Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH DRAMA DI YUNANI

1.Drama Klasik

Yang disebut drama klasik adalah pada zaman Yunani dan Romawi. Pada masa kejayaan kebudayaan
Yunani dan Romawi banyak sekali karya drama yang bersifat abadi, terkenal sampai kini.

a. Drama Yunani

Asal mula drama adalah kultus Dyonesos. Pada waktu itu, drama dikaitkan dengan upacara
penyembahan kepada dewa, dan disebut tragedi. Kemudian tragedi mendapat makna lain, yaitu
perjuangan manusia melawan nasib. Komedi sebagai lawan kata dari tragedi, pada zaman Yunani Kuno
merupakan karikatur cerita duka dengan tujuan menyindir penderitaan hidup manusia. Ada tiga tokoh
Yunani terkenal, yaitu Plato, Aristoteles, dan Sophocles. Menurut Plato, keindahan bersifat relatif. Karya
seni dipandangnya sebagai mimetik, yaitu imitasi dari kehidupan jasmaniah manusia. Imitasi menurut
Plato bukan demi kepentingan imitasi itu sendiri, tetapi demi kepentingan kenyataan. Karya Plato yang
terkenal adalah “The Republic”.

Aristoteles juga tokoh Yunani yang terkenal. Ia memandang karya seni bukan hanya imitasi
kehidupan fisik, tetapi harus juga dipandang sebagai karya yang mengandung kebajikan dalam dirinya.
Dengan demikian karya-karya itu mempunyai watak tertentu. Sophocles adalah tokoh drama terbesar
zaman Yunani. Tiga karyanya yang merupakan tragedi, merupakan karyanya bersifat abadi, dan temanya
relevan sampai saat ini. Dramanya adalah "Oedipus Sang Raja", "Oedipus", dan "Antigone". Tragedi
tentang nasib manusia yang mengenaskan. Dari karyanya bentuk tragedi Yunani mendapatkan warna
kas. Sedang Aristophanes, adalah tokoh komedi dengan karya karyanya “The Frogs”, “The Waps”, “The
Clouds”.

b. Drama Zaman Romawi

Terdapat tiga tokoh drama Romawi Kuno, yaitu Plutus, Terence, atau Publius Terence Afer, dan Lucius
Seneca. Teater Romawi mengambil alih gaya teater Yunani. Mula-mula bersifat religius, lama-lama
bersifat mencari uang. Bentuk pentas lebih megah dari zaman Yunani.

2.Teater Abad Pertengahan

Pengaruh gereja Katolik atas drama sangat besar pada zaman pertengahan ini. Dalam pementasan ada
nyanyian yang dilagukan oleh para rahib dan diselingi dengan koor. Kemudian ada pagelaran "Pasio"
seperti yang sering dilaksanakan di gereja menjelang upacara Paskah sampai saat ini.

Ciri khas abad Pertengahan, adalah sebagai berikut:

1. Pentas kereta,

2. Dekor bersifat sederhana dan simbolis,


3. Pementasan simultan bersifat berbeda dengan pementasan simultan

drama modern.

(a) Zaman Italia

Istilah yang populer dalam jaman Italia adalah Comedia del 'Arte yang bersumber dari komedi Yunani.
Tokoh-tokohnya antara lain Dante, dengan karya-karyanya ”The Divina Comedy”, Torquato Tasso dengan
karyanya drama-drama liturgis dan pastoral, dan Niccolo Machiavelli dengan karyanya “Mandrake”. Ciri-
ciri drama pada zaman ini, adalah sebagai berikut:

1. Improvisatoris atau tanpa naskah,

2. Gayanya dapat dibandingkan dengan gaya jazz, melodi ditentukan dulu, baru kemudian pemain
berimprovisasi (bandingkan teater tradisional di Indonesia),

3. Cerita berdasarkan dongeng dan fantasi dan tidak berusaha

mendekati kenyataan

4. Gejala akting, pantomime, adegan dan urutan tidak diperhatikan.

Komedi Italia meluas ke Inggris dan Nederland. Gaya komedi Italia ini di Indonesia kita kenal dengan
nama "seniman sinting" atau "seniman miring" dengan tokoh antara lain Marjuki . Dibandingkan dengan
drama Yunani, maka pada zaman Italia ini materi cerita disesuaikan dengan adegan yang terbatas itu.
Trilogi Aristoteles mendapat perhatian. Tokoh-tokoh pelaku dalam komedi Italia mirip tokoh-tokoh cerita
pewayangan, sudah dipolakan yaitu:

