Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anda tentu pernah memakan tempe, roti, atau keju, bukan? Bagaimana
dengan yoghurt, apakah Anda mengenalnya? Jika jawaban Anda adalah ''ya'',
berarti Anda telah menggunakan beberapa produk hasil bioteknologi.
Bioteknologi menggunakan makhluk hidup, pada umumnya berupa
mikroorganisme (bakteri dan jamur), untuk menghasilkan produk yang
bermanfaat bagi manusia. Walaupun terdengar sebagai sesuatu yang sangat baru,
bioteknologi sebenarnya sudah digunakan dalam berbagai proses pada zaman
dahulu. Misalnya, penggunaan ragi untuk mengembangkan dan membuat adonan
roti serta pembuatan keju dan minuman beralkohol adalah merupakan salah satu
contoh penerapan bioteknologi. Akan tetapi, bioteknologi yang digunakan masih
bioteknologi sederhana atau konvensional. Bioteknologi terus berkembang seiring
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Istilah bioteknologi
modern pun muncul sebagai respons dari cepatnya perkembangan bioteknologi.
Kloning dan tanaman transgenik merupakan contoh produk bioteknologi modern.
Bioteknologi tercipta karena dorongan kebutuhan manusia yang semakin
meningkat. Berbagai usaha telah dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Hal ini tidak hanya terjadi pada bidang pertanian dalam memenuhi
kebutuhan pangan saja, tetapi juga dalam bidang-bidang lainnya.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar-dasar bioteknologi?
2. Bagaimana perkembangan bioteknologi?
3. Apa saja peranan bioteknologi dalam kehidupan?

1
B. Tujuan Penulisan
1. Mampu menjelaskan apa saja dasar-dasar bioteknologi.
2. Mampu menjelakan bagaimana perkembangan bioteknologi dari masa ke masa.
3. Mampu menjelaskan bagaimana penerapan bioteknologi dalam kehidupan.

C. Manfaat Penulisan
Makalah ini dibuat sebagai acuan atau panduan untuk para pembaca dan juga
mahasiswa Fakultas Sains dan Farmasi UNMA BANTEN

2
BAB II
PENGANTAR BIOTEKNOLOGI

A. Dasar-dasar Bioteknologi
1. Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi dari asal katanya sendiri, yaitu bio artinya hidup atau
organisme hidup dan kata teknologi artinya suatu cara atau teknik. Kata
bioteknologi mulai muncul pada tahun 1917 dari seorang ilmuan asal Hungaria
yang bernama Karl Ereky untuk menjelaskan penggunaan gula bit hasil
fermentasi sebagai pakan ternak babi. Pemberian gula bit dapat meningkatkan
produksi ternak babi. Cara ini, disebut bioteknologi karena menggunakan gula
bit dari hasil fermentasi. Namun pada saat itu, orang belum tertarik untuk
memahami istilah bioteknologi. (Fahruddin, 2010: Hal 13)
Baru pada tahun 1961 Carl Goran Heden ahli mikrobiologi menerbitkan jurnal
ilmiah Biotechnology and Bioengineering, banyak mempublikasikan hasil-hasil
penelitiannya dalam jurnal tersebut yaitu mengenai pemenfaatan jazad hidup
dalam mengahasilkan berbagai bahan untuk kebutuhan manusia, kemudian
muncul definisi bioteknologi yang diartikan sebagai pemanfaatan jazad hidup
dalam industri untuk menghasilkan barang dan jasa. (Bioteknologi Lingkungan
Fahruddin, 2010: Hal 13)
Pada prinsipnya definisi tentang bioteknologi pada umumnya mengkaitkan pada
kegiatan mikroba, sistem dan proses biologi, dengan produksi barang dan jasa
atau yang mengkaitkan aktivitas biologis dengan proses tehnik dan produksi
dalam industri. Untuk lebih ringkasnya bioteknologi adalah ilmu terapan biologi
yang melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi, biokimia, dan rekayasa genetika
untuk menghasilkan produk dan jasa. Organisme yang digunakan dalam
bioteknologi paling sering adalah mikroba seperti bakteri, kapang dan yeast
(ragi). (Fahruddin, 2010: Hal 13)

3
2. Jenis-jenis Bioteknologi
Bioteknologi dibedakan menjadi bioteknologi konvesional dan
bioteknologi modern.
a. Bioteknologi Tradisional dan Konvesional
Aplikasi bioteknologi secara tradisonil, yaitu bioteknologi yang belum
mengenal adanya istilah genetika dan kloning. Bioteknologi ini seperti yang
telah dicontohkan di atas, adalah berupa pemanfaatan mikroba dalam fermentasi,
seleksi atau persilangan tradisional dibidang pertanian dan peternakan untuk
mencari bibit unggul. Selain pemanfaatan mikroba dengan menghasilkan
produk, bioteknologi tradisinal juga termasuk dalam tehnik seleksi di bidang
pertanian dan peternakan : yaitu pemilihan sifat yang sesuai dengan keinginan
manusia melalui hibridisasi dengan tujuan memperbaiki keturunan (Fahruddin,
2010: Hal 14).
Prinsip bioteknologi konvensional pada dasarnya untuk pemenuhan
kebutuhan dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan metode tebaru
untuk mengembangkan produk (Fahruddin, 2010: Hal 14).
b. Bioteknologi Modern
Prinsip bioteknologi modern lebih banyak menggunakan sumber genetik
yakni DNA organism yang telah dimanipulasi dan disebut rekayasa genitika.
Bioteknologi modern juga disebut bioteknologi generasi kedua, berkembang
setelah perang Dunia Kedua dengan memanfaatkan organisme hasil rekayasa
genetika, agar proses pengubahan dapat berlangsung secara lebih efiesien dan
efekti. Secara sederhana rekayasa genetika dapat diterangkan sebagai tehnik
untuk menghasilkan molekul DNA yang berisi gen baru sesuai yang diinginkan
dengan mengubah atau menambah molekul DNA pada gen (Fahruddin, 2010:
Hal 15).
Prinsip dasar rekayasa genitika sebagai berikut.
1) DNA Rekombinan
Teknik DNA rrekombinan dilakukan dengan pengubahan
susunan DNA sehingga diperoleh susunan DNA baru yang mampu

4
mengekspresikan sifat-sifat yang diinginkan. Teknik ini digunakan untuk
menghasilkan organism transgenik. Proses DNA rekombinan ini meliputi
isolasi DNA, transplantasi gen atau DNA, dan memasukkan DNA ke
dalam sel hidup (Kusumawati, 2012: 171).
2) Fusi Protoplasma
Fusi protoplasma disebut juga teknologi hibrodoma yang
dilakukan dengan menggabungkan dua sel dari jaringan yang sama atau
dua sel dari organism yang berbeda dalam suatu medan listrik. Teknik ini
diguakan untuk menghasilkan organisme transgenik. Prinsip dari fusi
protoplasma adalah menggabungkan kedua isi sel dengan terlebih dahulu
menghilangkan dinding sel atau membrane sel dari kedua sel yang akan
digabungkan dalam suatu medan listrik. Teknik ini dapat dilakukan pada
sel tumbuhan maupun hewan (Kusumawati, 2012: 173).

3) Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman secra
vegetative buatan yang didasarkan pada sifat totipotensi tumbuhan.
Prinsip kultur jaringan dalah menumbuhkan jaringan maupun sel
tumbuhan dalam suatu media buatan secara antiseptic. Dalam teori
tersebut dikatakan bahwa setiap sel tumbuhan mempunyai kemampuan
untuk tumbuh menjadi individu baru apabila sitempatkan pada
lingkungan yang sesuai. Sifat individu baru yang dihasilkan sama persis
dengan sifat induknya (Kusumawati, 2012: 173).
Bagian tumbuhan yang ditumbuhkan dalam media kultur disebut
eksplan. Eksplan yang sering digunakan merupakan bagian tumbuhan
yang memiliki sel-sel yang aktif membelah seperti ujung akar dann
ujung batang. Potongan bagian tumbuhan yang ditanam pada media
kultur akan tumbuh membentuk kalus. Kalus merupakan massa sel yang
belum terdiferensiasi. Kalus tersebut akan berkembang menjadi tanaman
lengkap uyang disebut plantlet (Kusumawati, 2012: 173).
Media kultur jaringan yang digunakan biasanya berupa gar-agar
yang ditambah dengan unsur hara dan vitamin yang dibutuhankan oleh

5
tumbuhan media tersebut juga dapat ditambah dengan hormon
pertumbuhan, misalnya auksin dan sitokinin. Auksin akan memicu
pertumbuhan akar, sedang sitokinin akan memicu pertumbuhan tunas.
Komposisi kultur jaringan tergantung pada spesies tumbuhan yang akan
diperbanyak (Kusumawati, 2012: 173).
4) Kloning
Kloning atau transplantasi atau pencangkokan nukleus digunakan
untuk menghasilkan individu yang secara genetic identik dengan
induknya. Proses kloning dilakukan dengan cara memasukkan inti sel
donor ke dalam sel telur yang telah dihilangkan inti selnya. Selanjutnya,
sel telur tersebut diberi kejutan listrik atau zat kimia untuk memacu
pembelahan sel. Ketika klon embrio telah mencapai tahap yang sesuai,
embrio dimasukkan ke dalam rahim hewan betina lainnya yang sejenis.
Hewan tersebut selanjunya akan mengandung embrio yang ditanam dan
melahirkan anak hasil kloning. Contoh hewan hasil kloning adalah
domba Dolly (Kusumawati, 2012: 174).
5) Teknik Bayi Tabung
Teknik bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan suami
istri yang sulit memperoleh keturunan. Pasangan suami istri tersebut
sebenarnya mampu menghasilkan sel kelamin secara normal. Namun,
karena adanya faktor-faktor tertentu mengakibatkan proses pembuahan
tidak dapat menjadi misal tersumbatnya saluran telur (Kusumawati,
2012: 175).
Pembuahan yang dilakukan pada teknik bayi tabung (fertilisasi in
vitro) berada di luar tubuh induk betina. Sel telur yang telah dibuahi akan
membentuk embrio. Embrio kemudian ditanam (diimplantasi) pada
rahim pendonor. Embrio tersebut selanjutnya tumbuh menjadi anak yang
siap dilahirkan (Kusumawati, 2012: 175).

B. Perkembangan Bioteknologi
Bioteknologi, dari awal penerapannya sampai dengan tahun 1857,
disebut era bioteknologi non-mikrobiol. Karena pada masa itu belum diketahui

6
kalau fermentasi dilakukan oleh makhluk hidup. Produk lain dari bioteknologi
non-mikrobiol antara lain: anggur, bir, roti, keju, yoghurt, susu masam, sake,
dan sebagainya (Sutarno, 2000: 7.6).
Bioteknologi dimensi baru (bioteknologi mikrobiol dimulai sejak tahun
1957 setelah Louis Pasteur mengetahui kalau fermentasi, merupakan proses
yang dilakukan oleh makhluk hidup (Lee, 1983). Produk hasil fermentasi
bioteknologi era mikrobiol antara lain: tembakau, teh dan coklat yang
difermentasikan (Sutarno, 2000: 7.5).
Pada tahun 1920, proses fermentasi yang ditimbulkan oleh
mikroorganisme mulai digunakan untuk memproduksi zat-zat seperti aseton,
butanol, etanol dan gliserin. Feremtasi juga digunakan untuk memproduksi asam
laktat dan asam asetat (Apeldoorn,1981).
Setelah Perang Dunia II, dihasilkan produk bioteknologi lain yaitu
penisilin, dan diikuti oleh peningkatan penelitian mikroorganisme lain yang juga
dapat menghasilkan antibiotik dan zat-zat lain seperti vitamin, steroid, enzim,
dan asam amino (Sutarno, 2000: 7.5).
Produksi antibiotik membawa serta perbaikan di bidang teknologi
fermentasi, karena dapat menciptakan kondisi suci hama, dalam arti mampu
mengendalikan lingkungan fermentasi sedemikian rupa, sehingga dalam
lingkungan fermentasi tidak ada jenis mikroba lain selain mikroba yang
digunakan untuk fermentasi itu. Dengan demikian, mikroba tersebut dapat
tumbuh subur dan menghasilkan antibiotik secara optimum (Rehm, 1981).
Perkembangan yang pesat di bidang biologi molekuler dan biologi
seluler dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, sepenuhnya menjadi dasar ilmiah
utama untuk perkembangan teknologi mutakhir. Teknologi enzim dan rekayasa
genetic mengantarkan ke suatu bioteknologi dimensi baru, yang berkembang
dengan sangat pesat. Era ini kemudian disebut era bioteknologi modern,
sedangkan dua era sebelumnya sering disebut sebagai era bioteknologi
tradisional (Apeldoorn, 1981).
Penemuaan rekayasa genetika melalui teknologi rekombinan DNA
(deoxyribose nucleic acid = asam deoksiribonukleat/ADN, yang terjadi pada
tahun 1973 bertanggung jawab atas terjdinya perkembangan bioteknologi yang

7
demikian pesat. Teknik ini tidak hanya memberikan harapan dapat
disempurnakannya proses proses dan produk saat ini, tetapi diharapkan juga
mampu mengembangkan produk baru yang sebelumnya (dalam bioteknologi
tradisional) diperkirakan tidak mungkin dibuat dan memudahkan realisasi
proses-proses lain yang baru pula (Sutarno, 2000: 7.6).
Tidak perlu diragukan bahwa teknologi rekombinan ADN merupakan
penyebab utama ketenaran bioteknologi pada saat ini. selain itu, harus
ditekankan bahwa teknologi rekombinan juga merupakan hal yang sangat
penting untuk perkembangan aktivitas dalam bidang lain yang esensial dan juga
untuk perkembangan bioteknologi. Subjek paling penting yang dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi rekombinan ADN dalam bidang bokatalisator meliputi
isolasi, imobilisasi dan stabilisasi enzim, serta mobilisasi dan stabilisasi mikro
organism sebagai makhluk dan sebagai sel individual. Teknologi rekombinan
ADN juga berpengaruh dalam bidang imunologi, terutama dalam pembuatan
antibodi monoklonal, dalam teknologi fermentasi, dalam produksi, pengolahan
limbah dan bioelektrokimia (Sutarno,2000: 7.6).

C. Penerapan Bioteknologi dalam Kehidupan


1. Pangan
Beberapa contoh bioteknologi tradisional di bidang pangan misalnya, tempe
dibuat dari kedelai menggunakan jamur Rhizopus, tape dibuat dari ketela pohon
dengan menggunakan Khamir Saccharomyces cereviceae, keju dan yoghurt dibuat
dari susu sapi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus. (Rachmawati, 2009:
Hal 154)
2. Bidang Pertanian dan Perternakan
Beberapa contoh aplikasi bioteknologi modern dibidang pertanian sebagai berikut.
a. Padi Transgenik

8
Teknologi DNA rekombinan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh
tanaman padi transgenik. Contoh tanaman padi rojolele transgenik yang
mampu mengekspresikan laktoferin dan tanaman padi yang tahan terhadap
cuaca dingin. Untuk mendapatkan tanaman padi yang tahan terhadap cuaca
dingin caranya dengan memasukkan gen tahan dingin dari hewan yang
hidup di tempat dingin ke dalam kromosom padi (Kusumawati, 2012:
179).
b. Tembakau resistan terhadap virus
Teknologi DNA rekombinan juga dapat dimanfaatkan untuk
memperoleh tanaman tembakau yang tahan tehadap virus TMV (Tobacco
Mozaic Virus). Teknologi tersebut dikembangkan oleh Beachy, seorang
ilmuan dari Universitas Washington (AS). Plasmid Ti digabung dengan gen
yang tahan terhadap penyakit TMV, kemudian dimasukkan ke dalam
kromosom tembakau. Kromosom tersebut kemudian diperbanyak melalui
teknik kultur jaringan. Hasil akhirnya adalah tanaman tembakau tahan
terhadap infeksi virus TMV (Kusumawati, 2012: 179).
c. Bunga Antilayu dan Buah Tahan Busuk
Hormon pertumbuahan yang mengakibatkan bunga menjadi layu
adalah etilen. Kelayuan pada bunga terjadi akibat adanya gen yang sensitif
pada mahkota bunga. Jika gen tersebut diganti dengan gen yang kurang
sensitif, kelayuan pada bunga dapat ditunda. Dengan metode ini telah
dikembangkan anyelir transgenik yang mampu bertahan segar selama 3
minggu. Sementara itu, anyelir normal hanya mampu bertahan selama 3 hari
saja (Kusumawati, 2012: 179).
Hormon etilen juga merangsang pematangan buah. Jika aktivitas
gen penghasil etilen dapat dihambat melalui rekayasa genetika maka buah
akan tetap segar dalam waktu lama. Contohnya pada tomat Flavr Svr yang
tahan busuk (Kusumawati, 2012: 179).

d. Tanaman Kapas Antiserangga


Tanaman kapas trasngenik antiserangga diperoleh dengan
memasukkan gen delta endotioksin Bacillus thuringiensis kedalam tanaman

9
kapas melalui teknik DNA rekombinan. Selanjutnya, tanaman tersebut akan
memproduksi protein delta endotoksin. Protein ini akan bereaksi dengan
enzim yang diproduksi oleh lambung serangga. Reaksi ini mengubah enzim
tersebut menjadi racun. Dengan demikian, serangga yang memakan tanaman
tersebut akan mengalami keracunan kemudian mati (Kusumawati, 2012:
179).
3. Bidang Kedokteran
a. Antibiotik
1. Pembuatan antibiotik termaksud penerapan bioteknologi konvensional.
Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang
dimanfaatkan sebagai penghasil antibiotik di antaranya sebagai
berikut.Jamur Cephalosporium sp. Menghasilkan antibiotik sefalosporin
untuk membunuh bakteri yang kebal terhadap antibiotik penisilin.
2. Bakteri Streptomyces griseus menghasilkan antibiotik streptomisin untuk
membunuh bakteri yang kebal terhadap antibiotik penisilin dan
sefalosporin.
3. Bakteri Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum menghasilkan
antibiotik penisilin untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus (Kusumawati, 2012: 180).

b. Insulin
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar pancreas dan
berfungsi mengatur kadar gula dalam darah. Melalui teknik rekayasa genitika,
insulin dapat diproduksi dalam jumlah banyak. Produksi insulin dibuat dengan
mencangkokkan gen yang mengkode insulin ke dalam plasmid bakteri. Bakteri
dengan DNA rekombinan ini kemudian membelah diri. Bakteri ini selanjutnya
akan memproduksi insulin yang dibutuhkan. Penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan insulin disebut diabetes mellitus. Penyakit ini dapat diatasi dengan
memberikan insulin ke dalam tubuh. Oleh karena itu, insulin diperoleh dengan
mengambil kelenjar pancreas dari hewan untuk keperluan pengobatan diabetes
melitus (Kusumawati, 2012: 180).

10
c. Vaksin Transgenik
Vaksin adalah siapan antigen yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk
memicu terbentuknya sistem kekebalan tubuh. Pembuatan vaksin dilakukan
melalui teknik DNA rekombinan dengan mengisolasi gen yang mengkode
senyawa penyebab penyakit (antigen) dari mikrobia yang bersangkutan. Gen
tersebut kemudian disisipkan pada plasmid mikrobia yang telah dilemahkan
sehingga mikrobia ini menjadi tidak berbahaya karena telah dihilangkan bagian
yang menimbulkan penyakit, misal lapisan lendirnya. Mikrobia yang disisipi gen
tersebut akan membentuk antigen murni. Mikrobia ini dapat dibiakkan dalam
media kultur sehingga terbentuk antigen murni dalam jumlah yang banyak.
Apabila antigen ini disuntikkan kepada manusia, sistem kekebalan tubuh akan
membentuk antibody yang berfungasi melawan antigen yang masuk ke dalam
tubuh (Kusumawati, 2012: 181).
d. Antibodi Monoklonal
Bioteknologi pembuatan antibody monoclonal menggunkan prinsip fusi
protoplasma. Fusi protoplasma dilakukan dengan menggabungkan dua sel dari
jaringan yang sama atau dari dua sel dari organism yang berbeda dalam suatu
medan listrik. Fusi tersebut menghasilkan sel-sel yang dapat menghasilkan
antibodi sekaligus memperbanyak diri secara terus-menerus seperti sel kanker
yang dinamakan antibodi monoklonal (Kusumawati, 2012: 182).
Pembuatan antibodi monoklonal dapat dijelaskan sebgai berikut. Kelinci
atau tikus terlebih dahulu disuntik dengan antigen kemudian diambil limpanya
(temat pembuatan limposit B). Sel-sel limfosit B inin kemudian didifusikan
dengan sel myeloma (sel kanker) melalui elektrofusi. Elektofusi adalah fusi secara
elektris dengan frekuensi tinggi yang mengakibatkan sel-sel tertarik satu sama lain
dan akhirnya bergabung. Sel-sel hasil fusi kemudian diseleksi untuk diidentifikasi.
Sel-sel yang telah diseleksi kemudian diinjeksi ke tubuh hewan. Dalam tubuh
hewan, sel-sel gabungan tersebut akan membentuk antibodi. Sel gabungan
tersebut juga dapat dibiakkan di dalam media kultur sehingga menghasilkan
antibodi dalam jumlah banyak (Kusumawati, 2012: 182).

11
Antibodi monoklonal dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan
hormon korionik gonadotropin dalam urine wanita hamil. Dengan demikian,
antibodi monoklonal dapat digunakan untuk mengetahui adanya kehamilan.
Antibodi monoklonal juga dimanfaatkan untuk deteksi dini dan membunuh sel
kanker (Kusumawati, 2012: 182).
e. Terapi Gen pada Penderita Fibrosis Sistik
Penderita fibrosis sistik mengalami kesulitan bernafas karena paru-paru
terisi lender. Hal ini disebabkan mutasi gen yang mengakibatkan tidak
terbentuknya alfa-1-antitripsin (ATT). Untuk mengatasi masalah tersebut
dilakukan terapi gen untuk memperbaiki atau mengganti gen-gen penyebab
penyakit. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengisolasi gen yang
mengkode ATT dari orang sehat untuk dimasukkan ke dalam DNA virus.
Selanjutnya, virus tersebut diidentifikasi pada paru-paru pasien. Virus akan
mentransfer gen pengode ATT yang dibawa dalam sel paru-paru pasien. Dengan
demikia, sel paru-paru pasien dapat membuat protein ATT dan pasien dapat
bernapas dengan lebih normal (Kusumawati, 2012: 183) .
4. Bidang Lingkungan
Aplikasi bioteknologi di bidang lingkungan digunakan untuk mengani
pencemaran lingkungan. Pada proses pemurnian logam. Bahan-bahan tambang
yang diperoleh umumnya masih terikat dengan bijihnya (kotoran). Untuk itu
diperlukan bahan kimia untuk memurnikannya. Namun, bahan-bahan kimia
tersebut ternyata kurang efektif dalam memisahkan logam dari bijihnya sehingga
banyak sisa bahan tambang yang kemudian dibuang sebagai limbah. Dengan
menggunkan bakteri Thlobacillus ferrooxidans, berbagai jenis logam dapat
diambi dari cairan sisa penambangan. Bakteri ini mampu mengoksidasi belerang
yang mengikat berbagai logam seperti tembaga, seng, dan uranium membentuk
logam sulfida. Bakteri tidak memanfaatkan logam-logam tersebut sehingga
natinya logam akan dilepas ke air dan dimanfaatkan oleh manusia. Dengan
demikian, pencemaran lingkungan akibat limbah penambangan dapat dikurangi
dengan memanfaatkan peran mikroorganisme (Kusumawati, 2012: 183).

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bioteknologi adalah ilmu terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi,
biokimia, dan rekayasa genetika untuk menghasilkan produk dan jasa.
2. Bioteknologi dibedakan menjadi bioteknologi konvesional dan bioteknologi
modern.
 Bioteknologi Tradisional dan Konvesional
 Bioteknologi Modern
3. Perkembangan bioteknologi
4. Penerapan bioteknologi
 Pangan
 Bidang Pertanian dan Perternakan
 Bidang Kedokteran
 Bidang Lingkungan
B. Saran
Bioteknologi memiliki dampak positif dan negatif. Akan lebih baik jika penggunaan
bioteknologi digunakan secara bijaksana dan semanfaat mungkin tanpa harus
memberikan dampak negatif dilingkungan sekitar. Dan diharapkan dengan semakin
berkembangnya bioteknologi dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

13
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., J.B. Reece, L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorski &
R.B. Jackson. 2010. Biologi (Edisi Kedelapan-Jilid 1). Jakarta : Erlangga.
Faidah Rachmawati, Nurul Urifah, dan Ari Wijayati. 2009. Jakarta: Ricardo Publishing
and Printing
Fahruddin. 2010. Bioteknologi Lingkungan. Bandung: Alfabeta.
Rohana Kusumawati, Muhammad Luthfi Hidayat. 2012. Klaten: Intan Pariwara.
Sutarno, Nono. 2000. Biologi Lanjutan Umum II. Jakarta: Universitas Terbuka.

14

Anda mungkin juga menyukai