Anda di halaman 1dari 9

Tanaman Transgenik

Jenis Sifat yang telah


Modifikasi Foto
tanaman dimodifikasi

Mengandung provitamin A Gen dari tumbuhan narsis, jagung,


Padi (beta-karotena) dalam dan bakteri Erwinia disisipkan pada
jumlah tinggi.[15] kromosom padi.[15]

Jagung, Gen toksin Bt dari bakteri Bacillus


Tahan (resisten) terhadap
kapas, thuringiensis ditransfer ke dalam
hama.[16]
kentang tanaman.[15][16]

Gen untuk mengatur pertahanan


pada cuaca dingin dari tanaman
Tahan terhadap cuaca
Tembakau Arabidopsis thaliana atau dari
dingin.[15]
sianobakteri (Anacyctis nidulans)
dimasukkan ke tembakau.[15]

Gen khusus yang disebut


antisenescens ditransfer ke dalam
tomat untuk menghambat enzim
Proses pelunakan tomat poligalakturonase (enzim yang
diperlambat sehingga tomat mempercepat kerusakan dinding sel
Tomat
dapat disimpan lebih lama tomat).[16] Selain menggunakan gen
dan tidak cepat busuk.[17] dari bakteri E. coli, tomat transgenik
juga dibuat dengan memodifikasi
gen yang telah dimiliknya secara
alami.[17]
Mengandung asam oleat
tinggi dan tahan terhadap Gen resisten herbisida dari bakteri
herbisida glifosat.[15][18] Agrobacterium galur CP4
Dengan demikian, ketika dimasukkan ke kedelai dan juga
Kedelai
disemprot dengan herbisida digunakan teknologi molekular
tersebut, hanya gulma di untuk meningkatkan pembentukan
sekitar kedelai yang akan asam oleat.[15][18]
mati.
Gen dari selubung virus tertentu
Tahan terhadap penyakit
ditransfer ke dalam ubi jalar dan
Ubi jalar tanaman yang disebabkan
dibantu dengan teknologi peredaman
virus.[19]
gen.[19]
Menghasilkan minyak
kanola yang mengandung
asam laurat tinggi sehingga
lebih menguntungkan untuk Gen FatB dari Umbellularia
kesehatan dan secara californica ditransfer ke dalam
Kanola
ekonomi.[20] Selain itu, tanaman kanola untuk meningkatkan
kanola transgenik yang kandungan asam laurat.[20]
disisipi gen penyandi
vitamin E juga telah
ditemukan.[16]
Resisten terhadap virus Gen yang menyandikan selubung
Pepaya tertentu, contohnya Papaya virus PRSV ditransfer ke dalam
ringspot virus (PRSV).[21] tanaman pepaya.[21]
Gen baru dari bakteriofag T3 diambil
untuk mengurangi pembentukan
Melon Buah tidak cepat busuk.[22] hormon etilen (hormon yang
berperan dalam pematangan buah) di
melon.[22]

Gen dari bakteri Agrobacterium


galur CP4 dan cendawan
Tahan terhadap herbisida
Bit gula Streptomyces viridochromogenes
glifosat dan glufosinat.[23]
ditransfer ke dalam tanaman bit
gula.[23]

Resisten terhadap infeksi


Prem Gen selubung virus cacar prem
virus cacar prem (plum pox
(plum) ditransfer ke tanaman prem.[24]
virus).[24]

Gen penyandi enzim kitinase


Resisten terhadap penyakit
(pemecah dinding sel cendawan) dari
Gandum hawar yang disebabkan
jelai (barley) ditransfer ke tanaman
cendawan Fusarium.[25]
gandum.[25]

Aplikasi tanaman transgenik


Aplikasi yang telah dikembangkan

Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk menghasilkan tiga macam sifat unggul,
yaitu tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.[26][27] Tanaman
jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah diproduksi secara massal dan
dipasarkan di dunia.[27] Gen asing yang banyak digunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah
gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis.[26] Sejak tahun 1996, Monsanto, salah
satu perusahaan multinasional di bidang bioteknologi, telah menjual benih kapas transgenik
dengan merek dagang "Bollgard".[28] Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga
telah dijual ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".[29]

Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah diproduksi oleh
Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika Serikat dengan merek "Flavr Savr".[30]
Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih hijau dan belum matang kemudian
disemprot dengan gas etilen untuk membuat buah matang dan berwarna merah.[30] Namun, rasa
tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa.[30] Tujuan pembuatan tomat transgenik tersebut
adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari pembusukan buah selama
transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan.[31] Namun, penjualan Flavr Savr ditarik
dalam waktu kurang dari setahun karena alasan kesehatan dan penjualannya mengalami
kerugian.[30] Produk tersebut tidak banyak terjual karena harganya dua kali lipat dari tomat biasa
namun rasa yang dihasilkan sama.[30]

Aplikasi yang sedang dikembangkan

Dalam tahap penelitian, tanaman transgenik sedang diaplikasikan untuk menghasilkan senyawa
yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, seperti vitamin A dan vaksin.[26] Untuk produksi vaksin
yang dapat dimakan (edible vaccine), contoh tanaman yang sedang dikembangkan adalah pisang,
kentang, dan tomat.[32] Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti sejak tahun 1980 untuk
mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin A adalah padi emas.[33] Aplikasi
lain yang sedang dikembangkan adalah penggunaan tanaman untuk membersihkan polusi tanah
dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat (contohnya merkuri).[34] Gen asing dari
bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat
menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang mudah menguap serta
tidak berbahaya.[34]

Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-hidroksibutirat) atau PHB,


suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai (biodegradable).[35] Sebagian besar plastik
yang ada dibuat dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak
bumi.[26] Untuk mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, digunakan PHB yang dihasilkan
oleh bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus.[35] Empat pen pembentuk PHB dari bakteri tersebut
telah ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat menghasilkan PHB.[26] Penelitian
tentang PHB dari tumbuhan masih dalam tahap pengembangan sebelum diproduksi massal.[35]

Kontroversi

Kampanye penolakan jagung Bt di Kenya, Afrika.

Perkembangan tanaman transgenik dapat diterima dengan baik oleh Amerika Serikat, Argentina,
Cina, dan Kanada.[36] Namun, banyak negara Eropa yang menolak tanaman transgenik karena
kekhawatiran terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan lingkungan.[36]

Pengaruh pada kesehatan manusia

Sikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya berasal dari organisasi non-
pemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth Internasional.[37] Dari segi
kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru
bagi manusia.[5] Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu
tanaman transgenik diproduksi secara massal, akan melakukan berbagai pengujian potensi alergi
dan toksisitas untuk menjamin agar produk tanaman tersebut aman untuk dikonsumsi.[4] Apabila
berpotensi menyebabkan alergi, maka tanaman transgenik tersebut tidak akan dikembangkan lebih
lanjut.[38] Kekhawatiran lain yang timbul di masyarakat adalah kemungkinan gen asing pada
tanaman transgenik dapat berpindah ke tubuh manusia apabila dikonsumsi.[38] Pendapat tersebut
dinilai berlebihan oleh para ilmuwan karena makanan yang berasal dari tanaman transgenik akan
terurai menjadi unsur-unsur yang dapat diserap tubuh sehingga tidak akan ada gen aktif.[38] Untuk
memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam memilih produk transgenik atau produk alami,
berbagai negara, khususnya negara-negara Eropa, telah melakukan pemberian label terhadap
produk transgenik.[39][40] Pelabelan tersebut juga bertujuan untuk memberikan informasi kepada
konsumen sebelum mengonsumsi hasil tanaman transgenik.[39]

Pengaruh pada lingkungan (ekologis)

Peta penerimaan produk transgenik di dunia.

Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik muncul karena dianggap berpotensi


mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah terbentuknya hama atau gulma super
(yang lebih kuat atau resisten) di lingkungan.[5] Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan
mengenai jagung Bt yang memiliki racun Bt untuk membunuh hama lepidoptera berupa ngengat
dan kupu-kupu tertentu.[41] Ada kemungkinan hama yang ingin dibunuh dapat beradaptasi dengan
tanaman tersebut dan menjadi hama yang lebih tahan atau resisten terhadap racun Bt.[5] Selain itu,
kupu-kupu Monarch, yang bukan merupakan hama jagung, ikut terkena dampak berupa
peningkatan kematian akibat memakan daun tumbuhan perdu (Asclepias) yang terkena serbuk sari
dari jagung Bt.[4] Penelitian mengenai kupu-kupu Monarch tersebut dapat disanggah oleh studi
lainnya yang menyatakan bahwa kupu-kupu tersebut mati karena habitatnya dirusak dan hal ini
tidak berhubungan sama sekali dengan jagung Bt.[3] Di sisi lain, penggunaan tanaman transgenik
seperti jagung Bt telah menurunkan penggunaan pestisida secara signifikan sehingga mengurangi
pencemaran kimia ke lingkungan.[4] Selain itu, petani juga merasakan dampak ekonomis dengan
penghematan biaya pembelian pestisida.[4]

Kontroversi lain yang berkaitan dengan isu ekologi adalah timbulnya perpindahan gen secara
tidak terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain di alam melalui penyerbukan
(polinasi).[38] Serbuk sari dari tanaman transgenik dapat terbawa angin dan hewan hingga
menyerbuki tanaman lain.[38] Akibatnya, dapat terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak
diharapkan dan berpotensi merugikan lingkungan.[38] Sebagai tindakan pencegahan, beberapa
tanaman yang disisipi gen untuk mempercepat pertumbuhan dan reproduksi tanaman, seperti:
alfalfa (Medicago sativa), kanola, bunga matahari, dan padi, disarankan untuk dibudidayakan
pada daerah tertutup (terisolasi) atau dibatasi dengan daerah penghalang.[4][5] Hal itu dilakukan
untuk menekan perpindahan serbuk sari ke tanaman lain, terlebih gulma.[4] Apabila gulma
memiliki gen tersebut maka pertumbuhannya akan semakin tidak terkendali dan dengan cepat
dapat merusak berbagai daerah pertanian di sekitarnya.[4] Hingga sekarang belum terdapat
petunjuk bahwa transfer horizontal ini telah menyebabkan munculnya "gulma super", meskipun
telah diketahui terjadi transfer horizontal.
Pengaruh etika dan agama

Demo menentang jagung transgenik di Perancis pada tahun 2004.

Dari segi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap bahwa rekayasa atau
manipulasi genetik tanaman merupakan tindakan yang tidak menghormati penciptaan Tuhan.[42]
Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen asing juga dianggap sebagai tindakan "bermain
sebagai Tuhan" karena mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya.[43] Pemikiran teologis
Katolik memandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik merupakan suatu kemungkinan yang
disediakan oleh Tuhan karena tanaman diberikan kepada manusia untuk dipelihara dan
dimanfaatkan.[42] Dalam sudut pandang agama tersebut, modifikasi genetika tanaman tidak
berlawanan dengan ajaran Gereja Katolik, namun kelestarian alam juga harus diperhatikan karena
merupakan tanggung jawab manusia.[44] Dalam menanggapi isu tentang tanaman transgenik,
Dewan Yuriprudensi Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di Amerika (IFANCA)
menyatakan bahwa makanan dari tanaman transgenik yang ada telah dikembangkan bersifat halal
dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam.[45] Untuk tanaman yang disisipi gen dari binatang haram,
produk tanaman transgenik tersebut akan disebut Masbuh, yang berarti masih diragukan (belum
diketahui) status halal atau haramnya.[45] Sertifikasi makanan yang telah dikeluarkan oleh
IFANCA juga diakui dan diterima oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam
Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.[45]

Pengaruh terhadap ekonomi global

Riset dan pengembangan tanaman transgenik membutuhkan biaya yang besar dan umumnya
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah di negara maju.[5] Untuk
mengembalikan biaya investasi perusahaan dan melindungi produk hasil investasinya, tanaman
transgenik yang telah diproduksi akan dipatenkan.[46] Di dalam salah satu laporan kerja Komisi
Eropa, disebutkan bahwa pemberlakuan paten pada produk transgenik dapat mengakibatkan
petani kehilangan kemampuan memproduksi benih secara mandiri dan harus membeli pada
produsen dari negara maju.[47] Ketergantungan para petani terhadap produsen juga semakin
meningkat dengan ditemukannya teknologi "gen bunuh diri".[5] Sebagian tanaman transgenik
disisipi "gen bunuh diri" yang menyebabkan tanaman hanya bisa ditanam satu kali dan biji
keturunan selanjutnya bersifat mandul (tidak dapat berkembang biak).[46] Hal ini akan
menyebabkan terjadinya arus modal dari negara berkembang ke negara maju untuk pembelian
bibit transgenik setiap kali akan melakukan penanaman.[5] Para petani di negara-negara dunia
ketiga khawatir bila harga benih akan menjadi mahal karena pemberlakuan paten dan mekanisme
"gen bunuh diri" yang dilakukan oleh produsen benih.[46] Jika petani tersebut tidak mampu
membeli benih transgenik maka kesenjangan ekonomi antara negara penghasil tanaman
transgenik dan negara berkembang sebagai konsumen akan semakin melebar.[5] Salah satu usaha
mencegah terjadinya kesenjangan tersebut pernah dilakukan oleh Yayasan Rockefeller.[46]
Yayasan yang berpusat di Amerika Serikat tersebut telah menjual benih transgenik dengan harga
yang lebih murah kepada negara-negara miskin.[46]

Di beberapa negara bagian Brasil, pelarangan tanaman transgenik telah mengakibatkan terjadinya
penyelundupan benih transgenik oleh para petani di negara tersebut.[46][48] Mereka takut akan
menderita kerugian ekonomi apabila tidak mampu bersaing di pasar global dengan negara
pengekspor serealia lainnya.[46]

lah padi emas.[33] Aplikasi lain yang sedang dikembangkan adalah penggunaan tanaman untuk
membersihkan polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat (contohnya
merkuri).[34] Gen asing dari bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua
tanaman tersebut dapat menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang
mudah menguap serta tidak berbahaya.[34]

Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-hidroksibutirat) atau PHB,


suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai (biodegradable).[35] Sebagian besar plastik
yang ada dibuat dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak
bumi.[26] Untuk mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, digunakan PHB yang dihasilkan
oleh bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus.[35] Empat pen pembentuk PHB dari bakteri tersebut
telah ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat menghasilkan PHB.[26] Penelitian
tentang PHB dari tumbuhan masih dalam tahap pengembangan sebelum diproduksi massal.[35]
Keuntungan dan Kerugian Bioteknologi Konvensional dan Modern

Keuntungan dan Kerugian Bioteknologi Konvensional dan Modern

A. Bioteknologi Konvensional
1. Keuntungan Bioteknologi Konvensional
a. Meningkatkan nilai gizi dari produk-produk makanan dan minuman, seperti air susu menjadi
yoghurt, mentega, keju.
b. Teknologinya relatif sederhana,
c. Menciptakan sumber makanan baru, misalnya dari air kelapa dapat dibuat Nata de coco
d. Secara tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian rakyat karena bioteknologi
konvensional tidak banyak membutuhkan biaya karena biaya yang digunakan relatif murah
e. Pengaruh jangka panjang umumnya sudah diketahui karena sistemnya sudah mapan

2. Kerugian Bioteknologi Konvensional


a. Tidak dapat mengatasi masalah ketidaksesuaian (inkompatibilitas) genetic
b. Perbaikan sifat genetik tidak terarah
c. Hasil tidak dapat diperkirakan sebelumnya
d. Memerlukan waktu yang relatif lama untuk menghasilkan galur baru
e. Tidak dapat mengatasi kendala alam dalam sistem budidaya tanaman, misalnya hama

B. Bioteknologi Modern
1. Manfaat Bioteknologi Modern
a. Di bidang pertanian dan peternakan yaitu mampu menciptakan bibit-bibit unggul yang akan
memberikan produk bermutu tinggi secara kualitas dan kuantitas , meningkatnya sifat resistensi
tanaman terhadap hama dan penyakit tanaman, misalnya tanaman transgenik kebal hama,
Mengatasi terbatasnya lahan pertanian , Mengatasi produksi bibit yang sama dalam jangka waktu
singkat , Mengendalikan serangga perusak tanaman budidaya

b. Di bidang Lingkungan dan pelestarian yaitu mengatasi masalah pelestarian species langka
dan hampir punah. Dengan teknologi transplantasi nukleus, hewan / tumbuhan langka bisa
dilestarikan, membantu manusia mengatasi masalah-masalah pencemaran lingkungan, Seperti :
bacteri pemakan plastik dan parafin, bacteri penghasil bahan plastik biodegradable,
c. Di bidang kesehatan, mampu menciptakan produk obat untuk penyakit. Misalnya : penyakit
kelainan genetis dg terapi gen, hormon insulin, antibiotik, antibodi monoklonal, vaksin.
d. Di bidang industri, mampu menciptakan pemberantas hama secara biologis (Bacillus
thuringensis) dan tanaman tahan hama dalam tubuhnya disisipi gen bakteri (tanaman transgenik)
e. Di bidang pertambangan, mampu melakukan pengolahan biji besi (Thiobacillus
ferrooxidans), membantu manusia mengatasi masalah sumber daya energi. Misalnya : bioethanol,
biogas,membantu proses pemurnian logam dari bijihnya pada pertambangan logam (
biohidrometalurgi )
2. 2.Kerugian Bioteknologi Modern
1) Di bidang Etika/ Moral
a. Ada masyarakat yang menganggap bahwa menyisipkan gen suatu MH ke MH berten-tangan
dengan nilai budaya dan melanggar hukum alam
b. Penyisipan gen babi ke dalam buah semangka dapat membawa konsekuensi bagi penganut
agama tertentu.
c. Pemberian hak paten atas organisme transgenik bertentangan dengan banyak nilai-nilai
budaya yang menghargai nilai intrinsik makhluk hidup karena pemberian hak paten pada
organisme hasil rekayasa menyebabkan pemberian hak pribadi atas organisme yang bisa
disalahgunakan.
d. Kloning manusia saat ini masih dipertentangkan dan dianggap merusak nilai etika dan moral
karena merusak embrio/janin manusia untuk alasan apapun dianggap tidak manusiawi
2) Di bidang sosial ekonomi
a. Menimbulkan kesenjangan antara negara/ perusahaan yang memanfaatkan biotekno-logi
dengan yang belum memanfaatkan bioteknologi (negara dunia ke tiga).
b. Hak paten hasil rekayasa, swastanisasi dan konsentrasi bioteknologi pada kelompok tertentu
membuat petani tradisional tidak dapat mengadakan bibit sendiri dan para peneliti harus
mendapatkan ijin terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian menggunakan bibit-bibit hasil
rekayasa tersebut.
c. Merugikan petani kecil dan menimbulkan kesenjangan ekonomi karena produk bioteknologi
yang pada umumnya dimiliki oleh pemilik modal dapat meningkatkan produksi hingga 50 %.
d. Produk bioteknologi hasil modifikasi genetika suatu organisme dapat menyingkirkan plasma
nutfah, yaitu suatu jenis makhluk hidup yang masih memiliki sifat asli.