1. Arlecchino (The Hero, pemain utama),

2. Harlekyn (punakawan/badut/clown),

3. Pantalone (ayah sang gadis lakon),

4. Dottere (tabib yang tolol),

5. Capitano (kapten perebut gadis lakon),

6. Columbina (punakawan putri),

7. Gadis lakon (primadona yang menjadi biang lakon).

(b) Jaman Elizabeth


Pada awal pemerintahan Raru Elizabeth I di Inggris (1558-1603), drama berkembang dengan pesatnya.
Teater-teater didirikan sendiri atas prakarsa sang ratu. Shakespeare, tokoh drama abadi adalah tokoh
yang hidup pada jaman Elizabeth. Ciri-ciri naskah drama jaman Elizabeth, adalah:

1. Naskah puitis,

2. Dialognya panjang-panjang,

3. Penyusunan naskahnya lebih bebas, tidak mengikuti hukum

yang sudah ada,

4. Laku bersifat simultan, berganda dan rangkap,

5. Campuran antara drama dan humor.

Tokoh besarnya adalah William Shakespeare (1564-1616), dengan karya-karyanya “The Taming of the
Schrew”, “Mid Summer Night Dream”,“King Lear”, “Anthony and Cleopatra”, “Hamlet”, “Macbeth”, dan
sebagainya. Hampir semuanya telah diterjemahkan oleh Trisno Sumardjo, Muh. Yamin, dan Rendra.

(c) Perancis (Moliere dan Neoklasikisme)

Tokoh-tokoh drama di Perancis antara lain Pierre Corneille (Melite, Le Cid), Jean Raccine (Phedra),
Moliere, Jean Baptista Poquelin (Le Docteur Amoureux/The Love Sick Doctor, Les Preciueuses
Rudicules/The Affected Young Lady, dan lain-lain), Voltaire (dengan filsafat dan karyanya yang aneh),
Denis Diderot (Le Per De Famille dan Le Fils Naturel), Beaumarchais (La Barbier De Seville/Barber of
Seville, Le Mariage de Fogaro/The Marriage of Fogaro).

(d) Jerman (jaman Romantik)

Tokoh-tokohnya antara lain Gotthol Ephraim Lessing (Emilia Galotti, Miss Sara Sampson, dan Nathan der
Weise), Wolfgang von Goethe(Faust), Christhop Friedrich von Schiller (The Robbers, Love and Intrique,
Wallenstein, dan beberapa adaptasi dari Shakespeare).

D. SEJARAH DRAMA MODERN


Dalam bagian ini akan dijelaskan perkembangan drama modern di beberapa negara yang melanjutkan
kejayaan tradisi pementasan dan penulisan drama yang telah dimulai pada jaman Yunani Kuno. Akan
dikemukakan tokoh drama seperti Ibsen (Norwegia), Strindberg (Swedia), Bernard Shaw (Inggris), tokoh
dari Irlandia, Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Rusia, dan terakhir Amerika Serikat yang menunjukkan
perkembangan pesat. Semua ini sekedar informasi untuk memperluas cakrawala pengetahuan kita di
Indonesia tentang perkembangan drama di luar Indonesia.

(a) Norwegia (Ibsen)

Tokoh paling terkemuka dalam penulisan drama di Norwegia adalah Henrick Ibsen (1828-1906). Karyanya
yang paling terkenal dan banyak dipentaskan di Indonesia adalah "Nora", saduran dari terjemahan
Armyn Pane "Ratna". Karya-karya Ibsen adalah “Love's Comedy”, “The Pretenders”, “Brand and Peer
Gynt” (drama puitis), “A doll's House”, “An Enemy of the people”, “The Wild Duck”, “Hedda Gableer”, dan
“Roshmersholm”. Ibsen tidak memberikan karakter hitam putih, tetapi tokoh penuh tantangan, watak
yang digambarkan kompleks dengan penggambaran berbagai segi kehidupan manusia.Dialognya

dengan gaya prosa yang realistis dengan menekankan mutu percakapan dan bersifat realistis. Gagasan
yang dikemukakan dapat membangkitakan gairah dan memikat perhatian. Problem yang di angkat dapat
menjadi lelucon drama yang besar dan diambil dari problem yang timbul dalam masyarakat biasa.

(b) Swedia (August Strindberg)

Tokoh drama paling terkenal di Swedia adalah Strindberg (1849-1912). Karya-karya drama yang bersifat
historis dari Strindberg di antaranya adalah “Saga of the Folkung” dan “The Pretenders”. “Miss Julia” dan
“The Father” adalah drama naturalis. Drama penting yang bersifatekspresionistis adalah “A Dream Play”,
“The Dance of Death”, dan “The Spook Sonata”.

(c) Inggris (Bernard Shaw dan Drama Modern)

Tokoh drama modern Inggris yang terpenting (setelah Shakespeare) adalah George Bernard Shaw (1856-
1950). Ia dipandang sebagai penulis lakon terbesar dan penulis terbesar pada abad modern. Di Ingris
Bernard Shaw menduduki peringkat kedua setelah Shakespeare.Karya karyanya antara lain adalah “Man
and Superma ”, “Major Barbara”, “Saint Joan”, “The Devil's Disciple , dan “Caesar and Cleopatra”. Tokoh
drama modern di Inggris yang lain adalah James M. Barrie (1860-1937), dengan karya “Admirable
Crichton”, “What Every Woman Knows”, “Dear Brutus”, dan “Peter Pan”. Noel Coward dengan karya
“Blithe Spirit”. Somerest Mugham dengan karya “The Circle”. Christoper Fry dengan karya-karyanya “A
Phoenic Too Frequent”, “The Lady's Not for Burning”.

(d) Irlandia (Yeats sampai O'Casey)

Tokoh penting drama Irlandia Modern adalah William Butler Yeats yang merupakan pemimpin kelompok
sandiwara terkemuka di Irlandia dan Sean O'Casey (1884) dengan karyanya “The Shadow of a Gunman”,
“Juno and the Paycock”, “The Plough and the Stars”, “The Silver Tassie”, “Within the Gates”, dan “The
Stars Turns Red”. Tokoh lainnya adalah John Millington Synge (1871-1909) dengan karya-karya “Riders to
the Sea” dan “The Playboy of the Western World”. Synge Merupakan pelopor teater Irlandia yang
mengangkat dunia teater menjadi penting di sana.

(e) Perancis (dari Zola sampai Sartre)

Dua tokoh terkemuka di Perancis adalah Emile Zola (1840-1902) dan Jean Paul Sartre (1905). Karya-karya
Emile Zola adalah “Therese Raquin” yang mirip “A Doll's House”. Eugene Brieux (1858-1932), menulis
naskah “Corbeaux” (The Vultures), “La Parisienne” (The Woman of Paris), dan “Les Avaries” (Damaged
Gods). Edmond Rostan (1868-1918) dengan karya “Les Romanasques” (The Romancers) dan “Cyrano de
Bergerac”. Maurice Materlinck (1862-1949), dengan karyanya “Pelleas et Melisande” yang bercorak
romantik. Jean Giraudoux (1882-1944), dengan karyanya “Amphitryen 38” dan “La Folle de Challiot” (The
Madwoman of Challiot). Jean Giraudoux juga mengarang karya yang sangat terkenal, yaitu “La Guerre de
Troie N'aura pas Lieu” yang diproduksi oleh Teater Broadway dengan judul "Tiger at the Gates". Di
Indonesia pernah dipentaskan oleh Darmanto Jt. dengan judul "Perang Troya Tidak Akan Meletus", kisah
tentang Hektor dan Helena. Jean Cocteau (1891-…) dengan karyanya La Machine Internale. Di antara
pengarang selama Perang Dunia II, Jean Paul Sartre merupakan spotlight. Ia lahir pada tahun 1905 dan
merupakan tokoh aliran eksistensialisme. Karya-karyanya antara lain “Huis Clos” (Ni Exit) dan “Les
Mouches” (The Flies). Pengarang lainnya adalah Jean Anaoulih (1910-…) dengan karyanya “Le Bal des
Voleurs” (Thieve's Carnivaly) dan “Antigone” (terjemahan dari drama Sophocles).

