Anda di halaman 1dari 11

Tonil: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Copyright © 2018 by

2018, Vol. 15, No. 1, 1-11. Teater FSP - ISI Yogyakarta

PENYUTRADARAAN DRAMA MUSIKAL HAMLET


KARYA WILLIAM SHAKESPEARE
Amanda Putri Devanti
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Abstrak: Hamlet, sebuah kisah tragedi oleh Shakespeare membawa pesan moral,
sosial, dan politik. Drama ini mengisahkan sumpah dan upaya Pangeran Hamlet
untuk membalas dendam. Penelitian ini akan menuliskan bagaimana naskah
Hamlet diangkat ke dalam bentuk drama musikal, dengan tari, musik, dan
nyanyian. Dalam persiapan adaptasi ini, dilakukan pemilihan dan pelatihan aktor
serta perancangan panggung dan tata artistik. Drama musikal ini khususnya
ditujukan kepada para generasi muda, karena melihat jarangnya teater klasik
dengan kemasan masa kini.

Kata Kunci: Hamlet, Drama Musikal, Generasi muda

Abstract: Hamlet, a tragedy written by Shakespeare, is full of moral, social, and


political value. This drama tells about Prince Hamlet's vow and effort to get
revenge. This research explains how the Hamlet play script is adapted into musical
drama, with dance, music, and songs. In preparation for this adaptation, there will
be casting and training process for the actors, along with stage and artistic
planning. This musical drama is mainly aimed to younger generation to counter the
lack of classic theatre in modern style.

Key Words: Hamlet, Drama Musical, Young generation

Pendahuluan William Shakepeare (1564-1616)


Sastra drama adalah sebuah karya (Riantiarno, 2011). William Shakespeare
tulis berupa rangkaian dialog yang mencipta adalah seorang sastrawan yang mempunyai
atau tercipta dari konflik batin atau fisik karya-karya besar. Karya-karyanya
yang memiliki kemungkinan untuk menginspirasi banyak orang, sehingga
dipentaskan (Riantiano, 2011). Aliran sastra karyanya dipentaskan di seluruh dunia.
drama yang mempunyai batasan-batasan Shakespeare lahir pada 26 April 1564 di
tertentu, salah satunya yaitu aliran sastra Stratford-upon-Avon, Inggris. Pada umur 18
drama klasik. Konvensi atau aturan tahun, Shakespeare menikahi Anne
penulisan diikuti dengan sangat ketat. Misal, Hathaway yang umurnya delapan tahun
lakon harus diikat oleh struktur dan jumlah lebih tua darinya dan di karuniai tiga anak,
babak yang baku (Riantiano, 2011). Banyak yaitu Susanna dan dua anak kembarnya yang
karya drama klasik yang diciptakan oleh bernama Hamnet dan Judith. Banyak orang
sastrawan dunia, yaitu Sophocles, berpikir bahwa Shakespeare mendapatkan
Aeschylus, Euripides dan William inspirasi dari anaknya Hamnet yang pada
Shakespeare. tahun 1596 meninggal dunia, kemudian
Nano Riantiarno mengatakan bahwa Shakespeare menulis The Tragical History
pada masa Ratu Elizabeth di Inggris, muncul of Hamlet, Prince of Denmark.
empu-empu drama yang karyanya hingga Lakon drama Shakespeare selalu
kini masih dipentaskan di seluruh dunia. Di menggunakan bahasa yang puitik. William
antaranya, yang paling berpengaruh adalah Shakespeare empu drama dari Inggris,

