opera (Riantiarno, 2011:5-6).
14
B. Hakikat Drama dan Teater
Inti dari drama adalah konflik. Konflik yang terjalin dalam hukum
sebab-akibat yang dirangkai menjadi sebuah plot (alur). Permasalahan
yang dirangkai dalam pola sebab-akibat ini muncul dari motivasi manusia
sebagai makhluk yang berhasrat dan berfikir.
15
rohani) dan untuk kebutuhan yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari.
Hakikat dari teater adalah peristiwa. Dalam hal ini, peristiwa yang
dimaksud berhubungan dengan peristiwa yang dipersiapkan sebagai
sebuah tontonan. Teater sebagai peristiwa tontonan ditentukan oleh tiga
syarat yaitu adanya pekerja (pelaku), tempat (panggung), dan penonton
(apresiator), serta memenuhi tiga unsur yaitu berlangsung secara
berkelanjutan (kontiniu), bersamaan dalam saat (waktu), dan tempat
(ruang).
PENUTUP
16
Rangkuman
Inti dari drama adalah konflik. Konflik yang terjalin dalam hukum
sebab-akibat yang dirangkai menjadi sebuah plot (alur). Permasalahan
yang dirangkai dalam pola sebab-akibat ini muncul dari motivasi manusia
sebagai makhluk yang berhasrat dan berfikir.
Hakikat dari teater adalah peristiwa. Dalam hal ini, peristiwa yang
dimaksud berhubungan dengan peristiwa yang dipersiapkan sebagai
sebuah tontonan. Teater sebagai peristiwa tontonan ditentukan oleh tiga
syarat yaitu adanya pekerja (pelaku), tempat (panggung), dan penonton
(apresiator), serta memenuhi tiga unsur yaitu berlangsung secara
berkelanjutan (kontiniu), bersamaan dalam saat (waktu), dan tempat
(ruang).
Drama terdiri dari dua bentuk, yaitu tragedi dan komedi. Tragedi
mengisahkan pergulatan manusia melawan takdirnya yang menyiratkan
rasa duka. Sedangkan komedi adalah kisah penuh tawa dan kegembiraan
yang berakhir dengan sukacita serta menyiratkan keceriaan. Perjalanan
perkembangan sejarah teater, dua bentuk ini berkembang menjadi tujuh
bentuk drama lainnya yaitu tragikomedi, melodrama, farce, parodi, satire,
musikal dan opera.
Tes Formatif
17
1. Jelaskan pengertian drama secara etimologi dan terminologi !
2. Jelaskan perbedaan antara teater dan drama !
3. Jelaskan hakekat teater dan drama !
4. Jelaskan tentang bentuk drama !
5. Jelaskan tentang aliran drama !
DAFTAR PUSTAKA
Hasanuddin WS. 1996. Drama, Karya Dalam Dua Dimensi, Kajian Teori,
Sejarah dan Analisa. Bandung. Angkasa.
BAB III
18
ASPEK PENDUKUNG PERTUNJUKAN TEATER
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Manfaat
PENYAJIAN
19
Uraian
A. Aktor
20
metode pelatihan akting yang sudah diformulasi oleh beberapa ahlinya
(Sitorus, 2003: 15-16).
21
tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu,
kecakapan, dan lain sebagainya (Harymawan, 1993: 25-26).
B. Penonton
C. Tempat Pertunjukan
22
Teater sebagai sebuah tontonan tentu memerlukan tempat yang
dipergunakan untuk keperluan pertunjukan yang dengan sadar
mengisyaratkan sebuah nilai kesenian. Lazimnya adalah sebuah tempat/
gedung pertunjukan dengan panggung yang memang dipersiapkan untuk
kegiatan pertunjukan. Tetapi sebenarnya tempat pertunjukan bisa di
mana saja, seperti lapangan, arena terbuka, aula, auditorium, pelataran,
teras, halaman, taman, dan sebagainya. Beberapa tempat juga sengaja
dipersiapkan untuk kegiatan pertunjukan, sehingga tempat tersebut diberi
batas dan ditinggikan untuk memudahkan penonton untuk melihatnya.
Beberapa pertunjukan juga menjadikan tempat-tempat tertentu yang
tidak lazim digunakan untuk pertunjukan dengan menciptakan dan
mempersiapkan batasan yang sifatnya imajinatif sesuai dengan
kebutuhan. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan ada pertunjukan yang
berusaha membaurkan pelaku dan penontonnya dalam satu tempat yang
sama. Semua ini tergantung pada konsep dan tujuan yang dikehendaki
oleh kreatornya.
23
Gambar. Beberapa bentuk panggung : prosenium, thrust, traverse, dan
arena. Sumber : http.www.bbc.co.uk
24
Gambar. Panggung prosenium.
Sumber : http.danceappreciation4.files.wordpress.com
25
Gambar. Denah panggung arena tampak atas.
Sumber : http.blogs.swa-jkt.com
26
Lantai panggung prosenium secara imajiner dapat dibagi menjadi
beberapa bagian untuk memudahkan pengaturan blocking pemain,
penempatan set-dekor, penataan cahaya, dan keperluan lainnya. Berikut
adalah contoh pembagian lantai panggung tersebut.