3) Di bidang kesehatan
a. Ada produk hasil rekayasa genetik yang disinyalir menimbulkan masalah serius, misalnya
kematian akibat penggunaan insulin, sapi penghasil susu yang disuntik dengan Hormon BGH
mengandung bahan kimia yang berbahaya, tomat Flavr Savr diketahui membawa gen resisten
terhadap antibiotik.
b. Penggunaan insulin hasil rekayasa telah menyebabkan 31 orang meninggal di Inggris.
c. Tomat Flavr Savr hasil rekayasa diketahui mengandung gen yang resisten terhadap
antibiotik.
d. Susu sapi yang disuntik hormon BGH (bovine growth hormone) atau hormon pertumbuhan
sapi, disinyalir mengandung bahan kimia baru yang punya potensi berbahaya bagi kesehatan
manusia..
e. Jagung yang direkayasa sebagai pakan unggas menjadikan unggas tersebut mengandung
genetic modified organism (GMO) yang dikhawatirkan membahayakan manusia.
f. Ada dugaan bahwa SARS yang menghebohkan dunia, diduga disebabkan oleh rekayasa
genetika virus Corona.
4) Dampak terhadap lingkungan
a. Pelepasan organisme transgenik ke alam dapat keseimbangan alam dan kelestarian
organisme.
b. Pencemaran biologi, karena apabila makhluk hidup transgenik lepas ke alam bebas dan
kawin dengan makhluk normal dapat menghasilkan keturunan yang mutan.
c. Penyalahgunaan hak pribadi, karena dengan rekayasa genetika perubahan genotip tidak
dirancang secara alami sesuai dengan kebutuhan, melainkan menurut kebutuhan pelaku
bioteknologi itu sendiri. Hal ini dapat menimbulkan peluang bahaya bagi kelestarian lingkungan
hidup.

CONTOH-CONTOH PENERAPAN ILMU BIOTEKNOLOGI


1. Antibodi Monoklonal
adalah antibodi sejenis yang diproduksi oleh sel plasma klon sel-sel ? sejenis. Antibodi ini dibuat
oleh sel-sel hibridoma (hasil fusi 2 sel berbeda; penghasil sel ? Limpa dan sel mieloma) yang
dikultur.
Bertindak sebagai antigen yang akan menghasilkan anti bodi adalah limpa. Fungsi antara lain
diagnosis penyakit dan kehamilan
2. Terapi Gen
adalah pengobatan penyakit atau kelainan genetik dengan menyisipkan gen normal
3. Antibiotik
Dipelopori oleh Alexander Fleming dengan penemuan penisilin dari Penicillium notatum.

4. Interferon
Adalah antibodi terhadap virus. Secara alami hanya dibuat oleh tubuh manusia. Proses
pembentukan di dalam, tubuh memerlukan waktu cukup lama (dibanding kecepatan replikasi
virus), karena itu dilakukan rekayasa genetika.
5. Vaksin
Contoh: Vaksin Hepatitis B dan malaria.

Secara konvensional pelemahan kuman dilakukan dengan pemanasan atau pemberian bahan
kimia.
Dengan bioteknologi dilakukan fusi atau transplantasi gen.

Anda mungkin juga menyukai