1
2

naskahnya sangat sastrawi, bahkan puitis. dalam banyak orang dengan


Dia menulis dalam bentuk puisi (sonata) permasalahannya sendiri-sendiri. Hamlet
atau sanjak-sanjak (Riantiano, 2011). adalah ibarat sebatang pohon yang dibebani
Seorang sastrawan yang mempunyai banyak dengan dahan, ranting, daun, mungkin juga
karya, pasti mempunyai ciri-ciri dari debu dan kotoran burung atau juga mungkin
karyanya. Berikut ciri-ciri karya nasib pohon ini disambar petir (Haryono,
Shakespeare: 2000). Cerita ini mengandung pesan moral
Ciri-ciri umum dari dramanya: a. titik bahwa kedua belah pihak yang sama-sama
awal kebangkitan; b. beberapa tidak ingin memaafkan, menyebabkan suatu
pementasan (subplot) awalnya bersifat musibah yang membuahkan tragedi yang
mandiri kemudian bergabung, kesatuan lebih besar dan tragis. Cerita yang
dalam keragaman yang tampak mengandung banyak pesan moral ini juga
jelas.(King Lear); c. sejumlah peristiwa
mengandung unsur politik. Seperti apa yang
yang bervariasi: gabungan antara tawa
dan air mata, hasrat/keinginan yang diceritakan dalam naskah ini, melihat
halus dan kasar; d. waktu dan tempat kondisi bangsa kita saat ini. Banyak
yang bebas; e. karakter berjumalah kelicikan yang muncul untuk mendapatkan
banyak, biasanya 30. Kaya dan miskin, suatu kepuasan pribadi bagi para pemimpin
semuanya bersifat perseorangan; f. dengan membohongi rakyatnya. Tidak
bahasa yang digunakan bervariasi: hanya kisah Hamlet saja yang mengandung
elegan, kasar, jenaka, sehari-hari, pesan moral dan politik, akan tetapi pesan
semuanya sesuai karakter dan tersebut juga ada pada beberapa naskah
permainan; g. ide cerita dari banyak lainnya. Drama-drama klasik semacam
sumber (dongeng, sejarah, legenda, Phaedra dan Oedipus the King sering
fiksi, drama), namun ditafsir ulang dan
dianggap sebagai demonstrasi-demonstrasi
dengan cara yang khas Shakespeare
(Riantiano, 2011). moral atau politik dalam karya drama
Selain hal tersebut, ciri drama (Sahid, 2012).
Shakespeare juga membawa kebiasaan Hamlet karangan William
zamannya yaitu: a. penggunaan Blank Shakespeare dipilih oleh penulis untuk
Verse; b. Soliloqui; c. dialog ke samping mewujudkan keinginan mengangkat cerita
(Aside); d. pidato; e. penyamaran (pada klasik dalam pertunjukan teater modern
komedi) (Sumardjo, 1986). yaitu drama musikal. Kecenderungan
Salah satu cerita klasik karya masyarakat saat ini, musikal masih jarang
William Shakespeare yang tak lekang menampilkan naskah klasik. Hamlet
sepanjang zaman adalah Hamlet. Hamlet dibayangkan menjadi sebuah pertunjukan
adalah sebuah cerita klasik dalam bentuk drama musikal yang memikat.
tragedi. Teater adalah permainan (pekerjaan,
Penderitaan Hamlet mencari kebenaran, makanan, pelatihan) bagi jiwa, pikiran dan
membela kehormatan ayahnya, tubuh. Pekerjaan tanpa permainan tentu bisa
membela kasih sayangnya pada ibunya, membosankan. Paling tidak, kita bisa
membunuh ular yang menusuk hidup melihat teater dari 4 cara, sebagai hiburan
ayahnya, membebaskan Denmark dari atau Hiburan, sebagai alat pendidikan,
rezim yang jahat dan racun yang sebagai senjata social/politik, sebagai
disebarkan Claudius. Dan juga penting dokumen sejarah (Riantiarno, 2011).
membunuh cintanya yang kemudian dia
tangisi sejadi-jadinya (Haryono, 2000).
Banyaknya permasalahan yang dialami
Hamlet membuatnya kacau, karena terlibat
3