(f) Jerman dan Eropa Tengah (Hauptman sampai Brecht)

Banyak sekali sumbangan Jerman terhadap drama modern. Tokoh seperti Hebbel dan temannya telah
mempelopori aliran realisme. Penulis naturalis terkenal adalah Gerhart Hauptman (1862-1946) dan
Arthur Schnitzler (1862-1931). Karya Hauptman antara lain adalah “The Weavers”, “The Sunken Bell”,
dan “Hannele”. Karya Schnitzler antara lain “Liebelei”, “Anatol” dan “Reigen”. Pengarang lainnya Fernc
Molnar (1878-1952) dengan karya “The Play's the Thing”, “The Guardsman”, dan “Liliom”. Karel Capek
(1890-1938) dengan karya “The Insect Comedy” yang ditulis bersama kakaknya Yosef. Bertolt Brecht
(1898-1956) dengan teaternya yang memiliki ciri-ciri an enthrailling, masterfull, achievment, energetic,
forceful, full of humor. Nama teaternya adalah Berliner Ensemble (ciri tersebut berarti memikat, indah
sekali, penuh prestasi, penuh energi, daya kekuatan yang tinggi, dan penuh cerita humor). Karya-karya
Brecht antara lain “Threepenny Opera”, “Mother Courage”, dan “The Good Woman Setzuan”. Berline
Ensemble sangat berpengaruh di masa sesudah Brecht.

(g) Italia (dari Goldoni sampai Pirandillo)

Setelah zaman Renaissance, karya-karya drama banyak berupa opera di samping comedia dell'arte.
Tokoh drama Italia antara lain Goldoni (1707-1793) dengan karyanya “Mistress of the Inn”. Gabrielle
D'Annunzio (1863-1938) dan Luigi Pirandello (1867-1936) dengan karyanya “Right You Are”, “If You Think
You Are”, “As You Desire Me”, “Henry IV”, “Naked”, “Six Characters in Search of an Author”, dan “Tonight
We Improvise”.

(h) Spanyol (dari Benavente sampai Lorca)

Bagi Spanyol, abad XX sebagai abad kebangkitan dramatic spirit. Tokohnya antara lain Jacinto Benavente
(1866-1954) yang pernah mendapat hadiah Nobel tahun 1922. Yang terkenal di Amerika, adalah
karyanya yang berjudul “Los Intereses Creados” (The Bonds of Interest) dan “La Marquerida” (The
Passion Flower). Sejaman dengan Benavente adalah Gregorio Martinez Sierra (1881-1947) dengan
karyanya “The Cradle Song”. Pengarang paling penting pada jaman modern di Spanyol adalah penyair
dan penulis drama Frederico garcia Lorca (1889-1936). Dia dipandang sebagai orang yang dikagumi oleh
penyair dan dramawan W.S. Rendra. Karya Lorca antara lain adalah “Shoemaker's Prodigius Wife” dan
“The House of Bernarda Alba”.

(i) Rusia (dari Pushkin sampai Andreyev)

Tzarina Katerin Agung dipandang sebagai pengembang drama di Rusia. Pengarang pertama yang
dipandang serius adalah Alexander Pushkin (1799-1837) dengan karyanya “Boris Godunov”, Sebuah
tragedi historis. Nikolai Gogol (1809-1852), menulis antara lain “The Inspector General”. Alexander
Ostrovski (1823-1886) menulis “Enough Stupidity in Every Wise Man”. Leo Tolkstoy (1828-1910) menulis
“The Power of Darkness” Selanjutnya Anton Pavlovich Chekov(1860-1904) sangat terkenal di Indonesia,
dengan karyanya yang diterjemahkan menjadi "Pinangan" dan "Kebun Cherry" (The Cherry Orchid).
Pohon Cherry merupakan karya besar Chekov. Karya lainnya adalah “Uncle Vanya”, “The Sea Gull”, dan
“The Three Sisters”. Ada kualitas dan ciri yang sama dari karya Chekov, yaitu tragedi senyap, hasrat,
kerinduan, dan karakter yang hidup. Pengarang lain adalah Maxim Gorki (1868-1936) dengan karyanya
“The Lower Depth”. Leonid Andreyev (1971-1919) dengan karyany “The Live of Man”, “King Hunger”, dan
“He Who Gets Slapped”.

(j) Amerika (Godfrey sampai Miller)

Pengarang drama yang paling awal di Amerika adalah Thomas Godfrey, dengan karya “The Prince of
Parthia” (1767). Harriet Beecher Stowe (1811-1896) menulis “The Octoroon”. David Belasco (1854-1931)
menulis “The Girl of Goldent West”. Bronsin Howard (1842-1908) menulis “Shenandoah”. James A.
Henre (1839-1901).

E. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DRAMA DI INDONESIA

Sejarah perkembangan penulisan drama meliputi:

(1) Periode Drama Melayu-Rendah,

(2) Periode Drama Pujangga Baru,

(3) Periode Drama Zaman Jepang,

(4) Periode Drama Sesudah Kemerdekaan, dan

(5) Periode Drama Mutakhir.

Dalam Periode Melayu-Rendah penulis lakonnya didominasi oleh pengarang drama Belanda peranakan
dan Tionghoa peranakan.

Dalam Periode Drama Pujangga Baru lahirlah Bebasari karya Roestam Effendi sebagai lakon simbolis yang
pertama kali ditulis oleh pengarang Indonesia.
Dalam Periode Drama Zaman Jepang setiap pementasan drama harus disertai naskah lengkap untuk
disensor terlebih dulu sebelum dipentaskan. Dengan adanya sensor ini, di satu pihak dapat menghambat
kreativitas, tetapi di pihak lain justru memacu munculnya naskah drama.

Pada Periode Drama Sesudah Kemerdekaan naskah-naskah drama yang dihasilkan sudah lebih baik
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sudah meninggalkan gaya Pujangga Baru. Pada saat itu
penulis drama yang produktif dan berkualitas baik adalah Utuy Tatang Sontani, Motinggo Boesye dan
Rendra.

Pada Periode Mutakhir peran TIM dan DKJ menjadi sangat menonjol. Terjadi pembaruan dalam struktur
drama. Pada umumnya tidak memiliki cerita, antiplot, nonlinear, tokoh-tokohnya tidak jelas identitasnya,
dan bersifat nontematis. Penulis-penulis dramanya yang terkenal antara lain Rendra, Arifin C. Noer, Putu
Wijaya, dan Riantiarno.

Di Indonesia sebelum abad ke-XX belum ada naskah dan pentas, yang ada hanya kisah-kisah yang
disajikan secara lisan. Drama pada waktu itu dilakukan di istana atau di lapangan.

Pada awal abad XX mulai ada pentas tetapi belum ada naskah. Naskah mulai timbul pada jaman
Pujangga Baru. Grup amatir memakai naskah, sedangkan grup professional tidak memakai naskah.

Sedangkan pada jaman Jepang, rombongan professional maupun amatir memakai naskah. Hal ini
disebabkan oleh adanya sensor Jepang yang paling ketat.

Perkembangan drama pada dewasa ini kelihatan makin maju. Rombongan profesional tidak memakai
naskah, organisasi amatir masih memakai naskah tetapi mengabaikan pengarang, penyadur dan
penyalin. Akhir-akhir ini tidak mengherankan bahwa timbul drama yang tidak memakai dialok kata tetapi
dilakukan dengan gerak.

Pembabakan drama Indonesia antara lain sebagai berikut :

1. Sastra drama melayu rendah (1891-1940)

Sastra drama melayu rendah pada masa – masa ini muncul karena adanya tuntutan dari teater modern
Indonesia yang merupakan produk dari budaya kota Indonesia. Untuk itu, penduduk itu yang pada saat
itu terjadi dari beberapa kebangsaan dari beberapa kota, yakni Indo, Arab, Cina, Indosia sendiri yang juga
didominasi oleh Belanda dan Cina. Muncul komedi Stambul yang bersifat opera (tahun 1891),
menampilkan hikayat-hikayat dari Persia, India, Eropa. penampilannya realistis, walaupun secara
structural belum berbentuk lakon.

2. Sasrta Drama Pujangga Baru (1926-1939)


Seperti mengalami perkembangan dari Sastra Drama Melayu Rendah ke Sastra Drama Pujangga Baru. Hal
ini kerena memang penulis naskah pada periode ini dikenal sebagai pujangga baru, dialah Roestam
Effendi. Ada perbedaan yang mencolok antara naskah yang ditulis oleh orang – orang Tionghoa dan
naskah yang ditulis oleh Roestam Effendi sangat berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada dialog. Satu
hal lagi yang mencolok dari karakteristik dari sastra drama Pujangga Baru, yakni sasrta yang ditulis
memang untuk tujuan karya sastra dan bukan ditulis dengan dasar akan dipentaskan. Tidak hanya
Rustam Effendi yang menulis naskah pada periode ini. Namun masih ada lainnya yakni Mohammad
Yamin (Ken Arok dan Ken Dedes), Sanusi Pane (Airlangga), Armijn Pane (Lukisan Masa).

3. Sasrta Drama Zaman Jepang (1941-1945)

Sasrta ini lahir pada zaman pendudukan Jepang. Pada zaman ini, mula – mula berkembang rombongan
sandiwara profesional. Disebut sandiwara profesional kerena bekerja tanpa naskah drama berdialog,
tetapi hanya garis besar cerita. Selain itu, jalannya cerita masih diselingi nyanyian.

4. Sastra Drama Setelah Kemerdekaan (1945-1970)

Pada masa ini masa – masa Indonesia sedang sibuk mempertahankan keutuhan Indonesia dan serangan
dari Belanda. Pada masa – masa ini, tidak memberikan peluang yang lebar kepada para sastrawan untuk
membuat karya sastra. Maka, tidak dapat dihindari, jumlah karya sastra yang tercipta pada periode ini
menurun sangat drastis. Hanya beberapa karya sastra yang dihasilkan, yakni Keluarga Surono oleh Idrus
(1948), Suling (1946), Bunga Rumah Makan (1947) oleh Utuy Tatang Sontai, dan Tumbang oleh Trisno
Sumardjo. Adapun dari segi tema yang ditampilkan pada penulis inipun sudah jauh berbeda. Jika
sebelumnya tema – tema yang ditampilkan adalah masalah politik maka pada saat ini lebih banyak
dihadirkan tema – tema tentang kejiwaan.

5. Sasrta Drama Mutakhir (1970-Sekarang)

Sastra drama mutakhir yang dimulai sejak tahun 1970 dan sampai saat ini tidak dapat dilepaskan begitu
saja dengan berdirinya Dewan Kesenian Jakarta. Melalui Dewan Kesenian Jakarta yang melakukan
sayembara – sayembara naskan drama kemudian lahirlan banyak sekali naskah drama Indonesia yang
tidak lagi bertema – tema tertentu, tetapi dengan tema – tema yang lebih umum. Setelah mengerahui
perkembangan sastra drama, tidak dapat melepaskan diri pada seniman pada periode mutakhir ini.
Berbicara mengenai drama, tidak dapat dilepaskan dari tokoh drama yang tetap legendaris, meskipun
sudah meninggal dunia.tokoh tersebut adalah WS Rendra. WS Rendra adalah pendiri Bengkel Teater.
Bengkel Teater didirikan pada tahun 1967. WS Rendra yang mendapat julukan Burung Merah Merak ini,
turut membentuk sejarah drama Indonesia. Rendra turut mewarnai dunia drama dengan memainkan
drama, kadan Rendra sendiri juga yang membuat naskan drama sendiri , menyutradarai, sakaligus
memerankan.

BAB III

PENUTUP
Simpulan

Drama sudah ada sejak sebelum masehi. Drama muncul pertama kali di Yunani, setelah terkenal di
yunani terkenal di Romawi. Di pertengahan abad muncul teater yang terbagi dalam empat zaman yaitu
zaman Italia, Elizabeth, Prancis, dan zaman Jerman. Drama juga mengalami yang lebih pesat dari pada
zaman sebelumnya dalam pertunjukannyapun juga lebih menarik seperti dinegara Norwegia, Swedia,
Inggris, Irlandia, Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Rusia, dan terakhir Amerika Serikat . Setelah
mengalami berbagai perkembangan yang cukup panjang melalui para bangsawan yang melakukan
perdagangan sampailah drama itu ke tanah Indonesia. Masuknya drama di Indonesia muncul pada tahun
1901 ditandai dengan balum adanya naskah dan pentas, yang ada hanya kisah yang disajikan secara lisan
dengan kata lain pemain harus menciptakan dilognya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai