Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ADMIRAL AMARTA

NO BP : 1910212011
MATKUL : DASAR DASAR GENETIKA
KELAS : AGRO C

KEJADIAN DISEKITAR DIMANA ILMU GENETIKA DIAPLIKASIKAN

A. REKAYASA GENETIKA DI BIDANG PERTANIAN

Pada tumbuhan/tanaman Teknologi produksi tanaman transgenic.


Ahli rekayasa genetik tanaman melakukan transformasi gen dengan tujuan untuk memindahkan gen
yang mengatur sifat-sifat yang diinginkan dari satu organisme ke organisme lainnya. Beberapa sifat yang
banyak dikembangkan untuk pembuatan tanaman transgenik misalnya (1) gen resistensi terhadap hama,
penyakit dan herbisisda, (2) gen kandungan protein tinggi, (3) gen resistensi terhadap stres lingkungan
seperti kadar alumium tinggi ataupun kekeringan dan (4) gen yang mengekspresikan suatu ciri fenotipe
yang sangat menarik seperti warna dan bentuk bunga, bentuk daun dan pohon yang eksotik. Dalam
hubungannya dengan pembuatan tanaman transgenik terdapat tiga komponen penting yaitu:

1. Isolasi gen target.

Gen target yang kita inginkan misalnya gen Bt (gen tahan terhadap penggerek yang diisolasi dari
bakteri Bacillus thurigenensis) diekstrak kemudian dipotong dengan enzim restriksi. Gen yang sudah
terpotong-potong kemudian diseleksi bagian gen mana yang menyandikan gen Bt dan diisolasi.
Potongan gen Bt kemudian disisipkan ke dalam DNA sirkular (plasmid) sebagai vektor menghasilkan
molekul DNA rekombinan gen Bt. Vektor yang sudah mengandung molekul DNA rekombinan gen Bt
dimasukkan kembali ke dalam sel inang yaitu bakteri untuk diperbanyak. Sel inang akan membelah
membentuk progeni baru yang sudah merupakan sel DNA rekombinan gen.

2. Proses transfer gen ke tanaman target.

Agar sel DNA rekombinan get Bt dapat terintegrasi pada inti sel tanaman maka diperlukan
vektor yang lain lagi untuk memindahkan gen Bt ke dalam inti sel tanaman. Vektor tersebut adalah
bakteri Agrobacterium tumefaciens. Bakteri ini menyebabkan penyakit tumor pada tanaman. Penyakit
ini akan terjadi bila terdapat luka pada batang tanaman sehingga memungkinkan bakteri menyerang
tanaman tersebut. Luka pada tanaman mengakibatkan tanaman mengeluarkan senyawa opine yang
merangsang bakteri untuk menyerang tanaman dimana senyawa ini merupakan sumber carbon dan
nitrogen dari bakteri. Akibat masuknya bakteri menyebabkan terjadinya proliferasi sel yang berlebihan
sehingga menimbulkan penyakit tumor pada tanaman. Kemampuan untuk menyebabkan penyakit ini
pada tanaman ternyata ada hubungannya dengan DNA sirkular (plasmid) Ti (Tumor inducing plasmid)
dalam sel bakteri A. tumefaciens. Sifat yang menyolok pada plasmid Ti ialah bahwa setelah infeksi oleh A.
tumefaciens, sebagian dari molekul DNAnya berintegrasi dalam DNA kromosom tanaman. Segmen ini
dikenal dengan nama T-DNA (transfer DNA) Metode kerjasama antara tanaman dan A. tumefaciens ini
digunakan oleh ahli rekayasa genetika tanaman untuk memindahkan gen Bt agar dapat terintegrasi
dalam sel tanaman. Oleh karena itu langkah selanjutnya adalah menyisipkan DNA rekombinan yang
sudah membawa gen Bt ke dalam plasmid Ti dari A. tumefaciens. Setelah itu A. tumefaciens yang
membawa gen Bt diinokulasikan pada tanaman. Proses inokulasi tersebut dilakukan pada tanaman
target yang sedang diregenerasikan dalam kultur jaringan. Hal ini memudahkan bagi proses transfer gen
Bt ke dalam inti jaringan tanaman dimana tanaman masih dalam proses pembelahan sel yang sangat
aktif .

