Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH IPA

BIOTEKNOLOGI

Di Susun Oleh :
Leoni Christi Panambunan
Kelas : IX A
SMP Negeri 1 Kakas

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, sehingga saya dapat menyusun dan
menyelesaikan Makalah Bioteknologi.

Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang
lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti,
maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk
menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan
reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi pada masa lalu
dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin. Selain itu
beberapa hal yang penting lainnya yang berkaitan dengan Bioteknologi akan kita
bahas disini.

Penulis menyadari bahwa materi dan teknik yang saya sampaikan


dalam makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan. Oleh karena itu kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan agar makalah ini menjadi lebih baik.

Atas kritik dan sarannya saya mengucapkan terima kasih.

Akhir kata pengantar saya mengucapkan terima kasih karena telah berkenan
membaca makalah ini. Semoga memberikan manfaat kepada kita semua.

Langowan, November 2017


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
A. Dasar-dasar Bioteknologi
B. Perkembangan Bioteknologi
C. Penerapan Bioteknologi dalam Kehidupan

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anda tentu pernah memakan tempe, roti, atau keju, bukan? Bagaimana dengan yoghurt, apakah Anda
mengenalnya? Jika jawaban Anda adalah ''ya'', berarti Anda telah menggunakan beberapa produk hasil
bioteknologi.
Bioteknologi menggunakan makhluk hidup, pada umumnya berupa mikroorganisme (bakteri dan jamur),
untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Walaupun terdengar sebagai sesuatu yang sangat
baru, bioteknologi sebenarnya sudah digunakan dalam berbagai proses pada zaman dahulu. Misalnya,
penggunaan ragi untuk mengembangkan dan membuat adonan roti serta pembuatan keju dan minuman
beralkohol adalah merupakan salah satu contoh penerapan bioteknologi. Akan tetapi, bioteknologi yang
digunakan masih bioteknologi sederhana atau konvensional. Bioteknologi terus berkembang seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Istilah bioteknologi modern pun muncul sebagai respons
dari cepatnya perkembangan bioteknologi. Kloning dan tanaman transgenik merupakan contoh produk
bioteknologi modern. Bioteknologi tercipta karena dorongan kebutuhan manusia yang semakin meningkat.
Berbagai usaha telah dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini tidak hanya terjadi
pada bidang pertanian dalam memenuhi kebutuhan pangan saja, tetapi juga dalam bidang-bidang lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana dasar-dasar bioteknologi?


2. Bagaimana perkembangan bioteknologi?
3. Apa saja peranan bioteknologi dalam kehidupan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar-dasar Bioteknologi
1. Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi dari asal katanya sendiri, yaitu bio artinya hidup atau organisme hidup dan kata teknologi
artinya suatu cara atau teknik. Kata bioteknologi mulai muncul pada tahun 1917 dari seorang ilmuan asal
Hungaria yang bernama Karl Ereky untuk menjelaskan penggunaan gula bit hasil fermentasi sebagai pakan
ternak babi. Pemberian gula bit dapat meningkatkan produksi ternak babi. Cara ini, disebut bioteknologi
karena menggunakan gula bit dari hasil fermentasi. Namun pada saat itu, orang belum tertarik untuk
memahami istilah bioteknologi. (Fahruddin, 2010: Hal 13)
Baru pada tahun 1961 Carl Goran Heden ahli mikrobiologi menerbitkan jurnal ilmiah Biotechnology and
Bioengineering, banyak mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya dalam jurnal tersebut yaitu mengenai
pemenfaatan jazad hidup dalam mengahasilkan berbagai bahan untuk kebutuhan manusia, kemudian muncul
definisi bioteknologi yang diartikan sebagai pemanfaatan jazad hidup dalam industri untuk menghasilkan
barang dan jasa. (Bioteknologi Lingkungan Fahruddin, 2010: Hal 13)
Pada prinsipnya definisi tentang bioteknologi pada umumnya mengkaitkan pada kegiatan mikroba, sistem
dan proses biologi, dengan produksi barang dan jasa atau yang mengkaitkan aktivitas biologis dengan proses
tehnik dan produksi dalam industri. Untuk lebih ringkasnya bioteknologi adalah ilmu terapan biologi yang
melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi, biokimia, dan rekayasa genetika untuk menghasilkan produk dan jasa.
Organisme yang digunakan dalam bioteknologi paling sering adalah mikroba seperti bakteri, kapang dan
yeast (ragi). (Fahruddin, 2010: Hal 13)

