Abstrak
Pemuliaan tanaman merupakan suatu usaha untuk memperbaiki sifat atau bentuk tanaman. Proses pemuliaan
tanaman biasanya diawali dengan mendapatkan variabilitas genetik, melakukan kegiatan seleksi terhadap
sumber genetik tersebut, melakukan persilangan-persilangan dan seleksi lanjutan. Hal ini menjadi masalah bila
sifat yang diinginkan tidak terdapat pada sumber genetik tersebut, maka harus dicari dari sumber genetik lainnya.
Keperluan akan varietas cabai yang bermutu, terutama yang mempunyai ketahanan terhadap penyakit virus
sangat diperlukan dan dirasakan sangat mendesak. Telah pula diketahui bahwa pengendalian penyakit infeksi
yang terbaik adalah dengan menggunakan varietas yang resisten. Menurut Hull (1990), terdapat tiga pendekatan
untuk mencegah penurunan produksi akibat serangan virus, yaitu: (1) menghilangkan sumber infeksi, (2)
mencegah penyebaran virus, dan (3) menggunakan varietas yang tahan. Penggunaan varietas tahan
mempunyai keunggulan, yaitu secara ekonomi paling baik untuk petani, berwawasan lingkungan (mengurangi
penggunaan pestisida), dan efektif untuk jangka panjang.
merupakan usaha tani yang berbiaya tinggi, tanaman tembakau. Tanaman tembakau yang
sehingga resiko kegagalan harus dihindarkan. mengandung dan mengekspresikan gen CP
Oleh karena itu pengembangan pengendalian
TMV dapat menghambat infeksi virus TMV.
yang tepat terhadap infeksi virus mutlak
Nelson et al. (1988) bahkan telah
diperlukan.
melakukan percobaan lapangan terhadap
Pemuliaan tanaman merupakan suatu tomat transgenik yang mengandung gen CP
usaha untuk memperbaiki sifat atau bentuk TMV. Sejak laporan tersebut, berbagai
tanaman. Proses pemuliaan tanaman tanaman transgenik yang mengandung
biasanya diawali dengan mendapatkan berbagai gen CP telah diregenerasikan dan
variabilitas genetik, melakukan kegiatan diuji resistensinya terhadap infeksi virus.
seleksi terhadap sumber genetik tersebut, Diantaranya adalah resistensi TMV pada
melakukan persilangan-persilangan dan tomat, resistensi AlMV pada alfalfa, resistensi
seleksi lanjutan. Hal ini menjadi masalah PVY pada kentang dan tembakau,
bila sifat yang diinginkan tidak terdapat resistensi PStV pada kacang tanah, dan
pada sumber genetik tersebut, maka harus berbagai resistensi lain pada tanaman yang
dicari dari sumber genetik lainnya. Telah berbeda. Resistensi terhadap penyakit virus
dibuktikan bahwa teknik rekayasa genetik tanaman telah di-review secara vekstensif
merupakan salah satu cara yang menjanjikan oleh Grumet (1990), dan Hull (1990).
untuk mendapatkan tanaman yang resisten
terhadap penyakit virus. Gen ketahanan Tiga komponen kunci rekayasa genetik untuk
tersebut berasal dari virus sendiri, yaitu gen mendapatkan tanaman cabai transgenik
CP CMV dan gen tersebut dapat dimasukkan tahan virus adalah: (1) tersedianya gen
ke dalam genom tanaman cabai. antivirus (gen CP CMV), (b) tersedianya
cara introduksi gen CP ke dalam genom
Keperluan akan varietas cabai yang bermutu, tanaman cabai dan regenerasi cabai
terutama yang mempunyai ketahanan transgenik, serta (c) ekspresi gen CP pada
terhadap penyakit virus sangat diperlukan tanaman transforman. Dua komponen, yaitu
dan dirasakan sangat mendesak. Telah komponen (2) dan (3) pada tanaman cabai
pula diketahui bahwa pengendalian telah diteliti pada penelitian sebelumnya
penyakit infeksi yang terbaik adalah dengan (Siregar et al., 1997, Siregar & Sudarsono,
menggunakan varietas yang resisten. 1997). Kedua metode untuk komponen (2)
Menurut Hull (1990), terdapat tiga dan (3) telah dibakukan Proyek RUT IV dan
pendekatan untuk mencegah penurunan Graduate Team Research Batch II),
produksi akibat serangan virus, yaitu: sehingga bila komponen (a) yang
(1) menghilangkan sumber infeksi, (2) men- diperlukan tersedia maka rekayasa genetik
cegah penyebaran virus, dan (3) tanaman cabai tahan virus dapat
menggunakan varietas yang tahan. dilaksanakan.
Penggunaan varietas tahan mempunyai
keunggulan, yaitu secara ekonomi paling Laboratorium Virologi Jurusan Hama dan
baik untuk petani, berwawasan lingkungan Penyakit Tumbuhan dan Pusat Kajian
(mengurangi penggunaan pestisida), dan Pengandalian Hama Terpadu Fakultas
efektif untuk jangka panjang. Pertanian, Institut Pertanian Bogor telah
mengadakan serangkaian penelitian untuk
Penggunaan gen pembungkus protein (gen mendapatkan tanaman cabai tahan virus,
CP) untuk pengendalian virus pertama kali baik melalui pendekatan pemuliaan maupun
dilaporkan oleh Powell-Abel et al. (1986) pada dengan teknik rekayasa genetik (Proyek
RUT, Hibah Bersaing, Graduate Team
Research, dan kegiatan penelitian rutin
lainnya).
2
Edy Batara Mulya Siregar Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN
Emmy Harso Khardinata Volume 17 ( 2) 2005
yang ditambahkan BAP (4 mg/l) dan IAA Reaksi dilakukan dalam volume 10 ul yang
(0.25 mg/l), antibiotik penyeleksi (50 dan terdiri atas 1 ul DNA tanaman, dNTPs
100 mg/l; sesuai perlakuan). Jumlah antibiotik 0.2 mM (Perkin Elmer), MgCl2 1.25 mM
yang ditambahkan pada media merupakan (Perkin Elmer), bufer PCR (Tris-HCl 20 mM,
bagian percobaan untuk mengetahui 50 mM KCl), primer 0.005 uM dan Taq DNA
efisiensi transformasi. Selain itu pada media polymerase 2.5 unit (Perkin Elmer). Susunan
juga ditambahkan antibiotik cefotaxime (500 primer gen nptII yang digunakan adalah:
mg/l) untuk membunuh agrobacterium. 5’ – CAA GAT GGA TTG CAC GCA GGT TC
Eksplan disubkultur ke dalam media seleksi – ’3 dan 5’ – TCC AGA TCA TCC TGA TCG
yang masih segar setiap tujuh hari ACA AG – ’3 yang akan menghasilkan
sekali. Semua kultur fragmen amplifikasi sebesar 465 bp.
diinkubasikan dalam ruang Kultur dengan
intensitas penyinaran 1000 – 1500 lux Kondisi PCR untuk amplifikasi gen nptII
selama 24 jam. Suhu ruangan diatur dilakukan sebanyak 30 siklus, setiap siklus
sehingga berkisar antara 26 - 28 0C. terdiri atas 94 0C selama 1 menit, 55 0C
selama 1 menit, dan 72 0C selama 2 menit.
Pengamatan dilakukan terhadap jumlah Hasil amplifikasi PCR kemudian dimigrasikan
eksplan yang hidup, jumlah eksplan yang pada gel agarose-ethidium bromide 1.5 %
beregenerasi, dan jumlah tunas yang terbentuk. dengan bufer TBE. Hasil migrasi diamati
dengan sinar UV (panjang gelombang 300
Percobaan juga dilakukan untuk mengetahui nm), didokumentasi dengan kamera
pengaruh tingkat populasi bakteri polaroid dan untuk penanda ukuran
(OD600 = 0,2 dan OD600 = 0,5), waktu fragmne DNA digunakan penanda 1.0 kb
inokulasi (2.5 dan 5 menit), waktu kokultivasi ladder (Promega).
(0, 1, dan 2 hari) dan pengaruh pre-kultur
(1, 2, dan 3 hari) sebelum eksplan 3. Uji Ketahanan Tanaman Transgenik
dikokultivasi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
ketahanan tanaman transgenik yang
2. Analisis Molekuler Tanaman Transgenik diperoleh terhadap sejumlah strain virus
Tanaman transgenik yang diperoleh dianalisis CMV. Bahan tanaman transgenik yang diuji
secara molekuler untuk membuktikan adanya diperoleh dengan cara sebagai berikut:
integrasi gen CP CMV yang diintroduksikan. tanaman transgenik pertama (R0) yang
Deteksi integrasi gen nptII dan gen CP diperoleh dari kultur diaklimatisasi dan
CMV dilakukan dengan teknik PCR. ditanam pada pot di rumah kasa tertutup.
Susunan primer dan kondisi PCR yang Benih R1 (generasi F1) dikumpulkan dari
digunakan disesuaikan dengan susunan tanaman R0. Masing-masing sebanyak 20
dan kondisi PCR yang telah dipublikasikan. buah tanaman R1 yang berumur 21 hari
digunakan untuk pengujian.
DNA diisolasi dari tanaman putatif transgenik Inokulasi dilakukan secara mekanik
dan kontrol dengan metode CTAB mengikuti sesuai prosedur yang ada. Tiga minggu
Murray & Thompson (1980). Pada analisis setelah inokulasi daun pucuk
molekuler digunakan polimerase amplitaq tanaman cabai dianalisis dengan teknik
yang berasal dari Perkin Elmer Cetus. ELISA. Prosedur yang dilakukan sesuai
dengan petunjuk pada Agdia PathoScreen
Kit DAS ELISA Peroxidase. Hasil yang
diperoleh kemudian dibaca dengan alat
ELISA READER pada panjang gelombang
490 nm.
4
Edy Batara Mulya Siregar Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN
Emmy Harso Khardinata Volume 17 ( 2) 2005
diperoleh akan dilakukan sampai keturunan pemanjangan tunas dengan media dasar
R2. Kegiatan penelitian ini juga akan dapat MS yang mengandung BAP (1 mg/l),
mengetahui kestabilan integrasi gen CP AgNO3 (5 mg/l), GA3 (2 mg/l) dan Ca-P (2
CMV yang diinsersikan pada genom mg/l). Tanaman putatif transgenik yang
tanaman cabai. diperoleh selanjutnya dianalisis secara
molekuler untuk membuktikan introduksi
C. Hasil dan Pembahasan gen yang ditransformasikan. Analisis
Semua tunas yang diperoleh selanjutnya molekuler masih menunggu tunas tanaman
disubkultur pada media pembesaran dan membesar dan lengkap menjadi tanaman.
Tabel 1. Respons Eksplan Daun Cabai CV. Tit L. Super terhadap Konsentrasi Antibiotik
Kanamycin yang Digunakan untuk Menyeleksi Eksplan. Inokulasi Eksplan Dilakukan dengan
Merendam dalam Suspensi Bakteri Selama 5 Menit dengan Jumlah Populasi Bakteri pada
OD600 = 0.5. Eksplan Dikultur pada Media Regenerasi yang Mengandung Antibiotik
Penyeleksi.
Konsentrasi Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Rerata Jumlah Tunas
Kanamycin Awal yang Hidup yang Bertunas (%) per Eksplan
(mg/l)
50 100*) 74 53 (73.6 %) 1.8
100 100 32 17 (53.1 %) 1.3
*) Data merupakan rerata dari 3 seri percobaan
Tabel 2. Respons Eksplan Daun Cabai CV. Tit L. Super terhadap Dua Populasi Bakteri yang
Digunakan untuk Menginokulasi Eksplan. Inokulasi Eksplan Dilakukan dengan Merendam
dalam Suspensi Bakteri Selama 5 Menit. Eksplan Dikultur pada Media Regenerasi yang
Mengandung Antibiotik Penyeleksi.
Populasi Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Rerata Jumlah
Bakteri Awal yang Hidup yang Bertunas (%) Tunas per Eksplan
OD600 = 0.2 100*) 68 18 (26.5%) 1.8
OD600 = 0.5 100 46 12 (23.5%) 1.5
*) Data merupakan rerata dari 3 seri percobaan
Tabel 3. Respons Eksplan Daun Cabai CV. Tit L. Super terhadap Dua Waktu Inokulasi yang
Digunakan untuk Menginokulasi Eksplan. Inokulasi Eksplan Dilakukan dengan Merendam
dalam Suspensi Bakteri. Populasi Bakteri yang Digunakan adalah OD600 = 0.5. Eksplan
dikultur pada Media Regenerasi yang Mengandung Antibiotik Penyeleksi.
Lama Inokulasi Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Rerata Jumlah
(menit) Awal yang Hidup yang Bertunas (%) Tunas per Eksplan
2.5 100*) 10 0 (0%) 0
5 100 32 3 (71.9%) 1.5
*) Data merupakan rerata dari 3 seri percobaan
Tabel 4. Respons Eksplan Daun Cabai CV. Tit L. Super terhadap Tiga Waktu Kokultivasi yang
Digunakan untuk Menginokulasi Eksplan. Inokulasi Eksplan Dilakukan dengan Merendam
dalam Suspensi Bakteri Selama 5 Menit. Populasi Bakteri yang Digunakan adalah OD600 = 0.5.
Eksplan Dikultur pada Media Regenerasi yang Mengandung Antibiotik Penyeleksi.
Lama Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Rerata Jumlah
Kokultivasi Awal yang Hidup yang Bertunas (%) Tunas per Eksplan
(hari)
0 100*) 64 42(65.6%) 1.6
1 100 24 9(37.5%) 1.3
2 100 0 0 0
*) Data merupakan rerata dari 3 seri percobaan
5
Tabel 5. Respons Eksplan Daun Cabai CV. Tit L. Super terhadap tiga Waktu Perlakuan Pre-Kultur
Eksplan Sebelum Inokulasi Eksplan Dilakukan. Inokulasi Eksplan Dilakukan dengan
Merendam dalam Suspensi Bakteri Selama 5 Menit. Populasi Bakteri yang Digunakan adalah
OD600 = 0.5. Eksplan Dikultur pada Media Regenerasi yang Mengandung Antibiotik
Penyeleksi.
Lama Pre- Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Jumlah Eksplan Rerata Jumlah
Kultur Awal yang Hidup yang Bertunas (%) Tunas per Eksplan
(hari)
1 100*) 72 45(62.5%) 1.8
2 100 66 41(62.1%) 1.7
3 100 58 32(55.2%) 1.2
*) Data merupakan rerata dari 3 seri percobaan