Anda di halaman 1dari 25

)

1
5
0
0
0
5
2
4
(1
I KH
E N NA
G
S A S
A

N
RA U R
H

TMI N
ANH U
N AMI D A
TAY. F
R
A

B
SEJARAH
Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun
1977 ketika bakteri Agrobacterium tumefaciens diketahui
dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam
tanaman. Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama,
yaitu bunga matahari yang disisipi gen dari buncis
(Phaseolus vulgaris) telah berhasil dikembangkan oleh
manusia. Sejak saat itu, pengembangan tanaman transgenik
untuk kebutuhan komersial dan peningkatan tanaman terus
dilakukan manusia. Tanaman transgenik pertama yang
berhasil diproduksi dan dipasarkan adalah jagung dan
kedelai. Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika
Serikat pada tahun 1996. Pada tahun 2004, lebih dari 80
juta hektar tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan
tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia merupakan
kedelai transgenik.
PENGERTIAN TANAMAN TRANSGENIK
Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya
melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk
tujuan tertentu  Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan
pindahan gen dari organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis
(spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain.
Secara  ontologi   tanaman transgenik adalah  suatu produk rekayasa genetika 
melalui  transformasi gen dari  makhluk hidup  lain ke dalam tanaman yang
tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru  yang memiliki sifat unggul yang
lebih  baik  dari  tanaman sebelumnya.
Secara epistemologi,  proses pembuatan  tanaman transgenic sebelum  dilepas
ke masyarakat telah melalui hasil  penelitian  yang panjang, studi  kelayakan
dan uji lapangan dengan pengawasan  yang  ketat,  termasuk melalui analisis  
dampak lingkungan untuk jangka pendek dan jangka  panjang.   
Secara aksiologi:  berdasarkan  pendapat  kelompok masyarakat  yang pro dan
kontra  tanaman transgenik memiliki manfaat   untuk memenuhi kebutuhan
pangan  penduduk,  tetapi manfaat tersebut belum teruji, apakah lebih  besar 
manfaatnya atau kerugiannya.
LANJUTAN…
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau
memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau
makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini
bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat
yang diinginkan, misalnya pembuatan tanaman yang tahan
suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap
organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan
kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami.
PEMBUATAN TANAMAN TRANSGENIK
Pembuatan tanaman transgenic untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-
tama dilakukan identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu
(sifat yang diinginkan).Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan,
cendawan, atau bakteri.Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan
perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen.Pada tahapan kloning gen,
DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA),
contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen).Kemudian, vektor
kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring
dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah
diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing
tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya
adalah bagian daun. Transfer gen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri
Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan
listrik).
 Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil. Metode ini sering digunakan
pada spesies jagung dan padi. Untuk melakukannya, digunakan senjata yang dapat
menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman.Mikro-
proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman.
Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada
kemungkinan terjadi kerusakan sel selama penembakan berlangsung.
LANJUTAN…
 Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.
Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara
alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk
menyisipkan gen asing.Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang
menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman
tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat
disisipkan di dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara
langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam
genom (DNA) tanaman. Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman
maka sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.
 Metode elektroporasi. Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang
akan menerima gen asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga
menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel
diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori
membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan
bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman. Kemudian,
dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman.
LANJUTAN…
Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun
untuk mendapatkan sel yang berhasil disisipi gen asing.
Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel
yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar
dan tunas. Apabila telah terbentuk tanaman muda
(plantlet), maka dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan
sifat baru tanaman dapat diamati. Gen yang telah 
diidentikfikasi diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam 
sel tanaman. Melalui  suatu sistem tertentu, sel tanaman
yang  membawa  gen tersebut dapat dipisahkan dari sel
tanaman yang  tidak  membawa gen. Tanaman  pembawa 
gen  ini  kemudian ditumbuhkan secara normal. Tanaman
inilah yang disebut sebagai tanaman transgenik karena ada 
gen  asing  yang  telah dipindahkan dari makhluk  hidup lain
ke tanaman tersebut (Muladno, 2002).
TUJUAN TRANSGENIK
Tujuan memindahkan gen tersebut untuk mendapatkan
organisme baru yang memiliki sifat lebih baik. Hasilnya saat
ini sudah banyak jenis tanaman transgenik, misalnya
jagung, kentang, kacang, kedelai, dan kapas. Keunggulan
dari tanaman transgenic tersebut umumnya adalah tahan
terhadap serangan hama.
Rekayasa genetika seperti dalam pembuatan transgenik
dilakukan untuk kesejahteraan manusia. Akan tetapi,
terkadang muncul dampak yang tidak diinginkan, yaitu
dampak negatif dan positifnya sebagai berikiut
CONTOH-CONTOH
Jenis Sifat yang telah
Modifikasi
tanaman dimodifikasi
Mengandung provitamin A
Gen dari tumbuhan narsis, jagung, dan bakteri
Padi (beta-karotena) dalam
Erwinia disisipkan pada kromosom padi.[15]
jumlah tinggi. [15]

