Anda di halaman 1dari 35

ETIKA KOMUNIKASI GURU BK

DALAM PROSES KONSELING

Makalah

diajukan untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Seminar Bimbingan dan Konseling

Oleh

AMIR RULLAH
2006104030071

PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2023
KATA PENGNTAR

Puji dan syukur dengan mengucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT

yang telah melimpahkan banyak rahmat dan kasih sayang kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “ETIKA KOMUNIKASI GURU

BK DALAM PROSES KONSELING”. Selawat beserta salam juga kita lanturkan

kepada Nabi Muhammad SAW.

Ucapan terimkasih kami ucapkan kepada Bapak Syaiful Bahri M.Pd. dan Ibu

Nurbaity, S.Pd., M.Ed selaku pembimbing mata kuliah semina BK yang senantiasa

memberikan arahan dengan tulus sehingga laporan proposal ini dapat terselesaikan .

Selain itu, ucapan terima kasih kepada dosen-dosen Jurusan Pendidikan Bimbingan

dan Konseling ,teman-teman seperjuangan,dan pihak-pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan

dalam penulisan ini. Maka dari itu, penulis mengharapkan bantuan, berupa kritikan

dan saran agar kedepan penulisan ini dapat tersusun dengan baik serta dapat

bermamfaat untuk menambah wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam

bidang Bimbingan dan Konseling di masa yang akan datang.

Banda Aceh, (…,…)

Amir Rullah
2006104030071

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGNTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3

1.3 Tujuan Permasalahan..................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................5


2.1 Pengertian Etika...........................................................................................5

2.1.1 Macam-Macam Etika.....................................................................................6

2.2 Etika Komunikasi........................................................................................8

2.2.1 Pentingnya Komunikasi.................................................................................9

2.2.2 Hal yang perlu di perhatikan dalam etika berkomunikasi............................10

2.2.3 Macam-macam Komunikasi........................................................................11

2.2.4 Fungsi Komunikasi......................................................................................12

2.3 Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling......................................14

2.4 Kode Etik Bimbingan dan Konseling.......................................................16

2.5 Etika Komunikasi Guru BK.....................................................................19

2.6 Keterampilan Komunikasi Dalam Konseling..........................................21

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................27
3.1 Kesimpulan.................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................28

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia mempunyai perbedaan ciri khas dari ciptaan yang lainnya, salah satu

perbedaan yaitu cara hidup yang penuh dengan nilai-nilai baik dan luhur dalam

kehidupannya. Cara hidup yang didasari oleh sikap dan perilaku yang seharusnya

dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan

tindakan apa yang bernilai disebut dengan etika (Tanyid, 2014).

Etika mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup

individu maupun masyarakat. Kunci yang utama dalam penerapan etika yaitu dengan

cara memperlihatkan sikap sopan dan santun terhadap orang lain, sikap hormat

kepada siapapun ataupun kepada orang yang lebih tua, dengan penerapan etika

dimana harus mematuhi peraturan atau tata karma yang berlaku pada lingkungan

tempat tinggal kita.

Dunia pendidikan adalah tempat dimana karakter dan watak seseorang

dibentuk untuk menjadi generasi penerus yang lebih baik dalam kehidupan sehari-

hari. Maka dari itu untuk menjaga hubungan yang baik antara sesama warga sekolah

dan lingkungan harus adanya pemahaman etika dalam berkomunikasi agar dapat

menentukan sikap yang baik dalam berhubungan (Sari, 2020).

Guru haruslah memiliki etika dalam menghadapi peserta didik, etika yang

dimaksud seperti, memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis dari pada

otokratis, dan mereka harus mampu berhubungan dengan mudah dan wajar dengan

peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok. Sedangkan, guru yang

memiliki etika yang kurang baik seperti kurang memiliki rasa humor, mudah menjadi

tidak sabar, menggunakan komentar-komentar yang melukai dan mengurangi rasa

iv
ego, kurang terintegrasi, cenderung bertindak agak otoriter, dan biasanya kurang

peka terhadap kebutuhan-kebutuhan peserta didik (Rahman, 2009).

Keberadaan guru bimbingan dan konseling atau konselor diatur melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

pasal 1 ayat 6, undang-undang ini mengisyaratkan bahwa pekerjaan guru bimbingan

dan konseling memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh guru mata pelajaran lain

(Nurrahmi, 2015).

Tuntutan kinerja dan keefektifan layanan terus disorot. Terlebih permasalahan

yang dihadapi peserta didik juga kian beragam. Kompleksitas permasalahan tersebut

hendaknya juga diikuti dengan daya tahan dari individu itu sendiri, baik dari segi

fisik maupun psikologis (Sujadi, 2018). Tentunya fenomena ini memberikan peluang

kepada profesi konselor agar dapat menunjukkan taringnya. Oleh sebab itu, sudah

seharusnya konselor memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap

yang memadai dalam melaksanakan konseling untuk semua jenis keberagaman

tersebut (Gunawan, 2018). Konselor hendaknya sadar bahwa klien datang dengan

membawa harapan bahwa ia adalah sosok yang dapat membantu dalam

menyelesaikan permasalahan. Konselor juga harus menyadari bahwa ia tidak boleh

memaksakan nilai-nilai yang dianutnya kepada klien ataupun bertindak tanpa adanya

aturan-aturan yang mengikat (Masruri, 2016).

Proses komunikasi dapat terjadi bila sumber (komunikator) bermaksud

menyampaikan gagasan (informasi, saran, permintaan, dan seterusnya) yang ingin

disampaikan kepada penerima dengan maksud tertentu. Tujuan dalam kegiatan

berkomunikasi adalah untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada pihak lain,

dan utamanya adalah upaya untuk mempengaruhi pihak lain. Pihak lain yang

v
dimaksud adalah orang-orang yang memang sengaja dituju untuk menerima pesan

yang ingin disampaikan pihak pengirim pesan, maupun pihak-pihak lain yang kadang

–kadang tidak ditujukan secara langsung untuk menerima pesan tersebut.

