Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH


Makalah Ini Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu : Asep Yahya , M.Pd.I

Disusun Oleh :
RIFA RAHMATUL KARIMAH
(2021.01.1.0087)

KELAS KARYAWAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SEBELAS APRIL SUMEDANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah ”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah bimbingan konseling makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
bimbingan konseling di sekolah Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah bimbingan konseling yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Sumedang, Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Tujuan.............................................................................................................................................4
C. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling..........................................................................................5
2 .Tujuan bimbinan di sekolah..........................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................................20
PENUTUP................................................................................................................................................20
Kesimpulan..........................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, murid harus berkembang secara optimal dengan
kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab,  dan dapat memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi. Pendidikan harus membantu bukan hanya mengembangkan kemampuan
intelektualnya, tetapi juga kemampuan mengatasi masalah yang ditemuinya dalam interaksinya
dengan lingkungan.

Sekolah tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar di
kelas, tetapi juga dapat mengembangkan keseluruan kepribadian anak. Oleh karena itu, guru
harus mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang efektif. Untuk itu
sebagai calon guru kita perlu mengetahui wawasan dan pemahaman tentang layanan dan
konseling di sekolah.

B. Tujuan

1. Menambah pemahaman tentang hakikat layanan bimbingan dan konseling di sekolah


2. Menambah pemahaman tentang tugas dan peran serta guru dalam pemberian layanan
bimbingan kepada para siswa.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat layanan bimbingan dan konseling di sekolah?
2. Bagaimana peranan guru dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.
3. Apa saja tugas dan peran serta guru dalam pemberian layanan bimbingan kepada para siswa?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konserling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata
majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang- kadang dilanjutkan
dengan kegiatan konseling. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di
dalamnya kegiatan konseling.

Pendapat beberapa ahli tentang pengertian bimbingan:

a.   Menurut Jones (1963)

“Guidance is the help given by one person to another in making choice and adjustments and
in solving problems”. Dalam pengertian tersebut terkandung maksud bahwa tugas pembimbing
hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan
keputusan terakhir tergantung kepada individu yang dibimbing (klien). (Soetjipto &
Raflis ,2007:61)

b.   Rochman Natawidjaja (1978)

“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup
mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga
serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat
memberikan sumbangan yang berarti”.

c.    Bimo Walgito (1982 : 11)

“Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan
individu- individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan- kesulitan di dalam
kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu- individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya”.

Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu, dapat dikemukakan
bahwa bimbingan merupakan :

1. Suatu proses yang berkesinambungan


2. Suatu proses yang membantu individu
3. Bantuan yang diberikan dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensinya
4. Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami
keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya (Soetjipto &
Raflis ,2007:62)

Pendapat beberapa ahli tentang pengertian konseling :

a.   James P. Adam

“Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang
(konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam
hubungannya dalam masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang
akan datang”.

b.   Bimo Walgito (1982;11)

“Konseling adalah bantuan yang diberika kepada individu dalam memecahkan masalah
kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu
yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya”.

Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu, dapat dikemukakan
bahwa konseling memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pada umumnya dilakukan secara individual


2. Dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka
3. Dibutuhkan orang yang ahli untuk melakukan konseling
4. Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi klien
5. Klien yang menerima pelayanan akhirnya mampu memecahkan masalahnya dengan
kemampuannya sendiri. (Soetjipto & Raflis ,2007:63)
2.      Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Layanan BK sangat dibutuhkan agar siswa-siswa yang mempunyai masalah dapat terbantu,
sehingga mereka dapat belajar lebih baik. Tujuan pelaksanaan BK disekolah adalah untuk
membantu siswa:

1. Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada saat
proses belajar-mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial.
3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.
4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.
5. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan
jenis pekerjaan setelah mereka tamat.
6. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial-emosional
disekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri,
terhadap lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.

(Soetjipto & Raflis ,2007:65-66)

3.      Landasan Bimbingan dan Konseling

Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu didasarkan atas landasan-
landasan utama atau prinsip-prinsip dasar. Menurut Winkel (1991) landasan-landasan itu adalah
sebagai berikut:

1. Bimbingan selalu memperhatikan pekerjaan siswa sebagai individu yang mandiri dan
mempunyai potensi untuk berkembang
2. Bimbingan berkisar pada dunia subjektif masing-masing individu
3. Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing dengan
yang dibimbing
4. Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang
dibimbing sebagai manusia yang memiliki hak-hak asasi
5. Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-
bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis
6. Pelayanan ditunjukkan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang bermasalah
saja.
7. Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus,
berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.