Jagung,
Tahan (resisten) terhadap Gen toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis
kapas,
hama.[16] ditransfer ke dalam tanaman.[15][16]
kentang
Gen untuk mengatur pertahanan pada cuaca dingin
Tahan terhadap cuaca dari tanaman Arabidopsis thaliana atau dari
Tembakau
dingin.[15] sianobakteri (Anacyctis nidulans) dimasukkan ke
tembakau.[15]
Gen khusus yang disebut antisenescens ditransfer ke
Proses pelunakan tomat dalam tomat untuk menghambat enzim
diperlambat sehingga poligalakturonase (enzim yang mempercepat
Tomat tomat dapat disimpan kerusakan dinding sel tomat).[16] Selain
lebih lama dan tidak cepat menggunakan gen dari bakteri E. coli, tomat
busuk.[17] transgenik juga dibuat dengan memodifikasi gen
yang telah dimiliknya secara alami. [17]
Mengandung asam oleat tinggi dan Gen resisten herbisida dari bakteri
tahan terhadap herbisida glifosat. Agrobacterium galur CP4 dimasukkan
Kedel [15][18]
Dengan demikian, ketika ke kedelai dan juga digunakan
ai disemprot dengan herbisida teknologi molekular untuk
tersebut, hanya gulma di sekitar meningkatkan pembentukan asam
kedelai yang akan mati. oleat.[15][18]
Gen dari selubung virus tertentu ditransfer
Ubi Tahan terhadap penyakit tanaman yang
ke dalam ubi jalar dan dibantu dengan
jalar disebabkan virus.[19]
teknologi peredaman gen.[19]
Menghasilkan minyak kanola yang
mengandung asam laurat tinggi
sehingga lebih menguntungkan untuk Gen FatB dari Umbellularia californica
Kanol
kesehatan dan secara ekonomi.[20] ditransfer ke dalam tanaman kanola untuk
a
Selain itu, kanola transgenik yang meningkatkan kandungan asam laurat.[20]
disisipi gen penyandi vitamin E juga
telah ditemukan.[16]
Resisten terhadap virus tertentu, Gen yang menyandikan selubung virus
Pepay
contohnya Papaya ringspot virus PRSV ditransfer ke dalam tanaman pepaya.
a
(PRSV).[21] [21]

Gen baru dari bakteriofag T3 diambil untuk


mengurangi pembentukan hormon etilen
Melon Buah tidak cepat busuk.[22]
(hormon yang berperan dalam pematangan
Gen dari bakteri Agrobacterium
Tahan terhadap galur CP4 dan cendawan
Bit gula herbisida glifosat Streptomyces viridochromogenes
dan glufosinat.[23] ditransfer ke dalam tanaman
bit gula.[23]
Resisten terhadap
infeksi virus cacar Gen selubung virus cacar prem
Prem (plum)
prem (plum pox virus). ditransfer ke tanaman prem.[24]
[24]