2. Jenis-jenis Bioteknologi

Bioteknologi dibedakan menjadi bioteknologi konvesional dan bioteknologi modern.


a. Bioteknologi Tradisional dan Konvesional
Aplikasi bioteknologi secara tradisonil, yaitu bioteknologi yang belum mengenal adanya istilah genetika dan
kloning. Bioteknologi ini seperti yang telah dicontohkan di atas, adalah berupa pemanfaatan mikroba dalam
fermentasi, seleksi atau persilangan tradisional dibidang pertanian dan peternakan untuk mencari bibit
unggul. Selain pemanfaatan mikroba dengan menghasilkan produk, bioteknologi tradisinal juga termasuk
dalam tehnik seleksi di bidang pertanian dan peternakan : yaitu pemilihan sifat yang sesuai dengan keinginan
manusia melalui hibridisasi dengan tujuan memperbaiki keturunan (Fahruddin, 2010: Hal 14).
Prinsip bioteknologi konvensional pada dasarnya untuk pemenuhan kebutuhan dalam jumlah yang banyak
dengan menggunakan metode tebaru untuk mengembangkan produk (Fahruddin, 2010: Hal 14).
b. Bioteknologi Modern
Prinsip bioteknologi modern lebih banyak menggunakan sumber genetik yakni DNA organism yang telah
dimanipulasi dan disebut rekayasa genitika. Bioteknologi modern juga disebut bioteknologi generasi kedua,
berkembang setelah perang Dunia Kedua dengan memanfaatkan organisme hasil rekayasa genetika, agar
proses pengubahan dapat berlangsung secara lebih efiesien dan efekti. Secara sederhana rekayasa genetika
dapat diterangkan sebagai tehnik untuk menghasilkan molekul DNA yang berisi gen baru sesuai yang
diinginkan dengan mengubah atau menambah molekul DNA pada gen (Fahruddin, 2010: Hal 15).
Prinsip dasar rekayasa genitika sebagai berikut.
1) DNA Rekombinan
Teknik DNA rrekombinan dilakukan dengan pengubahan susunan DNA sehingga diperoleh susunan DNA
baru yang mampu mengekspresikan sifat-sifat yang diinginkan. Teknik ini digunakan untuk menghasilkan
organism transgenik. Proses DNA rekombinan ini meliputi isolasi DNA, transplantasi gen atau DNA, dan
memasukkan DNA ke dalam sel hidup (Kusumawati, 2012: 171).
2) Fusi Protoplasma
Fusi protoplasma disebut juga teknologi hibrodoma yang dilakukan dengan menggabungkan dua sel dari
jaringan yang sama atau dua sel dari organism yang berbeda dalam suatu medan listrik. Teknik ini diguakan
untuk menghasilkan organisme transgenik. Prinsip dari fusi protoplasma adalah menggabungkan kedua isi
sel dengan terlebih dahulu menghilangkan dinding sel atau membrane sel dari kedua sel yang akan
digabungkan dalam suatu medan listrik. Teknik ini dapat dilakukan pada sel tumbuhan maupun hewan
(Kusumawati, 2012: 173).
3) Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman secra vegetative buatan yang didasarkan pada sifat
totipotensi tumbuhan. Prinsip kultur jaringan dalah menumbuhkan jaringan maupun sel tumbuhan dalam
suatu media buatan secara antiseptic. Dalam teori tersebut dikatakan bahwa setiap sel tumbuhan mempunyai
kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru apabila sitempatkan pada lingkungan yang sesuai. Sifat
individu baru yang dihasilkan sama persis dengan sifat induknya (Kusumawati, 2012: 173).
Bagian tumbuhan yang ditumbuhkan dalam media kultur disebut eksplan. Eksplan yang sering digunakan
merupakan bagian tumbuhan yang memiliki sel-sel yang aktif membelah seperti ujung akar dann ujung
batang. Potongan bagian tumbuhan yang ditanam pada media kultur akan tumbuh membentuk kalus. Kalus
merupakan massa sel yang belum terdiferensiasi. Kalus tersebut akan berkembang menjadi tanaman lengkap
uyang disebut plantlet (Kusumawati, 2012: 173).
Media kultur jaringan yang digunakan biasanya berupa gar-agar yang ditambah dengan unsur hara dan
vitamin yang dibutuhankan oleh tumbuhan media tersebut juga dapat ditambah dengan hormon
pertumbuhan, misalnya auksin dan sitokinin. Auksin akan memicu pertumbuhan akar, sedang sitokinin akan
memicu pertumbuhan tunas. Komposisi kultur jaringan tergantung pada spesies tumbuhan yang akan
diperbanyak (Kusumawati, 2012: 173).
4) Kloning
Kloning atau transplantasi atau pencangkokan nukleus digunakan untuk menghasilkan individu yang secara
genetic identik dengan induknya. Proses kloning dilakukan dengan cara memasukkan inti sel donor ke dalam
sel telur yang telah dihilangkan inti selnya. Selanjutnya, sel telur tersebut diberi kejutan listrik atau zat kimia
untuk memacu pembelahan sel. Ketika klon embrio telah mencapai tahap yang sesuai, embrio dimasukkan
ke dalam rahim hewan betina lainnya yang sejenis. Hewan tersebut selanjunya akan mengandung embrio
yang ditanam dan melahirkan anak hasil kloning. Contoh hewan hasil kloning adalah domba Dolly
(Kusumawati, 2012: 174).
5) Teknik Bayi Tabung
Teknik bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan suami istri yang sulit memperoleh keturunan.
Pasangan suami istri tersebut sebenarnya mampu menghasilkan sel kelamin secara normal. Namun, karena
adanya faktor-faktor tertentu mengakibatkan proses pembuahan tidak dapat menjadi misal tersumbatnya
saluran telur (Kusumawati, 2012: 175).
Pembuahan yang dilakukan pada teknik bayi tabung (fertilisasi in vitro) berada di luar tubuh induk betina.
Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk embrio. Embrio kemudian ditanam (diimplantasi) pada rahim
pendonor. Embrio tersebut selanjutnya tumbuh menjadi anak yang siap dilahirkan (Kusumawati, 2012: 175).