Penelitian Sebelumnya dapat menelusuri kembali secara sistematis


Seiring dengan perubahan zaman, langkah-langkah yang diambil penulis
perkembangan pertunjukan cerita klasik dalam menuangkan gagasannya dalam
dalam bentuk modern di Indonesia masih drama (Dewojati, 2012). Aspek struktur
jarang diketahui masyarakat, terutama pada dan aspek tekstur yang menjadi pijakan
generasi muda. Banyak yang mengenal untuk menganalisis sebuah naskah drama.
cerita Hamlet, namun untuk mengolahnya Memilih pemain aktor dan aktris
menjadi teater modern, di Indonesia masih juga merupakan tahap awal dalam kerja
sangat jarang. penyutradaraan. Sutradara tidak asal untuk
“Banyak aktor dan sutradara yang memilih aktor dan aktris dalam
sudah lebih dari seribu kali memainkan pementasannya, sehingga mempunyai cara
dan mementaskan Hamlet, sehingga tersendiri untuk menentukan pemain. Ada
tuntas habis semua segi pemikiran dan beberapa tahapan untuk menentukan
kompleksitas penghayatan digali dan pemain, yaitu sebagai berikut:
diekspreksikan. Tetapi di dalam a. Casting by Ability : Casting yang
kehidupan teater modern Indonesia didasarkan pada kecakapan, pemain yang
yang belum mapan sampai saat ini,
terpandai dan terbaik dipilih untuk peran
kesempatan untuk mengulang kembali
pementasan satu repertoir itu masih yang penting atau utama dan sukar.
langka” (Haryono, 2000). b. Casting to Type : Pemilihan berdasarkan
kecocokan fisik pemain.
Generasi muda saat ini memilih hal- c. Antitype Casting : Pemilihan yang
hal yang lebih menarik, seperti memilih bertentangan dengan watak atau fisik si
menonton pertunjukan modern dari pada pemain, menentang keumuman jenis
menonton pertunjukan klasik, sehingga perwatakan manusia secara konvensional,
cerita-cerita atau rekaman peristiwa klasik sering disebut educational casting.
seperti jarang terlihat lagi. Hal ini d. Casting to Emotional Temprament :
kemudian penulis jadikan sebagai spirit memilih seseorang berdasarkan hasil
dalam berkarya dengan mengenalkan observasi hidup pribadinya, karena
kembali kisah klasik tersebut kepada mempunyai banyak kesamaan atau
masyarakat melalui peristiwa teater dalam kecocokan dengan peran yang akan
bentuk teater modern. Penulis dipegangnya (kesamaan emosi, tempramen,
mengharapkan kisah ini dapat dan lain-lain)
dikomunikasikan kepada penonton, e. Theurapeutic-casting : menentukan
sehingga nantinya, penonton dapat melihat seorang pelaku yang bertentangan dengan
segala situasi tentang cerita klasik dalam watak aslinya dengan maksud
media panggung yang berbeda. Penulis menyembuhkan atau mengurangi
sekaligus sutradara menjadikan tontonan ketidakseimbangan jiwanya.
nantinya sebagai hiburan, dengan
memasukkan beberapa unsur sebagai Metode
penunjang demi mewujudkan efek hiburan Agar tidak hanya sekedar
yang dimaksud (nyanyian dan tarian). memindahkan naskah drama ke dalam
panggung, maka sutradara merancang ide
Teori Penciptaan dengan hasil analisis naskah dengan metode
Drama memiliki struktur dan tekstur sebagai berikut:
yang khas. Dalam analisis struktur dan 1. Struktur
tekstur, seorang kritikus maupun sutradara a. Tema
4

