PEMBAHASAN
Rumah Sakit mempunyai dampak yang cukup besar bagi kehidupan, seperti yang telah
di jelaskan dalam buku ini rumah sakit mempunyai dampak positif serta dampak negatif.
Dampak positifnya bagi masyarakat yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang yang sedang
sakit. Sedangkan dampak negatifnya dapat berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan,
yaitu bila limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik. Air limbah yang berasal dari
rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini di
sebabkan karena limbah air rumah sakit yang mengandung senyawa organik yang cukup
tinggi, mengandung senyawa senyawa kimia yang berbahaya serta mikroorganisme pathogen
yang dapat menyebabkan penyakit. Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang
berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi : limbah domestik cair
yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah cair klinis yakni air
limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, air bekas
cucian darah, air limbah laboratorium, dan lain sebagainya1.
Di dalam buku ini di jelaskan bahwa pada tahun 1990, WHO melaporkan bahwa di
Perancis pernah terjadi 8 kasus pekerja kesehatan yang terinveksi virus HIV, 2 di antaranya
menimpa petugas yang menangani limbah medis. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya
pengelolaan limbah yang baik tidak hanya pada limbah medis saja, akan tetapi meliputi
limbah rumah sakit secara keseluruhan. Buku ini juga membahas hasil Rapid Assessment pada
tahun 2002 yang di lakukan oleh Ditjen Direktorat Penyediaan Air dan Sanitasi yang
melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota, yang menyebutkan bahwa sebanyak 648
rumah sakit dari 1.476 rumah sakit yang ada, yang memiliki insinerator baru 49% dan yang
memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut
kualitas limbah cair yang telah melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat baru
mencapai 52% saja.
Limbah rumah sakit merupakan suatu bentuk limbah hasil proses kegiatan yang terjadi
di lingkungan rumah sakit sangat potensial menyebabkan penularan berbagai bibit bibit
penyakit. Untuk itu limbah rumah sakit di setiap daerah kota besar maupun kota kecil atau
daerah terpencil harus dikelola secara serius dan cermat, serta di butuhkan juga penanganan
atau kesadaran dari pemerintah dan pengelola rumah sakit, agar segala jenis kuman penyakit
yang di kandung di dalamnya tidak mengakibatkan pencemaran bagi lingkungan karena dapat
mengakibatkan penularan penyakit bagi masyarakat yang tinggal di sekitar rumah sakit itu
sendiri.
Dalam buku ini disebutkan bahwa, bentuk limbah atau sampah medis bermacam-
macam dan berdasarkan potensial bahaya yang di timbulkan dikelompokkan menjadi 8, yaitu
sebagai berikut :
2. Limbah Infeksius
Limbah Infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan
isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan
dengan pemeriksaan biologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penykit
menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ dan anggota badan, darah dan cairan
tubuh, sampah mikrobiologis, limbah pembedahan, limbah unit dialysis dan peralatan
yang terkontaminasi (medical waste).
4. Limbah Citotoksik
1
Pruss A, Giroult E, Rushbrook P,Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2005, hlmn 4.
Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi
dengan obat citotoksik selama proses peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
citotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik harus di bakar dalam incinerator
dengan suhu diatas 1000oC.
5. Limbah Farmasi
Limbah farmasi yang berasal dari obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang
terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-
obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak
dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan.
6. Limbah Kimia
Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan zat kimia dalam tindakan medis,
vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah
farmasi dan limbah citotoksik.
8. Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit, dan
sarana kesehatan lain seperti barang barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga
pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
Pada prinsipnya pengelolaan limbah medis rumah sakit merupakan bagian dari
kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang pada prinsipnya bertujuan untuk
memproteksi masyarakat dari potensi bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari
limbah medis rumah sakit. Di dalam buku ini telah dijelaskan pengelolaan limbah medis
rumah sakit, yaitu sebagai berikut :
A. Limbah padat
1. Pemisahan
- Golongan A (dressing bedah, swab, bahan kimia, dan seluruh jaringan manusia)
Dressing bedah yang kotor, swab, dan limbah lain yang terkontaminasi dari
ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak penampungan limbah medis
yang mudah dijangkau, bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat
produksi sampah. Kantong plastik tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu
hari sekali. Kemudian dikat kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di bak
sampah klinis. Bak sampah tersebut hendaknya juga hendaknya diikat kuat bila
mencapai tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah
kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut :
a. Sampah dari haemodialisis, sampah hendaknya dimusnahkan dengan
incinerator atau autoclaving.
b. Limbah dari unit lain, sampah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator atau
bisa dengan cara membuat sumur dalam yang aman. Semua jaringan tubuh,
plasenta, dll hendaknya ditampung pada bak limbah medis atau kantong lain
yang tepat kemudian dimusnahkan dengan incinerator.
- Golongan B (syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas, dan benda tajam
lain)
Syringe, jarum, dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup.
Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bilamana
penuh hendaknya diikat dan ditampung dalam bak sampah klinis sebelum diangkut
dan dimasukkan dalam incinerator.
2. Penampungan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai kebutuhan.
Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incineerator, sampah yang
tidak berbahaya dapat ditampung dengan sampah lain sambil menunggu
pengangkutan.
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal dan
pengangkutan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan
awal ke tempat pembuangan atau incinerator (pengolahan on-site). Dalam bagian ini
penulis tidak menjelaskan bagaimana pengangkutan eksternal itu berlangsung.
B. Limbah cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahan-
bahan organik dan anorganik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan Limbah
(UPL) dirumah sakit antara lain :
- Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)
- Kolam Oksidasi Air Limbah (Waste Oxidation Ditch Treatmen System)
- Anaeroic Filter Treatmaent System
Dalam bagian ini penulis juga tidak menjelaskan tatacara atau mekanisme pengelolaan
limbah cair di rumah sakit.
Limbah medis rumah sakit baik secara langsung atau tidak langsung berpotensi
menimbulkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan bagi pengunjung, petugas
kesehatan, dan masyarakat di sekitar wilayah rumah sakit tersebut.
Seperti yang telah di jelaskan di dalam buku ini pengaruh limbah rumah sakit terhadap
kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :
1. Gangguan estetika dan kenyamanan berupa warna yang berasal dari bau phenol,
eutrofikasi dan rasa dari bahan organik yang menyebabkan estetika lingkungan
menjadi kurang sedap di pandang.
2. Kerusakan harta benda yang dapat disebabkan oleh garam-garam (korosif dan
karat) yang terlarut air yang berlumpur dan dapat menurunkan kualitas bangunan di
sekitar rumah sakit.
3. Gangguan kerusakan tanaman dan binatang yang disebabkan virus, senyawa kimia,
dan logam berat.
4. Gangguan kesehatan terhadap manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis
bakteri, virus, senyawa kimia, pestisida, serta logam berat.
5. Gangguan genetik dan reproduksi terhadap makhluk hidup.
6. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat yang baik
bagi vector penyakit seperti lalat dan tikus.
7. Kecelakaan kerja pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya jarum suntik atau
benda tajam lainnya.
8. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menimbulkan gas tertentu
dan akan menimbulkan bau.
9. Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter asapnya akan
mengakibatkan gangguan pernafasan, penglihatan, dan penurunan kualitas udara.
10. Adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu pernafasan,
menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit
mengkontaminasi peralatan medis dan makanan-makanan serta minuman yang ada
di rumah sakit.
Forum for democratic reform mengidentifikasi eleken-elemen kunci kemajuan demokrasi
yaitu : reformasi negara dan institusinya, rule of law, dan budaya demokratis. Pembaharuan
hukum lingkungan tidak bisa terlepas dari rule of law sebagai salah satu elemen kunci dari
demokrasi. Dalam konteks rule of law ada 5 hal yang menjadi elemen kunci yaitu : kepastian
hukum, peradilan yang independen, penegakan hukum yang efektif, pembentukan peraturan
perundang-undangan yang partisipatif, dan akses terhadap masyarakat yang termarginalkan
dan tidak beruntung2. Penulis didalam buku ini hanya memaparkan satu peraturan tentang
kesehatan yaitu Undang-Undang No.36 Tahun 2009. Selain itu penulis juga memaparkan
peraturan perundang-undangan terkait pengelolaan limbah rumah sakit, yaitu :
1. Undang-undang No.4 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH)3.
3. Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun pengganti PP No.18 Tahun 1999, tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Jo. Peraturan Pemerintah No.85 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
5. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No.1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
8. Permen LH No.02/008 tentang Pemanfaatan Limbah B3.
9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.30 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.30 Tahun 2009 tentang Tata
Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah.
2
Achmad Santosa, Gerakan Pembaruan Hukum Lingkungan Indonesia dan Perwujudan Tata Kelola Lingkungan yang
baik dalam Negara Demokrasi, Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol.1, No.1, Januari 2014, hlm.24
3
Henri Subagiyo, Jaminan Akses Informasi Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Rekomendasi
Penguatan Hak Akses Informasi Lingkungan), Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol.1, No.1, Januari 2014, hlm.76