27
Gambar. Desain panggung thrust dan traverse. Sumber :
http.www.bbc.co.uk
28
Gambar. Contoh varian lain panggung thrust.
Sumber : www.donolsonphotography.com
29
Gambar. Pertunjukan Sedulur Mulur Tangga Eca (2011) yang dilakukan
Komunitas “Sego Gurih” di luar ruangan (lapangan terbuka).
Sumber: http.komunitassegogurih.files.wordpress.com
30
PENUTUP
Rangkuman
31
sehingga tempat tersebut diberi batas dan ditinggikan untuk
memudahkan penonton untuk melihatnya. Beberapa pertunjukan juga
menjadikan tempat-tempat tertentu yang tidak lazim digunakan untuk
pertunjukan dengan menciptakan dan mempersiapkan batasan yang
sifatnya imajinatif sesuai dengan kebutuhan. Bahkan, tidak tertutup
kemungkinan ada pertunjukan yang berusaha membaurkan pelaku dan
penontonnya dalam satu tempat yang sama. Semua ini tergantung pada
konsep dan tujuan yang dikehendaki oleh kreatornya.
Tes Formatif
32
DAFTAR PUSTAKA
Sitorus, Eka D. 2002. The Art of Acting Seni Peran untuk Teater, Film &
TV. Jakarta. Gramedia.
Sumber Gambar :
www.donolsonphotography.com
www.rmwebed.com.
http.danceappreciation4.files.wordpress.com
http.novitaevi37.files.wordpress.com
http.blogs.swa-jkt.com
http.komunitassegogurih.files.wordpress.com
http.www.wsd2013.com
www.rmwebed.com.
http.www.bbc.co.uk
33
BAB IV
NASKAH DRAMA
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Manfaat
34
PENYAJIAN
Uraian
Naskah drama adalah ide yang menjadi rancangan awal dari sebuah
pertunjukan teater, yang lazim disebut juga dengan istilah drama, lakon,
naskah lakon, naskah drama, dan sebagainya. Dalam istilah bahasa asing
dikenal dengan sebutan play, drama, dan lain-lain. Naskah berisi dialog
tokoh-tokoh dan petunjuk laku dari penulis (author direction) yang
menjadi dasar penggarapan pertunjukan teater.
Sebuah pertunjukan bisa berasal dari naskah yang sudah ada dari
seorang dramawan (penulis naskah). Ada penulis naskah yang tugasnya
hanya menulis naskah lalu digarap oleh orang lain, dan ada juga naskah
yang ditulis dan kemudian langsung disutradarai oleh penulisnya.
35
sudut pandang yang dipilihnya. Ia mengembangkan karakter-karakter
yang dilengkapi dengan struktur dramatis. Proses ini dilanjutkan menjadi
proses penulisan naskah drama (Riantiarno, 2011: 47).
36
lazim terjadi. Poin kedua biasa dilakukan oleh penggarap yang
merangkap tugas sebagai penulis dan sutradara sekaligus pada
pertunjukan yang sedang dipersiapkan. Sedangkan poin ketiga sedikit
unik, karena naskah pertunjukan dibuat ketika sebuah pementasan sudah
selesai dipertunjukan. Hal ini terjadi karena penggarap ingin
mendokumentasikan karyanya – yang mungkin saja sebelumnya digarap
dengan spontanitas dan mengunakan metode improvisasi - secara tertulis
untuk kepentingan literasi atau penggarapan ulang di lain waktu.
37
disampaikan secara simbolis. Dua hal ini menciptakan jenis naskah drama
realis dan post-realis.
38
gagasan menjadi tulisan (naskah drama). Realitas yang terdari dari
konflik dan proses penyelesaiannya kemudian dihadirkan secara apa
adanya, secara simbolis, atau berbentuk draf susunan peristiwa yang
dikembangkan sedemikian rupa. Sedangkan pada teater non-
konvensional, gagasan seringkali menjadi bahan pertunjukan yang diolah
langsung menjadi pertunjukan.
39
Gambar. Putu Wijaya
Sumber : www.indonesianfilmcenter
40
Gambar. (Alm.) Arifin C. Noer
Sumber : www.upload.wikimedia.org & www.kepustakaan-
tokoh.perfilman.pnri.go.id
41
Gambar. Benny Yohanes
Sumber: http://www.tamanismailmarzuki.co.id
42
PENUTUP
Rangkuman
Naskah drama adalah ide yang menjadi rancangan awal dari sebuah
pertunjukan teater, yang lazim disebut juga dengan istilah drama, lakon,
naskah lakon, naskah drama, dan sebagainya. Dalam istilah bahasa asing
dikenal dengan sebutan play, drama, dan lain-lain. Naskah berisi dialog
tokoh-tokoh dan petunjuk laku dari penulis (author direction) yang
menjadi dasar penggarapan pertunjukan teater.
43
ajaran, pengetahuan, dan budaya yang berkembang di suatu komunitas
manusia.
Tes Formatif
DAFTAR PUSTAKA
Sitorus, Eka D. 2002. The Art of Acting Seni Peran untuk Teater, Film &
TV. Jakarta. Gramedia.
44
BAB V
AKTING
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
- Pengertian akting.
- Pendekatan akting.
Manfaat
45
PENYAJIAN
Uraian
A. Akting
Lebih lanjut Usmar Ismail menjelaskan tentang seni akting (the art
of acting) adalah seni menafsirkan kehidupan secara kreatif
menggunakan peralatan tubuh, pikiran, dan perasaannya. Akting
merupakan peragaan sebuah peran yang menyebabkan penonton hanyut
dalam ilusi yang diciptakan aktor. Movement, gesture, ekspresi wajah,
keterampilan kaki, interpretasi naskah, improvisasi, business, kepekaan,
persepsi, imajinasi, dan lain sebagainya, adalah sarana untuk pendukung
akting.
46
melakukan kerjasama dengan baik, dan mengoptimalkan momentum.
Selain itu aktor juga harus mengetahui berbagai hal dengan sering
melakukan pengamatan dan menganalisis terhadap lingkungan sekitarnya
untuk mengetahui hal-hal yang dapat menambah wawasan serta
mendukung proses pembangunan karakter.
Aktor harus melatih jiwa, raga, dan pikirannya sebagai modal utama
untuk bermain peran, dibantu dengan pengamatan (observasi) terhadap
lingkungan yang menjadi rujukan dalam memerankan suatu tokoh.
Misalnya dengan membaca, mendengar, melihat, bahkan mengalami
secara langsung. Ia juga dituntut untuk tekun melatih kepekaan, daya
ingat, konsentrasi, imajinasi dan ekspresinya. Dalam bersikap, aktor
diwajibkan memiliki kedisiplinan, rendah hati, keterbukaan, jujur,
bertanggung jawab dan menghargai orang lain. Yang paling penting,
aktor dituntut untuk selalu belajar demi memperluas wawasan dan
pemahamannya tentang karakter-karakter manusia.
1. Karakterisasi
47
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang
dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari
tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis.
Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya,
tingkah lakunya, dan lain-lain. Apakah dia seorang yang licik, pemberani,
atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
a. OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari /
mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara
hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dan
sebagainya. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang
tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu.
Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita
akan menjadi tokoh yang kita inginkan.
b. ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi
maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun
yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil
observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-
angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan lain
sebagainya.Cara-cara melatihnya antara lain: menyampaikan
data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, bercerita
tentang perjalanan yang berkesan, ketika dimarahi guru,
menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup,
menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa,
48
burung, artis, berangan-angan bahwa kelak akan terjadi
perang antar planet, dan lain-lain.
c. IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang
tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya
adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau
sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak
hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang
kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa
apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun
sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku.
Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana
kita sedang memainkan sebuah pantomim.
Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara
pemimpin koor dengan roh suci. Roh suci disini hanya
terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa
roh suci benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat
pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah dialog,
sebagai berikut: "Hei Letnan, coba perhatikan perempuan
berkaca mata gelap di depan toko itu. Perhatikan topi dan tas
hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas
dan topi itu dipakai Nyonya Lisa beberapa saat sebelum
terjadi pembunuhan". Yang dibicarakan tokoh diatas
sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan berkaca mata
gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak
tampak dalam pentas.
Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau
sesuatu yang dibendakan, termasuk disini segala sifat dan
keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai
berikut:
49
Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di
otak kita. Jangan sampai menyebutkan sebuah benda lebih
dari satu kali. Sebutkan sebuah benda yang tidak ada
disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk
benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dan lain-
lain. Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari
yang sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu
adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya,
letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut
kita jadi tertawa terpingkal-pingkal. Menganggap sesuatu
benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah
pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah
menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dan sebagainya.
d. EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi
dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup,
dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat
mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting
untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan
untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat
mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka
(ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini
timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka
tinbul niat untuk memukul, dsb.
e. PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari
naskah untuk diterpakan tubuh kita. Misalnya pada waktu kita
berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi,
maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri
50
melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi.
Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan
memainkan sebuah naskah drama. Cara-cara yang
dipergunakan dalam penghayatan seperti : mempelajari
naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa
yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang
ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah.
Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari
tokoh yang akan kita perankan. Sebagai latihan cobalah
membaca sebuah naskah/ dialog dengan diiringi musik
sebagai pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya
baru mulailah membaca.
2. Olah Rasa
51
sendiri, tetapi juga perasaan terhadap karakter lawan main. Latihan olah
rasa dimulai dari konsentrasi, mempelajari gesture, dan imajinasi.