Tema dari naskah Hamlet adalah pikiran berupa komentar atau kritikan
“Balas dendam.” Tema tersebut dijadikan terhadap adegan yang sedang berlangsung.
sebagai dasar pertunjukan untuk c. Spektakel
mewujudkan gagasan sutradara. Spektakel pada pertunjukan drama
b. Alur musikal Hamlet berupa adanya unsur tarian,
Alur dalam naskah Hamlet karya nyanyian, kostum, setting yang
William Shakespeare yaitu alur linier, yaitu menggambarkan latar di sebuah kerajaan di
cerita dipaparkan secara berurutan di mana Denmark dan dikombinasikan dengan video
peristiwa yang terjadi akibat dari peristiwa mapping.
sebelumnya sehingga diikuti dengan Penulis sebagai sutradara juga
hubungan sebab akibat yang jelas antara melakukan dengan sistem menyeleksi atau
setiap peristiwanya. casting pemain pada proses Hamlet secara :
c. Penokohan a. Casting by Ability
Sutradara menggunakan akting Sutradara menentukan pemain
dengan gaya drama musikal sebagai dasar berdasarkan kecakapan untuk mendukung
keaktoran, meskipun di adegan tertentu pertunjukan drama musikal Hamlet.
sutradara menambah akting dengan gaya Kecakapan terdiri dari cara bicara, tubuh
karikatur yang membutuhkan keaktoran dan penghayatan serta kecakapan khusus.
dengan tipe improvisasi pada adegan Dalam cara bicara, pemain harus
gurauan. mempunyai kemampuan wicara yang baik
d. Latar karena kejelasan mengucapkan dialog
Sutradara menentukan latar tempat merupakan kunci tersampainya pesan
kejadian di Denmark pada tahun 1599- dialog terhadap penonton. Sutradara dapat
1601. Latar tersebut dijadikan sebagai dasar menilai dengan memperhatikan diksi,
tata artistik yang menentukan wujud setting intonasi dan pelafalan.
dan properti, kostum, pencahayaan serta Sutradara membutuhkan kesiapan
musik. tubuh untuk memerankan beberapa adegan
2. Tekstur perang. Penilaian dilakukan dengan cara
a. Suasana latihan ketahanan tubuh pada saat
Suasana yang ada di naskah Hamlet menentukan pemain karena tubuh yang
adalah suasana tegang yang tergambar pada lemah sangat tidak menguntungkan.
bebeapa adegan yaitu adegan pertama Penghayatan sangat dibutuhkan
adalah adegan perang, kelima adegan dalam memerankan sebuah tokoh. Mampu
terbunuhnya Polonius, keenam adegan menerjemahkan laku aksi sebuah karakter
matinya Ophelia dan kedelapan adegan dalam ekspresi tubuh maupun bahasa
pertandingan dan perang. Selain itu suasana verbal secara beriringan. Agar dapat
lain yang ada dalam naskah ini yaitu menilai hal tersebut, sutradara mencoba
suasana peperangan, suasana duka, suasana memberikan penggalan dialog karakter
meriah dan ceria ketika adegan pernikahan. tokoh pada naskah Hamlet untuk diujikan.
b. Dialog Sutradara membutuhkan
Pada pertunjukan drama musikal kemampuan lain (kecakapan khusus) selain
Hamlet menggunakan bahasa yang puitis berperan. Hamlet dengan konsep drama
dan terkandung soliloque serta aside. musikal yang di dalamnya terdapat
Soliloque mengungkapkan hal-hal yang beberapa adegan perang, menari dan
sedang dipikirkan tokoh untuk menyanyi, membutuhkan aktor yang
dilaksanakan. Aside merupakan lontaran
5

memiliki kemampuan bernyanyi dan Latihan Bernyanyi dilakukan agar


menari. dapat mewujudkan adegan-adegan yang
b. Casting to Type terdapat nyanyian di dalamnya. Berikut
Kecocokan fisik seorang aktor dapat langkah-langkah melatih vokal para aktor:
menjadi dasar untuk menentukan peran. para aktor melakukan olah vokal. Olah
Dalam proses menentukan pemain, vokal dipimpin oleh music director,
sutradara menggunakan fisik yang terdiri kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan
dari ukuran tubuh, tinggi tubuh dan ciri lagu masing-masing aktor. Setelah
wajah sebagai acuannya. menyanyikan lagu perbagian-bagian pada
masing-masing aktor, maka selanjutnya
Pelatihan Aktor dengan bersama-sama melakukan sing-
1. Penanaman Minat dengan Reading through seluruh lagu dalam pertunjukan
Reading adalah tahapan awal dalam secara berurutan sesuai urutan adegan.
proses pembentukan cerita yang akan Langkah-langkah tersebut dilakukan
dihidupkan dalam pertunjukan (Susantono, setelah olah tubuh dan sebelum masuk
2016). Membaca naskah lakon dengan adegan. Selain itu, sutradara juga
cermat dan teliti yang diarahkan sutradara mengadakan latihan musik secara parsial
merupakan salah satu bentuk menganalisis dilain hari latihan gabungan. Hal ini
sebuah naskah.Sutradara mempunyai dilakukan agar para pemusik dapat
beberapa tahapan dalam membaca naskah. melakukan pencarian dan para aktor
Pada tahap pertama sutradara memberi diharapkan dapat mengejar vokal yang
instruksi kepada para aktor untuk membaca kurang baik.
naskah berulang kali dan menuliskan catatan
kecil dinaskah masing-masing guna b. Latihan Menari
memahami makna dan tujuan setiap kata Pada latihan tari, aktor tidak
pada dialog tokohnya masing-masing. Pada dipaksakan jadi penari namun seolah-olah
tahap kedua, para aktor membaca naskah per menjadi penari. Sutradara juga mengadakan
suku kata dengan pelan dan teliti. Pada tahap latihan parsial khusus tarian di luar latihan
ketiga, Pada tahap keempat, para aktor gabungan. Berikut langkah-langkah melatih
membaca naskah dengan mencari hubungan gerakan pada aktor: Pertama, olah tubuh
antar satu kata dengan kata lainnya maupun yang dipimpin oleh koreografer. Kedua,
satu kalimat dengan kalimat lainnya. Pada koreografer mengajarkan dasar-dasar tari
tahap keempat, membaca kembali dengan ballet karena di dalam pertunjukan ini
teliti dan menganalisis tiga dimensi tokoh mengambil spirit dari tari ballet. Ketiga,
masing-masing aktor. Pada tahap ini koreografer mengajarkan sikap-sikap tari
sutradara mulai menyarankan untuk ballet. Keempat, koreografer memberikan
memperdalam tokoh masing-masing dengan sebuah koreografi yang mengandung
mencari referensi tokohnya. Pada tahap levelitas dan komposisi. Kelima, para aktor
kelima, sutradara menginstruksikan kepada diharapkan untuk menghafalkan gerakan-
para aktor untuk membaca dengan dramatik gerakan per adegannya. Keenam, sutradara
sesuai emosi dialognya agar peristiwa merapikan hasil dari gerakan agar dapat
terbangun. terlihat rampak dan rapi. Ketujuh, sutradara
memberikan bloking pada aktor ketika
2. Penanaman Bakat menari diatas panggung. Kedelapan, sama
a. Latihan Bernyanyi halnya seperti latihan bernyanyi, latihan tari
6

juga melakukan dance-through koreografi dilakukan agar sutradara dapat menakar


sesuai urutan adegan dalam pertunjukan. durasi pementasan saat pertunjukan
Melatih gerakan pada para aktor juga berlangsung.
dibutuhkan kekompakan pada koreografer 4. Gladi Kotor
dan sutradara, karena setelah dari tangan Gladi kotor merupakan hal yang
koreografer yang memberi gerakan, harus dilakukan. Pada saat gladi kotorlah
selanjutnya sutradara memberi bloking dan hal-hal teknis sudah harus dicoba. Mulai
merapikannya kembali agar terlihat rampak dari teknis pergantian kostum hingga teknis
dan rapi. yang berhubungan dengan setting. Stage
c. Latihan Gerak dan Musik manager juga membiasakan untuk
Sutradara juga memberikan latihan mengkondisikan para pemain di side wings
gerak dan musik terhadap para aktor- kanan dan kiri agar tidak berisik dan tidak
aktornya. Hal ini dilakukan agar menjaga terlihat penonton. Ketika gladi kotor,
keseimbangan antara gerak dan musik. biasanya sutradara membenahi dan terus
Selain itu juga menghindari kualitas vokal mengulang apa yang perlu dikoreksi sampai
yang tidak bagus ketika dilakukan sambil memuaskan. Selain itu juga melakukan
menari, begitu pula sebaliknya. runtrough pada gladi kotor. Bahkan pada
gladi kotor sutradara masih berhak
3. Latihan Gabungan atau Latihan Rutin mengoreksi dan membenahi musik apabila
a. Latihan Blocking suara musik terlalu keras sehingga dialog
Blocking merupakan garis yang para aktor tidak terdengar. Evaluasi
diberikan oleh sutradara yang bertujuan sutradara pada saat gladi kotor sangat
untuk memberikan makna sesuai dengan penting, bahkan kritik dan saran pengamat
motivasi. Blocking adalah aturan berpindah yang hadir juga sangat berarti dan dapat
tempat dari tempat yang satu ke tempat disampaikan ketika evaluasi. Ketika gladi
yang lain (Tambajong, 1981). Pada latihan kotor, para pemain mempunyai catatan dan
Blocking, sutradara memberikan keleluasaan tugas masing-masing untuk dibenahi agar
kepada para aktor/aktris untuk bergerak tidak terulang lagi ketika gladi bersih.
kemudian akan mengoreksi dan memberikan 5. Gladi Bersih
arahan sesuai dengan konsep pertunjukan. Gladi bersih hal yang wajib
b. Cut to cut dan Runthrough dilakukan, karena gladi bersih merupakan
Dalam latihan Cut to cut sutradara latihan pentas sebenarnya. Biasanya para
memperbaiki secara langsung adegan demi pemain sudah memakai kostum dan make up
adegan ketika para aktor sedang bermain pada saat runthrough. Sutradara melakukan
memeragakan adegan. Biasanya pendetailan gladi bersih agar para pemain dan tim benar-
dilakukan pada latihan cut to cut. Sedangkan benar merasakan suasana pentas yang
Runthrough adalah latihan di mana seluruh sebenarnya. Pada gladi bersih sudah tidak
materi pertunjukan sudah lengkap dari awal lagi sibuk dengan teknis bahkan seharusnya
hingga akhir (Tambajong, 2016). Pada saat sudah tidak ada lagi kesalahan dalam hal
runthrough sutradara mempercayai stage teknis maupun non teknis. Dari sinilah
manager untuk mengambil alih komando seluruh tim pendukung dapat
dan memimpin stage. Pada saat evaluasi memperkirakan kesiapan masing-masing.
sutradara berhak memberi saran dan kritik Sutradara juga dapat melihat kemungkinan-
terhadap setiap pemain. Stage manager kemungkinan buruk yang harus segera
biasanya juga menginformasikan durasi diatasi.
ketika selesai runthrough. Hal tersebut
7