B. Perkembangan Bioteknologi
Bioteknologi, dari awal penerapannya sampai dengan tahun 1857, disebut era bioteknologi non-mikrobiol.
Karena pada masa itu belum diketahui kalau fermentasi dilakukan oleh makhluk hidup. Produk lain dari
bioteknologi non-mikrobiol antara lain: anggur, bir, roti, keju, yoghurt, susu masam, sake, dan sebagainya
(Sutarno, 2000: 7.6).
Bioteknologi dimensi baru (bioteknologi mikrobiol dimulai sejak tahun 1957 setelah Louis Pasteur
mengetahui kalau fermentasi, merupakan proses yang dilakukan oleh makhluk hidup (Lee, 1983). Produk
hasil fermentasi bioteknologi era mikrobiol antara lain: tembakau, teh dan coklat yang difermentasikan
(Sutarno, 2000: 7.5).
Pada tahun 1920, proses fermentasi yang ditimbulkan oleh mikroorganisme mulai digunakan untuk
memproduksi zat-zat seperti aseton, butanol, etanol dan gliserin. Feremtasi juga digunakan untuk
memproduksi asam laktat dan asam asetat (Apeldoorn,1981).
Setelah Perang Dunia II, dihasilkan produk bioteknologi lain yaitu penisilin, dan diikuti oleh peningkatan
penelitian mikroorganisme lain yang juga dapat menghasilkan antibiotik dan zat-zat lain seperti vitamin,
steroid, enzim, dan asam amino (Sutarno, 2000: 7.5).
Produksi antibiotik membawa serta perbaikan di bidang teknologi fermentasi, karena dapat menciptakan
kondisi suci hama, dalam arti mampu mengendalikan lingkungan fermentasi sedemikian rupa, sehingga
dalam lingkungan fermentasi tidak ada jenis mikroba lain selain mikroba yang digunakan untuk fermentasi
itu. Dengan demikian, mikroba tersebut dapat tumbuh subur dan menghasilkan antibiotik secara optimum
(Rehm, 1981).
Perkembangan yang pesat di bidang biologi molekuler dan biologi seluler dalam beberapa dasawarsa terakhir
ini, sepenuhnya menjadi dasar ilmiah utama untuk perkembangan teknologi mutakhir. Teknologi enzim dan
rekayasa genetic mengantarkan ke suatu bioteknologi dimensi baru, yang berkembang dengan sangat pesat.
Era ini kemudian disebut era bioteknologi modern, sedangkan dua era sebelumnya sering disebut sebagai era
bioteknologi tradisional (Apeldoorn, 1981).
Penemuaan rekayasa genetika melalui teknologi rekombinan DNA (deoxyribose nucleic acid = asam
deoksiribonukleat/ADN, yang terjadi pada tahun 1973 bertanggung jawab atas terjdinya perkembangan
bioteknologi yang demikian pesat. Teknik ini tidak hanya memberikan harapan dapat disempurnakannya
proses proses dan produk saat ini, tetapi diharapkan juga mampu mengembangkan produk baru yang
sebelumnya (dalam bioteknologi tradisional) diperkirakan tidak mungkin dibuat dan memudahkan realisasi
proses-proses lain yang baru pula (Sutarno, 2000: 7.6).
Tidak perlu diragukan bahwa teknologi rekombinan ADN merupakan penyebab utama ketenaran
bioteknologi pada saat ini. selain itu, harus ditekankan bahwa teknologi rekombinan juga merupakan hal
yang sangat penting untuk perkembangan aktivitas dalam bidang lain yang esensial dan juga untuk
perkembangan bioteknologi. Subjek paling penting yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
rekombinan ADN dalam bidang bokatalisator meliputi isolasi, imobilisasi dan stabilisasi enzim, serta
mobilisasi dan stabilisasi mikro organism sebagai makhluk dan sebagai sel individual. Teknologi
rekombinan ADN juga berpengaruh dalam bidang imunologi, terutama dalam pembuatan antibodi
monoklonal, dalam teknologi fermentasi, dalam produksi, pengolahan limbah dan bioelektrokimia
(Sutarno,2000: 7.6).

