Anda di halaman 1dari 3

Transgenik adalah suatu organisme yang mengandung transgen melalui proses

bioteknologi (bukan proses pemuliaan tanaman), Transgen adalah gen asing yang
ditambahkan kepada suatu spesies. Suatu jasad yang memiliki sifat baru, yang sebelumnya
tidak dimiliki oleh jenis jasad tersebut, sebagai hasil penambahan gen yang berasal dari jasad
lain. Juga disebut organisme transgenik.
Teknik bioteknologi tanaman telah dimanfaatkan terutama untuk memberikan
karakter baru pada berbagai jenis tanaman. Teknologi rekayasa genetika tanaman
memungkinkan pengintegrasian gen-gen yang berasal dari organisme lain untuk perbaikan
sifat tanaman. Salah satu contoh aplikasi bioteknologi di bidang pertanian adalah
mengembangkan tanaman transgenik yang memiliki sifat (1) toleran terhadap zat kimia
tertentu (tahan herbisida), (2) tahan terhadap hama dan penyakit tertentu, (3) mempunyai
sifat-sifat khusus (misalnya: tomat yang matangnya lama, padi yang memproduksi betacaroten dan vitamin A, kedelai dengan lemak tak jenuh rendah, strawberry yang rasanya
manis, kentang dan pisang yang berkhasiat obat), (4) dapat mengambil nitrogen sendiri dari
udara (gen dari bakteri pemfiksasi nitrogen disisipkan ke tanaman sehingga tanaman dapat
memfiksasi nitrogen udara sendiri), dan (5) dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan
buruk (kekeringan, cuaca dingin, dan tanah bergaram tinggi).
Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman dengan Bioteknologi
Pendekatan PHT dengan Bioteknologi salah satunya adalah

dengan cara

memanipulasi gen untuk mendapatkan individu baru yang unggul. Salah satu produk dari
pengelolaan organisme pengganggu tanaman adalah tanaman transgenik. Tanaman transgenik
sangat erat kaitannya dengan perlindungan tanaman. Sebagian besar tanaman transgenik
sudah diproduksi dan dipasarkan mempunyai sifat-sifat unggul yang tahan terhadap hama
atau tahan terhadap penyakit tumbuhan, atau toleran terhadap herbisida tertentu. Varietas
unggul transgenik dihasilkan melalui rekayasa genetika, antara lain rekombinasi DNA dan
pemindahan gen.
Tanaman transgenik yang telah disisipi oleh gen toksik yang berasal dari Bacillus
thuringiensis (Bt). Contoh tanaman yang telah disisipi gen tersebut adalah Kapas, jagung,
gandum, kentang, tomat, tembakau, kedelai. Selain Bacillus thuringiensis, rekayasa genetika
juga

memanfaatkan Agrobacterium

tumefaciens. Disamping

itu,

Rekayasa

Genetik

Ketahanan Virus juga dilakukan pada tanaman tembakau, jeruk, tomat, kentang yang disisipi
gen tahan virus.
Teknologi PHT dalam pengelolaan OPT secara terpadu juga memanfaatkan sifat
allelopati. Allelopati berfungsi melindungi tumbuhan tersebut dari pengaruh tumbuhan lain

disekitarnya. Apabila sifat tersebut dapat dipindahkan ke tanaman lain maka akan diperoleh
tanaman yang mampu mengendalikan gulma yang hidup disekitarnya.
Pertanian Berkelanjutan yang memegang konsep ekologis dan berkelanjutan baik dari
segi produksi, pemanfaatan Sumber Daya Alam, Stabilitas dan Pemerataan menyebabkan
perlunya adanya sistem budidaya dan pengendalian organisme Pengganggu Tanaman yang
bersifat

ekologis

(memperhatikan

pengendalian/Pengelolaan

Organisme

lingkungan).

Hal

Pengganggu

ini

menyebabkan

Tanaman

memiliki

perlunya
prospek

pengembangan yang cukup besar. Hal ini dikarenakan konsep PHT yang memperhatikan
keseimbangan ekosistem dan lingkungan. Hal ini didukung dengan adanya kebijakan
pemerintah dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman,
dan Keputusan Menteri Pertanian No. 887/Kpts/ OT/9/1997 tentang Pedoman Pengendalian
OPT. Disamping itu meningkatnya kesadaran Masyarakat akan pentingnya kesehatan
mendorong PHT sangat perlu diterapkan. Hal ini dikarenakan dalam PHT Penggunaan
Pestisida ditekan sedemikian rupa atau penggunaan pestida digunakan sebagai alternatif
terakhir dalam pengendalian jika populasi Organisme Pengganggu Tanaman sudah diatas
batas toleransi atau di atas ambang ekonomi yang merugikan.
Sumber:
Adams, B.J. dan Nguyen, K.B. 2002. Taxonomy and Systematic dalam Gaugler, R. 2002.
Entomopathogenic Nematology. Cabi Publishing.UK. Pp. 14.
Arnason, J.T., S. Mackinnon, A. Durst, B.J.R. Philogene, C. Hasbun, P. Sanchez, L. Poveda,
L. San Roman, M.B. Isman, C. Satasook, G.H.N. Towers, P. Wiriyachitra, J.L. McLaughlin.
1993. Insecticides in Tropical Plants with Non-neurotoxic Modes of Action. p. 107-151. In
K.R. Downum, J.T. Romeo, H.A.P. Stafford (eds.), Phytochemical Potential of Tropical
Plants. New York: Plenum Press.
Isman, M.B., J.T. Arnason, G.H.N. Towers. 1995. Chemistry and Biological Activity of
Ingredients of Other Species of Meliaceae. p. 652-666. In H. Schmutterer (ed.), The Neem
Tree: Source of Unique Natural Products for Integrated Pest Management, Medicine, Industry
and Other Purpose. Weinheim (Germany): VCH.
Jackson MA, Shasha BS, Schisler DA., 1996, Formulation of Colletotrichumruncatum
Microsclerotia for Improved Biocontrol of the Weed Hemp Sesbania (Sesbania exaltata), Biol
Control, 7(1):107-13.
Smith, R.F. 1978. History and complexity of integrated pest management. p. 41-53.In E.H.
Smith and . Pimentel (Eds.).Pest Control Strategies. Academic Press, New York.
Sauerborn J, Doumlrr I I, Abbasher A, Thomas H, Kroschel J., 1996, Electron

Microscopic Analysis of the Penetration Process of Fusarium nygamai, aHyperparasite of


Striga hermonthica, Biol Control, 7 (1):53-9.
http://miswantoagroteknologi.blogspot.com/2013/04/konsep-pengendalian-hama-terpadupht.html, diakses hari rabu 13 November 2013 pukul 22:31 WIB
sumber gambar
http://jurnalorganik.blogspot.com/2013/06/pengertian-pengendalian-hama-terpadu.html,
diaksses hari kamis 14 November 2013 pukul 7:54 WIB
http://saungurip.blogspot.com/2010/09/bambang-riyadi-sang-motivator-kelompok.html,
diaksses hari kamis 14 November 2013 pukul 7:54 WIB
by Karina
nn

Anda mungkin juga menyukai