Perancangan tata artistik


Perancangan tata artistik dalam Konsep setting yang digunakan
pementasan drama musikal Hamlet meliputi, adalah multi setting. Berikut pemaparan
tata pentas, tata bunyi dan musik, tata rancangan setting :
lampu, tata busana dan tata rias.
2. Tata Bunyi dan Musik
Secara umum, musik dalam drama
musikal dibagi ke dalam dua bagian utama,
yaitu lagu dan underscore (Susantono,
2016). Lagu-lagu dalam drama musikal
mempunyai fungsi dramatik agar
memperkuat emosi. Maka, lagu yang akan
dinyanyikan oleh seorang aktor adalah lagu
yang sesuai dengan karakter tokoh aktor
tersebut. Underscore adalah alunan musik
yang mengiringi aksi atau peristiwa.
Underscore memiliki beberapa fungsi
(Susantono, 2016), yaitu: dramatisasi, atau
Gambar 1. Sketsa Panggung meninggikan emosi dalam sebuah aksi atau
(Desain : Aldi, 2018) peristiwa, mengomunikasikan mood atau
suasana tertentu, memberikan tema untuk
1. Tata Pentas suatu lokasi atau tokoh, dan mengiringi
Sutradara mementaskan drama transisi.
musikal Hamlet dengan memilih panggung Sutradara memiliki beberapa langkah
proscenium, dengan panggung yang terlihat untuk membuat lagu dan underscore yang
seperti bingkai. Dekorasi atau set adalah dibantu oleh komposer. Berikut langkah-
pemandangan atau latar belakang tempat langkah nya:
memainkan lakon dan memungkinkan
memberikan perwatakan pada tokoh atau a. Sutradara dan komposer melakukan
lakon (Harimawan, 1993). reading naskah Hamlet secara bersama.
b. Sutradara dan komposer membedah
naskah Hamlet agar dapat mengetahui
suasana di tiap adegannya.
c. Sutradara dan komposer menentukan
tema musik keseluruhan.
d. Sutradara dan komposer menentukan
tema musik untuk masing-masing tokoh
dalam naskah tersebut.
e. Sutradara dan komposer menentukan
tema musik pada tiap adegan,
f. Sutradara memberitahu suasana yang
sedang dirasakan oleh tokoh ketika
sedang bernyanyi di tiap adegannya.
Gambar 2. Sketsa Panggung adegan g. Komposer membuat lagu masing-
Polonius terbunuh masing aktor sesuai arahan sutradara.
(Desain : Aldi, 2018) h. Setelah komposer membuat lagu,
sutradara menyampaikan kepada aktor
8

dan memberi arahan ketika bernyanyi


termasuk bloking saat bernyanyi serta
memberi emosi untuk mengisi rasa pada
lirik lagu tersebut.
Hal tersebut akan dijadikan dasar
dalam pembuatan musik pada proses
Hamlet. Seperti halnya koreografer,
sutradara dan komposer harus mempunyai
kekompakan untuk membuat suatu karya
yang baik. Berikut notasi musik pada drama
musikal Hamlet :

3. Tata Cahaya
Tata cahaya tak hanya sekedar
memberikan efek terang saja tetapi juga
memberikan penerangan dengan intensitas
tertentu. Hal ini dilakukan agar dapat
menciptakan dimensi dengan membagi sisi
gelap dan terang objek yang akan disinari.
Area diatas panggung diatur dengan tujuan
tertentu agar dapat menegaskan pesan yang
akan disampaikan oleh aktor, sehingga tidak
semua area panggung mempunyai tingkat
terang yang sama.
Sistem pencahayaan pada
pementasan drama musikal Hamlet dibagi
menjadi dua tempat yaitu area apround dan
area stage. Berikut rancangan tata cahaya
pertunjukan drama musikal Hamlet :
9

Gambar 3. Plot Lampu Pertunjukan Gambar 5. Sketsa Floor Plan Batten 2


(Sketsa : Ibnu dan Alfan Dion, 2018) (Sketsa : Krisna Megumi dan Alfan Dion,
2018)

4. Floor Plan Pementasan Drama Musikal


Hamlet oleh Sutradara Amanda P Divanti

Gambar 6. Sketsa Floor Plan Batten 3


Gambar 4. Sketsa Floor Plan Batten 1
(Sketsa : Krisna Megumi dan Alfan Dion,
(Sketsa : Krisna Megumi dan Alfan Dion,
2018)
2018)
10

dapat memperluas range ekspresi aktor,


bukan mempersulit
c. Eksposisi dan diferensiasi tokoh – drama
musikal pada umumnya melibatkan
banyak aktor. Setiap tokoh penting harus
dapat dibedakan secara visual dengan
tokoh yang lain, sekalipun oleh penonton
yang duduk dibalkon paling atas dan
kursi paling belakang.
Tata busana dalam pementasan ini
menggunakan gaya Eropa yang dibawa ke
Modern.
6. Tata Rias
Rias wajah dan rambut adalah
penciptaan yang dilukis pada wajah dan
penataan rambut (Riantiarno, 2011). Tujuan
Gambar 7. Sketsa Floor Plan Batten 4 tata rias yaitu untuk memperjelas wajah dan
(Sketsa : Krisna Megumi dan Alfan Dion, ketokohan masing-masing pemain. Tata rias
2018) terdiri dari tiga macam, yaitu korektif,
5. Tata Busana karakter dan fantasi (Riantiarno, 2011). Tata
Busana dalam pertunjukan teater rias dalam pementasan Hamlet, berdasar
menggambarkan identitas seorang tokoh. pada make-up korektif dan make-up
Busana setiap tokoh juga menjadi sebuah karakter. Tata rias korektif bertujuan untuk
pembeda karakter tokoh lain. Sehingga memperjelas wajah pemain agar terlihat dari
sutradara harus cermat memilih warna, jauh. Sedangkan tujuan tata rias karakter
bahan dan motif sesuai dengan hasil analisis yaitu untuk memperjelas karakter pemain.
penokohan pada naskah Hamlet. Selain itu, Misalnya menjadi pemarah, tua, licik
mendesain tata busana drama musikal maupun jelek.
berbeda dengan desain tata busana lainnya.
Desain tata busana drama musikal tantangan Simpulan
tersendiri (Susantono, 2016), yaitu: Setelah melewati beberapa pokok
bahasan tentang proses kreatif pertunjukan
a. Analisis tokoh - kostum seorang tokoh
drama musikal Hamlet, maka akhirnya
harus mampu menggambarkan
sampailah pada kesimpulan dari seluruh
kepribadiannya. Dari analisis tokoh,
pembahasan. Penulis sekaligus sutradara
desainer dapat secara tepat
pada pementasan drama musikal Hamlet
merencanakan unsur-unsur simbolis
telah melalui banyak tahapan dari awal
yang akan terbawa pada kostum
proses hingga sampai tahap pagelaran.
b. Extra engineering – berkaitan dengan Pementasan drama musikal Hamlet
bentuk, pengukuran, bahan, jenis merupakan sebuah proses kreatif yang
potongan. Tak hanya untuk tokoh yang bekerja secara kolektif melibatkan banyak
menari, secara garis besar, keleluasan unsur di dalamnya. Mulai dari memilih
aktor untuk berekspresi adalah salah satu naskah, memilih bentuk pertunjukan yang
prioritas utama dalam mendesain kemudian dilanjutkan dengan merancang
kostum. Kostum yang baik seharusnya ide.
11

