DRAMA
Sejarah dan Perkembangan
Drama merupakan kata yang sudah tidak asing didengar dalam bidang kesenian ataupun
sastra. Secara umum, pengertian drama merujuk kepada sebuah pementasan ataupun teater.
Di balik kata yang sederhana itu, sebenarnya drama dapat menceritakan realita kehidupan yang
terjadi secara nyata namun dikemas dengan penampilan dari para aktornya. Sampai saat ini,
drama menjadi salah satu kesenian yang masih digemari oleh hampir seluruh negara di dunia.
Banyak bukti sejarah yang mengatakan bahwa bangsa Yunani merupakan masa awal
peradaban manusia. Segala aktivitas manusia pun terjelaskan dimulai dari masa Yunani.
Begitupun dengan drama.
Drama Yunani dapat digolongkan menjadi drama klasik. Pertunjukan drama pertama kali digelar
di Yunani sekitar 2.300 tahun yang lalu. Jakob Soermardjo, seorang ahli teater menyatakan,
bentuk panggung pada zaman Yunani dibangun tanpa atap dalam bentuk setengah lingkaran
dengan tempat duduk penonton melengkung dan berundak-undak yang disebut amphitheater
Cerita yang ditampilkan pada panggung pada umumnya berjenis tragedi yang mengisahkan
tentang perjuangan manusia dalam menyembah dewa-dewanya. Biasanya jenis drama ini
prolognya cukup panjang dengan durasi totalnya sekitar 1 jam. Ciri khas lainnya ialah terdapat
selingan berupa paduan suara di antara plotnya.
Selain drama jenis tragedi juga terdapat jenis komedi. Itu muncul sebagai bentuk sindiran
terhadap drama-drama tragedi yang sengaja dibuat supaya lucu. Inilah yang kemudian menjadi
cikal-bakal lahirnya drama komedi. Tokoh yang terkenal pada zaman ini ialah Plato, Aristoteles,
dan Sopholches.
Berdasarkan catatan dari Brockett (1964), Drama Romawi pertama kali dipertunjukan di Kota
Roma pada tahun 240 SM. Pertunjukan tersebut dikenalkan oleh Livius Andronicus, seniman
Yunani. Cerita yang ditampilkan tidak jauh-jauh dari aktivitas pemujaan terhadap para dewa
mereka. Namun berangsur-angsur menceritakan tentang perjuangan manusia dalam mencari
kekuasaan. Walaupun diadaptasi dari Yunani, dalam setiap pementasan, panggung sengaja
dibuat sedemikian megah. Tokoh yang terkenal pada zaman ini yaitu Plutus, Lucius Seneca
dan Terence.
Drama Abad pertengahan berada dalam kisaran tahun 1400an-1500an di Eropa. Pada zaman
ini banyak pengaruh dari Gereja Katolik. Terlihat salah satunya dari nyanyian dalam
pementasan drama, dinyanyikan oleh para koor Gereja atau para rahib. Drama ini
diselenggarakan dalam bentuk merayakan hari-hari besar umat Kristen.
Hingga suatu waktu, pihak gereja tak mengijinkan lagi dilakukan pementasan drama di
dalamnya. Panggung akhirnya berpindah ke lapangan-lapangan atau bahkan jalanan. Para
aktor bermain di atas kereta lalu digiring sehingga berkeliling kota. Tentu saja dengan nuansa
cerita yang lebih berbeda, biasanya tentang pengetahuan, kemiskinan atau kebijakan.
1. Mempertunjukkan Dialog
Dialog menjadi salah satu unsur penting dalam drama. Keberadaan dialog sekaligus
menjadi salah satu ciri-ciri dari drama yang paling menonjol. Dialog ditampilkan oleh
tokoh-tokoh yang saling berinteraksi.
2. Adanya Adegan
Di samping adanya dialog, ciri-ciri drama lainnya adalah adanya adegan. Dialog dan
adegan dalam drama memang menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan. Adegan dalam
drama juga berlangsung satu kali, artinya tanpa ada pengulangan sama sekali.
9 Makanan Kaya Vitamin, Tingkatkan Daya Tahan Tubuh - Terbaik Cegah Penyakit
3. Merupakan Bagian dari Prosa
Drama adalah bagian dari karya sastra, khususnya jenis prosa. Seperti yang kita tahu,
drama merupakan naskah cerita yang kemudian dipentaskan. Artinya, drama berasal dari
prosa atau cerita yang bermula dari imajinasi dan ide. Apalagi, belakangan banyak
bermunculan pementasan drama yang diadopsi dari karya-karya bentuk prosa seperti
novel, cerpen, hikayat, dan sebagainya.
Itulah di antaranya ulasan mengenai pengertian dan ciri-ciri drama. Semoga bermanfaat
dan bisa menambah pengetahuan.