Resisten terhadap
Gen penyandi enzim kitinase (pemecah
peyakit hawar yang
Gandum dinding sel cendawan) dari jelai (barley)
disebabkan cendawan
ditransfer ke tanaman gandum.[25]
Fusarium. [25]
PEMANFAATAN ORGANISME TRANSGENIK
DAN PRODUK YANG DIHASILKANNYA
Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan
revolusi baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal
sebagai revolusi gen. Produk teknologi tersebut berupa organisme
transgenik atau organisme hasil modifikasi genetik (OHMG), yang
dalam bahasa Inggris disebut dengan genetically modified organism
(GMO). Namun, sering kali pula aplikasi teknologi DNA rekombinan
bukan berupa pemanfaatan langsung organisme transgeniknya,
melainkan produk yang dihasilkan oleh organisme transgenik.
 Pertanian
Aplikasi teknologi DNA rekombinan di bidang pertanian berkembang
pesat dengan dimungkinkannya transfer gen asing ke dalam tanaman
dengan bantuan bakteri Agrobacterium tumefaciens. Melalui cara ini
telah berhasil diperoleh sejumlah tanaman transgenik seperti tomat dan
tembakau dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya perlambatan
kematangan buah dan resistensi terhadap hama dan penyakit tertentu.
LANJUTAN…
Di bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh teknologi
DNA rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta perbaikan
kualitas pakan dan bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada sapi,
rabies pada anjing, blue tongue pada domba, white-diarrhea pada babi, dan fish-
fibrosis pada ikan telah diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan. Di
samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk sapi (recombinant
bovine somatotropine atau rBST), babi (recombinant porcine somatotropine atau
rPST), dan ayam (chicken growth hormone). Penemuan ternak transgenik yang
paling menggegerkan dunia adalah ketika keberhasilan kloning domba Dolly
diumumkan pada tanggal 23 Februari 1997.
Pada dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan
ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan
upaya penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan
produksi pangan melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang jauh
melampaui produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di samping itu,
kualitas gizi serta daya simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga
secara ekonomi memberikan keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak positif
yang sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan produk pangan hasil
rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih tinggi.
 Perkebunan, kehutanan, dan florikultur
Perkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya lebih
tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah dikembangkan
perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan perkebunan
kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang lebih kuat.
Di bidang kehutanan telah dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki struktur
kayu lebih baik. Sementara itu, di bidang florikultur antara lain telah diperoleh tanaman
anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga yang lama. Demikian pula, telah dapat
dihasilkan beberapa jenis tanaman bunga transgenik lainnya dengan warna bunga yang
diinginkan dan masa kesegaran bunga yang lebih panjang.

 Kesehatan
Di bidang kesehatan, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis obat
dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya penyembuhan
sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis berbagai macam
penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat dihasilkan.
Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri farmasi
penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan cara yang
lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-produk
tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat pertumbuhannya dan
hanya memerlukan cara kultivasi biasa.
 Lingkungan
Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam
upaya penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi
lingkungan yang sudah terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri
yang dapat digunakan untuk membersihkan lingkungan dari bermacam-
macam faktor pencemaran telah ditemukan dan diproduksi dalam skala
industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu negara industri
dilaporkan telah tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras baik
bagi hewan maupun manusia meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali.
Detoksifikasi logam air raksa (merkuri) organik ini dilakukan menggunakan
tanaman Arabidopsis thaliana transgenik yang membawa gen bakteri tertentu
yang dapat menghasilkan produk untuk mendetoksifikasi air raksa organik.
 Industri
Pada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet
yang digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40%
keju keras (hard cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan
enzim yang berasal dari organisme transgenik. Demikian pula, bahan-bahan
food additive seperti penambah cita rasa makanan, pengawet makanan,
pewarna pangan, pengental pangan, dan sebagainya saat ini banyak
menggunakan produk organisme transgenik.
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF REKAYASA
GENETIK TRANSGENIK
 Dampak Positif Transgenik
- Rekayasa transgenik dapat menghasilkan prodik lebih banyak dari sumber yang lebih sedikit.
- Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem akan memperluas daerah
pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.
- Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan.

 Dampak Negatif Transgenik


Adapun dampak negatif dari rekayasa transgenik meliputi beberapa aspek yaitu:
• Aspek agama
Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan makanan dengan sendirinya akan
menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemeluk agama Islam. Demikian pula, penggunaan gen dari
hewan dalam rangka meningkatkan produksi bahan makanan akan menimbulkan kekhawatiran bagi
kaum vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh mengonsumsi produk hewani. Sementara
itu, kloning manusia, baik parsial (hanya organ-organ tertentu) maupun seutuhnya, apabila telah
berhasil menjadi kenyataan akan mengundang kontroversi, baik dari segi agama maupun nilai-nilai
moral kemanusiaan universal. Demikian juga,  xenotransplantasi (transplantasi organ hewan ke
tubuh manusia) serta kloning stem cell dari embrio manusia untuk kepentingan medis juga dapat
dinilai sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma agama.
• Aspek etika dan estetika
Penggunaan bakteri E coli sebagai sel inang bagi gen tertentu yang akan diekspresikan
produknya dalam skala industri, misalnya industri pangan, akan terasa menjijikkan bagi
sebagian masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan tersebut. Hal ini karena E coli
merupakan bakteri yang secara alami menghuni kolon manusia sehingga pada umumnya
diisolasi dari tinja manusia.

• Aspek ekonomi
Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman
persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional.
Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajad kemanisan jauh
lebih tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan
kekhawatiran bagi masa depan pabrik-pabrik gula yang menggunakan bahan alami.
Begitu juga, produksi minyak goreng canola dari tanaman rapeseeds transgenik dapat
berpuluh kali lipat bila dibandingkan dengan produksi dari kelapa atau kelapa sawit
sehingga mengancam eksistensi industri minyak goreng konvensional. Di bidang
peternakan, enzim yang dihasilkan oleh organisme transgenik dapat memberikan
kandungan protein hewani yang lebih tinggi pada pakan ternak sehingga mengancam
keberadaan pabrik-pabrik tepung ikan, tepung daging, dan tepung tulang.
• Aspek kesehatan
- Potensi toksisitas bahan pangan
Dengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan muncul
bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan
pangan. Sebagai contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak
pernah berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang
membahayakan kesehatan. Rekayasa genetika bahan pangan dikhawatirkan dapat
mengintroduksi alergen atau toksin baru yang semula tidak pernah dijumpai pada
bahan pangan konvensional. Di antara kedelai transgenik, misalnya, pernah dilaporkan
adanya kasus reaksi alergi yang serius. Begitu pula, pernah ditemukan kontaminan
toksik dari bakteri transgenik yang digunakan untuk menghasilkan pelengkap
makanan (food supplement) triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko yang sebelumnya
tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil metabolisme tanaman,
hewan, atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi toksin, alergen, dan
bahaya genetik lainnya di dalam pangan manusia.
Beberapa organisme transgenik telah ditarik dari peredaran karena terjadinya
peningkatan kadar bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika Serikat dan Kanada) dan
kentang Magnum Bonum (Swedia) diketahui mempunyai kadar glikoalkaloid yang
tinggi di dalam umbinya. Demikian pula, tanaman seleri transgenik (Amerika Serikat)
yang resisten terhadap serangga ternyata memiliki kadar psoralen, suatu karsinogen,
yang tinggi.
 
- Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan
WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru, baik
yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi menimbulkan
penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain. Sebagai contoh, gen aad
yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah
(GO), Neisseria gonorrhoeae. Akibatnya, bakteri ini menjadi kebal terhadap antibiotik
streptomisin dan spektinomisin. Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotik itulah yang
dapat mematikan bakteri tersebut. Oleh karena itu, penyakit GO dikhawatirkan tidak dapat
diobati lagi dengan adanya kapas transgenik. Dianjurkan pada wanita penderita GO untuk
tidak memakai pembalut dari bahan kapas transgenik.
Contoh lainnya adalah karet transgenik yang diketahui menghasilkan lateks dengan kadar
protein tinggi sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sarung tangan dan kondom,
dapat diperoleh kualitas yang sangat baik. Namun, di Amerika Serikat pada tahun 1999
dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita alergi akibat pemakaian sarung tangan dan kondom
dari bahan karet transgenik.
Selain pada manusia, organisme transgenik juga diketahui dapat menimbulkan penyakit pada
hewan. A. Putzai di Inggris pada tahun 1998 melaporkan bahwa tikus percobaan yang diberi
pakan kentang transgenik memperlihatkan gejala kekerdilan dan imunodepresi. Fenomena
yang serupa dijumpai pada ternak unggas di Indonesia, yang diberi pakan jagung pipil dan
bungkil kedelai impor. Jagung dan bungkil kedelai tersebut diimpor dari negara-negara yang
telah mengembangkan berbagai tanaman transgenik sehingga diduga kuat bahwa kedua
tanaman tersebut merupakan tanaman transgenik.
• Aspek lingkungan
- Potensi erosi plasma nutfah
Penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli
yang telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah hewan
pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh, dikembangkannya tanaman transgenik
yang mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat menyebabkan
kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus) sehingga dikhawatirkan akan
menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat musnahnya plasma nutfah kupu-kupu
tersebut. Hal ini terjadi karena gen resisten pestisida yang terdapat di dalam jagung Bt dapat
dipindahkan kepada gulma milkweed (Asclepia curassavica) yang berada pada jarak hingga 60 m
darinya. Daun gulma ini merupakan pakan bagi larva kupu-kupu raja sehingga larva kupu-kupu
raja yang memakan daun gulma milkweed yang telah kemasukan gen resisten pestisida tersebut
akan mengalami kematian. Dengan demikian, telah terjadi kematian organisme nontarget, yang
cepat atau lambat dapat memberikan ancaman bagi eksistensi plasma nutfahnya.
- Potensi pergeseran gen
Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidoptera setelah 10 tahun
ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme tanah,
misalnya cacing tanah. Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami pergeseran gen
karena semula hanya mematikan Lepidoptera tetapi kemudian dapat juga mematikan organisme
lainnya. Pergeseran gen pada tanaman tomat transgenik semacam ini dapat mengakibatkan
perubahan struktur dan tekstur tanah di areal pertanamannya.
- Potensi pergeseran ekologi
Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya
tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau
lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut.
Pergeseran ekologi organisme transgenik dapat menimbulkan gangguan lingkungan yang dikenal
sebagai gangguan adaptasi.