C. Penerapan Bioteknologi dalam Kehidupan


1. Pangan
Beberapa contoh bioteknologi tradisional di bidang pangan misalnya, tempe dibuat dari kedelai
menggunakan jamur Rhizopus, tape dibuat dari ketela pohon dengan menggunakan Khamir Saccharomyces
cereviceae, keju dan yoghurt dibuat dari susu sapi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus. (Rachmawati,
2009: Hal 154)
2. Bidang Pertanian dan Perternakan
Beberapa contoh aplikasi bioteknologi modern dibidang pertanian sebagai berikut.
a. Padi Transgenik
Teknologi DNA rekombinan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh tanaman padi transgenik. Contoh
tanaman padi rojolele transgenik yang mampu mengekspresikan laktoferin dan tanaman padi yang tahan
terhadap cuaca dingin. Untuk mendapatkan tanaman padi yang tahan terhadap cuaca dingin caranya dengan
memasukkan gen tahan dingin dari hewan yang hidup di tempat dingin ke dalam kromosom padi
(Kusumawati, 2012: 179).
b. Tembakau resistan terhadap virus
Teknologi DNA rekombinan juga dapat dimanfaatkan untuk memperoleh tanaman tembakau yang tahan
tehadap virus TMV (Tobacco Mozaic Virus). Teknologi tersebut dikembangkan oleh Beachy, seorang
ilmuan dari Universitas Washington (AS). Plasmid Ti digabung dengan gen yang tahan terhadap penyakit
TMV, kemudian dimasukkan ke dalam kromosom tembakau. Kromosom tersebut kemudian diperbanyak
melalui teknik kultur jaringan. Hasil akhirnya adalah tanaman tembakau tahan terhadap infeksi virus TMV
(Kusumawati, 2012: 179).
c. Bunga Antilayu dan Buah Tahan Busuk
Hormon pertumbuahan yang mengakibatkan bunga menjadi layu adalah etilen. Kelayuan pada bunga terjadi
akibat adanya gen yang sensitif pada mahkota bunga. Jika gen tersebut diganti dengan gen yang kurang
sensitif, kelayuan pada bunga dapat ditunda. Dengan metode ini telah dikembangkan anyelir transgenik yang
mampu bertahan segar selama 3 minggu. Sementara itu, anyelir normal hanya mampu bertahan selama 3 hari
saja (Kusumawati, 2012: 179).
Hormon etilen juga merangsang pematangan buah. Jika aktivitas gen penghasil etilen dapat dihambat melalui
rekayasa genetika maka buah akan tetap segar dalam waktu lama. Contohnya pada tomat Flavr Svr yang
tahan busuk (Kusumawati, 2012: 179).
d. Tanaman Kapas Antiserangga
Tanaman kapas trasngenik antiserangga diperoleh dengan memasukkan gen delta endotioksin Bacillus
thuringiensis kedalam tanaman kapas melalui teknik DNA rekombinan. Selanjutnya, tanaman tersebut akan
memproduksi protein delta endotoksin. Protein ini akan bereaksi dengan enzim yang diproduksi oleh
lambung serangga. Reaksi ini mengubah enzim tersebut menjadi racun. Dengan demikian, serangga yang
memakan tanaman tersebut akan mengalami keracunan kemudian mati (Kusumawati, 2012: 179).
Adapun contoh pemanfaatan bioteknologi dalam bidang peternakan di antaranya sebagai berikut.
a. Sapi Perah dengan Hormon Manusia
Teknologi DNA rekombinan mampu menyisipkan gen laktoferin pada manusia yang memproduksi HLF
(Human Lactoferin) pada sapi perah. Dengan penyisipan ini akan dihasilkan sapi yang mampu memproduksi
susu yang mengandung laktoferin. Contohnya sapi Herman (Kusumawati, 2012: 180).
b. Bovin Somatotropin (BST)
Teknologi ini dilakukan dengan menyisipkan gen somatotropin sapi pada plasmid. Escherichia coli untuk
menghasilkan BST. BST yang ditambahkan pada makanan ternak dapat meningkatkan produksi daging dan
susu ternak (Kusumawati, 2012: 180).
3. Bidang Kedokteran
a. Antibiotik
Pembuatan antibiotik termaksud penerapan bioteknologi konvensional. Antibiotik adalah senyawa yang
dihasilkan oleh mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai penghasil antibiotik di antaranya sebagai
berikut.
1) Jamur Cephalosporium sp. Menghasilkan antibiotik sefalosporin untuk membunuh bakteri yang kebal
terhadap antibiotik penisilin.
2) Bakteri Streptomyces griseus menghasilkan antibiotik streptomisin untuk membunuh bakteri yang kebal
terhadap antibiotik penisilin dan sefalosporin.
3) Bakteri Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum menghasilkan antibiotik penisilin untuk
melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus (Kusumawati, 2012: 180).
b. Insulin
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar pancreas dan berfungsi mengatur kadar gula dalam
darah. Melalui teknik rekayasa genitika, insulin dapat diproduksi dalam jumlah banyak. Produksi insulin
dibuat dengan mencangkokkan gen yang mengkode insulin ke dalam plasmid bakteri. Bakteri dengan DNA
rekombinan ini kemudian membelah diri. Bakteri ini selanjutnya akan memproduksi insulin yang
dibutuhkan. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan insulin disebut diabetes mellitus. Penyakit ini dapat
diatasi dengan memberikan insulin ke dalam tubuh. Oleh karena itu, insulin diperoleh dengan mengambil
kelenjar pancreas dari hewan untuk keperluan pengobatan diabetes melitus (Kusumawati, 2012: 180).
c. Vaksin Transgenik
Vaksin adalah siapan antigen yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk memicu terbentuknya sistem
kekebalan tubuh. Pembuatan vaksin dilakukan melalui teknik DNA rekombinan dengan mengisolasi gen
yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) dari mikrobia yang bersangkutan. Gen tersebut
kemudian disisipkan pada plasmid mikrobia yang telah dilemahkan sehingga mikrobia ini menjadi tidak
berbahaya karena telah dihilangkan bagian yang menimbulkan penyakit, misal lapisan lendirnya. Mikrobia
yang disisipi gen tersebut akan membentuk antigen murni. Mikrobia ini dapat dibiakkan dalam media kultur
sehingga terbentuk antigen murni dalam jumlah yang banyak. Apabila antigen ini disuntikkan kepada
manusia, sistem kekebalan tubuh akan membentuk antibody yang berfungasi melawan antigen yang masuk
ke dalam tubuh (Kusumawati, 2012: 181).
d. Antibodi Monoklonal
Bioteknologi pembuatan antibody monoclonal menggunkan prinsip fusi protoplasma. Fusi protoplasma
dilakukan dengan menggabungkan dua sel dari jaringan yang sama atau dari dua sel dari organism yang
berbeda dalam suatu medan listrik. Fusi tersebut menghasilkan sel-sel yang dapat menghasilkan antibodi
sekaligus memperbanyak diri secara terus-menerus seperti sel kanker yang dinamakan antibodi monoklonal
(Kusumawati, 2012: 182).
Pembuatan antibodi monoklonal dapat dijelaskan sebgai berikut. Kelinci atau tikus terlebih dahulu disuntik
dengan antigen kemudian diambil limpanya (temat pembuatan limposit B). Sel-sel limfosit B inin kemudian
didifusikan dengan sel myeloma (sel kanker) melalui elektrofusi. Elektofusi adalah fusi secara elektris
dengan frekuensi tinggi yang mengakibatkan sel-sel tertarik satu sama lain dan akhirnya bergabung. Sel-sel
hasil fusi kemudian diseleksi untuk diidentifikasi. Sel-sel yang telah diseleksi kemudian diinjeksi ke tubuh
hewan. Dalam tubuh hewan, sel-sel gabungan tersebut akan membentuk antibodi. Sel gabungan tersebut juga
dapat dibiakkan di dalam media kultur sehingga menghasilkan antibodi dalam jumlah banyak (Kusumawati,
2012: 182).
Antibodi monoklonal dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin dalam
urine wanita hamil. Dengan demikian, antibodi monoklonal dapat digunakan untuk mengetahui adanya
kehamilan. Antibodi monoklonal juga dimanfaatkan untuk deteksi dini dan membunuh sel kanker
(Kusumawati, 2012: 182).
e. Terapi Gen pada Penderita Fibrosis Sistik
Penderita fibrosis sistik mengalami kesulitan bernafas karena paru-paru terisi lender. Hal ini disebabkan
mutasi gen yang mengakibatkan tidak terbentuknya alfa-1-antitripsin (ATT). Untuk mengatasi masalah
tersebut dilakukan terapi gen untuk memperbaiki atau mengganti gen-gen penyebab penyakit. Salah satu cara
yang dilakukan adalah dengan mengisolasi gen yang mengkode ATT dari orang sehat untuk dimasukkan ke
dalam DNA virus. Selanjutnya, virus tersebut diidentifikasi pada paru-paru pasien. Virus akan mentransfer
gen pengode ATT yang dibawa dalam sel paru-paru pasien. Dengan demikia, sel paru-paru pasien dapat
membuat protein ATT dan pasien dapat bernapas dengan lebih normal (Kusumawati, 2012: 183) .

4. Bidang Lingkungan
Aplikasi bioteknologi di bidang lingkungan digunakan untuk mengani pencemaran lingkungan. Pada proses
pemurnian logam. Bahan-bahan tambang yang diperoleh umumnya masih terikat dengan bijihnya (kotoran).
Untuk itu diperlukan bahan kimia untuk memurnikannya. Namun, bahan-bahan kimia tersebut ternyata
kurang efektif dalam memisahkan logam dari bijihnya sehingga banyak sisa bahan tambang yang kemudian
dibuang sebagai limbah. Dengan menggunkan bakteri Thlobacillus ferrooxidans, berbagai jenis logam dapat
diambi dari cairan sisa penambangan. Bakteri ini mampu mengoksidasi belerang yang mengikat berbagai
logam seperti tembaga, seng, dan uranium membentuk logam sulfida. Bakteri tidak memanfaatkan logam-
logam tersebut sehingga natinya logam akan dilepas ke air dan dimanfaatkan oleh manusia. Dengan
demikian, pencemaran lingkungan akibat limbah penambangan dapat dikurangi dengan memanfaatkan peran
mikroorganisme (Kusumawati, 2012: 183).
Biotenologi juga diterapkan untuk mengatasi pencemaran akibat tumpahan minyak di laut. Tumpahan
minyak tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut mampu
menguraikan ikatan hidrokarbon pada minyak bumi (Kusumawati, 2012: 183).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bioteknologi adalah ilmu terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi, biokimia, dan
rekayasa genetika untuk menghasilkan produk dan jasa.
Bioteknologi dibedakan menjadi bioteknologi konvesional dan bioteknologi modern.
Bioteknologi Tradisional dan Konvesional
Bioteknologi Modern
Perkembangan bioteknologi
Penerapan bioteknologi
Pangan
Bidang Pertanian dan Perternakan
Bidang Kedokteran
Bidang Lingkungan

B. Saran
Bioteknologi memiliki dampak positif dan negatif. Akan lebih baik jika penggunaan bioteknologi digunakan
secara bijaksana dan semanfaat mungkin tanpa harus memberikan dampak negatif dilingkungan sekitar. Dan
diharapkan dengan semakin berkembangnya bioteknologi dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai