Dosen Pengampu :
Dian Oktary, S.Pd, M.Pd
Disusun oleh :
Kelompok 11
Annisa Fadila (2305112739)
Irena Listya (2305114438)
Vanya Nayla Abdullah (2305125388)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................1
1.3 Tujuan .........................................................................................................................1
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Bimbingan Konseling................................................................................2
2.2 Tujuan Bimbingan Konseling......................................................................................3
2.3 Guru mata Pelajaran....................................................................................................3
2.4 Peran guru mata Pelajaran...........................................................................................4
2.5 Peran Guru Dalam Menyiapkan Lingkungan Belajar Siswa………………………...6
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan mempunyai peran dan tanggungjawab
sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Masing-masing peran harus berjalan secara sinergis dan
saling melengkapi sehingga membentuk suatu sistem yang harmonis. Peran guru mata
pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan
belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Ini terasa cukup
untuk menggambarkan, bahwa tugas guru bukanlah hanya untuk menyampaikan segudang
materi dengan teori-teori konsep yang begitu rumit, tetapi seorang guru juga memiliki tugas
dan tanggung jawab untuk memberikan bimbingan serta konseling kepada para peserta
didiknya untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh para murid.
1
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian
Istilah "bimbingan" merupakan terjemahan dari kata "guidance" jika diterjemahkan
artinya bantuan atau pertolongan. Berdasarkan arti ini, secara etimologis, bimbingan herarti
bantuan atau tuntutan atau pertolongan: tetapi tidak semua bantuan atau pertolongan berarti
konteksnya bimbingan. Bantuan atau pertolongan yang bermakna bimbingan konteksnya
sangat psikologis.
Menurut Dewa Ketut Sukardi, bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang
atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar
individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.
Selanjutnya menurut Prayitno dan Erman Amti, bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu,
baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana
yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Definisi dari bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus menerus dari
seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam
rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan
menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang
normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya
sendiri maupun bagi lingkungannya (Hallen A, 2005).
Berdasarkan pendapat para pakar di atas, bimbingan yang memiliki arti khusus bantuan
atau pertolongan. Secara lebih dalam merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh orang yang berpengalaman atau ahli kepada individu atau kelompok untuk memberikan
bantuan baik dalam proses perkembangannya maupun penyelesaian masalah. Dengan tujuan
agar individu dapat menjadi pribadi yang mandiri menentukkan cita-citanya. dalam
menyelesaikan masalahnya dan
Setelah mengetahui definisi dari bimbingan, penulis mencoba menemukan arti dari
konseling. Istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris "counseling" di dalam kamus
memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan
2
pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan artinya, secara etimologis berarti pemberi
nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Menurut Prayitno dan Erman Amti, konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (di sebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami masalah (di sebut klien) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi klien.
3
b) Mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta
pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
c) Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa
siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
d) Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan kegiatan
bimbingan dan konseling untuk mengikuti kegiatan yang dimaksudkan itu.
e) Menangani masalah siswa.
f) Mengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan
dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
4
Dalam kedudukannya yang strategis, yakni berhadapan langsung dengan siswa, guru
dapat berperan sebagai mediator antara siswa dan konselor. Hal itu tampak misalnya saat
seorang guru diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi siswa yang memerlukan
bimbingan dan konseling kepada konselor sekolah.
d. Guru sebagai motivator
Dalam peranan ini, guru dapat berperan sebagai pemberi motivasi siswadalam
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, sekaligus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan konseling, misalnya pada saat
siswa seharusnya mengikuti pelajaran di kelas. Tanpa kerelaan guru dalam memberi
kesempatan kepada siswa menerima layanan, layanan konseling perorangan akan sulit
terlaksana mengingat terbatasnya jam khusus bimbingan dan konseling pada sekolah-
sekolah kita.
e. Guru Sebagai Kolaborator
Sebagai mitra seprofesi, yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik di sekolah, guru dapat
berperan sebagai kolaborator konselor di sekolah, misalnya dalam penyelenggaraan
berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan pembelajaran, atau dalam pelaksanaan
kegiatan pendukung seperti konferensi kasus, himpunan data dan kegiatan
lainnya yang relevan.
Guru mata pelajaran merupakan salah satu personel sekolah yang mempunyai peranan
penting dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Tugas dan tanggung jawab
utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Akan tetapi, bukan berarti
guru sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan
efektivitas dan efisien pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam pelayanan
bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran memiliki peranan sebagai informatory yaitu
berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam
memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pada umumnya. Melalui
peranan ini, guru dapat menginformasikan berbagai hal tentang layanan bimbingan dan
konseling, tujuan, fungsi, dan manfaatnya bagi siswa, peran guru sebagai fasilitator yaitu
ketika dilangsungkan layanan pembelajaran baik itu yang bersifat preventif ataupun kuratif.
5
Dibandingkan konselor, guru lebih memahami tentang keterampilan belajar yang perlu
dikuasai siswa pada mata pelajaran yang diajarnya, peran guru sebagai mediator yaitu saat
seorang guru diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi siswa yang memerlukan
bimbingan dan konseling kepada konselor sekolah, peran guru sebagai motivator guru dapat
berperan sebagai pemberi motivasi siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah, sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
layanan konseling, dan peran guru sebagai kolaborator yaitu dalam penyelenggaraan
berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan pembelajaran, atau dalam pelaksanaan
kegiatan pendukung. Meskipun setiap guru ada perbedaan pada cara memberikan pelayanan,
tetapi mereka memiliki satu tujuan yang sama, yaitu membentuk pribadi siswa yang lebih
baik dan berkualitas.
6
masyarakat, kebiasaan belajar siswa, pengalaman dan pengetahuan siswa, metode belajar
yang serasi dan materi yang sesuai dengan minatnya.
3. Guru sebagai Peramal
Peran guru sebagai peramal tau pendiagnosis kemajuan belajar murid erat kaitannya
dengan tugas mengevaluasi kemajuan belajar siswa. Penilaian memiliki arti yang penting,
baik bagi siswa, orangtua dan guru sendiri. Bagi siswa agar mereka mengetahui seberapa
jauh mereka telah berhasil dalam studinva, bagi orangtua agar mereka mengetahui
kemajuan belajar anakya, dan bagi guru penting untuk menilai dirinya sendiri dan
efektivitas pengajaran yang telah diberikannya. Dalam pada itu, data yang terkumpul
tentang diri siswa sebagian menunjukkan beberapa kelemahan yang memerlukan
perbaikan melalui prosedur bimbingan yang efektif. Dalam menjalankan peranan ini,
seharusya guru mampu melaksanakan dan mempergunakan tes-tes yang telah dibakukan,
melaksanakan tes formatif, sumatif, sera memperkirakan perkembangan anak didiknya.
4. Guru sebagai Pemimpin
Guru adalah pemimpin dalam kelasnya sekaligus sebagai anggota kelompok-kelompok
dari siswa. Banyak tugas yang sifatnya manajerial yang harus dilakukan ole guru, seperti
memelihara ketertiban kelas, mengatur ruangan, bertindak sebagai pengurus rumah tanga
kelas, menyusun laporan bagi pihak yang memerlukannya.
5. Guru sebagai Petujuk Jalan Kepada Sumber-sumber
Guru berkewajiban menyediakan berbagai sumber yang memungkinkan siswa dapat
memperoleh pengalaman yang banyak. Lingkungan sumber itu perlu ditunjukkan kepada
siswa kendati pada hakikatnya siswa sendiri yang berusaha menemukannya. Tentu saja,
sumber-sumber yang ditunjukkan itu adalah sumber-sumber yang coco untuk membantu
proses belajar mereka.
Curtis mengemukakan bahwa guru memiliki komponen-komponen lingkungan tertentu,
yang terdiri dari: (1) sumber-sumber guru, (2) sumber-sumber manusia, (3) sumber-
sumber masyarakat, (4) sumber-sumber media, dan (5) sumber-sumber kepustakaan. Jadi,
jelaslah bahwa sumber belajar itu memang sangat luas. Kemampuan guru menyediakan
dan menunjukkan jalan ke arah sumber-sumber tersebut sangat diperlukan. Kemampuan
ini merupakan bagian integral dari kompetensi profesional guru. Barangkali perlu pula
kita catat uraian singkat dari Norman Mackenzie dan kawan-kawannya, bahwa dalam
7
rangka inovasi pendidikan, diperlukan sumber yang layak dan kaya pengetahuan. Dia
menyatakan bahwa dalam rangkaian New Recources in laming, televisi, laboratorium
bahasa, sumber audio visual, teaching maching. than komputer dan program
instruksional, semua merupakan sumbs. informasi untuk belajar. Sumber-sumber belajar
itu sangat diperiukan, terutana dalam meningkatkan mutu pendidikan tinggi.
6. Guru sebagai Fasilitator Belajar
Sebagai fasilitator, guru berperan sebagai pembantu dalam pengalaman belajar,
membantu perubahan lingkungan seta membantu terjadinya proses belaiar yang serasi
dengan kebutuhan dan keinginan. Guru berkewaiiban sebagai berikut.
1. Menciptakan iklim kelas atau pengalaman kelas.
2. Membantu membuka rahasia dan menjelaskan maksud-maksud individu dalam kelas.
3. Mengimplementasikan tujuan-tujuan yang bermakna bagi siswa.
4. Mengorganisasi dan mempermudah serta memperluas sumber-sumber belajar.
5. Menjawab ekspresi kelompok kela dengan menerima kepuasan intelektual dan sikap
emosional siswa.
6. Memandang dirinya sebagai sumber yang fleksibel untuk dimanfaatkan oleh
kelompok.
7. Bertindak sebagai peserta anggota kelompok dan memberikan pendapatnya sebagai
individu.
8. Tetap berhati-hati terhadap pernyataan yang dalam dan kuat.
9. Berusaha menyadari dan menerima keterbalasannva sendiri.
Peranan sebagai fasilitator mengandung implikasi bagi guru dalam bentuk peranan
sebagai berikut.
1) Guru sebagai perimpin dalam proses kelompok. Dalam proses kelompok teriadi
pengembangan dan pertumbuhan sosial melalui proses sosialisasi yang sesuai,
perkembangan bagi intelektual, dan pengembangan berbagai keterampilan sosial
lainnya. Hal ini karena belajar bekerja dalam kelompok kecil maupun besar adalah
waib. Guru harus memalami sepenuhnya akan arti kelompok dan memberikan
rangsangan tingkah laku konseptual serta menerima umpan balik darinya. Agar
mampu mengemban tugasnya dalam proses kelompok it, guru dituntut memiliki
8
berbagai keterampilan, misalnya cara memilih pemimpin, merumuskan tujuan-tujuan
kelompok, mendiskusikan nilai-nilai serta memperimbangkan nilai-nilai, serta
mempertimbangkan cara pemecahan yang mungkin dari kelompok.
2) Memberikan bimbingan dan pelayanan kepada siswa. Dalam rangka mempermudah
dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar, sudah tentu banyak masalah
dan current issues yang dihadapi oleh siswa baik dalam segi belajar maupun dalam
segi pribadi. Bimbingan yang diberikan oleh guru adalah pemberian fasilitas belajar
bagi siswa sebab melalui bimbingan itu, guru dapat mendorong dan membantu siswa
mengatasi kesulitannya dan sekaligus memberi jalan yang seharusya ditempuh oleh
siswa agar berhasil.
3) Model peranan. Guru senantiasa perlu menempuh kerja sama dengan siswa-siswanya.
Para siswa berkecenderungan meniru tingkah laku guru dan orangtua atau orang
dewasa lainnya, kendati kita tidak tahu persiapan dan bagaimana peniruan itu
dilakukan. Karena itu, guru senantiasa harus waspada dan menyadari perlunya
penguasaan model-model berbagai peranan orang dewasa. Melalui bermain peranan
dalam kelas dan pengalaman kelompok, siswa dilatih keterampilannya dalam
memainkan peranan-peranan tertentu.
9
Kegagalan atau keberhasilan situasi belajar mengajar sangat bergantung pada seni dan
keterampilan guru. Guru harus terbuka dan menyentuh kehidupan siswa, terutama dalam
pelaksanaan perubahan kurikulum. Pi samping perlu mendapat dukungan administratif, guru
perlu pula memiliki ide-ide sendiri. Apa yang dinginkan oleh guru, misalnya pendalaman
pemahaman dan perluasan horizon intelektual.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peran guru dalam pelaksanaan bimbingan konseling sangat urgen dalam rangka
tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik. Peran guru dalam memberikan
bimbingan konseling kepada siswa seperti siswa yang merasa ada kesulitan dalam
belajarnya, sehingga dengan perannya guru perlu mencari sumber-sumber kesulitan
belajar yang dialami siswa. Guru dengan perannya dalam melaksanakan bimbingan
konseling memberikan bantuan kepada siswa sesuai dengan batas kemampuan yang
dimiliki guru dan batas kewenangannya dalam memecahkan masalah pribadi siswa
yang dipandang guru tepat untuk menangani permasalahan
11
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno dan Erman. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Pusat
perbukuan, Depdiknas.
Nawahelida, Laila. Peran Guru Bidang Studi Terkait dengan Pelayanan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. academia.edu. Diakses pada 8 November 2023.
https://www.academia.edu/36528370/Peran_Guru_Bidang_Studi_Terkait_dengan_Pelayanan_Bi
mbingan_dan_Konseling_di_Sekolah
Fitriah, Nurul.(2017). Script: Peran Guru Mata Pelajaran dalam Pelayanan Bimbingan dan
Konseling. Diakses pada 9 November 2023.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35196/2/NURUL%20FITRIAH-
FITK.pdf
12
13