- Potensi terbentuknya barrier species


Adanya mutasi pada mikroorganisme transgenik menyebabkan terbentuknya barrier species yang
memiliki kekhususan tersendiri. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan adalah terbentuknya
superpatogenitas pada mikroorganisme.

-Potensi mudah diserang penyakit


Tanaman transgenik di alam pada umumnya mengalami kekalahan kompetisi dengan gulma liar
yang memang telah lama beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan yang buruk. Hal ini
mengakibatkan tanaman transgenik berpotensi mudah diserang penyakit dan lebih disukai oleh
serangga.
Sebagai contoh, penggunaan tanaman transgenik yang resisten terhadap herbisida akan
mengakibatkan peningkatan kadar gula di dalam akar. Akibatnya, akan makin banyak cendawan
dan bakteri yang datang menyerang akar tanaman tersebut. Dengan perkataan lain, terjadi
peningkatan jumlah dan jenis mikroorganisme yang menyerang tanaman transgenik tahan
herbisida. Jadi, tanaman transgenik tahan herbisida justru memerlukan penggunaan pestisida yang
lebih banyak, yang dengan sendirinya akan menimbulkan masalah tersendiri bagi lingkungan.
Beberapa kekhawatiran tersebut diantaranya:
• Kekhawatiran bahwa tanaman transgenik menimbulkan keracunan 
Masyarakat mengkhawatirkan bahwa produk transgenik berupa tanaman tahan serangga
yang mengandung gen Bt (Bacillus thuringiensis) yang berfungsi sebagai racun terhadap
serangga, juga akan berakibat racun pada manusia. Dalam artikel ini, kehawatiran ini
disanggah dengan pendapat bahwa gen Bt hanya dapat bekerja aktif dan bersifat racun jika
bertemu dengan reseptor dalam usus serangga dari golongan yang sesuai  virulensinya.
• Kekhawatiran terhadap kemungkinan alergi
Sekitar  1-2% orang dewasa dan 4-6% anak-anak mengalami alergi terhadap makanan.
Penyebab alergi (allergen) tersebut diantaranya brazil nut, crustacean, gandum, ikan,
kacang-kacangan, dan padi. Konsumsi produk makanan dari kedelai yang diintroduksi
dengan gen penghasil protein metionin dari tanaman brazil nut, diduga menimbulkan alergi
terhadap manusia. Hal ini diketahui lewat pengujian skin prick test yang menunjukkan
bahwa kedelai transgenik tersebut memberikan hasil positif sebagai allergen. Dalam artikel
ini, penulis berpendapat bahwa alergi tersebut belum tentu disebabkan karena konsumsi
tanaman transgenik. Hal ini dikarenakan semua allergen merupakan protein sedangkan
semua protein belum tentu allergen. Allergenmemiliki sifat stabil dan membutuhkan waktu
yang lama untuk terurai dalam sistem pencernaan, sedangkan protein bersifat tidak stabil
dan mudah terurai oleh panas pada suhu >65 C sehingga jika dipanaskan tidak berfungsi
lagi.  
Masyarakat tidak perlu bersikap anti terhadap teknologi,
namun sebaiknya dapat menerima dengan sikap kehati-hatian
untuk menghindari resiko jangka panjang
1. Berubahnya urutan informasi genetik yang dimiliki, maka
sifat organisme yang bersangkutan juga berubah.
2. Bakteri hasil rekayasa yang lolos laboratorium atau pabrik
yang dampaknya tidak dapat diperkirakan.
3. Kemungkinan menimbulkan keracunan.
4. Kemungkinan menimbulkan alergi
5. Kemungkinan menyebabkan bakteri dalam tubuh manusia
dan tahan antibiotik.
KESIMPULAN
Dari uraian yang telah kami sajikan dapat kami simpulkan bahwa :
• Rekayasa transgenik dapat menghasilkan prodik lebih banyak dari
sumber yang lebih sedikit.
• Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem
akan memperluas daerah pertanian dan mengurangi bahaya
kelaparan.
• Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan.
Namun selain itu juga dapat menimbulkan berbagai ke kawatiran,
diantaranya yaitu:
o Terjadinya silang luar
o Adanya efek kompensasi
o Munculnya  hama target  yang tahan terhadap insektisida
o Munculnya efek samping  terhadap hama non target
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai