Mencari jurnal yang berkaitan dengan metode transformasi (Agrobacterium mediated, Partikel bombardment, Mikroinjection) kemudian dibuatkan resume.
Jawab :
Transformasi “Agrobacterium mediated”
Kemampuan tanaman padi dalam menyerap Nitrogen (N) dalam tanah hanya sebesar 33%. Peningkatan penggunaan nitrogen (NUE) dapat diatasi dengan penyisipan gen Alanine aminotransferase (AlaAT) melalui mediasi/bantuan Agrobacterium tumefaciens. Keberhasilan transformasi tanaman padi dibatasi oleh sifat rekalsitran pada jenis Indica. Padahal, jenis tersebut merupakan yang paling banyak ditanam di Indonesia. Peningkatan efisiensi transformasi perlu dilakukan dengan penambahan putrescine. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh genotipe pada efisiensi transformasi gen AlaAT pada tanaman padi dengan bantuan Agrobaterium tumefaciens; mempelajari pengaruh putrescine pada efisiensi transformasi gen AlaAT pada tanaman padi dengan bantuan Agrobaterium tumefaciens; dan mempelajari pengaruh interaksi antara genotipe dan putrescine pada efisiensi transformasi gen AlaAT pada tanaman padi dengan bantuan Agrobaterium tumefaciens Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler BB Biogen, Bogor dari Februari sampai September 2018. Perlakuan terdiri atas dua faktor, yaitu varietas V1 (varietas Mekongga) dan V2 (varietas Fatmawati), dan penambahan putrescine P0 (tanpa putrescine) dan P1 (penambahan putrescine). Variasi perlakuan putrescine diberikan pada setiap media transformasi dengan dosis 0,1644 g/L untuk P1. Kegiatan pengamatan dilakukan secara keseluhuran pada setiap objek penelitian. Data yang diperoleh diidentifikasi dan diolah dalam bentuk hasil persentase pada setiap fase transformasi berdasarkan data variabel pengamatan. Variabel yang diamati diantaranya jumlah kalus, banyak kalus transforman yang dapat dipindahkan ke media praregenerasi, kalus transforman dengan spot hijau, kalus transforman yang beregenerasi dan berhasil menjadi planlet, dan frekuensi transformasi melalui direct PCR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan transformasi dipengaruhi oleh genetik tanaman, berdasarkan jumlah kalus yang beregenerasi dan planlet yang berhasil tumbuh. Galur yang terbentuk dari varietas Fatmawati (3,33%) lebih responsif dibandingkan varietas Mekongga (0,625%). Pemberian putrescine tidak memberikan perbedaan pada efisiensi transformasi, pada varietas Mekongga dengan perlakuan P0 menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan P1, hal tersebut berbanding terbalik dengan varietas Fatmawati, sehingga terjadi interaksi antara genotipe dan penambahan putrescine pada hasil efisiensi transformasi. Varietas Fatmawati dengan perlakuan putrescine menunjukkan hasil terbaik.
Transformasi “Partikel bombardment”
Perubahan iklim merupakan faktor utama yang terjadi di Indonesia. Adanya perubahan iklim memberikan dampak buruk bagi pertanian khususnya tanaman, yaitu timbulnya beragam hama dan penyakit, gulma yang tidak terkendali, hingga nematode parasit tanaman, sehingga perlu dilakukannya aplikasi rekayasa/rekombinasi DNA. Rekayasa genetika dengan teknologi rekombinasi DNA merupakan proses dimana gen organisme di kombinasikan ulang dimodifikasi sedemikian rupa untuk meningkatkan karakteristiknya digunakan untuk menghasilkan tanaman yang memiliki tingkat ketahanan atau nilai gizi lebih. Rekayasa genetika adalah ilmu mengkombinasikan kembali susunan DNA (rekombinasi DNA) menjadi susunan DNA yang baru dengan cara merubah susunan DNA (menghilangkan dan atau menambahkan DNA) untuk menambahkan karakter yang baru pada tanaman yang sebelumnya tidak ada di dalam tanaman. Kehadiran teknologi rekombinasi DNA ini membantu para pemulia menambahkan sifat baru ke dalam genom tanaman yang sebelumnya tidak dapat dilakukan di sebabkan adanya inkompatibilitas seksual. Teknik rekombinasi DNA memungkinkan peneliti memanipulasi gen asing organisme lain ke dalam genom tanaman sekalipun secara seksual inkompatibel. Gen yang disisipkan dapat berasal dari bakteri, fungi, hewan, bahkan dari manusia (Herman 2016). Transformasi “Mikroinjection” Penggunaan teknologi Transgenik dalam bidang perikanan khususnya budidaya perikanan, ditujukan untuk peningkatan kualitas ikan budidaya. Selain itu transgenik dilakukan untuk mendapatkan sifat yang diinginkan dan peningkatan produksi. Padat ahun 1985, Zhu et al. melaporkan bahwa telah mampu memproduksi ikan transgenik dengan mentransfer gen pertumbuhan. Mereka telah berhasil membuat ikan loach,goldfish dan ikan mas transgenik dengan menggunakan promotor metallothionein tikus yang diligasikan dengan struktur gen GH dari manusia. Ikan transgenik ternyata 3 kali lebih besar dari ikan kontrol. Sejak saat itu, beberapa laporan penggunaan konstruksi gen yang serupa telah dilakukan pada ikan rainbow trout. Hasil penelitian Rahman dan Maclean (1999) pada ikan tilap ia menunjukan pula bahwa hasil analisis terhadap berat badan ikan non transgenik dan transgenik keturunan F2 (keturunan F2 adalah perkawinan antara jantan F1 dengan betina alam), ikan transgenik menghasilkan berat berkisar antara 60-90 gram/individu pada umur 5, 6, dan 7 bulan, sedang pada ikan non transgenik menghasilkan berat berkisar antara 20-30 gram/individu. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa pada keturunan ke 2 (F2) sifat tumbuhnya masih dapat diturunkan, dan pertumbuhannnya sekitar 3 kali lipat dibandingkan dengan ikan kontrol. Adapun FCR (food conversi ratio) atau perbandingan antara pakan yang diberikan dengan daging yang dibentuk pada ikan transgenik mencapai 0,76 sedangkan nontransgenik sebesar 1,02. Ini berarti bahwa ikan transgenik untuk menghasilkan satu kilogram daging hanya memerlukan pakan sebanyak 0,76 kg, sedangkan pada ikan biasa untuk menghasilkan daging satu kilogram memerlukan 1,02 kg pakan, dengan demikian menunjukkan bahwa di dalam pemanfaatan pakan ikan trangenik lebih efisien dibandingkan dengan ikan nontransgenik.