Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki)
Sembilan puluh lima persen kristal terdiri dari protein dengan asam amino terbanyak
terdiri dari asam glutamat, asam aspartat dan arginin, sedangkan lima persen terdiri dari
karbohidrat yaitu mannosa dan glukosa. Kristal protein tersusun dari subunit-subunit protein
yang berbentuk batang atau halter, mempunyai berat molekul 130 – 140 kDa yang berupa
protoksin. Protoksin akan menjadi toksin setelah mengalami hidrolisis dalam kondisi alkalin
di dalam saluran pencernaan serangga. Hidrolisis ini melepaskan protein kecil dengan berat
molekul sekitar 60 kDa dan bersifat toksik (Bulla, Kramer dan Davidson, 1977).
Kristal protein mempunyai beberapa bentuk. Ada hubungan nyata antara bentuk kristal
dengan kisaran daya bunuhnya. Varietas yang memiliki daya bunuh terhadap serangga ordo
Lepidoptera, memiliki kristal toksin yang berbentuk bipiramida dan jumlahnya hanya satu
tiap sel, sedangkan yang berbentuk kubus, oval dan amorf umumnya toksik terhadap
serangga ordo Diptera dan jumlahnya dapat lebih dari satu tiap sel. Kristal yang mempunyai
daya bunuh terhadap serangga ordo Coleoptera berbentuk empat persegi panjang dan datar
atau pipih.
Tanaman transgenik adalah merupakan aplikasi bioteknologi pada tanaman yang telah
direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri,
mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu. Organisme transgenik adalah suatu organisme yang
mengandung transgen melalui proses bioteknologi (bukan proses pemuliaan tanaman),
Transgen adalah gen asing yang ditambahkan kepada suatu spesies. Suatu jasad yang
memiliki sifat baru, yang sebelumnya tidak dimiliki oleh jenis jasad tersebut, sebagai hasil
penambahan gen yang berasal dari jasad lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis
(spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain .
(sumber : http://www.tootoo.com/buy-organic_foods-CC_01110000)
1. Menentukan prioritas jenis atau spesies hama yang akan dikendalikan dengan
tanaman transgenik yang akan dirakit. Untuk keperluan ini umumnya akan dicari
hama yang tidak mempunyai sumber gen tahan dari spesies tanaman inangnya,
misalnya hama penggerek batang padi, penggerek batang jagung, hama kepik, dan
hama pengisap polong. Setelah itu ditentukan kandidat gen tahan yang akan dipakai
yaitu Bt-toksin. Bila menggunakan Bt-toksin maka ditentukan gen Bt atau gen cry
yang akan digunakan untuk menghambat pertumbuhan serangga dengan mengganggu
proses pencernaannya.
2. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut
dengan istilah kloning gen. Pada tahapan kloning gen, DNA yang mengkode protein
cry akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya
plasmid Bacillus thuringiensi. Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam
bakteri sehingga DNA tersebut dapat diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan
bakteri.
3. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan
dilakukan transfer gen tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian
tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen ini dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA yang
diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer
DNA dengan bantuan listrik). Berikut adalah penjelasan tentang beberapa metode
transfer gen.
Metode elektroporasi. Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan
menerima gen asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi
protoplas. Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka
pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan
bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan proses
pengembalian dinding sel tanaman.
4. Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan
sel yang berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus
(sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan
tunas. Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan
pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati
(sumber : http://youarestronger.wordpress.com)
↓
menentukan gen tahan hama yaitu Bt-toksin dengan memakai gen cry (gen Bt)
↓
“perbanyakan dengan cloning gen”
(DNA pengkode protein cry -> masuk ke vector cloning (plasmid Bacillus thuringiensi) ->
DNA diperbanyak melalui bakteri)
↓
mentransfer gen ke bagian sel tumbuhan (biasanya bagian daun)
↓
seleksi sel daun yang berhasil disisipi gen asing
↓
menumbuhkan hasil seleksi menjadi kalus -> sampai tumbuh akar dan tunas
↓
sampai terbentuk plantlet (tanaman muda) dan dipindahkan pertumbuhannya ke tanah
↓
mengamati sifat baru tanaman transgenik tahan hama
Kajian Religius
Artinya : Dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini
dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda(kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.
Kandungan yang terdapat diatas menjelaskan bahwa Allah menciptakan berbagai macam
makhluk hidup yang mempunyai manfaat ataupun kerugian masing-masing. Salah satu
contoh makhluk hidup yang diciptakan-Nya yaitu bakteri. Semua jenis bakteri berasal dari
ciptaan Allah Maha Kuasa. Dan juga dari penggalan bukti ayat-ayat Al-quran tersebut telah
jelas bahwa kita sebagai orang yang beriman, yang yakin akan adanya sang Khalik harus
percaya bahwa seluruh makhluk baik di langit dan di bumi, baik berukuran besar maupun
kecil, bahkan sampai mikroorganisme (jasad renik) yang tidak dapat terlihat dengan mata
telanjang adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Sesungguhnya manusia hanyalah sedikit
pengetahuannya, jika dibandingkan dengan ilmu Allah SWT yang maha luas dan tak terbatas.
Selain itu dari makhluk-makhluk hidup yang sudah diciptakan mempunyai manfaat dalam
kehidupan kita, salah satu contohnya yaitu bakteri Bacillus thuringiensis yang dimanfaatkan
sebagai bioinsektisida atau pembasmi hama dalam bidang pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Pengertian Bioteknologi
- Teknologi yang melibatkan sistim biologis dengan mengeksploitasi aktivitas biokimia dari
organisme hidup atau produknya.
- Suatu bidang penerapan biosain dan teknologi yang menyangkut penerapan praktis
organisme hidup atau komponen sub selulernya pada industri jasa manufactur pengelolaan
lingkungan.
- Penggunaan secara terpadu ilmu pengetahuan biokimia, mikrobiologi dan teknik dalam
upaya untuk menghasilkan suatu penerapan teknologi (industri) dari kemampuan
mikroorganisme , sel kultur jaringan dan bagian-bagiannya.
- Penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknik dalam pengolahan materi oleh
unsur-unsur biologis untuk menghasilkan barang dan jasa.
- Ilmu pengetahuan tentang berbagai proses produksi yang berdasarkan pada kerja
mikroorganisme serta komponen aktifnya dan pada proses produksi yang melibatkan
penggunaan sel dan jaringan dari organisme yang lebih tinggi .
- Bioteknologi tidak lebih dari sebuah nama yang diberikan pada seperangkat teknik dan
proses.
- Penggunaan organisme hidup dan komponennya dalam proses pertanian, industri pangan
serta berbagai proses industri lainnya.
- Bakteri
- Khamir
- Kapang
- Algae
- Mikrobiologi
- Biokimia
- Genetika
- Biologi Molekuler
- Kimia
1. Produksi Sel
2. Transpormasi Kimia yang Diingini (ada 2)
3. Pembentukan suatu produk akhir yang diingini ( Enzim, Antibiotika, Asam Organik, dan
Steroid)
4. Penguraian bahan baku yang diberikan (limbah, destruksi buangan industri, tumpahan
minyak)
- Lebih aman ( menghasilkan residu yang dapat diuraikan secara biologis serta tidak
beracun
- Dalam waktu jangka panjang dapat memberikan harapan untuk memecahkan persoalan
utama dunia dalam kaitannya dengan obat-obatan produksi pangan pengendalian polusi dan
pengembangan sumber energi baru.
Selain itu, pemanfaatan bioteknologi tanaman seperti rekayasa genetika juga dapat
memudahkan petani dalam budidaya tanaman. Misalkan dalam pengendalian gulma yaitu
dengan menghasilkan tanaman yang memiliki ketahanan terhadap jenis herbisida tertentu.
Sebagai contoh adalah Roundup Ready yang terdiri dari kedelai, canola dan jagung yang
tahan terhadap herbisida Roundup. Di dunia saat ini telah banyak dilepas berbagai tanaman
transgenik. Sebagai contoh, di Asia yaitu di China pada tahun 2006 saja, telah telah ada
sekitar 30 spesies tanaman transgenik, antara lain padi, jagung, kapas, rapeseed, kentang,
kedelai, poplar, tomat (delay ripening dan ketahanan virus), petunia (warna bunga), paprika
(virus resistance), kapas (ketahanan hama) yang telah dilepas untuk produksi.
Kemajuan dan penerapan bioteknologi tanaman tidak terlepas dari tanaman pangan. Untuk
memenuhi kebutuhan pangan dunia termasuk kebutuhan nutrisi, kemajuan bioteknologi telah
mewarnai trend produksi pangan dunia. Padi saat ini masih merupakan tanaman pangan
utama dunia. Dengan demikian prioritas utama untuk teknik biologi molekuler dan
transgenik saat ini masih diutamakan pada padi. Selain karena merupakan tanaman pangan
utama, padi memiliki genom dengan ukuran sehingga dapat digunakan sebagai tanaman
model utama. Selain padi tanaman pangan yang telah banyak mendapat sentuhan
bioteknologi adalah kentang.
Golden Rice
Penerapan bioteknologi pada tanaman padi sebenarnya telah lama dilakukan namun menjadi
sangat terdengar ketika muncul golden rice pada tahun 2001 yang diharapkan dapat
membantu jutaan orang yang mengalami kebutaan dan kematian dikarenakan kekurangan
vitamin A dan besi. Vitamin A sangat penting untuk penglihatan, respon kekebalan,
perbaikan sel, pertumbuhan tulang, reproduksi, hingga penting untuk pertumbuhan embrionik
dan regulasi gen-gen pendewasaan.
Luasan lahan pertanian yang semakin sempit mengakibatkan produksi perlahan harus
ditingkatkan. Peningkatan ini tidak hanya berupa peningkatan bobot panen namun juga
nutrisi atau nilai tambah. Oleh sebab itu dari suatu luasan yang sebelumnya hanya
menghasilkan karbohidrat diharapkan dapat ditambah dengan vitamin dan mineral. Hal
inilah yang mendorong para peneliti padi mengembangkan Golden Rice. Pada awalnya
penelitian dilakukan untuk meningkatkan kandungan provitamin A berupa beta karoten, dan
saat ini fokus penelitian tetap dilakukan.
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning menyerupai
emas. Rekayasa genetika merupakan metode yang digunakan untuk produksi Golden Rice.
Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma nutfah padi yang mampu untuk mensintesis
karotenoid. Pendekatan transgenik dapat dilakukan karena adanya perkembangan teknologi
transformasi dengan Agrobacterium dan ketersediaan informasi molekuler biosintesis
karotenoid yang lengkap pada bakteri dan tanaman. Dengan adanya informasi tersebut
terdapat berbagai pilihan cDNA. Produksi prototype Golden Rice menggunakan galur padi
japonica (Taipe 309), teknik transformasi menggunakan agrobacterium dan beberapa gen
penghasil beta karoten tanaman daffodil hingga bakteri.
Tanaman pangan dunia yang tidak kalah penting adalah kentang. Seperti halnya padi,
kentang juga menjadi komoditas utama yang menjadi obyek penerapan bioteknologi
tanaman. Teknik bioteknologi saat ini telah banyak digunakan dalam produksi kentang.
Baik dalam teknik penyediaan bibit, pemuliaan kentang, hingga rekayasa genetika untuk
meningkatkan sifat-sifat unggul kentang. Dalam hal penyediaan bibit, saat ini teknik kultur
jaringan telah banyak digunakan. Teknik kultur jaringan memungkinkan petani mendapatkan
bibit dalam jumlah besar yang identik dengan induknya.
Teknik kultur jaringan juga dapat digunakan untuk menghasilkan umbi mikro (microtuber).
Produksi kentang dari umbi mikro dan umbi konvensional menurut penelitian tidak berbeda
nyata. Skema produksi bibit kentang melalui teknik kultur jaringan. Umbi mikro
kentang Selain itu teknik kultur jaringan pada tanaman kentang juga bermanfaat terutama
untuk preservasi in vitro, fusi protoplas dan membantu dalam seleksi pada skema pemuliaan
tanaman. Pemuliaan kentang dilakukan untuk meningkatkan sifat-sifat unggul dan
menambah sifat baru sesuai kondisi yang diharapkan. Salah satu kendala utama produksi
kentang adalah serangan penyakit yang tinggi sehingga pemuliaan kentang sering diarahkan
untuk meningkatkan tingkat ketahanan tanaman terhadap penyakit. Jika dilakukan secara
konvensional diperlukan sedikitnya 15 tahun untuk menghasilkan kultivar baru. Hal ini
terjadi karena kentang komersial pada umumnya adalah tetraploid sehingga persilangan
kentang akan menghasilkan keragaman yang sangat tinggi. Untuk mengatasi permasalahan
ini teknik seleksi awal dengan teknik in vitro telah dilakukan serta dapat juga dilakukan
melalui marker assisted breeding (MAS). Untuk meningkatkan sifat ketahanan dan sifat lain
pendekatan rekayasa genetika juga telah dilakukan melalui fusi protoplast dan tranformasi
genetik.
Contoh pemanfaatan teknik transformasi agrobacterium pada tanaman kentang adalah dengan
menyisipkan gen dari spesies liar yaitu Rpi-blb, Rpi-blb2 yang dapat meningkatkan
ketahanan terhadap Phytopthora infestans. Kentang tersebut dinamakan dengan kultivar
Kathadin. Contoh lain adalah kentang dengan kandungan pati yang tinggi yang dapat
menghasilkan kentang goreng dan kripik kentang dengan kualitas yang lebih baik karena
menyerap lebih sedikit minyak ketika digoreng. Kentang ini dirakit dengan rekayasa genetika
dengan menginsert gen dari bakteri ke kentang Russet Burbank. Gen tersebut dapat
meningkatkan kandungan pati umbi yang dihasilkan dan menurunkan penyerapan minyak
sewaktu digoreng. Hal ini dianggap menguntungkan karena dapat menurunkan biaya
produksi sekaligus lebih sehat bagi konsumen. Uji lapangan kultivar Katahdin terhadap
serangan Phytopthora infestans. Tampak Kathadin lebih tahan dibandingkan dengan kentang
kontrol.
Dengan semakin meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan arti penting
kesehatan, kebutuhan akan produk-produk hortikultura sebagai sumber vitamin meningkat.
Selain itu dari sisi kesehatan mental, kebutuhan produk hortikultura yang lain yaitu berbagai
tanaman hias turut meningkat. Teknik kultur jaringan telah dimanfaatkan secara luas pada
tahaman hortikultura, seperti perbanyakan klonal yang dikombinasikan dengan teknik bebas
virus pada kentang, pisang, anggur, apel, pear dan berbagai jenis tanaman hias, serta
penyelamatan embrio untuk mendapatkan tanaman hibrida dari hasil persilangan
interspecies. Teknologi rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman
hortiklutura. Sebagai contoh yang cukup terkenal adalah Tomat FlavrSavr. Tomat
merupakan salah satu produk hortikultura utama. Seperti produk hortikultura pada umumnya,
tomat memiliki shelf-life yang pendek.
Shelf-life yang pendek ini disebabkan dengan aktifnya beberapa gen seperti pectinase saat
tomat mengalami kematangan. Dengan kondisi seperti ini, tomat sulit sekali untuk
dipasarkan ke tempat yang jauh terlebih untuk ekspor. Biaya pengemasan sangat mahal
seperti menyediakan box yang dilengkapi pendingin. Untuk mengatasi hal ini para peneliti di
Amerika mencoba merekayasa kerja gen polygalacturonase (PG) yang berasosiasi dengan
shelf-life tomat yaitu dengan menginsert antisense dari gen PG.
Pemanfaatan rekayasa genetika pada tanaman hias berpotensi untuk menambahkan sifat-sifat
baru yang unik. Contoh tanaman yang telah direkayasa antara lain krisan dan mawar dengan
tingkat ketahanan dan vase life yang lebih tinggi. Somatic embryogenesis Euphorbia
pulcherrima. Hasil variasi somaklonal pada spesies Anthurium
Bioteknologi juga diterapkan pada beberapa tanaman perkebunan seperti tebu, tembakau,
kelapa sawit dan lain-lain. Hingga saat ini kapas merpuakan komoditas yang paling banyak
mendapat sentuhan bioteknologi. Di Amerika, hingga saat ini tanaman transgenik yang
paling banyak dilepas adalah kapas.
Kapas transgenik yang terkenal adalah kapas Bt (Bacillus thuringiensis). Dengan introduksi
gen Bt ke tanaman kapas, tanaman kapas menjadi tahan terhadap hama yang disebabkan
tanaman dapat memproduksi protein Bt-toxin. Bt pertama ditemukan tahun 1911 dan
terdaftar sebagai biopestisida di Amerika Serikat tahun 1961.
Salah satu dari sekian banyak kerugian merokok adalah gangguan kesehatan karena kadar
nikotin yang tinggi. Pendekatan bioteknologi dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini
yaitu dengan merakit tanaman tembakau yang bebas kandungan nikotin. Dengan cara ini
perokok dapat terkurangi resiko gangguan kesehatannya.
Pada tahun 2001 jenis tembakau ini diklaim dapat mengurangi resiko serangan kanker akibat
merokok. Selain bebas nikotin, sentuhan bioteknologi lain juga dilakukan untuk tanaman
tembakau misalnya dengan meningkatkan aroma menggunakan gen aroma dari tanaman lain.
Salah satu yang telah berhasil adalah menggunakan monoterpene synthase dari lemon.