3. Expresi gen pada tanaman transgenik.

Gen yang sudah dimasukkan ke dalam tanaman target dalam hal ini adalah gen Bt yang
mengekspresikan tanaman transgenik tahan terhadap hama penggerek harus dapat diexpresikan. Untuk
mengetahui apakah gen tersebut terekspresi atau tidak digunakan penanda yaitu selectable and
scoreable marker, dimana apabila tanaman target dapat tumbuh pada media yang mengandung
antibiotika atau tanaman target menampakan warna khusus (warna biru untuk penanda gen gus) maka
tanaman target itu adalah tanaman transgenic sehingga setiap tanaman dapat dibuat menjadi varietas
unggul yang membuat hasil tanaman tersebut meningkat, juga ketahanan terhadap hama penyakit.
Kekhawatiran Dampak Organisme atau Pangan Produk Transgenik Penerapan bioteknologi seperti
manipulasi gen pada tanaman budidaya telah memberikan manfaat yang tidak terbatas. Secara alamiah
tumbuhan mengalami perubahan secara lambat sesuai dengan keberhasilan adaptasi sebagai hasil
interaksi antara tekanan lingkungan dengan variabilitas genetika. Campur tangan manusia melalui
rekayasa genetik telah mengakibatkan “revolusi” dalam tatanan gen. Perubahan drastis ini telah
menimbulkan kekhawatiran akan munculnya dampak produk transgenik baik terhadap lingkungan,
kesehatan maupun keselamatan keanekaragaman. Dalam banyak hal bahaya produk transgenik yang
diduga akan muncul terlalu dibesar-besarkan. Tidak ada teknologi yang tanpa resiko, demikian pula
dengan produk rekayasa genetik. Resiko dari produk transgenik tidak akan lebih besar dari produk hasil
persilangan alamiah. Beberapa resiko pangan transgenik yang mungkin terjadi antara lain resiko alergi,
keracunan dan tahan antibiotik. Pangan transgenik berpotensi menimbulkan alergi pada konsumen yang
memiliki sensitivitas alergi tinggi. Keadaan itu dipengaruhi sumber gen yang ditransformasikan. Kasus ini
pernah terjadi pada kedelai transgenik dengan kandungan methionin tinggi, sehingga produknya tidak
diedarkan setelah penelitian menunjukkan adanya unsur alergi. Kekhawatiran keracunan didasarkan
pada sifat racun dari gen Bt terhadap serangga. Kecemasan tersebut tidak beralasan karena gen Bt
hanya aktif bekerja dan bersifat racun bila bertemu sinyal penerima dalam usus serangga yang sesuai
dengan kelas virulensinya. Gen tersebut tidak stabil dan tidak aktif lagi pada pH dibawah 5 dan suhu 65°
C , artinya manusia tidak akan keracunan gen Bt terutama untuk bahan yang harus dimasak terlebih
dahulu. Kemungkinan lain adalah resistensi mikroorganisme dalam tubuh menjadi lebih “kuat”. Kejadian
ini peluangnya kecil karena gen yang ditranfer melalui rekayasa genetik akan terinkorporasi ke dalam
genom tanaman.
REKAYASA GENETIKA DIBIDANG FARMASI

Di bidang farmasi, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis obat dengan
kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya penyembuhan sejumlah penyakit di
masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis berbagai macam penyakit dengan lebih akurat juga
telah dapat dihasilkan, insulin termasuk teknik rekayasa genetika.

Insulin adalah suatu hormon polipetida yang diproduksi dalam sel-sel β kelenjar
Langerhaens pankreas. Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah (kadar gula darah
dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal juga sebagai
sebutan insulin endogen. Namun, ketika kalenjar pankreas mengalami gangguan sekresi guna
memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh, dapat
berupa obat buatan manusia atau dikenal juga sebagai sebutan insulin eksogen. Kekurangan insulin
dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes mellitus tergantung insulin (diabetes tipe I). Insulin terdiri
dari 51 asam amino. Molekul insulin disusun oleh 2 rantai polipeptida A dan B yang dihubungkan dengan
ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.

Anda mungkin juga menyukai