Prinsip-prinsip dasar atau landasan tersebutmerupakan dasar filosofis dalam layanan bimbingan
dan konseling.Sebagai suatu kegiatan professional.(Soetjipto & Raflis ,2007:69-70)

4.      Orientasi Layanan  Bimbingan dan Konseling

Layanan bimbingan dan konseling menekankan pada orientasi-orientasi berikut :

a.      Orientasi Individual

Pada hakikatnya setiap individu itu memiliki perbedaan satu sama lainnya. Perbedaan itu dapat
bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan, sifat-sifat kepribadian yang dimiliki
dan sebagainya. Perbedaan latar belakang individu ini dapat mempengaruhinya dalam cara
berpikir, cara berperasaan, dan cara menganalisis masalah. Dalam layanan bimbingan dan
konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.

b.      Orientasi Perkembangan

Masing-masing individu berbeda pada usia perkembangannya. Dalam setiap tahap usia
perkembangan, individu yang bersangkutan hendaknya mampu mewujudkan tugas-tugas
perkembangannya itu. Pencapaian tugas perkembangan disuatu tahap perkembangan akan
mempengaruhi perkembangan berikutnya (Ratna Asmara Pane, 1988).
Pencapaian atau perwujudan tugas-tugas perkembangan setiap tahap atau periode merupakan
salah satu tolak ukur dalam mendeteksi masalah-masalah yang dihadapi klien /
siswa.Penyimpangan tingkah laku dan pola pikirdapat diketahui dari pencapaian tugas-tugas
perkembangannya.

Bertolak dari pemahaman tentang perkembangan klien ini, konselor dapat segera mendiaknosis
sumber timbulnya permasalahan klien.Dengan demikian pemberian layanan dapat berlangsung
efektif dan efisien.

c.       Orientasi Masalah

Layanan bimbingan dan konseling harus bertolak dari masalah yang sedang dihadapi oleh
klien.Konselor hendaknya tidak terperangkap dalam masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan
oleh klien.Hal ini disebut dengan asas kekinian (Prayitno, 1985).Artinya pembahasan masalah
difokuskan pada masalah yang saat ini (saat berkonsultasi) dirasakan oleh klien. Oleh karena itu,
konselor harus arif dan bijaksana dalam menanggapi  pembicaraan klien. Konselor harus selalu
sadar akan arah sasaran yang akan dituju untuk memecahkan masalah klien.

5.        Jenis – Jenis Layanan Kegiatan Bimbingan dan Konseling

Menurut Sukardi (2008: 60), ada sejumlah layanan dalam bimbingan dan konseling di sekolah
diantaranya sebagai berikut:

a.      Layanan orientasi

Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik dan
pihak – pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap peserta didik (terutama
orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru ini.

Materi kegiatan layanan orientasi menyangkut:

 Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah.


 Peraturan dan hak – hak serta kewajiban siswa.
 Organisasi dan wadah – wadah yang dapat membantu dan meningkatka hubungan soaial
siswa
   Kurikulum dengan seluruh aspek – aspeknya.
 Peranan kegiatan bimbingan karier.
 Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah dan
kesulitan siswa.

b.      Layanan Informasi

Layanan informasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik dan pihak –
pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik (terutama orang
tua) dalam menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi
jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan
sehari – hari sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.

Materi layanan informasi menyagkut:

 Tugas – tugas perkembangan masa remaja akhir, yaitu tentang kemampuan dan
perkembangan pribadi
 Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk – bentuk
penyaluran dan pengembangannya.
 Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata karma, dan sopan santun.
 Nilai – nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan perkembangan di
masyarakat.
 Mata pelajaran dan pembidangannya.
 System penjurusan, kenaikan kelas, dan syarat – syarat mengikuti ujian akhir.
 Fasilitas penunjang/ sumber belajar.
 Cara mempersiapkan diri dan belajar di sekolah.
 Syarat – syarat memasuki jabatan, kondisi jabatan/karier serta prospeknya.
 Langkah – langkah yang perlu ditempuh guna menentukan jabatan/karier.
 Memasuki perguruan tinggi yang sejalan dengan cita – cita karier.
 Pelaksanaan pelayanan bantuan untuk masalah pribadi, sosial, belajar, dan karier.
c.       Layanan Penempatan dan Penyaluran

Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan
penyaluran yang tepat (misalnya penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan atau program studi, program pilihan, kegiatan ekstra kurikuler) sesuai dengan potensi,
bakat, dan minat serta kondisi pribadinya.

Materi kegiatan layanan penempatandan penyaluran meliputi;

i. Penempatan kelas siswa, program studi/jurusan dann pilihan ekstra kurikuler yang dapat
menunjang pengembangan sikap, kebiasaan, kemampuan, bakat, dan minat.

ii. Penempatan dan penyaluran dalam kelompok sebaya, kelompok belajar, dan organisasi
kesiswaan serta kegiatan sosial sekolah.

iii. Membantu dalam kegiatan program khusus sesuai dengan kebutuha siswa.

iv.Menempatkan dan menyalurkan siswa pada kelompok yang membahas pilihan khusus
program studi sesuai dengan rencana karier, kelompok latihan keterampilan dan kegiatan
ekstrakurikuler atau magang yang diadakan sekolah atau lembaga kerja/industri.

d.      Layanan Bimbingan Belajar

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri
berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan
kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya,
sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.

Materi kegiatan layanan bimbingan belajar meliputi;

I. Mengembangkan pemahaman diri, terutama pemahaman sikap, sifat, kebiasaan, bakat,


minat, kekuatan – kekuatan dan penyalurannya, kelemahan – kelemahan dan
penanggulangannya, dan usaha – usaha pencapaian cita – cita/perencanaan masa depan.
II. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bertingkah laku dalam hubungan sosial
dengan teman sebaya, guru, dan masyarakat luas.
III. Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam disiplin belajar dan berlatih secara efektif
dan efisien
IV. Teknik penguasaan materi pelajaran, baik ilmu pengetahuan teknologi, dan kesenian
V. Membantu memantapkan pilihan karier yang hendak dikembangkan melalui orientasi dan
informasi dunia kerja dan perguruan tinggi yang sesuai dengan karier yang hendak
dikembangkan.
VI.   Orientasi belajaar di perguruan tinggi
VII. Orientasi hidup berkeluarga.

e.       Layanan Bimbingan dan Konseling Perseorangan

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mendaptkan layanan
langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing/konselor dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahannya.

Materi layanan konseling perorangan meliputi;

I. Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri dan kelemahan, bakat dan minat, serta
penyalurannya.
II. Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan kekuatan diri.
III. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima dan menyampaikan pendapat,
bertingkah laku sosial, baik di rumah, sekolah, dan masyarakat.
IV. Mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, disiplin, dan berlatih pengenalan
belajar sesuai dengan kemampuan kebiasaan, dan potensi diri.
V. Pemantapan pilihan jurusan dan perguruan tinggi.
VI. Pengembangan dan pemantapan kecenderungan karier dan pendidikan lanjutan yang
sesuai dengan rencana karier.
VII. Informasi karier, dunia kerja, penghasilan, dan prospek masa depan karier.

Pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi pribadi, keluarga, dan sosial.


f.       Layanan Bimbingan Kelompok

Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama – sama
memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor) yang
berguna untuk menunjang kehidupannya sehari – hari baik individu maupun sebagai pelajar,
anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Materi layanan bimbingan kelompok:

1. Pengenalan sikap dan kebiasaan, bakat dan minat dan cita – cita serta penyalurannya.
2. Pengenalan kelemahan diri dan penanggulangannya, kekuatan diri dan
pengembangannya.
3. Pengembangan kemampuan berkomunikasi, menerima/menyampaikan pendapat,
bertingkah laku dan hubungan sosila baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat,
teman sebaya di sekolah dan luar sekolah dan kondisi/peraturan ssekolah.
4. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik di sekolah dan luar sekolah dan
kondisi/peraturan sekolah.
5. Pengembangan teknik – teknik penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi,dan kesenian
sesuai dengan kondisi fisik, sosial, dan budaya.
6. Orientasi dan informasi karier, dunia kerja, dan upaya memperoleh penghasilan.
7. Orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan karier yang hendak
dikembangkan.

Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.


g.      Layanan Konseling Kelompok

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permaslahan yang dialaminya melalui dinamika
kelompok.Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang
berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antarsesama anggota kelompok.Pelayanan
konseling kelompok merupakan pelayanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana
kelompok.

Materi layanan konseling kelompok mencakup:

1. Pemahaman dan pengembangan sikap, kebiasaan, bakat, minat, dan penyalurannya.


2. Pemahaman kelemahan diri dan penanggulangannya, pengenalan kekuatan diri dan
pengembangannya.
3. Perencanaan dan perwujudan diri.
4. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima/menyampaikan pendapat,
bertingkah laku dan hubungan sosial, baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
5. Mengembangkan hubungan teman sebaya baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat
sesuai dengan kondisi, peraturan materi pelajaran.
6. Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar, disiplin belajar, dan berlatih, serta teknik –
teknik penguasaan materi pelajaran.
7. Pemahaman kondisi fisik, sosial, dan budaya dalam kaitannya dengan orientasi belajar di
perguruan tinggi.
8. Mengembangkan kecenderungan karier yang menjadi pilihan siswa.
9. Orientasi dan informasi karier, dunia kerja, dan prospek masa depan.
10. Informasi perguruan tinggi yang sesuai dengan karier yang akan dikembangkan.
11. Pemantapan dalam mengambil keputusan dalam rangka perwujudan diri.

6.      Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah

Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses
pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial. Bimbingan
dan Konseling menangani masalah- masalah atau hal-hal diluar bidang garapan pengajaran,
tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran disekolah.

Bimbingan dan Konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaannya disekolah. Hal
ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti yang dikemukakan oleh Koestoer
Partowisastro (1982) sebagai berikut:

1. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak dalam waktu
sekitar 6 jam hidupnya berada disekolah.
2. Para siswa yang usianya relatif muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam
memahami dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagi macam
kesulitan.
Kehadiran konselor disekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist dan Chamely yang
dikutip oleh Belkin,1981). Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu guru
dalam hal :

1. Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang


mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
2. Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi
proses belajar-mengajar.
3. Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif.
4. Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.

Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan.
Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih efektif. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan sekolah.

(Soetjipto & Raflis ,2007:64-65)

7.      Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran Siswa

Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh
hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering kali kandas dan tidak bisa
terwujud, sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar sehingga mengakibatkan
beberapa hal tidak baik seperti :

1. Hasil belajar yang rendah, dibawah rata-rata kelas


2. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan
3. Menunjukkan sikap yang tidak wajar seperti, tidak konsentrasi dalam belajar, malas
mengerjakan tugas-tugasnya, dan sebagainya
4. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka menggangu, dan
sebagainya.
Dengan gejala-gejala yang ditunjukkan diatas kemungkinan siswa sedang mengalami suatu
masalah/kesulitan, seperti masalah dalam belajar, masalah sosial maupun masalah pribadi.
Namun dalam hal ini tidak semua guru bisa tahu dan mengerti jika siswa nya sedang mengalami
suatu kesulitan, sedangkan siswa yang mempunyai masalah terkadang tidak tahu harus bercerita
kepada siapa dan bagaimana cara untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Apabila
masalah tersebut tidak segera diatasi maka akan berpengaruh pada konsentrasi belajar siswa
tersebut. Untuk itu diperlukannya guru BK yang bisa melakukan kegiatan bimbingan dan
konseling untuk siswa-siswa yang memiliki masalah dan membantu mengatasinya.

(Soetjipto & Raflis ,2007:66-67)

8.        Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Peranan guru dalam pelaksanaan BK di sekolah dibedakan menjadi dua :

a.      Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di Kelas

Guru harus mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas yang harus dilakukannya dalam
kegiatan bimbingan. Kejelasan tugas ini dapat memotivasi guru untuk berperan secara aktif
dalam kegiatan bimbingan dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas terlaksananya
kegiatan itu.

Perilaku guru juga dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat
otoriter akan menimbulkan suasana belajar yang tegang sehingga menyebabkan hubungan guru
dan siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan
sehubungan dengan pelajaran itu menjadi terbatas dan sebagainya. Oleh karena itu guru harus
dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar-mengajar.

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan
fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:

i.            Perlakuan terhadap siswa berlandaskan keyakinan bahwa sebagai individu, siswa
memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk
mandiri.
ii.            Bersikap positif dan wajar kepada siswa.

iii.            Perlakukan siswa secara hangat, ramah, rendah hati, dan menyenangkan.

iv.            Pemahaman siswa secara empatik.

v.            Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.

vi.            Tidak berpura-pura didepan siswa.

vii.            Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.

