Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ST AULIA AZIFAH

NIM : A0321310

KELAS : B

PRODI : AGROEKOTEKNOLOGI

BIOTEKNOLOGI TANAMAN

Mencari jurnal yang berkaitan dengan metode transformasi (Agrobacterium mediated, Partikel
bombardment, Mikroinjection) kemudian dibuatkan resume.

Jawab :

 Transformasi “Agrobacterium mediated”


Kemampuan tanaman padi dalam menyerap Nitrogen (N) dalam tanah hanya sebesar
33%. Peningkatan penggunaan nitrogen (NUE) dapat diatasi dengan penyisipan gen
Alanine aminotransferase (AlaAT) melalui mediasi/bantuan Agrobacterium tumefaciens.
Keberhasilan transformasi tanaman padi dibatasi oleh sifat rekalsitran pada jenis Indica.
Padahal, jenis tersebut merupakan yang paling banyak ditanam di Indonesia. Peningkatan
efisiensi transformasi perlu dilakukan dengan penambahan putrescine. Penelitian ini
dilakukan untuk mempelajari pengaruh genotipe pada efisiensi transformasi gen AlaAT
pada tanaman padi dengan bantuan Agrobaterium tumefaciens; mempelajari pengaruh
putrescine pada efisiensi transformasi gen AlaAT pada tanaman padi dengan bantuan
Agrobaterium tumefaciens; dan mempelajari pengaruh interaksi antara genotipe dan
putrescine pada efisiensi transformasi gen AlaAT pada tanaman padi dengan bantuan
Agrobaterium tumefaciens Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler
BB Biogen, Bogor dari Februari sampai September 2018. Perlakuan terdiri atas dua
faktor, yaitu varietas V1 (varietas Mekongga) dan V2 (varietas Fatmawati), dan
penambahan putrescine P0 (tanpa putrescine) dan P1 (penambahan putrescine). Variasi
perlakuan putrescine diberikan pada setiap media transformasi dengan dosis 0,1644 g/L
untuk P1. Kegiatan pengamatan dilakukan secara keseluhuran pada setiap objek
penelitian. Data yang diperoleh diidentifikasi dan diolah dalam bentuk hasil persentase
pada setiap fase transformasi berdasarkan data variabel pengamatan. Variabel yang
diamati diantaranya jumlah kalus, banyak kalus transforman yang dapat dipindahkan ke
media praregenerasi, kalus transforman dengan spot hijau, kalus transforman yang
beregenerasi dan berhasil menjadi planlet, dan frekuensi transformasi melalui direct PCR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan transformasi dipengaruhi oleh genetik
tanaman, berdasarkan jumlah kalus yang beregenerasi dan planlet yang berhasil tumbuh.
Galur yang terbentuk dari varietas Fatmawati (3,33%) lebih responsif dibandingkan
varietas Mekongga (0,625%). Pemberian putrescine tidak memberikan perbedaan pada
efisiensi transformasi, pada varietas Mekongga dengan perlakuan P0 menunjukkan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan P1, hal tersebut berbanding terbalik dengan varietas
Fatmawati, sehingga terjadi interaksi antara genotipe dan penambahan putrescine pada
hasil efisiensi transformasi. Varietas Fatmawati dengan perlakuan putrescine
menunjukkan hasil terbaik.

 Transformasi “Partikel bombardment”


Perubahan iklim merupakan faktor utama yang terjadi di Indonesia. Adanya perubahan
iklim memberikan dampak buruk bagi pertanian khususnya tanaman, yaitu timbulnya
beragam hama dan penyakit, gulma yang tidak terkendali, hingga nematode parasit
tanaman, sehingga perlu dilakukannya aplikasi rekayasa/rekombinasi DNA. Rekayasa
genetika dengan teknologi rekombinasi DNA merupakan proses dimana gen organisme di
kombinasikan ulang dimodifikasi sedemikian rupa untuk meningkatkan karakteristiknya
digunakan untuk menghasilkan tanaman yang memiliki tingkat ketahanan atau nilai gizi
lebih. Rekayasa genetika adalah ilmu mengkombinasikan kembali susunan DNA
(rekombinasi DNA) menjadi susunan DNA yang baru dengan cara merubah susunan
DNA (menghilangkan dan atau menambahkan DNA) untuk menambahkan karakter yang
baru pada tanaman yang sebelumnya tidak ada di dalam tanaman. Kehadiran teknologi
rekombinasi DNA ini membantu para pemulia menambahkan sifat baru ke dalam genom
tanaman yang sebelumnya tidak dapat dilakukan di sebabkan adanya inkompatibilitas
seksual. Teknik rekombinasi DNA memungkinkan peneliti memanipulasi gen asing
organisme lain ke dalam genom tanaman sekalipun secara seksual inkompatibel. Gen
yang disisipkan dapat berasal dari bakteri, fungi, hewan, bahkan dari manusia (Herman
2016).
 Transformasi “Mikroinjection”
Penggunaan teknologi Transgenik dalam bidang perikanan khususnya budidaya perikanan,
ditujukan untuk peningkatan kualitas ikan budidaya. Selain itu transgenik dilakukan untuk
mendapatkan sifat yang diinginkan dan peningkatan produksi. Padat ahun 1985, Zhu et al.
melaporkan bahwa telah mampu memproduksi ikan transgenik dengan mentransfer gen
pertumbuhan. Mereka telah berhasil membuat ikan loach,goldfish dan ikan mas transgenik
dengan menggunakan promotor metallothionein tikus yang diligasikan dengan struktur gen
GH dari manusia. Ikan transgenik ternyata 3 kali lebih besar dari ikan kontrol. Sejak saat itu,
beberapa laporan penggunaan konstruksi gen yang serupa telah dilakukan pada ikan rainbow
trout. Hasil penelitian Rahman dan Maclean (1999) pada ikan tilap ia menunjukan pula
bahwa hasil analisis terhadap berat badan ikan non transgenik dan transgenik keturunan F2
(keturunan F2 adalah perkawinan antara jantan F1 dengan betina alam), ikan transgenik
menghasilkan berat berkisar antara 60-90 gram/individu pada umur 5, 6, dan 7 bulan, sedang
pada ikan non transgenik menghasilkan berat berkisar antara 20-30 gram/individu. Dari hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada keturunan ke 2 (F2) sifat tumbuhnya masih dapat
diturunkan, dan pertumbuhannnya sekitar 3 kali lipat dibandingkan dengan ikan kontrol.
Adapun FCR (food conversi ratio) atau perbandingan antara pakan yang diberikan dengan
daging yang dibentuk pada ikan transgenik mencapai 0,76 sedangkan nontransgenik sebesar
1,02. Ini berarti bahwa ikan transgenik untuk menghasilkan satu kilogram daging hanya
memerlukan pakan sebanyak 0,76 kg, sedangkan pada ikan biasa untuk menghasilkan daging
satu kilogram memerlukan 1,02 kg pakan, dengan demikian menunjukkan bahwa di dalam
pemanfaatan pakan ikan trangenik lebih efisien dibandingkan dengan ikan nontransgenik.

Anda mungkin juga menyukai