Anda di halaman 1dari 7

Edy Batara Mulya Siregar Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN

Emmy Harso Khardinata Volume 17 ( 2) 2005

REKAYASA GENETIKA TANAMAN CABAI


(Capsicum annuum L.) TAHAN VIRUS MOSAIK
KETIMUN (CMV)

Edy Batara Mulya Siregar


Emmy Harso Khardinata
Laboratorium Bioteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Abstrak
Pemuliaan tanaman merupakan suatu usaha untuk memperbaiki sifat atau bentuk tanaman. Proses pemuliaan
tanaman biasanya diawali dengan mendapatkan variabilitas genetik, melakukan kegiatan seleksi terhadap
sumber genetik tersebut, melakukan persilangan-persilangan dan seleksi lanjutan. Hal ini menjadi masalah bila
sifat yang diinginkan tidak terdapat pada sumber genetik tersebut, maka harus dicari dari sumber genetik lainnya.

Keperluan akan varietas cabai yang bermutu, terutama yang mempunyai ketahanan terhadap penyakit virus
sangat diperlukan dan dirasakan sangat mendesak. Telah pula diketahui bahwa pengendalian penyakit infeksi
yang terbaik adalah dengan menggunakan varietas yang resisten. Menurut Hull (1990), terdapat tiga pendekatan
untuk mencegah penurunan produksi akibat serangan virus, yaitu: (1) menghilangkan sumber infeksi, (2)
mencegah penyebaran virus, dan (3) menggunakan varietas yang tahan. Penggunaan varietas tahan
mempunyai keunggulan, yaitu secara ekonomi paling baik untuk petani, berwawasan lingkungan (mengurangi
penggunaan pestisida), dan efektif untuk jangka panjang.

Kata kunci: Rekayasa genetika, CMV

A. Pendahuluan produktivitas cabai di Indonesia, di antaranya


adalah: penggunaan benih yang kurang
Tanaman cabai merupakan tanaman bermutu, teknik budidaya yang belum
hortikultura yang penting di Indonesia. Bila sempurna, dan tingginya serangan hama
dibandingkan dengan tanaman sayuran dan penyakit.
lainnya, tanaman cabai menempati pilihan
utama yang ditanam petani. Total area Fenomena serangan virus kompleks
tanaman cabai merupakan yang terbesar, (dengan gejala keriting) pada tanaman
yaitu mencapai luas 182.000 hektar sampai cabai merupakan masalah yang telah lama
tahun 1999. Jumlah ini kurang lebih 21,5 % dihadapi para petani cabai di Indonesia.
dari total area seluruh pertanaman sayuran Penyakit virus kompleks pada cabai
di Indonesia (BPS, 1999). merupakan penyakit virus yang disebabkan
oleh infeksi lebih dari satu jenis virus
Berdasarkan data-data permintaan dan tanaman. Tanaman cabai yang sakit
diinfeksi oleh beberapa jenis virus, di
produksi, diproyeksikan bahwa permintaan
antaranya yang dominan adalah virus
terus meningkat dengan laju 13 % setiap mosaik ketimun (CMV), virus etch
tahun. Jika produktivitas tidak ditingkatkan, tembakau (TEV), virus moasik tembakau
maka pemerintah akan mengimpor produk (TMV), virus Y kentang, dan chilli veinal
segar cabai maupun produk hasil olahannya mottle virus (CVMV).
setiap tahun.
Setiap pertanaman cabai yang terinfeksi
Produktivitas tanaman cabai di Indonesia, oleh penyakit ini tidak dapat menghasilkan
yaitu rata-rata 2,6 ton per hektar merupakan buah yang dapat dipanen. Keparahan dan
produktivitas yang paling rendah di Asia besarnya reduksi hasil panen akibat
Tenggara dengan rata-rata dapat mencapai penyakit ini bergantung pada varietas
8-9 ton per hektar (BPS, 1999). Banyak tanaman, jumlah virus yang menginfeksi
dan waktu infeksi di lapangan. Terjadinya
faktor yang menyebabkan rendahnya infeksi yang lebih awal dan adanya infeksi
beberapa virus sekaligus akan menambah pertanaman cabai akibat infeksi virus
keparahan dan reduksi hasil panen. Puso kompleks sering kali terjadi.
(pertanaman terserang total) pada Telah diketahui bahwa budidaya cabai
1
Edy Batara Mulya Siregar Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN
Emmy Harso Khardinata Volume 17 ( 2) 2005

merupakan usaha tani yang berbiaya tinggi, tanaman tembakau. Tanaman tembakau yang
sehingga resiko kegagalan harus dihindarkan. mengandung dan mengekspresikan gen CP
Oleh karena itu pengembangan pengendalian
TMV dapat menghambat infeksi virus TMV.
yang tepat terhadap infeksi virus mutlak
Nelson et al. (1988) bahkan telah
diperlukan.
melakukan percobaan lapangan terhadap
Pemuliaan tanaman merupakan suatu tomat transgenik yang mengandung gen CP
usaha untuk memperbaiki sifat atau bentuk TMV. Sejak laporan tersebut, berbagai
tanaman. Proses pemuliaan tanaman tanaman transgenik yang mengandung
biasanya diawali dengan mendapatkan berbagai gen CP telah diregenerasikan dan
variabilitas genetik, melakukan kegiatan diuji resistensinya terhadap infeksi virus.
seleksi terhadap sumber genetik tersebut, Diantaranya adalah resistensi TMV pada
melakukan persilangan-persilangan dan tomat, resistensi AlMV pada alfalfa, resistensi
seleksi lanjutan. Hal ini menjadi masalah PVY pada kentang dan tembakau,
bila sifat yang diinginkan tidak terdapat resistensi PStV pada kacang tanah, dan
pada sumber genetik tersebut, maka harus berbagai resistensi lain pada tanaman yang
dicari dari sumber genetik lainnya. Telah berbeda. Resistensi terhadap penyakit virus
dibuktikan bahwa teknik rekayasa genetik tanaman telah di-review secara vekstensif
merupakan salah satu cara yang menjanjikan oleh Grumet (1990), dan Hull (1990).
untuk mendapatkan tanaman yang resisten
terhadap penyakit virus. Gen ketahanan Tiga komponen kunci rekayasa genetik untuk
tersebut berasal dari virus sendiri, yaitu gen mendapatkan tanaman cabai transgenik
CP CMV dan gen tersebut dapat dimasukkan tahan virus adalah: (1) tersedianya gen
ke dalam genom tanaman cabai. antivirus (gen CP CMV), (b) tersedianya
cara introduksi gen CP ke dalam genom
Keperluan akan varietas cabai yang bermutu, tanaman cabai dan regenerasi cabai
terutama yang mempunyai ketahanan transgenik, serta (c) ekspresi gen CP pada
terhadap penyakit virus sangat diperlukan tanaman transforman. Dua komponen, yaitu
dan dirasakan sangat mendesak. Telah komponen (2) dan (3) pada tanaman cabai
pula diketahui bahwa pengendalian telah diteliti pada penelitian sebelumnya
penyakit infeksi yang terbaik adalah dengan (Siregar et al., 1997, Siregar & Sudarsono,
menggunakan varietas yang resisten. 1997). Kedua metode untuk komponen (2)
Menurut Hull (1990), terdapat tiga dan (3) telah dibakukan Proyek RUT IV dan
pendekatan untuk mencegah penurunan Graduate Team Research Batch II),
produksi akibat serangan virus, yaitu: sehingga bila komponen (a) yang
(1) menghilangkan sumber infeksi, (2) men- diperlukan tersedia maka rekayasa genetik
cegah penyebaran virus, dan (3) tanaman cabai tahan virus dapat
menggunakan varietas yang tahan. dilaksanakan.
Penggunaan varietas tahan mempunyai
keunggulan, yaitu secara ekonomi paling Laboratorium Virologi Jurusan Hama dan
baik untuk petani, berwawasan lingkungan Penyakit Tumbuhan dan Pusat Kajian
(mengurangi penggunaan pestisida), dan Pengandalian Hama Terpadu Fakultas
efektif untuk jangka panjang. Pertanian, Institut Pertanian Bogor telah
mengadakan serangkaian penelitian untuk
Penggunaan gen pembungkus protein (gen mendapatkan tanaman cabai tahan virus,
CP) untuk pengendalian virus pertama kali baik melalui pendekatan pemuliaan maupun
dilaporkan oleh Powell-Abel et al. (1986) pada dengan teknik rekayasa genetik (Proyek
RUT, Hibah Bersaing, Graduate Team
Research, dan kegiatan penelitian rutin
lainnya).

Pada penelitian dilaksanakan kegiatan-


kegiatan untuk menghasilkan gen anti virus,
yaitu gen CP CMV sehingga tersedia untuk tanaman cabai. Gen ketahanan tersebut
digunakan dalam rekayasa genetik diintroduksikan ke dalam genom tanaman

2
Edy Batara Mulya Siregar Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN
Emmy Harso Khardinata Volume 17 ( 2) 2005

cabai, sehingga dihasilkan tanaman cabai


Sebagai penyeleksi adalah antibiotik
transgenik yang tahan terhadap infeksi virus
CMV. Kegiatan penelitian ini juga hygromycin untuk menekan pertumbuhan
merupakan usaha untuk mengatasi sel tanaman asal sehingga sel transgenik
serangan penyakit virus kompleks pada dapat tumbuh dan dapat dibedakan dari sel
tanaman cabai dengan menggunakan yang lain. Konsentrasi antibiotik tersebut
tanaman cabai transgenik tahan virus. diuji untuk mendapatkan efisiensi seleksi
Selain itu, kegiatan penelitian ini juga hasil kokultivasi.
merupakan usaha untuk mengembangkan
sumberdaya manusia terampil untuk Analisis Molekuler Tanaman Transgenik
menghasilkan sesuatu yang orisinil Indonesia. Tanaman trasngenik yang diperoleh dianalisis
secara molekuler untuk membuktikan
Kegunaan dan Tujuan Khusus
adanya integrasi gen CP CMV yang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diintroduksikan. Deteksi integrasi gen nptII
menghasilkan gen anti virus (gen CP CMV) dan gen CP CMV dilakukan dengan teknik
sehingga dapat digunakan dalam rekayasa PCR. Susunan primer dan kondisi PCR
genetik tanaman, khususnya tanaman yang digunakan disesuaikan dengan
cabai. Gen CP CMV tersebut juga dapat susunan dan kondisi PCR yang telah
dimasukkan ke tanaman lain yang biasa dipublikasikan.
diinfeksi oleh virus CMV. Pengembangan
sumberdaya manusia yang terampil dalam Uji Ketahanan Tanaman Transgenik
bidang rekayasa genetik tanaman juga Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
merupakan kegunaan dari penelitian.
ketahanan tanaman transgenic yang
Tujuan khusus penelitian adalah: diperoleh terhadap sejumlah strain virus
1. Menyediakan gen anti virus CMV (gen CMV. Bahan tanaman transgenik yang diuji
CP CMV) diperoleh dengan cara sebagai berikut:
2. Menghasilkan vektor transforman yang tanaman transgenik pertama (R0) yang
mengandung gen CP CMV diperoleh dari kultur diaklimatisasi dan
3. Menghasilkan planlet tanaman cabai ditanam pada pot di rumah kasa tertutup.
transgenik yang mengandung gen CP Benih R1 (generasi F1) dikumpulkan dari
CMV. tanaman R0. Masing-masing sebanyak 20
buah tanaman R1 yang berumur 21 hari
Introduksi Gen CP CMV ke dalam Genom digunakan untuk pengujian. Inokulasi
Tanaman Cabai dilakukan secara mekanik sesuai prosedur
Kegiatan penelitian ini meliputi persiapan yang ada. Tiga minggu setelah inokulasi
kultur bakteri, kokultivasi, seleksi, dan daun pucuk tanaman cabai dianalisis
pemeliharaan kultur. Tiga kultivar cabai, dengan teknik ELISA.
yaitu Tit L. Super, Jatilaba, dan Laris
digunakan sebagai bahan tanaman
percobaan. Daun dari kecambah cabai in Pola Pewarisan Gen CP CMV pada
vitro yang berumur 21 hari digunakan Tanaman Cabai
sebagai eksplan untuk dikokultivasi. Pada Pola pewarisan gen CP CMV yang terdapat
percobaan diuji pengaruh tingkat populasi pada tanaman transgenik dipelajari untuk
bakteri, waktu inokulasi, waktu kokultivasi mengetahui bagaimana pewarisan gen CP
dan pengaruh pre-kultur sebelum eksplan CMV. Studi pola pewarisan gen CP CMV
dikokultivasi. pada tanaman cabai transgenik yang
diperoleh akan dilakukan sampai keturunan
R2. Kegiatan penelitian ini juga akan dapat
mengetahui kestabilan integrasi gen CP
CMV pada genom tanaman cabai.
B. Metode Penelitian 21 hari dikokutivasi dengan kultur bakteri
Agrobacterium dengan cara merendam
1. Introduksi Gen CP CMV ke dalam eksplan di dalam suspensi bakteri selama
Genom Tanaman Cabai 5 menit. Kemudian eksplan dikulturkan pada
Esplan daun tanaman cabai yang berumur media regenerasi, yaitu media dasar MS
3
Edy Batara Mulya Siregar Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN
Emmy Harso Khardinata Volume 17 ( 2) 2005

yang ditambahkan BAP (4 mg/l) dan IAA Reaksi dilakukan dalam volume 10 ul yang
(0.25 mg/l), antibiotik penyeleksi (50 dan terdiri atas 1 ul DNA tanaman, dNTPs
100 mg/l; sesuai perlakuan). Jumlah antibiotik 0.2 mM (Perkin Elmer), MgCl2 1.25 mM
yang ditambahkan pada media merupakan (Perkin Elmer), bufer PCR (Tris-HCl 20 mM,
bagian percobaan untuk mengetahui 50 mM KCl), primer 0.005 uM dan Taq DNA
efisiensi transformasi. Selain itu pada media polymerase 2.5 unit (Perkin Elmer). Susunan
juga ditambahkan antibiotik cefotaxime (500 primer gen nptII yang digunakan adalah:
mg/l) untuk membunuh agrobacterium. 5’ – CAA GAT GGA TTG CAC GCA GGT TC
Eksplan disubkultur ke dalam media seleksi – ’3 dan 5’ – TCC AGA TCA TCC TGA TCG
yang masih segar setiap tujuh hari ACA AG – ’3 yang akan menghasilkan
sekali. Semua kultur fragmen amplifikasi sebesar 465 bp.
diinkubasikan dalam ruang Kultur dengan
intensitas penyinaran 1000 – 1500 lux Kondisi PCR untuk amplifikasi gen nptII
selama 24 jam. Suhu ruangan diatur dilakukan sebanyak 30 siklus, setiap siklus
sehingga berkisar antara 26 - 28 0C. terdiri atas 94 0C selama 1 menit, 55 0C
selama 1 menit, dan 72 0C selama 2 menit.
Pengamatan dilakukan terhadap jumlah Hasil amplifikasi PCR kemudian dimigrasikan
eksplan yang hidup, jumlah eksplan yang pada gel agarose-ethidium bromide 1.5 %
beregenerasi, dan jumlah tunas yang terbentuk. dengan bufer TBE. Hasil migrasi diamati
dengan sinar UV (panjang gelombang 300
Percobaan juga dilakukan untuk mengetahui nm), didokumentasi dengan kamera
pengaruh tingkat populasi bakteri polaroid dan untuk penanda ukuran
(OD600 = 0,2 dan OD600 = 0,5), waktu fragmne DNA digunakan penanda 1.0 kb
inokulasi (2.5 dan 5 menit), waktu kokultivasi ladder (Promega).
(0, 1, dan 2 hari) dan pengaruh pre-kultur
(1, 2, dan 3 hari) sebelum eksplan 3. Uji Ketahanan Tanaman Transgenik
dikokultivasi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
ketahanan tanaman transgenik yang
2. Analisis Molekuler Tanaman Transgenik diperoleh terhadap sejumlah strain virus
Tanaman transgenik yang diperoleh dianalisis CMV. Bahan tanaman transgenik yang diuji
secara molekuler untuk membuktikan adanya diperoleh dengan cara sebagai berikut:
integrasi gen CP CMV yang diintroduksikan. tanaman transgenik pertama (R0) yang
Deteksi integrasi gen nptII dan gen CP diperoleh dari kultur diaklimatisasi dan
CMV dilakukan dengan teknik PCR. ditanam pada pot di rumah kasa tertutup.
Susunan primer dan kondisi PCR yang Benih R1 (generasi F1) dikumpulkan dari
digunakan disesuaikan dengan susunan tanaman R0. Masing-masing sebanyak 20
dan kondisi PCR yang telah dipublikasikan. buah tanaman R1 yang berumur 21 hari
digunakan untuk pengujian.
DNA diisolasi dari tanaman putatif transgenik Inokulasi dilakukan secara mekanik
dan kontrol dengan metode CTAB mengikuti sesuai prosedur yang ada. Tiga minggu
Murray & Thompson (1980). Pada analisis setelah inokulasi daun pucuk
molekuler digunakan polimerase amplitaq tanaman cabai dianalisis dengan teknik
yang berasal dari Perkin Elmer Cetus. ELISA. Prosedur yang dilakukan sesuai
dengan petunjuk pada Agdia PathoScreen
Kit DAS ELISA Peroxidase. Hasil yang
diperoleh kemudian dibaca dengan alat
ELISA READER pada panjang gelombang
490 nm.

4. Pola Pewarisan Gen CP CMV pada


Tanaman Cabai
Pola pewarisan gen CP CMV yang terdapat
pada tanaman transgenik dipelajari untuk
mengetahui bagaimana pewarisan gen CP
CMV. Studi pola pewarisan gen CP CMV pada tanaman cabai transgenik yang

4
Edy Batara Mulya Siregar Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN
Emmy Harso Khardinata Volume 17 ( 2) 2005

diperoleh akan dilakukan sampai keturunan pemanjangan tunas dengan media dasar
R2. Kegiatan penelitian ini juga akan dapat MS yang mengandung BAP (1 mg/l),
mengetahui kestabilan integrasi gen CP AgNO3 (5 mg/l), GA3 (2 mg/l) dan Ca-P (2
CMV yang diinsersikan pada genom mg/l). Tanaman putatif transgenik yang
tanaman cabai. diperoleh selanjutnya dianalisis secara
molekuler untuk membuktikan introduksi
C. Hasil dan Pembahasan gen yang ditransformasikan. Analisis
Semua tunas yang diperoleh selanjutnya molekuler masih menunggu tunas tanaman
disubkultur pada media pembesaran dan membesar dan lengkap menjadi tanaman.
Tabel 1. Respons Eksplan Daun Cabai CV. Tit L. Super terhadap Konsentrasi Antibiotik
Kanamycin yang Digunakan untuk Menyeleksi Eksplan. Inokulasi Eksplan Dilakukan dengan
Merendam dalam Suspensi Bakteri Selama 5 Menit dengan Jumlah Populasi Bakteri pada
OD600 = 0.5. Eksplan Dikultur pada Media Regenerasi yang Mengandung Antibiotik
Penyeleksi.
Konsentrasi Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Rerata Jumlah Tunas
Kanamycin Awal yang Hidup yang Bertunas (%) per Eksplan
(mg/l)
50 100*) 74 53 (73.6 %) 1.8
100 100 32 17 (53.1 %) 1.3
*) Data merupakan rerata dari 3 seri percobaan

Tabel 2. Respons Eksplan Daun Cabai CV. Tit L. Super terhadap Dua Populasi Bakteri yang
Digunakan untuk Menginokulasi Eksplan. Inokulasi Eksplan Dilakukan dengan Merendam
dalam Suspensi Bakteri Selama 5 Menit. Eksplan Dikultur pada Media Regenerasi yang
Mengandung Antibiotik Penyeleksi.
Populasi Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Rerata Jumlah
Bakteri Awal yang Hidup yang Bertunas (%) Tunas per Eksplan
OD600 = 0.2 100*) 68 18 (26.5%) 1.8
OD600 = 0.5 100 46 12 (23.5%) 1.5
*) Data merupakan rerata dari 3 seri percobaan

Tabel 3. Respons Eksplan Daun Cabai CV. Tit L. Super terhadap Dua Waktu Inokulasi yang
Digunakan untuk Menginokulasi Eksplan. Inokulasi Eksplan Dilakukan dengan Merendam
dalam Suspensi Bakteri. Populasi Bakteri yang Digunakan adalah OD600 = 0.5. Eksplan
dikultur pada Media Regenerasi yang Mengandung Antibiotik Penyeleksi.
Lama Inokulasi Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Rerata Jumlah
(menit) Awal yang Hidup yang Bertunas (%) Tunas per Eksplan
2.5 100*) 10 0 (0%) 0
5 100 32 3 (71.9%) 1.5
*) Data merupakan rerata dari 3 seri percobaan

Tabel 4. Respons Eksplan Daun Cabai CV. Tit L. Super terhadap Tiga Waktu Kokultivasi yang
Digunakan untuk Menginokulasi Eksplan. Inokulasi Eksplan Dilakukan dengan Merendam
dalam Suspensi Bakteri Selama 5 Menit. Populasi Bakteri yang Digunakan adalah OD600 = 0.5.
Eksplan Dikultur pada Media Regenerasi yang Mengandung Antibiotik Penyeleksi.
Lama Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Rerata Jumlah
Kokultivasi Awal yang Hidup yang Bertunas (%) Tunas per Eksplan
(hari)
0 100*) 64 42(65.6%) 1.6
1 100 24 9(37.5%) 1.3
2 100 0 0 0
*) Data merupakan rerata dari 3 seri percobaan

5
Tabel 5. Respons Eksplan Daun Cabai CV. Tit L. Super terhadap tiga Waktu Perlakuan Pre-Kultur
Eksplan Sebelum Inokulasi Eksplan Dilakukan. Inokulasi Eksplan Dilakukan dengan
Merendam dalam Suspensi Bakteri Selama 5 Menit. Populasi Bakteri yang Digunakan adalah
OD600 = 0.5. Eksplan Dikultur pada Media Regenerasi yang Mengandung Antibiotik
Penyeleksi.
Lama Pre- Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Rerata Jumlah
Kultur Awal yang Hidup yang Bertunas (%) Tunas per Eksplan
(hari)
1 100*) 72 45(62.5%) 1.8
2 100 66 41(62.1%) 1.7
3 100 58 32(55.2%) 1.2
*) Data merupakan rerata dari 3 seri percobaan

D. Daftar Pustaka Kaper, J.M and M.E. Tousignant, 1977.


Cucumber Mosaic Virus – Assosiated
Agrios, G.N., 1998. Plant Pathology. RNA-5. I. Role of Host Plant and
Second Edition. Academic Helper Strain in Determining Amount
Press. New York. P. 466-470. of Associated RNA-5 with Virions.
Brunt, A.A., Crabtree, K., Dallwitz, Virology. 80: 186-195.
M.J., Gibbs, A.J., Watson, L.
and Zurcher, E.J., 1996. Plant MacNab, A.A., A.F. Sherf and J.K. Springer,
Viruses Online: Descriptions 1983. Identifying Diseases of
and Lists from the Vegetables. The Pennsylvania State
VIDE University.
Database.Version:20thAugust19 Mashari, M.A., 2003. Virus Si Biang
96.’URL.(http://biology.anu.edu. Penyakit Tanaman. Majalah Pertanian
au/Groups/M ES/vide/). Abdi Tani. Wahana Informasi
Chabbouh, N. and C. Cherif, 1990. Pertanian. Surabaya. (Vol. 4. No. 3 /
Cucumber Mosaic Virus in Edisi XVI Juli.).
artichoke. FAO Plant. Prot. Bull. Murant, A.F. and A.M. Mayo, 1982.
38:52-53. Satellites of Plant Viruses. Ann. Rev.
Clark, M.F. and Adams, A.N., 1977. Phytophatologi. 20: 47-70.
Characteristic of the Microplate Provvidenti, R., R.W. Robinson and J.W.
Method of Enzyme-Linked Shail, 1980. A Source of Resistance
Immunosorbent Assay (ELISA) to A Strain of CMV in Lactucia saligna
for the Detection of Plant L. Hort Scpence, 15: 528-529.
Viruses. J. Gen. Virol. 34. 475- Rist, D.L and J.W. Lorbeer, 1989.
483. Occurrence and Overwintering of
Dixon, G.R., 1981. Vegetable Crop CMV and Broad Bean Wilt Virus in
Diseases. First American Weeds Growing Near Commercial
Edition. The AVI Publishing Lettuce Field in New York.
Company. Inc. Westport, Phytophatology. 79: 65-69.
Connecticut. Hong Kong. Russels, G.E. 1981. Plant Breeding for
Duriat, A.S. dan S. Sastrosiswojo, Pest and Disease Resistance.
1999. Pengendalian Hama Butterworths. Toronto. 427p.
Penyakit Terpadu Pada Setiadi, 1997. Bertanam Cabai. Penebar
Agribisnis Cabai. Dalam Swadaya. Jakarta.
Santika, A. (Editor). Agribisnis Siregar, E.B.M, 1993. Assosiasi Virus
Cabai. Penebar Swadaya. Mosaik Ketimun-Satelit RNA-5 dalam
Jakarta. Memproteksi Tanaman Tomat
Francki, R.I.B., D.W. Mossop and T. (Lycopersicon esculentum Mill.) dan
Hatta, 1979. Cucumber Mosaic Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Virus. CM1/AAB Description of Terhadap Virus Mosaik Ketimun
Plant Viruses. No. 213.
Patogenik. Laporan Penelitian and Breeding of Resistance to
Program Pascasarjana. IPB.
Watterson, J.C., 1993. Development
Pepper and Tomato Viruses. Pp 80- of Vegetable. Timber Press,
101. In Kyle, M.M. (Editor). Oregon.
Resistance to Virus Diseases

Anda mungkin juga menyukai