Anda di halaman 1dari 6

University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

KARAKTERISASI TANAMAN CABAI YANG TERSERANG HAMA KUTU


KEBUL (Bemisia tabaci)

Supiana Dian Nurtjahyani1), Iin Murtini2)


1
FKIP, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban
email: diantbn@yahoo.co.id
2
FMIPA, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban
email: email: iin.moertiny@gmail.com

Abstract

It has been reported that the chilli crop in Indonesia has been widely attacted by many diseases caused by
virus, one of the geminiviruses mediated by pest whitefly.The purpose of this study is to identify the
characteristics of chilli crop that is attacted by whitefly pests (Bemisia tabaci). The method used was
analytic observations. The results showed that the presence of necrotic symptoms on stems, curl leaves
and chlorosis leaves. It is caused by a direct attack of whitefly nymphs or imago phase in the form of
suction on the part of the plant. Besides that the above diseases caused by geminiviruses transmitted by
whitefly (Bemisia tabaci) that are viruliferous.

Keywords: chili plants, pests, whiteflies.

1. PENDAHULUAN Tanaman cabai merupakan komoditas


hortikultura di Indonesia yang permintaannya
Tantangan yang sering dihadapi petani sangat besar mencapai 900 ton/tahun,
yaitu berbagai kendala dalam budidaya permintaan cabai ini belum terpenuhi dari
dilapangan baik serangan hama penyakit produksi dalam negeri yang hanya mencapai
disamping harga komoditi yang sangat 76 % sehingga masih impor cabai dari
fluktuatif. Banyak organisme pengganggu Malaysia dan Australia. Dalam kurun waktu
tanaman (OPT) yang berasosiasi dengan sepuluh tahun terakhir, sentra produksi cabai
tanaman cabai, baik yang bersifat hama di daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
maupun penyakit. Hama-hama utama Yogyakarta mengalami penurunan produksi
tanaman cabai antara lain : Spodoptera sp, akibat serangan penyakit virus Pepper yellow
kutu daun, thrips (Wardani, 2006). leaf curl virus (PYLCV) atau yang lebih
Pertanaman cabai di Indonesia telah banyak dikenal sebagai virus kuning cabai (Ariyanti,
dilaporkan adanya penyakit yang disebabkan 2007). Hama Kutu Kebul (Bemisia tabaci
oleh virus, salah satunya virus gemini yang Genn.) Ordo : Hemiptera; Famili :
diperantarai oleh hama kutu kebul (Rusli et Aleyrodidae; Genus : Bemisia; Species :
al., 1999). Proses fisiologis tanaman cabai tabaci. Mound dan Halsey (1978)
sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur ekologi melaporkan, bahwa Genus Bemisia
seperti iklim, tanah dan proses pembudiyaan. mempunyai 37 spesies yang diduga berasal
Hal itu dapat menimbulkan perubahan dan dari Asia. Bemisia tabaci adalah hama yang
pergantian kecocokan hara dan juga sangat polifag menyerang berbagai jenis
resistensi tanaman terhadap gangguan hama tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran,
dan penyakit. Rosliani et al. (2001) buah-buahan maupun tumbuhan
mengemukakan faktor iklim yang liar. Tanaman yang menjadi inang utama
berpengaruh pada pertumbuhan cabai antara kutu kebul tercatat sekitar 67 famili yang
lain suhu dan radiasi matahari. terdiri atas 600 spesies tanaman, antara lain

195
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

famili-famili Asteraceae, Brassicacea, tanaman cabai yang diserang hama kutu


Convolvulaceae, Cucurbitacea, kebul (Bemisia tabaci).
Euphorbiaceae, Fabaceae, Malvaceae, dan
Solanaceae (Setiawati et al. 2003). 2. METODE PENELITIAN
Mehta et al. (1994) dan
Nooraidawati (2002) melaporkan bahwa Penelitian ini merupakan penelitian
persentase tanaman yang terserang akan deskriptif. Metode yang digunakan observasi
meningkat dengan meningkatnya jumlah analitik. Percobaan dilakukan di lahan petani
kutu kebul yang viruliferous. Namun warga Desa Grabagan Kecamatan Grabagan
demikian kerusakan yang disebabkan oleh Kabupaten Tuban pada tanggal 30
penyakit virus yang ditularkannya sering November 2014.
lebih merugikan dibandingkan dengan Bahan yang digunakan yaitu tanaman cabai
kerusakan yang disebabkan oleh hama kutu yang menunjukkan adanya gejala penyakit di
kebul sendiri. Virus ditularkan oleh kutu lahan petani maupun kebun warga Desa
kebul (Bemisia tabaci) secara persisten yang Grabagan Kecamatan Grabagan Kabupaten
berarti selama hidupnya virus terkandung di Tuban. Alat yang digunakan yaitu kamera,
dalam tubuh kutu tersebut. Virus tidak kertas, dan pensil. Langkah kerjanya yaitu
ditularkan lewat biji dan juga tidak ditularkan melakukan pengamatan tanaman cabai secara
lewat kontak langsung antar tanaman. langsung di lahan petani warga Desa
Sebagai contoh penularan virus gemini oleh Grabagan dengan cara mencatat gejala-gejala
kutu kebul, dapat menyebabkan kegagalan pada tanaman cabai yang disebabkan oleh
panen hampir 100%. Persentase infeksi virus kutu kebul dan memotretnya.
gemini berkorelasi positif dengan populasi
serangga vektor, terutama serangga yang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
viruliferous.
Kutu kebul biasanya ada di bawah Tanaman cabai yang terserang kutu
daun dan akan terbang bila ada getaran atau kebul menunjukkan gejala batang mengalami
disentuh daunnya sehingga relatif sulit dalam nekrosis yaitu matinya bagian batang
pengendaliannya. Periode makan kutu kebul tanaman cabai (Gambar 1).
selama 30 menit dan masa inkubasi dalam
serangan antara 10-11 hari tergantung
kondisi lingkungan atau ekosistem hama
tersebut, sedangkan masa inkubasi dalam
tanaman 10-20 hari. Kutu kebul berkembang
biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan
biasa dan tanpa perkawinan atau telur-
telurnya dapat berkembang menjadi anak
tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur
hidup hama ini berkisar antara 7-10 hari.
Hama ini menyerang tanaman cabe dengan
cara mengisap cairan daun, pucuk, tangkai
bunga ataupun bagian tanaman lainnya.
Serangan berat menyebabkan daun-daun
melengkung, keriting, belang-belang
kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok
sehingga produksi cabe menurun. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi
tanaman cabai yang terserang hama kutu
kebul (Bemisia tabaci). Tujuan penelitian ini
untuk mengidendifikasi karakteristik Gambar 1. Batang mengalami nekrosis

196
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

Kerusakan pada tanaman disebabkan oleh


imago dan nimfa yang mengisap cairan yang
ada pada batang tanaman, berupa gejala
nekrosis pada batang akibat rusaknya sel-sel
dan jaringan pada batang.
Serangan kutu kebul juga dapat
menyebabkan daun mengeriting (Gambar 2).
Daun tanaman cabai berwarna hijau muda
mencolok, pucuk menumpuk keriting diikuti
dengan bentuk helaian daun menyempit atau
cekung, tanaman tumbuh tidak normal
menjadi lebih kerdil. Hal ini disebabkan
nutrisi yang ada pada tanaman cabai dihisap
oleh kutu kebul untuk kelangsungan
hidupnya.

Gambar 3. Daun mengalami klorosis

Klorosis adalah bercak‐bercak kuning kecil


pada daun yang akan melebar. Pinggir bercak
berwarna lebih tua dari bagian tengahnya.
Ekskresi kutu kebul menghasilkan madu
yang merupakan media yang baik untuk
tempat tumbuhnya embun jelaga yang
berwarna hitam. Hal ini menyebabkan proses
fotosintesa tidak berlangsung normal
(Gambar 3).
Selain kerusakan langsung oleh
isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat
berbahaya karena dapat bertindak sebagai
vektor virus. Yang dapat menyebabkan
kehilangan hasil sekitar 20 – 100 %. Penyakit
pada tanaman cabai disebabkan oleh virus,
Gambar 2. Daun mengeriting salah satunya virus gemini yang diperantarai
oleh hama kutu kebul (Rusli et al., 1999).
Mehta et al. (1994) dan
Nooraidawati (2002) melaporkan bahwa
persentase tanaman yang terserang akan
meningkat dengan meningkatnya jumlah
kutu kebul yang viruliferous. Namun
demikian kerusakan yang disebabkan oleh
penyakit virus yang ditularkannya sering
lebih merugikan dibandingkan dengan
kerusakan yang disebabkan oleh hama kutu

197
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

kebul sendiri. Sebagai contoh penularan virus kontak langsung antar tanaman. Morfologi
gemini oleh kutu kebul, dapat menyebabkan kutu kebul yang menyerang tanaman
kegagalan panen hampir 100%. Persentase berwarna putih dengan sayap bening
infeksi virus gemini berkorelasi positif (Gambar 4).
dengan populasi serangga vektor, terutama
serangga yang viruliferous. Penyakit kuning
ini erat kaitanya dengan vektor kutu kebul,
bila populasinya meningkat maka semakin
tinggi terjadinya penyakit kuning. Faktor
perkembangan kutu kebul dipengaruhi oleh
iklim, suhu, kelembaban udara dan curah
hujan berpengaruh lansung terhadap siklus
hidup tetapi terdapat perbedaan besarnya
pengaruh lingkungan terhadap vektor
(Sudiono & Purnomo 2009).
Kutu kebul dapat menyerang
berbagai tanaman baik tanaman sayur
maupun buah. Hasil penelitian ini tanaman
cabai yang terserang hama kutu kebul
menimbulkan nekrosis pada batang yang
menyebakan jaringan batang rusak dan
mengalami kematian. Selain pada batang
penelitian ini kutu kebul menyerang pada
daun sehingga daun menggulung dan
mengekriting serta mengalami klorosis.
Gambar 4a. Kutu kebul.
Kutu kebul biasanya ada di bawah
daun dan akan terbang bila ada getaran atau
disentuh daunnya sehingga relatif sulit dalam
pengendaliannya. Periode makan kutu kebul
selama 30 menit dan masa inkubasi dalam
serangan antara 10-11 hari tergantung
kondisi lingkungan atau ekosistem hama
tersebut, sedangkan masa inkubasi dalam
tanaman 10-20 hari. Kutu kebul berkembang
biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan
biasa dan tanpa perkawinan atau telur-
telurnya dapat berkembang menjadi anak
tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur
hidup hama ini berkisar antara 7-10 hari.
Hama ini menyerang tanaman cabe dengan
cara mengisap cairan daun, pucuk, tangkai
bunga ataupun bagian tanaman lainnya.
Serangan berat menyebabkan daun-daun
melengkung, keriting, belang-belang
kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok
sehingga produksi cabe menurun.
Gambar 4b. Kutu kebul fase telur, nimfa,
Virus ditularkan oleh kutu kebul
puparium dan imago (Sebayang,2013).
(Bemisia tabaci) secara persisten yang berarti
selama hidupnya virus terkandung di dalam
Mekanisme infeksi virus dalam
tubuh kutu tersebut. Virus tidak ditularkan
tubuh tanaman hingga memunculkan gejala
lewat biji dan juga tidak ditularkan lewat
berupa daun menjadi berwarna kuning, kerdil

198
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

dan menggulung ke atas (cupping). Gejala 1991, Hoddle et al. 1998, Lin et al. 2005).
menguningnya daun terutama bagian atas Selain itu dapat memanfaatkan musuh
(muda) mirip dengan gejala akibat alaminya yaitu Encarsia formosa Gahan
kekurangan unsur mikro Fe. Semua gejala serangga betinanya mampu menghasilkan
yang muncul ini sebenarnya adalah telur sebanyak 100 - 200 butir; (Hymenop-
merupakan akibat dari terhambatnya aliran tera: Aphelinidae), yang merupakan jenis
nutrisi (fotosintat) dari source ke sink karena parasitoid T. vaporariorum (Osborne dan
virus yang ada di dalam tanaman menguasai Landa 1992).
floem (floem limited virus) (Ariyanti, 2007). Mikroba menguntungkan lain
Akibat serangan virus ini pada cabai dapat misalnya plant growth promoting rhizo-
menurunkan produksi sampai mencapai 90% bacteria (PGPR, bakteri pemacu partum-
. Gejala tanaman terserang penyakit dimulai buhan tanaman), telah digunakan petani di
dengan daun muda/pucuk cekung dan Bumijawa Tegal dan Cibungbulang, Bogor
mengkerut dengan warna mosaik ringan. untuk melindungi tanaman cabai dari
Kemudian gejala berlanjut dengan seluruh penyakit patek, terong dari busuk batang, dan
daun berwarna kuning cerah, bentuk daun jagung dari bulai (Wiyono,2007).
berkerut dan cekung dengan ukuran lebih Kumbang predator Menochilus
kecil, dan pertumbuhan terhambat (Wardani, sexmaculatus (Coccinelidae), mampu
2006). Penyakit ini menyebabkan daun memangsa 200 - 400 ekor nimfa kutu kebul.
menguning dan sedikitnya produksi buah. Siklus hidup predator 18 - 24 hari, dan satu
Epidemi penyakit ini salah satunya ekor betina mampu menghasilkan telur 3000
ditentukan oleh dinamika populasi serangga butir. Untuk meningkatkan musuh alami di
vektor, yaitu kutu kebul (Bemisia tabaci). lapangan diperlukan pelepasan parasitoid dan
Suhu yang tinggi dan kemarau yang panjang predator secara berkala. Pengendalian virus
mendukung perkembangan kutu kebul. secara umum dapat dilakukan mengunakan
Hingga saat ini belum ada penelitian tanaman perangkap, sanitasi dan eradikasi
mendalam tentang faktor penyebab ledakan sumber infeksi, benih sehat dan proteksi
penyakit ini di Indonesia (Wiyono, 2007). silang (Sudiono & Purnomo 2009). Sedang-
Penyebaran penyakit kuning pada kan pengendalian kutu kebul di beberapa
tanaman cabai tidak terlepas dari penyebaran negara dilakukan dengan insektisida, namun
penyebab penyakit ini yaitu Virus Gemini. yang sangat dikhawatirkan adalah bahaya
Penyebaran Virus Gemini berkaitan dengan residu bahan beracun bagi konsumen cabai
jumlah populasi kutu kebul yang merupakan merah. Untuk itu diperlukan upaya
serangga vektor dari virus ini. Peningkatan pengendalian yang akrab lingkungan, aman
jumlah populasi kutu kebul akan bagi pemakai dan konsumen, relatif murah,
meningkatkan penyebaran virus gemini yang tetapi juga efektif terhadap hama B. tabaci.
diikuti oleh meningkatnya keterjadian
penyakit kuning (Sudiono & Purnomo 2009). 4. SIMPULAN
Pengendalian penyakit yang dianjurkan
adalah dengan menerapkan Manajemen Berdasarkan hasil observasi analitik dapat
Kesehatan Tanaman, artinya tanaman harus disimpulkan bahwa karakterisasi morfologi
dikelola agar selalu tetap sehat, karena tanaman cabai yang terserang hama kutu
tanaman yang sehat akan lebih tahan kebul (bemisia tabaci) menunjukkan gejala
terhadap infeksi virus yang meliputi nekrosis pada batang, mengeriting pada daun
pengolahan tanah dan pemupukan dan daun mengalami klorosis. Hal tersebut
berimbang, penggunaan bibit sehat, sanitasi disebabkan oleh serangan langsung oleh kutu
lingungan disekitar pertanaman cabe, kebul fase nimfa atau imago yang berupa
mengatur waktu tanam agar tidak bersamaan hisapan pada bagian tanaman tersebut. Selain
dengan tingginya populasi serangga dan itu penyakit diatas disebabkan oleh virus
penggunaan tanaman yang resisten terhadap gemini yang ditularkan oleh kutu kebul
virus maupun serangga penular (Greathead (Bemisia tabaci) yang bersifat viruliferous.

199
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

5. REFERENSI Mehta, P., J.A. Wyman, M.K. Nakhla, &


D.P. Maxwel. 1994. Polymerase chain
Ariyanti N.A (2007). Seminar nasional VIII reaction detection of viruliferous Be-
pendidikan biologi, 467–471. mesia tabaci (Homoptera: Aleyro-didae)
Bedford ID, Briddon RW, Brown JK, Rosell with two tomato of infecting gemi-
RC, & Markham PG. 1994. Gemini niviruses. J. Econ Entomol. 87(5):1285-
virus transmission and biological 1291.
characterization of Bemisia tabaci Mound, L.A & Hasley, S.H.1978. White of
(Gennadius) biotypes from different the world, British museum of natural
geographic regions. Annals Applied history and wiley. New York, NY. 340
Biology 125: 311-325. p.
Brown JK, Coats S, & Bedford ID. 1995. Nooraidawati, Yusriadi, & S. H. Hidayat.
Characterization and distribution of 2001. Kisaran inang geminivirus asal
esterase electromorphs in the whitefly tanaman cabai dari Guntung Payung,
Bemisia tabaci (Genn.) (Homoptera: Kalimantan Selatan. Prosiding Kongres
Aletrodidae) Biochemical Genetics 33: dan Seminar Nasional Perhimpunan
205-214. Fitopaologi Indonesia XVI, Bogor :Jawa
Brown JK, Costa HS, & Laemmlen F. 1992. Barat. p 347-350.
First report of whitefly-associated Osborne LS, Landa Z, 1992. Biological
squash silverleaf disorder of Cucurbita control of whiteflies with entomo-
in Arizona and of white streaking pathogenic fungi. Florida Entomologist
disorder of Brassica species in Ari-zona 75(4):456-471.
and California. Plant Disease 76:426. Rusli, E. S., S. H. Hidayat, R. Suseno, & B.
Castillo, J.N., S.S. Campos, & J.A. Diaz. Tjahjono. 1999. Virus Gemini Pada
1998. Tomato yellow leaf curl virus Cabai : Variasi Gejala dan Studi Cara
causes a novel disease of common bean Penularan. Buletin Hama dan Penyakit
and severe epidemic in tomato in Spain. Tumbuhan. 11 (1) : 26-31.
Plt. Dis. 83:1:29-32. Sudiono, Yasin N. 2006. Karakteristik kutu-
Greathead, D. 1991. Biological Control in kebul (Bemisia tabaci) sebagai vektor
the Tropics: Present Opportunities and virus gemini dengan teknik PCR-RAPD.
Future Prospects. Insect Sci. Applic. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan
12:3-8. Tropika 6:113–119.
Heather, J.M.A. 2002. Bemisia tabaci Sebayang, lukas. 2013. Teknik pengendalian
(Gennadius) or Bemisia argentifolli penyakit kuning pada tanaman cabai.
Bellows and Perring. 9 pp. Setiawati. 2003. Pengenalan dan pengen-
Hoddle, M. S. 1998. Biological Control of dalian hama penting pada Tanaman
Whiteflies: Research. In Bellows, T.S. Cabai Merah. Materi TOT Litkaji PTT
and T.W. Cabai Merah. 26 halaman.
Fisher (Eds.) Pro-ceedings for the Fourteenth Sudiono & Purnomo, D. 2009. Hubungan
Conference on Insect and Disease antara populasi kutu kebul ( bemisia
Management on Ornamentals, 21-23 tabaci genn .) dan penyakit kuning. (1).
February, 1998, Del Mar, CA. Society Wardani N. 2006. Keragaan hama/penyakit
of American Florists, Alex-andria, VA, pada cabai merah di daerah dengan
pp. 89-98. ketinggian dan jenis tanah yang berbeda.
Lin, F.C., T.T. Hsieh and C.L. Wang. 2005. Wiyono S. 2007. Perubahan Iklim, Pemicu
Occurrence of White Flies and Their Ledakan Hama dan Penyakit Tanaman,
Integrated Managemen in Taiwan. Pp: 2007–2008.
245-257. In: Te-Yeh Ku and Ching-ling
Wang (Eds.) Proceeding of the
International Seminar on Whitefly
Management and Control Strategy.
Taichung, Taiwan ROC.

200

Anda mungkin juga menyukai