Jika diatas telah diuraikan hal-hal yang harus diperhatikan maka berikut adalah peran guru dalam
melaksanakan proses belajar-mengajar :

1. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa aman, dan


berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan dan
perhatian. Suasana yang demikian dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan dapat
menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
2. Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kemampuan-kemampuan,
sikap, minat dan pembawaannya.
3. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik.
4. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siwa untuk memperoleh hasil yang
lebih baik.
5. Membantu memilih jurusan yang cocok yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

Disamping tugas-tugas tersebut, guru juga dapat melakukan tugas-tugas bimbingan dalam proses
pembelajaran seperti berikut :

Melakukan kegiatan diagnostik kesulitan belajar. Dalam hal ini guru mencari tahu sumber-
sumber kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dengan cara :

1)      Menandai siswa yang diperkirakan mengalami masalah, dengan jalan melihat prestasi
belajarnya yang paling rendah atau berada dibawah nilai rata-rata kelasnya.
2)      Mengidentifikasi mata pelajaran dimana siswa mendapat nilai rendah (dibawah rata-rata
kelas).

3)      Menelusuri bidang/bagian dimana siswa mengalami kesulitan yang menyebabkan nilainya
rendah. Dengan demikian, dapat ditemukan salah satu sumber penyebab timbulnya kesulitan
belajar.

4)      Melaksanakan tindak lanjut, apakah perlu pelajaran tambahan dengan bimbingan dari guru
secara khusus atau tindakan-tindakan lainnya.

ii.            Guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya
kepada murid dalam memecahkan masalah pribadi. Masalah-masalah yang belum terpecahkan
dan berada diluar batas kewenangan guru dapat dialihkan kepada guru yang lebih ahli menangani
masalah tersebut.

b.     Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di Luar Kelas

Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses belajar-mengajar atau
dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan diluar kelas. Tugas-tugas bimbingan
itu antara lain

I. Memberikan pengajaran perbaikan


II. Memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa
III. Melakukan kunjungan rumah
IV. Menyelenggarakan kelompok belajar. (Soetjipto & Raflis ,2007:107-110)

9.      Kerja Sama Guru dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan

Dalam kegiatan-kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara guru dan
konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses
pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan, sebaliknya layanan bimbingan
disekolah perlu dukungan arau bantuan guru.
Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan konselor
sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak
(guru dan konselor) menuntut adanya kerja sama tersebut.

Konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan:

1. Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa


2. Keterbatasan konselor sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua bentuk layanan
seperti memberikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi tertentu, dan sebagainya.

Dilain pihak guru juga mempunyai keterbatasan sebagai berikut:

1. Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-macam,


karena guru tidak terlatih melaksanakan semua tugas itu.
2. Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi ditambah tugas
yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah yang dihadapi siswa.

Didalam menangani kasus-kasus tertentu, konselor perlu menghadirkan guru atau pihak-pihak
terkait guna membicarakan pemecahan masalah yang dihadapi siswa.Kegiatan semacam ini
disebut dengan koferensi kasus.Bila guru menemui masalah yang berada diluar batas
kewenangannya, guru dapat mengalihtangankan masalah siswa tersebut kepada konselor.

Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan disekolah, dikoordinasikan oleh


konselor, dengan demikian pelaksanaan kegiatan bimbingan oleh para guru tidak lepas begitu
saja, tetapi dipantau oleh konselor.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Bimbingan dan konseling di sekolah sebagai layanan profesional yang bertujuan untuk
membantu proses perkembangan pribadi dan mengatasi masalah yang seringkali dihadapi siswa.
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan bersama, semua personel sekolah (guru, konselor,
dan lain-lain) mempunyai peran masing-masing dalam pelaksanaan program bimbingan dan
konseling. Terlepas dari peranan personel pendidikan lain disekolah, guru mempunyai peranan
amat penting dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah. Hal ini disebabkan oleh posisi guru yang
memungkinkannya bergaul lebih banyak dengan siswa sehingga mempunyai kesempatan tatap
muka lebih banyak dibandingkan dengan personel sekolah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

 Soetjipto; Raflis Kosasi.2007.Profesi Keguruan. Jakarta:Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai