SIKAP GURU
Disusun Oleh
DAFTAR ISI.................................................................................................. .. ii
BAB I......... PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................... .. 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................. .. 2
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah.................................................. .. 2
BAB II........ PEMBAHASAN KONSEP PROFESI KEPENDIDIKAN..... 3
2.1 Pengertian Profesi................................................................. .. 3
2.2 Syarat-Syarat Profesi............................................................. .. 6
2.3 Kode Etik Profesi Kependidikan.......................................... 14
2.4 Perkembangan Profesi Kependidikan................................... 15
2.5 Fungsi Organisasi Profesional Kependidikan dan Jenisnya.. 17
2.6 Sikap profesional keguruan................................................... 18
BAB III...... PENUTUP.................................................................................. 22
3.1 Kesimpulan............................................................................ 22
3.2 Saran...................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Pendidikan adalah suatu bentuk investasi jangka panjang yang
penting bagi seorang manusia. Pendidikan yang berhasil akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan
di masyarakat seta tidak menyusahkan orang lain. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju
mengakui bahwa pendidik / guru merupakan satu diantara sekian banyak unsure pembentuk utama calon anggota
masyarakat. Namun, wujud pengakuan itu berbeda-beda antara satu masyarakat dan masyarakat yang lain. Sebagian
mengakui pentingnya peranan guru itu dengan cara yang lebih konkrit, sementara yang lain masih menyangsikan
besarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk masyarakat yang sering menggaji guru lebih rendah daripada yang
sepantasnya.
Demikian pula, sebagian orang tua kadang-kadang merasa cemas ketika menyaksikan anak-anak mereka
berangkat ke sekolah, karena masih ragu akan kemampuan guru mereka. Di pihak lain setelah beberapa bulan
pertama mengajar, guru-guru pada umumnya sudah menyadari betapa besar pengaruh terpendam yang mereka
miliki terhadap pembinaan kepribadian peserta didik. Kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang guru
serta berbagai pandangan masyarakat terhadap peranannya telah mendorong para tokoh dan ahli pendidikan untuk
merumuskan ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan kualifikasi yang seharusnya dipenuhi oleh guru, sebagai
pengajar guru mempunya tugas menyelenggarakan proses belajar-mengajar tugas yang mengisi porsi terbesar dari
profesi keguruan ini pada garis besarnya meliputi minimal empat pokok, yaitu :
1. menguasai bahan pengajaran
2. merencanakan program belajar-mengajar
3. melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar-mengajar serta,
4. menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar
Kemudian aspek-aspek apa saja yang dapat mendorong seorang guru dapat mengembangkan proses belajar
mengajar? Apa indikatornya? Serta kompensasi macam apa yang dijalankan guna tercapainya proses belajar
mengajar dalam upaya mengembangkan profesionalismenya?
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mempermudah kita dalam memahami materi tentang Profesi Keguruan, penulis akan membuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa Pengertian profesi ?
2. Apa saja syarat-syarat profesi ?
3. Kode etik keguruan ?
4. Bagaimana perkembangan profesi keguruan ?
5. Fungsi dan jenis-jenis organisasi keguruan ?
6. Sikap profesional keguruan ?
2.2 Syarat-Syarat Profesi Keguruan
Profesi menunjukkan lapangan yang khusus dan mensyaratkan studi dan penguasaan pengetahuan khusus yang
mendalam. Profesi kependidikan dalam hal ini, guru merupakan suatu profesi karena dia memiliki 4 persyaratan
yang telah dibahas sebelumnya. Jadi dapat kita simpulkan pengertian dari profesi kependidikan/
keguruan adalah keahlian khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi
mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan (guru) serta menuntut keprofesionalan pada
bidang tersebut.
Adapun syarat-syarat atau kriteria jabatan guru menurut NEA ( National Education Association ) 1948,
menyarankan kriteria berikut :
a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual
Disebut jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual karena mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya
sangat didominasi kegiatan intelektual. Lebih lanjut dapat diamati, bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota
profesi ini adalah dasar bagi persiapan professional lainnya. Oleh sebab itu, mengajar seringkali disebut sebagai
ibu dari segala profesi (Stinnet dan Hugget, 1963).
b. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus
Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota mereka dari orang awam,
dan memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang jabatannya. Anggota –anggota suatu profesi
menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan,
amatiran yang tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang ingin mencari keuntungan (misalnya orang-orang yang
tidak bertanggung jawab yang membuka praktek dokter). Namun, belum ada kesepakatan tentang bidang ilmu
khusus yang melatari pendidikan (education)atau keguruan (teaching) (ornstein and Livine, 1984).
Sementara itu, ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral sciences),ilmu pengetahuan alam, dan bidang
kesehatan dapat dibimbing langsung dengan peraturan dan prosedur yang ekstensif dan menggunakan metodologi
yang jelas Ilmu pendidikan kurang terdefinisi dengan baik. Di samping itu, ilmu yang terpakai dalam dunia nyata
pengajaran masih banyak yang belum teruji avalidasinya dan yang disetujui sebagian besar ahlinya (Gideonse, 1982,
dan woodring, 1983).
Sebagai hasilnya, banyak orang khususnya orang awam, seperti juga dengan para ahlinya, selalu berdebat dan
berselisih, malahan kadang-kadang menimbulkan pembicaraan yang negatif. Hasil lain dari bidang ilmu yang belum
terdefinisi dengan baik ini adalah isi dari kurikulum pendidikan guru berbeda antara satu tempat dengan tempat
lainnya, walaupun telah mulai disamakan dengan menentukan topik-topik inti yang wajib ada dalam kurikulum.
Banyak guru di sekolah diperkirakan mengajar di luar dan bidang ilmu yang cocok dengan ijazahnya; misalnya
banyak guru matematika yang tidak mendapatkan mayor dalam matematika sewaktu dia belajar pada lembaga
pendidikan guru, ataupun mereka tidak disiapkan untuk mengajar matematika. Masalah ini sangat menonjol dalam
bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam, walaupun sudah agak berkurang dengan adanya persediaan guru
yang cukup sekarang ini.
Apakah guru bidang ilmu pengetahuan tertentu juga ditentukan oleh baku pendidikan dan pelatihannya?
Sampai saat pendidikan guru banyak yang ditentukan dari atas, ada juga waktu pendidikannya cukup dua tahun saja,
ada yang perlu tiga tahun atau harus empat tahun. Untuk melangkah kepada jabatan profesional, guru harus
mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam membuat keputusan tentang jabatannya sendiri. Organisasi guru
harus mempunyai kekuasaan dan kepemimpinan yang potensial untuk bekerja sama, dan bukan didikte dengan
kelompok yang berkepentingan, misalnya oleh lembaga pendidikan guru atau kantor wilayah pendidikan guru atau
kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan beserta jajarannya.
c. Jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama
Lagi-lagi terdapat perselisihan pendapat mengenai hal ini. Yang membedakan jabatan profesional dengan non-
profesional antara lain adalah dalam penyelesaian pendidikan melalui kurikulum, yaitu ada yang diatur
universitas/institut atau melalui pengalaman praktek dan perpemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah.
Yang pertama, yakni pendidikan melalui perguruan tinggi disediakan untuk jabatan profesional, sedangkan yang
kedua, yakni pendidikan melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah
diperuntukan bagi jabatan non-profesional (omstein dan levine, 1984). Tetapi jenis kedua ini tidak ada lagi di
indonesia.
Anggota kelompok guru dan yang berwenang di departemen pendidikan dan kebudayaan berpendapat bahwa
persiapan profesional yang cukup lama amat perlu untuk mendidik guru yang berwenang. Konsep ini menjelaskan
keharusan memenuhi kurikulum perguruan tinggi, yang terdiri dari pendikan umum, profesional, dan khusus,
sekurang-kurangnya empat tahun lagi bagi guru pemula (S1 di LPTK), atau pendidikan persiapan profesional di
LPTK paling kurang selama setahun setelah mendapat gelar akademik S1 di perguruan tinggi non LPTK. Namun,
sampai sekarang di indonesia , ternyata masih banyak guru yang lama pendidikan mereka sangat singkat, malahan
masih ada yang hanya seminggu, sehingga tentu saja kualitasnya masih sangat jauh untuk dapat memenuhi
parsyaratan yang kita harapkan.
d. Jabatan yang memerlukan “Latihan dalam jabatan” yang berkesinambungan
Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional, sebab hampir tiap tahun guru
melakukan berbagai kegiatan latihan profesional, baik yang mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa kredit.
Malahan pada saat sekarang bermacam-macam pendidikan profesional tambahan diikuti guru-guru dalam
menyetarakan dirinya dengan kualifikasi yang telah ditetapkan. ( Ingat penyetaraan D-II untuk guru-guru SD, dan
penyetaraan D-III untuk guru-guru SLTP, baik melalui tatap muka di LPTK tertentu maupun lewat pendidikan jarak
jauh yang di koordinasikan Universitas Terbuka).
Di lihat dari kacamata ini, jelas kriteria ke empat ini dapat di penuhi bagi jabatan guru di negara kita.
e. Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen
Di luar negeri barangkali syarat jabatan guru sebagai karier permanen merupakan titik paling lemah dalam
menuntut bahwa mengajar adalah jabatan profesional. Banyak guru baru yang hanya bertahan selama satu atau dua
tahun saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka pindah kerja ke bidang lain, yang lebih banyak menjanjikan
bayaran yang lebih tinggi. Untunglah Indonesia kelihatannya tidak begitu banyak guru yang pindah k bidang lain,
walaupun bukan berarti pula bahwa jabatan guru di Indonesia mempunyai pendapatan yang tinggi. Alasannya
mungkin karena lapangan kerja dan sistem pindah jabatan yang agak sulit. Dengan demikian kriteria ini dapat
dipenuhi oleh jabatan guru di Indonesia.
f. Jabatan yang menentukan standarnya sendiri
Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk jabatan guru ini sering tidak diciptakan
oleh anggota profesi sendiri, terutama di negara kita. Baku jabatan guru masih sangat banyak diatur oleh pihak
pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.
Sementara kebanyakan jabatan mempunyai patokan atau persyaratan yang seragam untuk meyakinkan
kemampuan minimum yang diharuskan, tidak demikian halnya dengan jabatan guru. Dari pengalaman beberapa
tahun terakhir penerimaan calon mahasiswa LPTK didapat kesan yang sangat kuat bahwa skor nilai calon
mahasiswa yang masuk ke lembaga pendidikan guru jauh lebih rendah dibandingkan dengan skor calon yang masuk
ke bidang lainnya. Permasalahan ini mempunyai akibat juga dalam hasil pendidikan guru nantinya, karena
bagaimanapun juga mutu lulusan akan sangat dipengaruhi oleh mutu masukan atau bahan bakunya, dalam hal ini
mutu calon mahasiswa lembaga pendidikan guru.
Dalam setiap jabatan profesi setiap anggota kelompok dianggap sanggup untuk membuat keputusan
profesional berhubungan dengan iklim kerjanya. Para profesional biasanya membuat peraturan sendiri dalam daerah
kompetensinya, kebiasaan dan tradisi yang berhubungan dengan pengawasan yang efektif tentang hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaan dan hal-hal yang berhubungan dengan langganan (klien)nya. sebetulnya pengawasan
luar adalah musuh alam dari profesi, karena membatasi kekuasaan profesi dan membuka pintu terhadap pengaruh
luar (Ornstein dan levine, 1984).
Dokter dan pengacara misalnya, menyediakan layanan untuk masyarakat, sementara kliennya membayar untuk
itu, namun tak seorangpun mengaharap bahwa orang banyak atau klien akan menulis resep ataupun yang menulis
kontrak. Bila klien ikut mempengaruhi keputusan dari praktek dokter atau pengacara, maka hubungan profesional-
klien berakhir. Ini pada hakekatnya berarti mempertahankan klien dari mangsa ketidaktahuannya, disamping juga
menjaga profesi dari penilaian yang tidak rasional dari klien atau khalayak ramai.
Peter Blau dan W Richard Scott (1965 : 51 – 52) menulis:
“profesional service... requires that the (profesional) maintain independence of judgement and not permit the
clients’wishers as distinguished from their interests to influence his decisions.”
Para profesioanal harus mempunyai pengetahuan dan kecakapan dalam membuat penilaian, sebaiknya tidak
demikian dengan klien, sebagaimana ditulis Blau dan Scott.
“and the clients not qualified to evaluate the service he needs.”
Profesional yang membolehkan langganannya untuk mengatakan apa yang dia kerjakan akan gagal dalam
memberikan layanan yang optimal.
Bagaimana dengan guru? Guru, sebagaimana sudah diutarakan juga diatas, sebaiknya membolehkan orang tua,
kepala sekolah, pejabat kantor wilayah, atau anggota masyarakat lainnya mengatakan apa yang harus dilakukan
mereka. Otonomi profesional tidak berarti bahwa tidak ada sama sekali kontrol terhadap profesional. Sebaliknya ini
berarti bahwa kontrol yang memerlukan kompetensi teknis hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang
mempunyai kemampuan profesional dalam hal itu.
Kelihatannya untuk masa sekarang sesuai dengan kondisi yang ada di negara kita, kriteria ini belum dapat
secara keseluruhan dipenuhi oleh jabatan guru.
g. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi
Jabatan mengajar adalah jabatanyang mempunyai nilai sosial yang tinggi, tidak perlu diragukan lagi. Guru
yang baik akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari warga negara masa depan.
Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu jabatan yang anggotanya termotivasi oleh keinginan
untuk membantu orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi atau keuangan. Kebanyakan guru memilih
jabatan ini berdasarkan apa yang dianggap baik oleh mereka yakni mendapatkan kepuasan rohaniah ketimbang
kepuasan ekonomi atau lahiriah. Namun, ini tidak berarti bahwa guru harus dibayar lebih rendah tetapi juga jangan
mengharapkan akan cepat kaya bila memilih jabatan guru. Oleh karena itu, tidak perlu diragukan lagi bahwa
persyaratan ketujuh ini dapat dipenuhi dengan baik.
h. Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang kuat untuk dapat mewadahi tujuan
bersama dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal, jabatan guru telah memenuhi kriteria ini dan dalam hal
lain belum dapat dicapai. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah
seluruh guru mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan atas, dan ada pula Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia (ISPI) yang mewadahi seluruh sarjan pendidikan. Di samping itu, juga telah ada kelompok
guru mata pelajaran sejenis, baik pada tingkat daerah maupun nasional, namun belum terkait secara baik dengan
PGRI. Harus dicarikan usaha yang sungguh-sungguh agar kelompok-kelompok guru mata pelajaran sejenis itu tidak
dihilangkan, tetapi dirangkul ke dalam pangkuan PGRI sehingga merupakan jalinan yang amat rapi suatu profesi
yang baik.
Berdasarkan analisi ini tampaknya jabatan guru belum sepenuhnya dapat dikategorikan sebagai suatu profesi
yang utuh, dan bahkan banyak orang sependapat bahwa guru hanya jabatan semiprofesional atau profesi yang baru
muncul (emerging profession) karena belum semua ciri-ciri diatas dapat dipenuhi .
Menurut Amitai Etzioni (1969 : p. v.), guru adalah jabatan semi profesional di sebabkan oleh :
“... the training (of teachers)is shorthers, their status less legitimated (low or moderate), their right to privilaged
communication less estabilish; theirs is less of specialized knowledge, and they have less autonomy from
supervision or sociated control than ‘the professions’...”
Setelah dibicarakan profesionalisasi secara panjang lebar, mungkin timbul pertanyaan, untuk apa dibicarakan
profesionalisasi dalam dunia kependidikan? Kalau di pahami secara baik kriteria jabatan profesional yang telah
dibicarakan diatas, maka jelaslah bahwa jabatan profesional sangat memperhatikan layanan yang diberikan kepada
masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka menjaga dan meningkatkan layanan ini secara optimal serta menjaga agar
masyarakat jangan sampai dirugikan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, tuntutan jabatan profesional
harus sangat tinggi. Profesi kependidikan, khusunya profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat
dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan alasan tersebut, jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang
keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan
yang akan diberikan kepada masyarakat. Lebih khusus lagi, Sanusi et al. (1991) mengajukan enam asumsi yang
melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan (dan bukan dilakukan secara acak saja), yakni sebagai
berikut:
1. subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan perasaan, dan dapat
dikembangkan segala potensinya; sementara itu pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai
martabat manusia.
2. Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka pendidikan menjadi normatif yang
diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara universal, nasional, maupun lokal, yang merupakan acuan
para pendidik,peserta didik, dan pengelola pendidikan.
3. Teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesis dalam menjawab permasalahan pendidikan.
4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi yang baik untuk
berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul tersebut.
5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara peserta didik dengan pendidik,
yang memungkinkan peserta didik tumbuh kearah yang dikehendaki oleh pendidik dan selaras dengan nilai-nilai
yang dijunjung tinggi masyarakat.
6. Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yakni menjadikan manusia sebagai manusia yanng baik
(dimensi intrinsik), dengan misi intsrumental yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu.
1. Pengertian
Guru sebagai pendidik profesional selayaknya mempunyai citra yang baik dimasyarakat atau ungkapan dari bahasa
jawa digugu dan ditiru disingkat jadi guru. Sikap profesional keguruan yaitu sikap guru yang berhubungan dengan
pola tingkah laku guru dalam memahami, menghayati dan mengamalkan sikap kemampuan dan sikap
profesionalnnya.
2. Saran sikap profesional
1. Sikap terhadap peraturan perundang-undangan
Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan ( kode etik butir 9 ) dalam rangka
pembangunan dibidang pendidikan di indonesia.
Depdiknas mengeluarkan ketentuan dan peraturan yang merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh
aparatnya. Pada garis besarnya kebijakan itu antara lain meliputu : peningkatan mutu, pemerataan, efisiensi, dan
relevansi.
Guru adalah aparatur dan abdi negara, karena itu guru itu mutlak harus mengetahui kebijaksanaan pemerintah
dalambidang pendidikan yaitu segala peraturan pelaksanaan, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah, misalnya
peraturan tentang kurikulum, biaya pendidikan, sarana dan prasarana dan lain-lain.
2. Sikap terhadap organisasi profesi
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan
pengabdian.
3. Sikap terhadap teman sejawat
Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial ( ayat 7 kode etik ) yaitu
guru hendaknya :
a. Menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya.
b. Menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial didalam dan diluar lingkungan
kerjanya.
Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia yang berjiwa pancasila. Fungsi dan tujuan
pendidikan nasional jelas terdapat UU no 20 tahun 2003 pasal 4 yang berbunyi. “ pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab “.
Prinsip lainnya adalah membimbing yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya yang
terkenal berisi tiga kalimat padat dalam sistem ini. “ ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani “. Karena itu guru tidak hanya mengajar, tetapi mendidik serta melatih peserta didik, sebagai satu
kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani.
5. Sikap terhadap tepat kerja
“ guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang keberhasilan PBM “ ( kode etik ayat 4)
Tanggung jawab mendidik tidak hanya dipundak pemerintah, tetapi orang tua dan masyarakat bertanggung jawab
terhadapnya oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara guru, orang tua dan masyarakat sekitar ( kode
etik ayat 5 ).
6. Sikap terhadap pemimpin
Sikap seorang guru terhadap seorang pemimpin harus psitif, dalam arti harus kerjasama dalam menyukseskan
program yang sudah disepakati baik disekolah maupun diluar sekolah.
7. Sikap terhadap pekerjaan
Tugas guru dalam melayani anak didik sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi. Orang yang
memilih karir sebagai gurubiasanya akan berhasil baik, apabila dia mencintai karirnya sepenuh hati. Guru selalu
dituntut secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan mutu l.ayanan.
“ guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya “.
( Kode etik ayat 6 )
8. Pengembanagan sikap
Dalam pendidikan prajabatan calon guru dididik dalam berbagai pengertian, sikap dan keterampilan yang diperlukan
dalam pekerjaannya kemudian. Pembentukan sikap yang baik harus dibina sejakcalon guru memulai pendidkan
dilembaga pendidikan guru.
b. Pengembangan sikap selama dalam jabatan
Pengembangan dan peningkatan sikap dapat dilakukan secara formal melalui kegiatan mengikuti penataran, loka
karya seminar atau kegiatan ilmiah lainnya, dan bisa juga dilakukan secara informal misalnya melalui media televisi,
radio, koran dan majalah maupun publikasi lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tidak semua pekerjaan bisa dikatakan profesi, karena profesi memiliki 4 kriteria yang harus dipenuhi.
Untuk profesi kependidikan pada mula perkembangannya masih belum dapat dikatakan sebagai profesi. Guru mulai
diakui sebagai profesi ketika adanya pencangangan guru sebagai profesi pada tanggal 2 Desember 2004. PGRI
sebagai organisasi guru yang diakui pemerintah mempunyai kode etik yang mengatur anggotanya agar sesuai
dengan tujuan, misi-visi PGRI serta melindungi masyarakat dari layanan tak semestinya dari guru. Selain PGRI,
adapula MGMP dan ISPI sebagai organisasi kependidikan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pasal 31 UUD 1945 mengamanatkan bahwa Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara tetapi pendidikan
dasar merupakan kewajiban yang harus diikuti oleh setiap warga negara dan pemerintah wajib membiayai kegiatan
tersebu.
2. Pendidikan menjadi salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang.
Namun, sampai dengan saat ini masih banyak orang miskin yang memiliki keterbatasan akses untuk memperoleh
pendidikan bermutu.
3.2 Saran
Dari makalah diatas penyusun menyarankan sebagai berikut :
a. Peranan guru tidak hanya mendidik anak didepan kelas, tetapi mendidik masyarakat,tempat bagi masyarakat untuk
bertanya, baik dalam memecahkan masalah pribadi ataupun masalah sosial.Untuk itu guru harus mendahulukan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadinya.
b. Guru yang profesional setidaknya memenuhi syarat-syarat profesi keguruan dan mengikuti perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Qomari, Reorientasi Pendidikan Dan Profesi Keguruan, Jakarta : Uhamka Press, 2002