a. KONSENTRASI
Pengertian konsentrasi secara harfiah adalah pemusatan
pikiran atau perhatian. Makin menarik pusat perhatian, makin
tinggi kesanggupan memusatkan perhatian. Pusat perhatian
seorang pemeran adalah sukma atau jiwa tokoh atau karakter
yang akan dimainkan. Segala sesuatu yang mengalihkan
perhatian seorang pemeran, cenderung dapat merusak proses
pemeranan. Maka, konsentrasi menjadi sesuatu hal yang
penting untuk pemeran. Tujuan dari konsentrasi ini adalah
untuk mencapai kondisi kontrol mental maupun fisik di atas
panggung. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran dan
tubuh. Seorang pemeran harus dapat mengontrol tubuhnya
setiap saat. Langkah awal yang perlu diperhatikan adalah
mengasah kesadaran dan mampu menggunakan tubuhnya
dengan efisien. Dengan konsentrasi pemeran akan dapat
mengubah dirinya menjadi orang lain, yaitu tokoh yang
dimainkan. Dunia teater adalah dunia imajiner atau dunia
rekaan. Dunia tidak nyata yang diciptakan seorang penulis
lakon dan diwujudkan oleh pekerja teater. Dunia ini harus
diwujudkan menjadi sesuatu yang seolah-olah nyata dan
dapat dinikmati serta menyakinkan penonton. Kekuatan
pemeran untuk mewujudkan dunia rekaan ini hanya bias
dilakukan dengan kekuatan daya konsentrasi. Misalnya
seorang pemeran melihat sesuatu yang menjijikan (meskipun
sesuatu itu tidak ada di atas pentas) maka ia harus
menyakinkan kepada penonton bahwa sesuatu yang dilihat
benar-benar menjijikkan. Kalau pemeran dengan tingkat
52
konsentrasi yang rendah maka dia tidak akan dapat
menyakinkan penonton.
b. GESTURE
Gesture adalah sikap atau pose tubuh pemeran yang
mengandung makna. Latihan gesture dapat digunakan untuk
mempelajari dan melahirkan bahasa tubuh. Ada juga yang
mengatakan bahwa gesture adalah bentuk komunikasi non-
verbal yang diciptakan oleh bagian-bagian tubuh yang dapat
dikombinasikan dengan bahasa verbal.
Bahasa tubuh dilakukan oleh seseorang terkadang tanpa
disadari dan keluar mendahului bahasa verbal. Bahasa ini
mendukung dan berpengaruh dalam proses komunikasi. Jika
berlawanan dengan bahasa verbal akan mengurangi kekuatan
komunikasi, sedangkan kalau selaras dengan bahasa verbal
akan menguatkan proses komunikasi. Seorang pemeran harus
memahami bahasa tubuh, baik bahasa tubuh budaya sendiri
maupun bahasa tubuh budaya lainnya. Pemakaian gesture ini
mengajak seseorang untuk menampilkan variasi bahasa atau
bermacam-macam cara mengungkapkan perasaan dan
pemikiran. Akan tetapi, gesture tidak dapat menggantikan
bahasa verbal sepenuhnya. Sedang beberapa orang
menggunakan gesture sebagai tambahan dalam kata-kata
ketika melakukan proses komunikasi.
Manfaat mempelajari dan melatih gesture adalah mengerti
apa yang tidak terkatakan dan yang ada dalam pikiran lawan
bicara. Selain itu, dengan mempelajari bahasa tubuh, akan
diketahui tanda kebohongan atau tanda-tanda kebosanan
pada proses komunikasi yang sedang berlangsung. Bahasa
tubuh semacam respon atau impuls dalam batin seseorang
yang keluar tanpa disadari. Sebagai seorang pemeran,
53
gesture harus disadari dan diciptakan sebagai penguat
komunikasi dengan bahasa verbal.
Sifat bahasa tubuh adalah tidak universal. Misalnya, orang
India, mengangguk tandanya tidak setuju sedangkan
mengeleng artinya setuju. Hal ini berlawanan dengan bangsa-
bangsa lain. Tangan mengacung dengan jari telunjuk dan
jempol membentuk lingkaran, bagi orangtokohcis artinya nol,
bagi orang Yunani berarti penghinaan, tetapi bagi orang
Amerika artinya bagus. Jadi bahasa tubuh harus dipahami
oleh pemeran sebagai pendukung bahasa verbal.
Macam-macam gesture yang dapat dipahami orang lain
adalah gesture dengan tangan, gesture dengan badan,
gesture dengan kepala dan wajah, dan gesture dengan kaki.
Bahasa tubuh atau gesture dengan tangan adalah bahasa
tubuh yang tercipta oleh posisi maupun gerak kedua tangan.
Bahasa tubuh yang tercipta oleh kedua tangan merupakan
bahasa tubuh yang paling banyak jenisnya. Bahasa tubuh
dengan tubuh adalah bahasa tubuh yang tercipta oleh pose
atau sikap tubuh seseorang. Bahasa tubuh dengan kepala dan
wajah adalah bahasa tubuh yang tercipta oleh posisi kepala
maupun ekspresi wajah. Sedangkan bahasa tubuh dengan
kaki adalah bahasa tubuh yang tercipta oleh posisi dan
bagaimana meletakkan kaki.
c. IMAJINASI
Imajinasi adalah proses pembentukan gambaran-gambaran
baru dalam pikiran, dimana gambaran tersebut tidak pernah
dialami sebelumnya. Belajar imajinasi dapat menggunakan
fungsi ”jika” atau dalam istilah metode pemeranan
Stanislavski disebut magic-if. Latihan imajinasi bagi pemeran
berfungsi mengidentifikasi tokoh yang akan dimainkan. Selain
54
itu, seorang pemeran juga harus berimajinasi tentang
pengalaman hidup tokoh yang akan dimainkan.