Beberapa tahun terakhir sering terjadi kasus-kasus pelanggaran etika yang

dilakukan oleh oknum guru, terutama guru BK. Contoh nya, guru BK di Sulawesi

Selatan yang menampar siswanya yang kedapatan melakukan perundungan. Kasus

pelanggaran etika profesi BK lainnya yaitu, menyebarkan dan membuka rahasia

konseli, tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan dan melakukan

tindakan yang menimbulkan konflik (Nuzliah, 2019).

Realita serupa juga terjadi di sekolah-sekolah yang ada di provinsi Aceh.

Dalam lingkungan persekolahan sering di dapati sikap dan cara berkomunikasi guru

yang tidak mencerminkan sikap yang pantas dicontoh dan diteladani. Contohnya

guru BK yang sering menggunakan kata-kata yang kurang pantas dan tidak sesuai

dengan etika komunikasi pada saat memberikan layanan BK kepada siswa. Hal

tersebut juga di perkuat oleh hasil wawancara dengan salah satu guru di SMP dan

siswa yang mengatakan bahwa guru BK sering berkomunikasi dengan menggunakan

kata-kata yang kurang pantas baik terhadap siswa maupun sesama guru.

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Bagaimana etika komunikasi

guru BK dalam proses konseling?”

1.3 Tujuan Permasalahan

vi
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana etika komunikasi guru BK dengan siswa?

vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethicos yang berarti kebiasaan norma-

norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku

manusia. Etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang

menitikberatkan pada pencarian salah dan benar atau dalam pengertian lain tentang

moral dan immoral (Ginting, et al., 2021).

Menurut guru besar filsafat sosial Franz Magnissuseno, etika merupakan

suatu proses kolaborasi antara penggunaan daya fikir dengan akal budi manusia

dalam memecahkan suatu masalah untuk mencapai kehidupan yang lebih baik

(Nugraha & Suhardini, 2021). Ki Hajar Dewantara juga menyatakan bahwa Etika

merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan manusia dari segi kebaikan

dan keburukan, bagaimana mencapai suatu tujuan melalui pertimbangan dan

perasaan dalam bentuk tindakan (Muslimah, 2016).

Menurut Mutiah (2019), etika berkaitan dengan tiga hal berikut:

1. Bedasarkan objek pembahasannya, etika membahas perbuatan yang

dilakukan oleh manusia.

2. Bedasarkan sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.

Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, terbatas, tidak universal,

memiliki kekurangan dan kelebihan. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai

ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi,

ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya.

viii
3. Bedasrkan fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap

terhadap perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut

akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya.

2.1.1 Macam-Macam Etika

Secara umum etika dibagi menjadi 2 yaitu etika umum dan etika khusus.

Etika umum mencakup kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara

etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-

prinsip moral dasar yang menjadi pegangan manusia dalam bertindak serta tolak ukur

dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Sedangkan etika khusus

merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang

khusus. Penerapan ini bisa berwujud:

a. Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang

kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan.

prinsip-prinsip moral dasar.

b. Bagaimana menilai perilaku saya dan orang lain. dalam bidang kegiatan dan

kehidupan khusus yang dilatarbelakangi kondisi manusia bertindak etis.

Etika secara khusus dibagi menjadi dua bagian yaitu etika individual yaitu

menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap individual dan etika sosial yaitu

berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota

umat manusia. Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat

dipisahkan satu sama lain, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan

sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial menyangkut hubungan

manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan

(keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-pandangan dunia

ix
dan ideologi- ideologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan

hidup. Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini

terbagi menjadi banyak bagian atau bidang yaitu: sikap terhadap sesama, etika

keluarga, etika profesi, etika politik, etika lingkungan, etika idiologi (Octavia, 2020).

Menurut Widyaningrum (2022), manyatakan bahwa etika bisa digolongkan

menjadi dua macam yaitu:

1. Etika deskriptif

Etika deskriptif merupakan usaha menilai tindakan atau perilaku berdasarkan

pada ketentuan atau norma baik-buruk yang tumbuh pada kehidupan bersama, baik

dalam keluarga. maupun masyarakat. Kerangka etika ini pada hakikatnya

menempatkan kebiasaan yang sudah ada di keluarga atau di masyarakat sebagai

acyan etis. Tindakan seseorang dinilai etis atau tidaknya bergantung pada

kesesuaiannya dengan yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Maka dapat dikatakan

bahwa jika ukuran etika seseorang sederhana dalam hal bertentangan dengan

kebiasaan maka Tindakan tersebut dapat dikategorikan Tindakan yang etis. Namun

apalabila Tindakan tersebut berbeda. dengan kebanyakan orang maka hal tersebut

dikatakan sebagai Tindakan yang tidak etis.

2. Etika normatif

Etika normatif merupakan etika yang menerapkan berbagai sikap dan perilaku

yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia dan apa yang seharusnya dijalankan

oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Maka dapat dikatakan

bahwa etika normative merupakan norma-norma yang dapat menentukan manusia

agar bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan

kaidah atau norma yang telah disekapati dan berlaku di masyarakat.

x
2.2 Etika Komunikasi

Komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa

Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare

yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling

sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata

Latin lainnya. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna atau pesan

dianut secara sama.

Komunikasi adalah interkasi antara dua makhluk hidup atau lebih, sehingga

peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan, tanaman atau bahkan jin.

Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai berbagi pengalaman. Komunikasi

adalah Upaya untuk membuat pendapat/ide, menyatakan perasaan, agar diketahui

atau dipahami oleh orang lain dan Kemampuan untuk menyampaikan

informasi/pesan dari Komunikator ke Komunikan melalui saluran/media dengan

harapan mendapatkan umpan balik. Unsur-unsur yang ada dalam Komunikasi adalah

Komunikator, Pesan, Channel/Media, Komunikan dan Respon/Feedback (Sari,

2020).

Menurut Carl I. Hovland komunikasi adalah proses di mana seseorang

individu atau komunikator mengoperkan stimulan biasanya dengan lambang-

lambang bahasa (verbal maupun non-verbal) untuk mengubah tingkah laku orang

lain (Kusuma, 2022). Sedangkan menurut James A.F. Stones menyebutkan bahwa

komunikasi adalah aktivitas seseorang yang berusaha memindahkan pesan kepada

orang lain melalui pengertian. Selain itu, Menurut Onong Uchjana Effendi

menyatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap,

xi
pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan, ataupun tidak langsung secara

media. (Muslimah, 2016).

Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian

atau pengoperan lambang-lambang, yang mengandung arti atau makna. Atau

perbuatau penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang

lain. Atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau penyampaian informasi, mengenai

fikiran, dan perasaan-perasaan (Rahman, 2009).

Harahap (2018) Komunikasi sangat penting bagi semua aspek kehidupan

manusia. Dengan komunikasi manusia dapat mengekspresikan gagasan, perasaan,

harapan dan kesan kepada sesama serta memahami gagasan, perasaan dan kesan

orang lain. Komunikasi tidak hanya mendorong perkembangan kemanusiaan yang

utuh, namun juga menciptakan hubungan sosial yang sangat diperlukan dalam

kelompok sosial apapun.

2.2.1 Pentingnya Komunikasi

Nofrion (2016) Komunikasi adalah hal fundamental dalam kehidupan

manusia. Sepanjang manusia hidup, ia perlu berkomunikasi. Terbentuknya

masyarakat sebagai suatu kesatuan juga diawali dengan adanya komunikasi

antarpribadi dalam masyarakat. Disadari atau tidak, komunikasi adalah kebutuhan

bagi setiap manusia dan merupakan bagian kekal dari kehidupan sepanjang manusia

itu ingin tetap bertahan dan meningkatkan kualitas kehidupannya.

Menurut pakar ilmu komunikasi, Harold D. Lasswell ada tiga hal yang

menyebabkan manusia perlu berkomunikasi dalam kehidupannya.

xii
a. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui komunikasi

manusia bisa mempelajari, memelihara, me- manfaatkan segala sesuatu yang ada di

lingkunganya serta menghindari hal-hal yang mengancam kehidupannya.

b. Upaya manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dalam kacamata ilmu

geografi pernah dijelaskan bahwa keberlanjutan kehidupan manusia di muka bumi

ini sangat ditentukan oleh kemampuan mereka bertahan dan beradaptasi dengan

lingkungannya.

c. Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Keberlanjutan suatu

masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya harus dilakukan dengan

pertukaran dan pewarisan pengetahuan, budaya, nilai, norma, perilaku, dan peranan.

Bisa melalui saluran-saluran informal, formal, dan nonformal.

2.2.2 Hal yang perlu di perhatikan dalam etika berkomunikasi

Ada beberapa hal pokok yang mana kita selaku komunikator perlu lakukan

dan perlu aplikasikan dalam kehidupan, antara lain:

a. Fokus pada lawan bicara Fokus

Dalam berkomunikasi merupakan kunci agar informasi yang disampaikan

komunikator kepada kita berjalan lebih efektif, orang yang cendrung tidak

memperhatikan lawan bicara biasanya kehilangan beberapa potong informasi yang

disampaikan dan terjadi kesenjangan antara kedua belah pihak, biasanya pihah yang

menyampaikan informasi (komunikator) secara perasaan akan tersinggung dengan

kita dan secara otomatis kesalahan fatal informasi (informasi yang salah) yang masuk

dapat berdampak langsung dengan pengaplikasian.

b. Fokus pada masalah

xiii
Dalam beberapa kasus komunikasi beberapa individu melupakan pokok

permasalahan yang ingin dibicarakan hal ini terjadi karena informasi seharusnya

disampaikan terlalu melenceng dari yang dibicarakan (basa-basi). Maka dari itu perlu

adanya fokus masalah yang tidak mencampur adukkan masalah lain yang tidak

memiliki kaitan dengan informasi tersebut.

c. Jangan menimpali pembicaraan

Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang mau mendengarkan dengan

bijaksana perkataan dari komunikator, menghargai apa yang dikatakannya dan tidak

menimpali atau menyela perkataannya sebelum selesai.

d. Saling menghargai

Biasaya dalam proses ini dua individu (komunikan dan komunikator) perlu

saling memahami satu sama lain dalam model komunikasi dipaparkan dalam konsep

kesamaan, dimana tingkat efektifitas komunikasi akan terjalin lebih tinggi jika dua

individu memiliki kesamaan yang besar, kita harus tetap menjaga etika dengan

menghargai tiap ucapan orang tersebut dengan menyimak dan mendengarkan apa

yang dikatakannya. Dengan demikian rasa penghargaan akan timbul pula pada orang

yang kita hargai tersebut.

e. Selingi dengan humor

Dalam berkomunikasi kita merasa bosan dengan informasi yang disampaikan

tentu ini bukan kesalahan pendengar namun dalam proses penyampaian informasi

tersebut kurang bumbu yang menarik pendengar. Dalam hal ini kita perlu menyelingi

dengan candaan atau gurauan agar para pendengar atau komunikan tidak merasa

bosan dengan apa yang kita sampaikan (Prayitno, 2004).

2.2.3 Macam-macam Komunikasi

xiv
Suherman (2020) menyatakan ada beberapa macam komunikasi yaitu :

1. Komunikasi intrapersonal, komunikasi pada diri sendiri yang difokuskan

pada kognisi, simbol dan itensi individu. Komunikasi intrerpersonal pusat dari

aktivitas komunikasi karena dengan mengenal diri sendiri akan lebih mudah

memahami orang lain.

2. Komunikasi interpersonal, komunikasi ini mengacu pada komunikasi tatap

muka (face to face communication). Brooks dan Heath (1993) mendefinisikannya

sebagai: interpersonal communication as, the process by which information,

meanings and feelings are shared by persons through the exchange of verbal and

nonverbal messages'. Berarti komunikasi interpersonal sebagai suatu proses yang

melibatkan pertukaran informasi, makna dan perasaan yang dibagikan pada orang

lain melalui pesan verbal dan nonverbal.

3. Komunikasi kelompok kecil adalah sekumpulan orang yang relatif kecil yang

masing-masing anggotanya dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan

mempunyai derajat organisasi tertentu di antara mereka. Kelompok kecil biasanya

terdiri dari 5 sampai 7 orang.

4. Komunikasi organisasi, komunikasi ini berhubungan dengan komunikasi

interpersonal dalam organisasi yang di dalamnya terdapat hierarki.

5. Komunikasi publik, merupakan komunikasi yang dilakukan oleh individu ke

sekumpulan orang dan pesannya bersifat persuatif.

6. Komunikasi massa, adalah pesan yang disampaikan kepada banyak orang

melalu media, baik cetak maupun eletronik.

7. Komunikasi antar budaya, merupakan komunikasi yang dilakukan oleh

orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda.

xv
2.2.4 Fungsi Komunikasi

(Milyane et al., 2022) Komunikasi sangat penting kehidupan sehari-hari saat

berinteraksi dengan individu maupun dengan kelompok. Baik komunikasi secara

langsung maupun melaui media massa. Berikut ini beberapa fungsi dari komunikasi

antara lain:

d. Komunikasi berfungsi untuk memahami diri sendiri dan orang lain di dalam

suatu kelompok, kita memiliki kesempatan untuk dapat mengungkapkan atau

menemukan siapa diri kita yang sebenarnya serta bagaimana orang lain

mempengaruhi kita melalui komunikasi dua arah.

e. Komunikasi berfungsi untuk mewujudkan relasi yang penuh makna.

Komunikasi merupakan suatu modal dasar

f. dalam menjalin relasi karena di dalamnya kita dapat memperhatikan diri

sendiri serta mempertimbangkan kebutuhan orang lain.

g. Komunikasi berfungsi untuk menguji dan mengubah sikap dan prilaku.

Dalam berkomunikasi tiap individu memiliki kesempatan untuk saling

mempengaruhi orang lain maupun membujuk mereka untuk berfikir seperti yang kita

pikirkan dan bertindak seperti yang kita lakukan.

Menurut Lutfi Basit (2018) Terdapat empat fungsi komunikasi adalah :

1. menginformasikan (to inform) yaitu memberikan informasi kepada

masyarakat, memberikan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide

atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan

orang lain.

xvi
2. mendidik (to educate) yaitu fungsi sebagai sarana pendidikan. Melalui

komunikasi, manusia dalam masyarakat dapat menyampaikan ide dan pikirannya

kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. menghibur (to entertain) yaitu: fungsi komunikasi selain menyampaikan

pendidikan dan mempengaruhi, komunikasi juga berfungsi untuk memberi hiburan

atau menghibur orang lain, mempengaruhi setiap individu.

4. mempengaruhi (to influence) yaitu: fungsi mempengaruhi setiap individu

yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran

komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan

sesuai dengan apa yang diharapkan.

2.3 Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

Gunawan (2018) menyatakan bawah Bimbingan dan Konseling merupakan

salah satu bagian penting dalam sekolah yang menjadi pusat pengembangan

kepribadian dan karir siswa. Siswa merupakan konseli yang perlu mendapatkan

layanan Bimbingan dan konseling terbaik dari guru Bimbingan dan Konseling, oleh

sebab itu seorang guru Bimbingan dan konseling perlu menguasai konsep Bimbingan

dan Konseling di sekolah termasuk tata kelola layanan Bimbingan dan Konseling.

Pada umumnya, sekolah atau siswa sering memandang Bimbingan dan Konseling

merupakan tempat pemberian hukuman bagi siswa yang melanggar peraturan

sekolah.

Adapun layanan Bimbingan dan Konseling memiliki tujuh jenis layanan

yaitu:

xvii
1. Layanan Orientasi merupakan layanan yang diselenggarakan oleh Bimbingan

dan Konseling di sekolah untuk memperkenalkan kehidupan baru siswa di

lingkungan sekolah yang baru, biasanya layanan orientasi ini diberikan dalam Masa

Orientasi Sekolah (MOS).

2. Layanan Informasi merupakan layanan yang diberikan oleh guru Bimbingan

dan Konseling kepada siswa terkait dengan informasi-informasi yang ada di sekolah

maupun luar sekolah. Sedangkan Prayitno (2013) menyebutkan ada tiga alasan utama

mengapa permberian informasi perlu diselenggarakan. Pertama, membekali siswa

dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar,

pendidikan, jabatan, maupun sosial budaya. Kedua, memungkinkan siswa dapat

menentukan arah hidupnya “ke mana ia ingin pergi”. Syarat dasar untuk dapat

menentukan arah hidup adalah apabila ia mengetahui apa (informasi) yang harus

dilakukan serta bagaimana bertindak kreatif dan dinamis berdasarkan atas informasi-

informasi yang ada itu.. Ketiga, setiap siswa adalah unik. Keunikan itu akan

membawakan pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak berbeda-beda

disesuaikan dengan aspek aspek kepribadian masing-masing individu.