Hamlet karangan William target sutradara dapat terselesaikan dengan


Shakespeare menggambarkan segala baik.
keinginan penulis sekaligus sutradara akan Banyak unsur yang terlibat dalam
gagasan awal untuk mengangkat cerita mewujudkan sebuah pementasan kolosal
klasik. Naskah tersebut dijadikan bahan baik pemain maupun seluruh tim kreatif
dasar pertunjukan, yang kemudian memilih yang terlibat. Sutradara harus mempunyai
drama musikal sebagai bentuk pertunjukan. metode tertentu untuk mengendalikannya.
Drama musikal merupakan bentuk teater Metode tersebut dapat diterapkan jika target
modern, makadari itu sutradara sutradara bergeser, pemain tidak lengkap
mematangkan konsep dengan mengolah pada saat latihan dan sebagainya agar proses
cerita klasik yang dibawa dengan bentuk tetap berjalan dengan lancar.
teater modern yaitu drama musikal.
Penulis sebagai sutradara, dalam
perjalanan proses latihan menemukan
Daftar Pustaka
pemahaman baru dan juga menemukan
Dewojati, C. (2012). DRAMA: Sejarah,
kendala yang menghambat jalannya proses
Teori dan Penerapannya. Yogyakarta:
latihan. Kendala tersebut dapat dihadapi
Javakarsa Media.
hingga pada pementasan dengan dibantu
Harimawan. (1993). Dramaturgi. Bandung:
oleh tim kreatif yang telah memiliki
PT Rema Rosdakarya.
komitmen untuk mewujudkan ide sutradara
Haryono, E. (2000). Rendra dan Teater
dalam sebuah pementasan.
Modern Indonesia. Yogyakarta: Kepel
Naskah Hamlet karya William
Press.
Shakespeare ini dipentaskan pada tanggal 6
Riantiarno, N. (2011). Kitab Teater. Jakarta:
dan 7 Juli 2018 pukul 16.00 dan 20.00 di
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta,
Sahid, N. (2012). Buku Ajar Matakuliah
Jl. Sriwedani, Kota Yogyakarta, Daerah
Semiotika Teater (Teori dan
Istimewa Yogyakarta. Pementasan tersebut
Penerapannya). Yogyakarta:
diapresiasi penonton sebanyak 1.234 orang
Perpustakaan ISI Yogyakarta.
yang membuktikan bahwa masyarakat saat
Sumardjo, J. (1986). Ikhtisar Sejarah Teater
ini tertarik untuk menonton sebuah
Barat. Bandung: Angkasa Bandung.
pertunjukan dengan bentuk drama musikal.
Susantono, N. P. (2016). Produksi Drama
Drama musikal Hamlet merupakan sebuah
Musikal. Jakarta: PT Gramedia
pementasan kolosal yang melewati proses
Pustaka Utama.
panjang. Disini, penulis sebagai sutradara
Tambajong, J. (1981). Dasar-dasar
tidak dapat hadir sendiri tanpa bantuan
Dramaturgi. Bandung: Pustaka Prima.
seluruh tim pendukung.
Dalam memimpin sebuah proses
kreatif pementasan kolosal diperlukan
perencanaan yang matang. Selain itu jumlah
pemain juga menjadi bagian penting karena
dipentaskan secara kolosal. Penulis
menyarankan agar setiap sutradara yang
akan menggarap pementasan terutama
pementasan kolosal, harus memberikan
beberapa aturan proses yang tepat agar

Anda mungkin juga menyukai