55
menjawab pertanyaan itu akan membawa pikiran
untuk mengimajinasikan sosok Hamlet.
B. Pendekatan Akting
56
dari sebuah karakter yang ingin diciptakan. Kepribadian kedua dilihat oleh
kepribadian pertama yang bertindak sebagai tuan sampai ia puas dengan
proses ini dan yakin dengan hasilnya. Coquelin menolak pengalaman
yang realistis di atas panggung karena ia menganggap bahwa proses
tersebut akan merusak proses aktingnya.
Aktor juga harus menjadi orang yang serba bisa, memiliki sifat ingin
tahu yang tinggi, belajar tentang banyak hal, dan menyatukan semua
data dengan harmonis, kemudian menyampaikannya melalui representasi
menyeluruh tentang karakter tersebut. Aktor juga dituntut untuk memiliki
keinginan kuat untuk mengontrol diri ketika memainkan peranan yang
berbeda-beda agar selalu segar pendekatannya ketika memainkan
57
karakter baru. Selain itu, aktor harus mampu memproyeksikan
kepribadiannya, melupakan dirinya dan masuk ke dalam karakter tokoh
yang dimainkan agar bisa merasakan seperti apa yang dirasakannya,
sehingga si aktor bisa merepresentasikan karakter yang sedang ia
mainkan.
58
keaktoran sehingga aktor menjadi penting dalam proses produksi.
Temuan Stanislavsky didasari oleh pengertiannya tentang aktor-aktor
yang mengaplikasikan suasana psikologi dari perjuangan hidup mereka ke
atas panggung, respon terhadap stimuli emosional, fisikal dan mental
serta tindakan mereka yang menjadi akibat dari respon-respon tersebut.
PENUTUP
Rangkuman
59
Ada empat hal yang penting dilakukan oleh seorang aktor, yaitu
melatih konsentrasi untuk mendukung proses menghafal naskah dan
menyampaikan pesan secara efektif kepada penonton, melatih dan
mengembangkan imajinasi, melakukan kerjasama dengan baik, dan
mengoptimalkan momentum. Selain itu aktor juga harus mengetahui
berbagai hal dengan sering melakukan pengamatan dan menganalisis
terhadap lingkungan sekitarnya untuk mengetahui hal-hal yang dapat
menambah wawasan serta mendukung proses pembangunan karakter.
60
dilakukan aktor di atas panggung adalah proses dari waktu ke waktu
sesuai dengan pengalaman hidupnya sendiri.
Tes Formatif
DAFTAR PUSTAKA
Sitorus, Eka D. 2002. The Art of Acting Seni Peran untuk Teater, Film &
TV. Jakarta. Gramedia.
61
BAB VI
SUTRADARA DAN PROSES PENYUTRADARAAN
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
- Pengertian dan tugas sutradara.
- Sejarah awal munculnya sutradara.
- Teori penyutradaraan.
- Tahap-tahap penyutradaraan.
Manfaat
- Mahasiswa mendapatkan pemahaman mengenai pengertian dan
tugas sutradara.
- Mahasiswa dapat mengetahui sejarah awal munculnya
sutradara.
- Mahasiswa dapat memahami tentang teori penyutradaraan.
- Mahasiswa dapat memahami tahap-tahap peyutradaraan.
62
PENYAJIAN
Uraian
A. Pengertian Sutradara
63
Sejarah mencatat bahwa proses penyutradaraan seperti yang
sekarang ini terjadi telah melalui perjalanan yang panjang. Perjalanan itu
setidaknya telah melewati tiga peristiwa besar yaitu:
64
Transformasi ini tidak hanya sekedar memindahkan naskah di atas
panggung, tetapi harus dapat menghidupkan peristiwa dan tokoh-
tokohnya, sehingga naskah yang awalnya hanya dapat diimajinasikan itu
bisa terlihat, terdengar, dan terasa.
65
kostum, dan team artistik lainnya. Sutradara bertanggung jawab penuh
terhadap berbagai pilihan artistik yang dihadirkan di panggung, oleh
karena itu berbagai tawaran ide kreatif yang muncul selama proses
penciptaan harus diketahui oleh sutradara. Sutradara itu pula yang
memutuskan apakah tawaran ide kreatif dari aktor itu akan digunakan
atau tidak. Dalam hal ini perbedaan sutradara dengan aktor adalah
sutradara harus berfikir terlebih dahulu tentang berbagai kemungkinan,
kemudian mengontrol kepekaannya hingga menemukan ketepatan bagi
gagasan-gagasannya (Yudiaryani, 2002: 343). Seorang sutradara harus
dapat membimbing, mendorong, mendukung, dan memperkuat seluruh
team yang bekerja selama proses penciptaan. Dalam hal ini kedudukan
sutradara diantara para team artistik yang lain berada di tengah-tengah
segitiga, bertindak sebagai pusat kesatuan kekuatan, juga sebagai
koordinator bagi prestasi-prestasi kreatif aktor dan para teknisi
(Harymawan, 1993: 64).
PENGARANG
SUTRADARA
AKTOR PENONTON
C. Teori Penyutradaraan
66
Teori merupakan seperangkat gagasan atau ide-ide untuk
mengungkapkan dan menghasilkan fakta-fakta. Dalam hal ini teori
penyutradaraan dimaknai sebagai seperangkat gagasan atau ide untuk
menciptakan sebuah fakta pertunjukan teater. Selama ini terdapat dua
teori penyutradaraan yang secara umum diketahui yaitu teori
penyutradaraan Gordon Craig dan Laissez Faire (Harymawan, 1993: 64-
65; Cahyaningrum, 2011: 271).
67
diktator, sehingga membuka munculnya ide-ide kreatif dari para
pemain, sedangkan kelemahan dari teori ini proses penciptaan
menjadi lambat karena banyaknya ide kreatif yang harus
diputuskan dan disepakati bersama.
D. Proses Penyutradaraan
PENUTUP
68
Rangkuman
69
Selama ini terdapat dua teori penyutradaraan yang secara umum
diketahui yaitu teori penyutradaraan Gordon Craig dan Laissez Faire.
Teori penyutradaraan Gordon Craig mengacu pada kesatuan ide antara
pemain dan sutradara. Karya seni adalah perwujudan dari ekspresi
kepribadian si senimannya. Aktor yang dianggap baik dalam teori ini
adalah aktor yang mampu mendedikasikan kerjanya terhadap ide
sutradara. Keunggulan teori penyutradaraan Gordon Craig adalah hasil
pementasan yang sempurna, tertib, teratur, dan teliti, sedangkan
kelemahan teori ini menjadikan sutradara diktator, sehingga aktor dan
aktris hanya menjadi alat.
70
Tes Formatif
DAFTAR PUSTAKA
BAB VII
ELEMEN-ELEMEN ARTISTIK
71
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Manfaat
PENYAJIAN
Uraian
72
A. Musik.
Musik juga dapat menjadi penanda waktu atau zaman dari sebuah
kisah yang dihadirkan. Pilihan musik yang dihadirkan, secara cepat dapat
menciptakan suasana yang dapat diidentifikasi sebagai penunjuk waktu
dari sebuah peristiwa. Hal ini terjadi karena setiap periode dapat
diwakilkan dengan musik yang populer pada saat itu. Misalnya lagu
perjuangan untuk mendukung penggambaran waktu peristiwa pada saat
perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, musik
keroncong untuk memperkuat suasana perkotaan di Indonesia sekitar
tahun 1950-an, lagu-lagu Koes Plus yang menggambarkan suasana
Indonesia tahun 1960-1970-an, dan seterusnya.
73
Misalnya lagu klasik Barat untuk memperkuat suasana sebuah keluarga
kaya berpendidikan tinggi di perkotaan, musik dangdut untuk
menggambarkan suasana pemukiman padat di pinggiran kota, musik
underground untuk mendukung suasana perlawanan dari sub-culture
pemuda perkotaan, dan lain-lain.
B. Make-up (tata-rias)
74
dari kayu dan bahan lainnya untuk menciptakan karakter imajinatif.
Topeng yang diciptakan beraneka ragam bentuk dan warna sesuai
kebutuhan untuk menggambarkan perwatakan tokoh yang diinginkan.
Penggunaan topeng memiliki keterbatasan karena membuat susah
bernafas, membatasi suara, dan tidak fleksibel memperlihatkan
perubahan raut wajah dan ekspresi. Setelah teknik pencahayaan
ditemukan, teknik tata-rias wajah berkembang lebih jauh.
75
Tata-rias korektif adalah tata-rias sehari-hari yang biasanya digunakan
untuk memperjelas dan mempercantik wajah. Dalam pertunjukan, riasan
jenis ini bertujuan untuk memperjelas wajah pemain agar terlihat jelas
dari jauh, karena adanya jarak antara pemain dan penonton paling
belakang. Riasannya juga lebih tebal jika dibanding dengan tata-rias
korektif keseharian.
76
Gambar. Contoh make-up fantasi yang merupakan interpretasi dari
make-up tokoh dalam pewayangan untuk menciptakan tokoh satir dalam
pertunjukan komedi. Sumber : jogjanews.com & http.
cantsaynotohope.deviantart.com
77
C. Kostum
78
Gambar. Seorang shaman (dukun) mengenakan kulit rusa sebagai
kostum dalam ritualnya. Sumber : www.bbc.co.uk
79
Gambar. Contoh kostum fantasi dan kostum yang menggambarkan
latar tempat kejadian cerita di daerah Tionghoa dalam “Sie Jin Kwie”
(2012) produksi Teater Koma. Sumber : http.www.djarumfoundation.org
D. Setting
80
menghadirkan sebuah kursi raja dengan ukiran indah yang menjadi khas
suatu daerah, penonton bisa menangkap bahwa pertunjukan tersebut
sedang mengisahkan tentang raja dari daerah dan zaman tertentu.
PENUTUP
Rangkuman
81
Musik dalam pertunjukan teater berfungsi untuk memberi
penekanan pada suasana yang hendak dihadirkan. Misalnya suasana
sedih, mencekam, gembira, menegangkan dan sebagainya. Musik juga
dapat menggambarkan dan menginformasikan tempat yang menjadi latar
sebuah peristiwa. Musik dapat menjadi penanda waktu atau zaman dari
sebuah kisah yang dihadirkan. Pilihan musik yang dihadirkan, secara
cepat dapat menciptakan suasana yang dapat diidentifikasi sebagai
penunjuk waktu dari sebuah peristiwa. Musik juga dapat menggambarkan
latar belakang sosial dan budaya masyarakat atau tokoh yang dikisahkan.
Misalnya musik dangdut untuk menggambarkan suasana pemukiman
padat di pinggiran kota, musik underground untuk mendukung suasana
perlawanan dari sub-culture pemuda perkotaan, dan lain-lain.
82
usia, status, dan karakter tokoh dibantu dengan kostum dan aksesoris
yang digunakan. Tata-rias dalam pertunjukan dapat dibagi menjadi tiga
macam, yaitu tata-rias korektif, tata-rias karakter dan tata-rias fantasi.
Tes Formatif
83
2. Jelaskan pengertian musik, Musik, Make-up, Kostum, Setting,
Properti dan hand-property !
3. Jelaskan fungsi musik, Musik, Make-up, Kostum, Setting,
Properti dan hand-property !
4. Jelaskan fungsi musik dan kostum sebagai penanda dalam
pertunjukan !
5. Jelaskan mengenai jenis-jenis make-up dan busana !
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Gambar :
BAB VIII
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Manfaat
84
- Mahasiswa mendapatkan pemahaman mengenai awal mula dan
perkembangan bentuk teater.
PENYAJIAN
Uraian
A. Bentuk Teater
Drama awalnya hanya terdiri dari dua bentuk, yaitu tragedi dan
komedi. Tragedi mengisahkan pergulatan manusia melawan takdir yang
menyiratkan rasa duka, sedangkan komedi adalah kisah penuh tawa dan
kegembiraan yang berakhir dengan sukacita serta menyiratkan keceriaan.
Bentuk drama ini terkait dengan efek yang diterima oleh penonton.
Tragedi (dalam pengertian klasik) adalah ketidakmampuan manusia
dalam menghadapi takdir (dalam artian luas, Tuhan, sosial, politik,
ekonomi, kekuasaan). Saat manusia menerima takdirnya dengan tegar,
85
maka akan menghasilkan efek tragedi. Akan tetapi, ketika ia menerima
dengan gembira, maka menghasilkan efek komedi.
86
menghasilkan katarsis atau penyucian. Tindakan yang
kecil atau kurang mempunyai daya pikat takkan
mampu menghasilkan efek yang menakutkan dalam
rangka menyucikan penonton.
87
imitasi manusia tetapi imitasi dari tindakan (laku)
manusia yang melahirkan peristiwa (kejadian).
Peristiwa inilah yang menghadirkan tragedi. Tanpa
peristiwa tak mungkin ada tragedi. Tanpa watak bisa
terjadi tragedi, watak hadir karena ada peristiwa.
Dengan kata lain, aktor berperan bukan untuk meniru
watak, tetapi mereka melibatkan watak sebagai
sebuah faktor dari perbuatan dan kejadian.
88
penonton. Musik sangat diperlukan dalam tragedi.
Misalnya tragedi Yunani Kuno selau diiringi musik.
89
tahu bahwa kehendak dewata tidak mudah dipahami oleh manusia dan
tidak dapat ditentang. Oidipus baru menyadari bahwa secara tidak
sengaja ia telah membunuh ayahnya dan mengawini Jocasta, ibunya
sendiri (mathema) (Saini, 1985: 41). Dapat disimpulkan bahwa kata-kata
kunci dalam pola tragis Aristoteles yaitu ; pembalikan nasib, nasib yang
ironis, nasib yang buta, cacat tragis, pilihan, putusan, tanggung jawab,
penemuan, pengorbanan, penembusan, katarsis, dan penyatuan.
90
5) Kelima, tragedi tidak hanya berarti tindakan yang salah dan
hukuman, tetapi tragedi melibatkan pula penetapan suatu
pilihan dan yang berakhir dengan keharusan tokoh
menghadapi hasil dari pilihan tersebut. Sering perjalanan
tragedi berlangsng panjang dan berbelit-belit, sehingga
jejak-jejak resiko pilihan akan tergambar dengan kuat.
Tragedi, seperti roman, dapat mengungkapkan pencarian
tokoh tentang rahasia kehidupan abadi, dan pertahanan diri
melawan kekuatan buruk, serta perjalanan tokoh ke tempat-
tempat yang penuh bahaya dan kegelapan. Tokoh utama
berhasil memperoleh identitas sekaligus semangat hidup,
meskipun ia mendapatkannya melalui berbagai
pengorbanan.
91
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komedi adalah drama yang
mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat manusia dengan cara yang
lucu, sehingga penonton lebih bisa menghayati kenyataan kehidupan.
Sedangkan Abrams berpendapat bahwa komedi adalah karya yang dalam
batasaan dramatic tokoh-tokohnya mengalami hal yang tidak
menyenangkan, menarik, menggelikan, dan happy ending (Dewojanti,
2010: 47).
92
Drama komedi sesungguhnya bukan dimaksudkan untuk sekedar
sajian guyonan. Drama komedi harus mampu membukakan mata
penonton kepada kenyataan kehidupan sehari-hari yang lebih dalam
(Rendra, 1993: 108). Komedi rendahan yang hanya menggunakan humor
fisik kadang-kadang bisa berubah jadi penghinaan terhadap martabat
kemanusiaan. Demikian pula materi banyolan atau dagelan yang kasar,
dan ejekan yang tidak cerdas hanya akan menjadi hiburan murahan yang
tidak mampu meningkatkat kecerdasan moral penontonnya (Dewojanti,
2010: 48).
1) Komedi Situasi.
2) Komedi Karakter/ Watak.
3) Komedi Pengembangan Gagasan.
4) Komedi Sosial.
5) Komedi Gaya.
6) Komedi Romantik.
93
Shakespeare (seperti “As Like You” dan “Twelve Night”) tergolong pada
komedi roamantik.
94
dalam naskah melodrama sangat membutuhkan
keterampilan aktor dalam seni musik, suara, dan tari.
x. Tema Melodrama berkisar pada persoalan sejarah,
peristiwa rumah tangga, dan masyarakat.
xi. Karakter-karakter tokoh memiliki perbedaan yang
sangat besar, contohnya antara majikan dan buruh,
kaya dan miskin, dan sebagainya.
95
Marjorie Boulton (dalam Waluyo, 2002: 44) menjelaskan tentang
tiga belas penggolongan bentuk drama, yaitu :
1) Drama Kepahlawanan.
2) Drama Problematis.
3) Drama Kegagalan/ Kebodohan.
4) Komedi Gaya.
5) Komedi Sentimental.
6) Komedi Watak/ Humor.
7) Drama Idealis.
8) Drama Didaktik dan Propaganda.
9) Drama Sejarah.
10) Tragedi Komedi.
11) Drama Simbolik.
12) Drama Tari (Sendratari).
13) Mime dan Pantomimik.
B. Gaya Teater
96
yang ada. Gaya teater dimulai dari kebudayaan Yunani Klasik sampai hari
ini telah melahirkan beberapa gaya (aliran) diantaranya: klasik, neoklasik,
romantik, realisme, simbolisme, ekspresionisme, epik, dan absurd
(Riantiarno, 2011: 7-8). Berikut penjelasan singkatnya.
1) Aliran Klasik.
Ciri-ciri drama aliran klasik adalah sebagai berikut :
a. Tunduk pada hukum trilogi Aristotelian mengenai
kesatuan tempat, ruang dan waktu.
2) Aliran Neo-Klasik.
Ciri-cirinya adalah :
a. Hanya ada 2 bentuk drama, tragedi dan komedi,
keduanya tak boleh dicampur.
97
f. Aktor bermain di panggung di atas kereta yang bisa
dibawa berkeliling menyusuri jalanan.
3) Aliran Roamantik.
Aliran Romantik berkembang pada abad 18. Tokoh-tokoh
yang terkenal adalah Goethe, Victor Hugo, Alfred de Musset,
Heinrich van Kleist dan Christian Dietriech Crabbe. Ciri-ciri
drama Romantik adalah :
98
h. Plot cerita plot episodik.
4) Aliran Realisme.
Realisme adalah aliran yang mengkritisi aliran roamantik
yang cenderung melebih-lebihkan dan sentimental. Realisme
lebih mementingkan kenyataan. Aliran ini kemudian
berkembang menjadi dua yaitu : a) realisme sosial dan b)
realisme psikologis.
99
a. Realisme Sosial, disebut juga sebagai realisme murni
yang melukiskan kepincangan sosial, penderitaan dan
ketidakadilan, dengan maksud hendak mengadakan
protes sosial. Ciri-cirinya adalah :
100
Perkembangan realisme awal pada tahun 1850-an
memperlihatkan karakteristik seperti berikut :
101
IV. Menggunakan bahasa sehari-hari.
5) Aliran Ekspresionisme.
Aliran yang lahir pada masa setelah Perang Dunia ke I ini
lebih menonjolkan curahan pikiran dan perasaan pengarang.
Ciri-cirinya :
PENUTUP
Rangkuman
Drama awalnya hanya terdiri dari dua bentuk, yaitu tragedi dan
komedi. Tragedi mengisahkan pergulatan manusia melawan takdir yang
menyiratkan rasa duka, sedangkan komedi adalah kisah penuh tawa dan
kegembiraan yang berakhir dengan sukacita serta menyiratkan keceriaan.
Bentuk drama ini terkait dengan efek yang diterima oleh penonton.
102
takdir). Aristoteles menyebut penyucian jiwa tersebut dengan istilah
katarsis
Tes Formatif
103
1. Jelaskan pengertian tragedi dalam konsep Yunani Klasik !
2. Jelaskan pengertian komedi dalam konsep Yunani Klasik !
3. Jelaskan pola tragedi menurut Aristoteles!
4. Sebutkan penulis tragedi dan komedi Yunani Klasik beserta
karya-karyanya !
5. Jelaskan dan sebutkan gaya dan aliran teater!
DAFTAR PUSTAKA
Rendra, WS. 1993. Seni Drama Untuk Remaja. Jakarta. Pustaka Jaya.
104