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran merupakan layanan komunikatif antara

guru Bimbingan dan Konseling dengan siswa sehubungan dengan minat, bakat, dan

pemilihan karir yang berujung pada pada masa depan siswa.

4. Layanan Bimbingan Belajar merupakan layanan yang diberikan oleh guru

Bimbingan dan Konseling yang berkaitan dengan kegiatan belajar siswa.

5. Layanan Konseling Perorangan merupakan layanan yang diberikan kepada

setiap individu berdasarkan data ataupun kerelaan siswa untuk hadir bersama guru

xviii
pembimbing atau konselor dalam wawancara tatap muka guna membantu siswa yang

ada dalam permasalahan untuk mengenal apa yang menjadi masalahnya, kekuatan

dirinya untuk mencari solusi atas setiap masalahnya.

6. Layanan Bimbingan Kelompok menurut Prayitno (2004:10) adalah layanan

yang membahas topik-topik berkenaan dengan perlunya mengambil keputusan untuk

berbagai hal yang penting secara berkelompok.

7. Layanan Konseling Kelompok merupakan layanan yang diberikan guna

mengentaskan masalah-masalah yang indentik yang dialami oleh beberapa siswa,

sehingga melalui layanan konseling kelompok ini dengan bantuan konselor, pserta

didik yang mengalami masalah yang sama tersebut dapat saling memberikan

masukan untuk memperoleh jalan keluar atau solusi.

2.4 Kode Etik Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan keputusan pengurus besar asosiasi bimbingan dan konseling

Indonesia (PBABKIN) nomor 010 tahun 2006 tentang penetapan kode etik profesi

bimbingan dan konseling, maka sebagian dari kode etik itu adalah sebagai berikut:

1. Kualifikasi konselor dalam nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan dan

wawasan.

a. Konselor wajib terus menerus mengembangkan dan menguasai dirinya. Ia

wajib mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya

sendiri, yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dan

mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan profesional serta merugikan klien.

b. Konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar,

menepati janji, dapat dipercaya, jujur, tertib dan hormat.

xix
c. Konselor wajib memiliki rasa tangggung jawab terhadap saran maupun

peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan-rekan seprofesi dalam

hubungannya dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuaan tingkah laku profesional

sebagaimana di atur dalam Kode Etik ini.

d. Konselor wajib mengutamakan mutu kerja setinggi mungkin dan tidak

mengutamakan kepentingan pribadi, termasuk keuntungan material, finansial, dan

popularitas.

e. Konselor wajib memiiki keterampilan menggunakan teknik dan prosedur

khusus yang dikembangkan ataas dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah

ilmiah.

2. Penyimpanan dan Penggunaan Informasi.

a. Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat

menyurat, perekaman dan data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat

rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien.

b. Penyampaian informasi klien kepada keluarga atau kepada anggota profesi

lain membutuhkan persetujuan klien.

c. Penggunaan informasi tentang klien dengan anggota profesi yang sama atau

yang lain dapat dibenarkan, asalkan untuk kepentingan klien dan tidak merugikan

klien.

d. Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan kepada

orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya.

3. Hubungan dengan Penberian pada Pelayanan.

a. Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dalam hubungan

antara klien dengan konselor.

xx
b. Klien sepenuhnya berhak mengakhiri hubungan dengan konselor, meskipun

proses konseling belum mencapai suatu hasil yang kongkrit. Sebaliknya konselor

tidak akan melanjutkan hubungan apabila klien ternyata tidak memperoleh manfaat

dari hubungan itu.

4. Hubungan dengan Klien

a. Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan keyakinan klien.

b. Konselor wajib menempatkan kepentingan kliennya di atas kepentingan

pribadinya.

c. Dalam melakukan tugasnya konselor tidak mengadakan pembedaan klien atas

dasar suku, bangsa, warna kulit, agama atau status sosial ekonomi.

d. Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang

tanpa izin dari orang yang bersangkutan.

e. Konselor wajib memberikan bantuan kepada siapapun lebih-lebih dalam

keadaan darurat atau banyak orang yang menghendaki.

f. Konselor wajib memberikan pelayanan hingga tuntas sepanjang dikehendaki

oleh klien.

g. Konselor wajib menjelaskan kepasa klien sifat hubungan yang sedang

dibinadan batas-batas tanggung jawab masing-masing dalam hubungan

profesional.

h. Konselor wajib mengutamakan perhatian kepada klien, apabila timbul

masalah, maka wajib diperhatikan kepentingan pihak-pihak yang terlibat dan

juga tuntutan profesinya sebagai konselor.

i. Konselor tidak bisa memberikan bantuan kepada sanak keluarga, teman-

teman karibnya, sepanjang hubunganya profesional.

xxi
5. Konsultasi dengan Rekan Sejawat.

Dalam rangka pemberian pelayanan kepada seorang klien, kalau konselor

merasa ragu-ragu tentang suatu hal, maka ia wajib berkonsultasi dengan sejawat

selingkungan profesi. Untuk hal itu ia harus mendapat izin terlebih dahulu dari

kliennya.

6. Alih Tangan Kasus

Kode etik yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu

menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas

suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada

pihak yang lebih ahli (Nuzliah, 2019).

2.5 Etika Komunikasi Guru BK

Sebagai seorang guru BK yang melakukan proses konseling, penting untuk

memahami prinsip-prinsip etika komunikasi yang baik dan tepat. Berikut ini adalah

beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Bersikap Empati: Guru BK harus dapat bersikap empati saat berkomunikasi

dengan siswa. Hal ini dapat membantu siswa merasa didengar, dipahami, dan

dihargai.

2. Menjaga Kerahasiaan: Guru BK harus menjaga kerahasiaan informasi yang

diberikan oleh siswa selama proses konseling. Hal ini dapat memberikan rasa

kepercayaan pada siswa dan membantu mereka merasa lebih nyaman dalam berbagi

masalah pribadi.

3. Mendengarkan Aktif: Guru BK harus memperhatikan dengan seksama apa

yang diucapkan oleh siswa dan memberikan perhatian penuh pada siswa saat mereka

berbicara. Hal ini dapat membantu siswa merasa didengar dan dihargai.

xxii
4. Berbicara dengan Bahasa yang Jelas dan Tepat: Guru BK harus berbicara

dengan bahasa yang mudah dipahami dan tepat. Hal ini dapat membantu siswa

memahami maksud dari apa yang diucapkan guru BK dan menghindari salah paham.

5. Mempertimbangkan Nilai-Nilai Etika: Guru BK harus mempertimbangkan

nilai-nilai etika seperti kejujuran, integritas, dan tanggung jawab saat berkomunikasi

dengan siswa. Hal ini dapat membantu guru BK membangun hubungan yang sehat

dan saling percaya dengan siswa.

6. Tidak Memaksakan Pendapat: Guru BK harus menghindari memaksakan

pendapat pada siswa dan memberikan mereka kebebasan untuk memilih jalan

hidupnya sendiri. Hal ini dapat membantu siswa merasa lebih diperhatikan dan

dihargai.

7. Menghindari Diskriminasi: Guru BK harus menghindari diskriminasi dan

memperlakukan semua siswa dengan sama. Hal ini dapat membantu siswa merasa

dihargai dan merasa nyaman untuk berbagi masalah yang mereka hadapi.

8. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip etika komunikasi tersebut, guru BK

dapat memberikan konseling yang efektif dan membantu siswa merasa didengar,

dipahami, dan dihargai.

Komunikasi disebut efektif apabila tercapai saling pemahaman atau penerima

menginterpensi pesan yang di terimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim

(komunikator) yaitu :

1. Pemahaman

Komunikasi dianggap efektif apabila penerima (komunikan) menerima

pemahamanyang cermat atas pesan yang disampaikannya. Misalnya seoarang

konselor (komunikator) memberikan pesan pada konseli (komunikan) bahwa konseli

xxiii
hendaknya menyusun program kerja kesehariannya dan si konseli mengerjakan

semua yang di perintahkan oleh konselor, maka komukasi antara konselor dan

konseli sudah bisa di katakan efektif.

2. Kesenangan

Dalam komunikasi tercipta hubungan yang menyenangkan seperti suasana

yang kondusif, ngobrol bersama, saling tegur sapa dan lain sebaginya. Contoh pada

saat terjadi komunikasi antara seorang konselor dengan konseli. Pada saat itu terjadi

saling tegur sapa, mengobrol bersama dan ada feedback dari keduanya maka akan

terciptalah suasana yang menyenangkan.

3. Pengaruh pada sikap

Setalah berkomunikasi maka sikap komunikan menjadi berubah dan tentunya

ke arah yang positif. Contohnya, ada seorang konseli datang ke konselor untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang ada pada dirinya dan di konselor memberikan

solusi tentang masalah yang ada pada diri konseli dan setelahnya beberapa hari si

konseli ternyata sudah bisa mengatasi masalah yang ada pada dirinya serta bisa

merubah sikapnya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

4. Hubungan yang semakin baik

Melalui komunikasi seseorang dapat memperbaiki hubungannya. Contohnya,

pada saat pembicaraan antara konselor dengan konseli terjadi kesalahpahaman

penafsiran terhadap pesan yang disampaikan sehingga terjadi adu mulut, muka

dengan komunikasi yang lebih efektif dapat mengurangi kesalahpahaman di antara

mereka, sehingga mereka yang semula salah paham dapat menjadi baik.

5. Tindakan

xxiv
Melalui komunikasi, komunikan tidak hanya memahami pesan yang

disampaikan tetapi juga melakukan tindakan sesuai yang diharapkan komunikator

atau ikut berpartisipasi. Sebagai contoh, dalam proses konseling telah terjadi

kesepakatan bersama bahwa konseli akan melakukan tindakan tertentu, sesuai

dengan isi dan proses layanan yang diterimanya, namun konseli tidak melakukan apa

yang telah disepakati bersama, maka komunikasi tersebut dikatakan tidak efektif

(Moss, 2000).

2.6 Keterampilan Komunikasi Dalam Konseling

Untuk terlaksananya suatu komunikasi onseling yang diologis dengan

mengajak konseli berpartisipasi secara aktif, selain dari memahami karakter konseli,

penguasaan materi dan juga menguasai keterampilan komunikasi sangat penting

untuk jalannya komunikasi. Oleh karena itu , di bawah ini akan dibahas lebih rinci

keterampilan-ketrampilan dalam konseling yang harus di kuasai oleh konselor

sebagai modal awal dalam komunikasi.

1. Penghampiran

Penghampiran (attending) merupakan keterampilan berkomunikasi melalui

perhatian kepada pembicara pada tahap awal. Oleh karena itu penghampiran ini

merupakan keterampilan dasar dalam setiap proses komunikasi yang bersifat

dialogis. Hal ini biasanya dilakukan dengan sapaan dan nada yang baik, seperti:

“assalammualaikum”, “selamat siang” dan lain sebagainya. Hal seperti itu dilakukan

dengan menggunakan perkataan yang baik dan sopan serta bahasa tubuh yang baik

seperti kontak mata, gerak badan dan lain-lain. Diharapkan nantinya konseli akan

xxv
merasa diterima dan penting, serta merasa dihargai keberadaannya oleh konselor,

keterampilan ini dapat dikembangkan melalui berbagai cara, seperti:

f. Ungkapan salam dan sapaan secara sopan.

g. Penampilan diri dengan postur fisik yang meyakinkan

h. Gerakan fisik yang disertai dengan perhatian

i. Pengakuan

j. Memelihara kontak mata

k. Mengamati ddan menyimak dengan penuh perhatian.

2. Empati

Empati adalah kesediaan untuk memahami orang lain secara keseluruhan,

baik yang tampak maupun yang terdapat dalam aspek perasaan, pikiran dan

keinginan. Dengan berempati konselor dapat merasakan apa yang dirasakan konseli

dan bahkan dapat merasakan berada dalam situasi yang sama seperti konseli.

Keterampilan ini dapat dilakukan dengan memberikan respon sebagai berikut:

a. Sikap menerima dan memahami ungkapan konseli, seperti gerak mata dan

anggukan

b. Memberikan perhatian yang mendalam terhadap ungkapan konseli

c. Pernyataan yang menggambarkan ungkapan suasana perasaan

3. Merangkumkan Keterampilan merangkum merupakan keterampilan yang

harus dikuasai seorang konselor, sebab merangkum wujud dari penerimaan konselor

terhadap ungkapan konseli. Dalam berkomunikasi biasanya konseli akan

meyampaikannya secara panjang lebar. Oleh karena itu, perlu kiranya seorang

konselor terhadap konseli. Dengan demikian konseli akan merasa diterima, dihargai

xxvi
dan diakui yang pada gilirannya akan menunjang proses konseling. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Memberikan kesempatan kepada konseli untuk meyampaikan ungkapan

secara lengkap

b. Menunjukkan sikap pemberian perhatian dan menyimaknya dengan penuh

perhatian

c. Membuat catatan-catatan seperlunya untuk merangkum pembicaraan

d. Pada akhirnya konseli dapat meyampaikan ungkapan-ungkapan konselor

yang memberikan respon.

4. Bertanya Ketrampilan

Bertanya merupakan ketrampilan yang penting dan strategis dalam

komunikasi konseling sebab dapat menentukan kelancaran proses konseling. Jika

bertanya dilakukan dengan cara yang kurang tepat maka komunikasi tidak akan

berjalan dengan efektif. Begitu juga sebaliknya, pertanyaan yang baik dapat

merangsang orang lain untuk lebih terbuka, kreatif dan berkeinginan untuk berbagi

informasi dan pengalaman. Keterampilan bertanya dapat dikembangkan dengan

meperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

a. Perhatikan suasana konseling

b. Kuasai materi yang berkaitan dengan pertanyaan

c. Ajukan pertanyaan dengan cara yang jelas dan terarah

d. Segera berikan respon balikan terhadap jawaban konseli

5. Kejujuran

Konselor harus mampu menunjukkan kejujuran dari apa yang diungkapkan

sehingga data memberikan pesan secara objektif. Untuk itu seorang konselor harus

xxvii
mampu memberikan penyampaian secara terbuka tanpa manipulasi. Dengan

keterampilan ini konselor dapat menyatakan perasaannya mengenai perasaan konseli

dengan cara sedemikian rupa sehingga konseli dapat menerima tanpa ada rasa

tersinggung. Keterampilan ini juga membantu untuk berbagai perasaan terhadap apa

yang dikatakan atau dilakukan konseli dan tetap menjaga hubungan dengan konseli.

Respon yang di berikan oleh seorang konselor dengan jujur adalah respon dengan

cara yang ikhlas secara emosional dan secara langsung dapat menyatakan perasaan

sendiri. Namun ada empat kondisi yang harus diperhatikan untuk mengembangkan

keterampilan kejujuran, seperti:

a. Ungkapan perasaan yang sebenarnya

b. Kejadian tertentu yang menyentuh perasaaan

c. Alasan mengapa berperasaan seperti itu

d. Pengaruh perasaan itu terhadap kegiatan selanjutnya

6. Asertif

Asertif adalah suatu tindakan memberikan respon terhadap tindakan orang

lain dalam bentuk mempertahankan hak asasi sendiri yang mendasar tanpa

melanggar hak asasi orang lain yang mendasar pula. Dalam komunikasi konseling,

keterampilan ini sangat diperlukan untuk menerima respon konseli dengan cara

sedemikian rupa, hingga konseli merasa hak asasinya tidak terganggu.

7. Konfrontasi

Keterampilan ini digunakan untuk memberikan respon terhadap pesan

seseorang yang mengandung pesan ganda yang tidak sesuai atau saling bertentangan

satu dengan yang lainnya. Ketrampilan ini merupakan cara konselor untuk

membetulkan titik perbedaan atau pertentangan dalam situasi sebagai berikut:

xxviii
a. Perbedaan antara apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukan

b. Perbedaan antara apa yang dikatakan oleh seseorang dengan apa yang

dilaporkan oleh orang lain

c. Perbedaan antara apa yang dikatakan dengan apa yang nampak Untuk

penerapan ketrampilan konfrontasi ini sebaiknya konselor memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

1) Konselor memiliki pemahaman yang tepat dan bersikap empati serta jujur

2) Harus diperhitungkan agar konseli mau menerima

3) Harus sesuai dengan situasi dan kondisi masalah konseli

4) Harus singkat dan tepat sasaran

8. Pemecahan masalah

Hal ini penting karena untuk membantu konseli memecahkan masalah-

masalah yang dihadapinya. Konselor harus mengembangkan suatu mekanisme

komunikasi yang memberikan kesempatan pada konseli menyatakan pendapat dan

sumbangan pemikiran, menjabarkan, serta memilih alternatif pemecahan masalahnya

sendiri. Ada tujuh tahapan yang harus dilalui dalam pemecahan masalah, seperti:

a. Menjajaki masalah

b. Memahami masalah

c. Mambatasi masalah d. Menjabarkan alternatif

d. Memilih alternatif yang baik

e. Meenerapkan alternative

xxix
BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup

individu maupun masyarakat. Kunci yang utama dalam penerapan etika yaitu dengan

cara memperlihatkan sikap sopan dan santun terhadap orang lain, sikap hormat

kepada siapapun ataupun kepada orang yang lebih tua, dengan penerapan etika

dimana harus mematuhi peraturan atau tata karma yang berlaku pada lingkungan

tempat tinggal kita.

Dunia pendidikan adalah tempat dimana karakter dan watak seseorang

dibentuk untuk menjadi generasi penerus yang lebih baik dalam kehidupan sehari-

hari. Maka dari itu untuk menjaga hubungan yang baik antara sesama warga sekolah

xxx
dan lingkungan harus adanya pemahaman etika dalam berkomunikasi agar dapat

menentukan sikap yang baik dalam berhubungan

Guru haruslah memiliki etika dalam menghadapi peserta didik, etika yang

dimaksud seperti, memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis dari pada

otokratis, dan mereka harus mampu berhubungan dengan mudah dan wajar dengan

peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok. Sedangkan, guru yang

memiliki etika yang kurang baik seperti kurang memiliki rasa humor, mudah menjadi

tidak sabar, menggunakan komentar-komentar yang melukai dan mengurangi rasa

ego, kurang terintegrasi, cenderung bertindak agak otoriter, dan biasanya kurang

peka terhadap kebutuhan-kebutuhan peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Basit, L. (2018). Fungsi Komunikasi. Al-Hikmah Media Dakwah, Komunikasi,

Sosial dan Kebudayaan, 9(2), 26-42.

Chusnu Syarifa Diah Kusuma, D, Syarifa., Zumiarti., Nasar, I., Dkk. (2022).

Pengantar ilmu komunikasi. Bandung : CV Media Sains Indonesia.

Elitear, f. m. j., & koto, a. t. e. penelitian lapangan (field research).

xxxi
Ginting, R., Yulistiyono, A., Rauf, A., Manullang, M, Sardjana., Siahaan, S, L,

Albert., Kussanti, P, Devi., Ardiansyah P.S, Tri Endi Djaya, R, Tika., Aulia

Suminar Ayu, S, Aulia., & Effendy, F. (2021). Etika Komunikasi dalam

Media Sosial: Saring Sebelum Sharing. Cirebon : INSANIA

Gunawan, R. (2018). Peran tata kelola layanan bimbingan dan konseling bagi siswa

di sekolah. JURNAL SELARAS. Kajian Bimbingan dan Konseling Serta

Psikologi Pendidika, 1(1) 7-10.

Hanny. (2020). Komunikasi dalam Konseling.

http//henny21.blogspot.co.id/2011/04/komunikasi-dalam-konseling.html.

Harahap, A. H. J. (2018). Fungsi-Fungsi Komunikasi dalam Pandangan

Islam. Almufida: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(1).

Milyane, M, Tita., Umiyatti, H,. Putri, D., Dkk. (2022). Pengantar ilmu komunikasi.

Bandung : Widina Bhakti Persada Bandung.

Moss, & Tubss. (2000). Human Communication: Prinsip-Prinsip Dasar, Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Muslimah. 2016. Etika komunikasi dalam persfektif islam. Journal Sosial dan

Budaya, 13,(2), 115-125.

xxxii
Nugraha, & Suhardini. (2021). Etika Komunikasi Siswa kepada Guru dalam

Perspektif Aktivitas Kelompok Remaja Islam. Journal Riset Pendidikan

Agama Islam, 1,(1), 29.

Nuzliah, & Siswanto, I. (2019). Standarisasi Kode Etik Profesi Bimbingan dan

Konseling. Jurnal Bimbingan Konseling, 5(1), 64-75.

Octavia, A, Shilphy. (2020). Etika Profesi guru. Yogyakarta : CV Budi Utama.

Prayitno, & Emran, (2004). Dasar-dasar dan bimbingan konseling. Jakarta: Rineka

Cipta.

Rahman, S. (2018). Etika Berkomunikasi Guru dan Peserta Didik Menurut Ajaran

Agama Islam. Jurnal Ilmiah Iqra', 3(1).

Rohim, S. (2016). Teori Komunikasi Perspektif Ragam dan Aplikasi Edisi

Revisi. PT Reneka Cipta.

Rokayah. (2015). Penerapan etika dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Journal

Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 2(1), 15-33.

Sari, A. F. (2020). Etika komunikasi. TANJAK: Journal of Education and

Teaching, 1(2), 127-135.

xxxiii
Soejono & Abdurrahman. (2005) Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan

Penerapan,. Jakarta: Rineka Cipta.

Suherman, A. (2020). Buku ajar teori-teori komunikasi. Yogyakarta : CV Budi

Utama.

Syukur, Y., Neviyarni & Zahri, N, Triave. (2019). Bimbingan Konseling disekolah.

Malang: CV IRDH.

Tanyid, M. (2014). Etika dalam pendidikan: kajian etis tentang krisis moral

berdampak pada pendidikan. JURNAL JAFFRAY, 12 (2). 236-250.

Tas’adi, R. (2014). Pentingnya etika dalam pendidikan. Journal Ta’dib, 17(2). 189-

198.

TAS'ADI, R. A. F. S. E. L. (2016). Pentingnya Etika Dalam

Pendidikan. Ta'dib, 17(2), 189-198.

Wahyudin, U., & El Karimah, K. (2017). Etika Komunikasi di Media

Sosial. PROSIDING KOMUNIKASI, 1(2).

Widyaningrum, B, & Nirbita, N, Betanika. (2020). Komunikasi pendidilan. Madiun :

CV Bayfa Cendekia Indonesia.

xxxiv
xxxv

Anda mungkin juga menyukai