Oleh:
Preseptor:
Dr. Hudila Rifa Karmia, Sp.OG
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Kontrasepsi Pasca Persalinan dan Kontrasepsi Mantap”. Referat ini ditujukan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian
Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Hudila Rifa Karmia, Sp.OG
sebagai preseptor yang telah membantu dalam penulisan referat ini. Penulis menyadari
bahwa referat ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca demi kesempurnaan
referat ini.
Penulis berharap referat ini dapat memberikan dan meningkatkan
pengetahuan serta pemahaman mengenai “Metode Kontrasepsi” terutama bagi
penulis sendiri dan rekan-rekan sejawat lainnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................26
Kesimpulan .........................................................................................................56
Daftar Pustaka.....................................................................................................57
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Menambah pengetahuan mengenai metode kontrasepsi dalam hal
definisi, klasifikasi, serta kelebihan dan kekurangan dari masing-
masing metode kontrasepsi.
1.2.2 Sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di
bagian Obstetri dan Ginekologi FK Universitas Andalas.
1.3 Metode Penulisan
Makalah ini dibuat dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada
berbagai literatur.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kontrasepsi merupakan suatu usaha pencegahan terbuahinya sel telur oleh
sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi
1 2
ke dinding rahim. Kontrasepsi dapat bersifat sementara dan permanen. Daya
guna suatu kontrasepsi dapat dinilai berdasarkan:2
1) Daya guna teoritis (theoritical effectiveness), yaitu kemampuan suatu
metode kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan secara benar.
2) Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi
dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor
lain seperti aturan pemakaian.
Metode kontrasepsi yang baik apabila memenuhi syarat-syarat seperti,
aman atau tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, murah, dapat diterima
orang banyak, serta pemakaian jangka lama (continutation rate tinggi).3
Faktor-faktor dalam memilih kontrasepsi antara lain:3
Faktor Pasangan Faktor kesehatan
Kontrasepsi Pasca Persalinan yang cocok pada ibu di masa nifas, yaitu :
Metode Amenorhea Laktasi (MAL), pil progestin (Mini Pil),suntikan
Progestin,kontrasepsi Implan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR),spiral
1. Faktor perilaku ibu, seperti pengetahuan, tindakan, dan sikap ibu nifas.
2. Faktor pasangan, seperti dukungan suami.
3. Faktor kesehatan, sepeti jumlah anak yang masih hidup dan usia ibu.
4. Faktor metode kontrasepsi, seperti terhambatnya biaya serta pelayanan
kesehatan yang kurang di wilayah tersebut
1. Memberi ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan
2. Tidak menghentikan ASI untuk memulai suatu metode kontrasepsi
27
3. Metode kontrasepsi pada pasien menyusui dipilih agar tidak
mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi.4
c. Pantang Berkala
Metode kalendar adalah tidak melakukan coitus pada masa subur istri,
terdapat 3 cara metode pantang berkala, yaitu: 7
28
1) Metode Kalendar
Metode ini dilakukan dengan memperhatikan masa subur istri melalui
perhitungan hair. Cara menghitung masa subur:7
• Sebelum menerapkan metode ini, wanita harus mencatat jumlah dari
dalam tiap satu siklus haid selama 6 bulan atau 6 siklus hair.
• Masa subur atau fase ovulasi biasanya terjadi sekitar 14 hari (dengan
toleransi 2 hari) sebelum hari pertama haid yang akan datang.
2) Metode pengamatan lendir serviks
Masa subur diketahui melalui pengamatan lendir vagina yang diambil
pada pagi hari atau dikenal dengan ovulasi billing. Cara mengetahui masa subur: 7
• Mengamati lendir vagina yang keluar
• Satu hari atau lebih setelah haid, vagina akan terasa kering, sampai
kemudian timbul lendir yang pekat, padat, dan kental.
• Dengan melihat lendir, dari sifat lengket berubah ke basah dan licin,
biasanya berlangsung selama 1-2 hari yang menandakan masa subur.
• Senggama dilakukan sesudah hari ke-4 dimana lendir sudah tidak ada
yang menandakan masa tidak subur.
3) Pegukuran suhu badan
Pengukuran suhu badan dilakukan di pagi hari, saat bangun tidur dan
belum melakukan apapun. Pada masa subur, suhu badan meningkat 0,2 sampai
0,5oC. Pasangan suami istri tidak boleh melakukan senggama pada masa subur
sampai 3 hari setelah peningkatan suhu badan tersebut.
29
2.1.1.2. Metode kontrasepsi sederhana dengan alat
a. Kondom
Mulanya kondom terbuat dari usus biri-biri dan menurut
perkembangannya pada tahun 1844, Goodyear berhasil membuat kondom dari
karet.7
Keuntungan Kekurangan
Gambar 1. Kondom
b. Pessarium
Pessarium merupakan kondom pada perempuan. Pessarium terbagi atas
diafragma vaginal dan cervical cap. Diafragma vaginal merupakan alat
kontrasepsi yang terdiri dari kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan
pinggir yang elastis. Pinggir diafragma mudah dibengkokkan dan disisipkan di
bagian atas vagina untuk mencegah sperma masuk. Untuk menambah efektivitas,
sebaiknya ditambahkan spermisida pada diafragma. Diafragma harus ditinggal di
dalam vagina selama 6 jam post coitus.7
30
Gambar 2. Diafragma Vagina
Cervical cap terbuat dari karet atau plastik dan berbentuk mangkuk yang
pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya lebih kecil dibandingkan
diafragma vaginal.7
c. Spermisida
Spermisida merupakan obat yang bertujuan untuk mematikan sperma
sebelum melewati serviks. Spermisida terdiri atas dua komponen, yaitu zat
kimiawi untuk mematikan spermatozoa dan vehikulum yang dipakai untuk
membuat tablet, krim, atau jelly. Cara kerja spermisida adalah dengan merusak
membran sel sperma dan menurunkan mobilitas sperma dan kemampuan sperma
untuk membuahi sel ovum.
Obat-obatan spermisida, antara lain:7
• Suppositorium: loforin suppositoria, rendel pesssaries. Suppositorium
dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus, dan baru aktif serelah 5
menit. Lama kerjanya selama 20 menit hingga 1 jam.
31
• Jelly atau krim: Perseptin vaginal jelly, delfen vaginal creme. Jelly lebih
encer daripada creme. Lama kerjanya 20 menit hingga 1 jam.
• Tablet busa: sampoon, volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet
dicelup ke dalam air lalu dimasukkan ke dalam vagina. Lama kerjanya 30
menit hingga 1 jam.
• C-Film, merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tingga dan menyebar
pada porsio uteri dan vagina yang efektif setelah 30 menit.
b. Pil kombinasi
Mengandung hormon estrogen dana progesterone steroid sintetik. Ada dua
jenis progesterone sintetik yang dipakai yaitu berasal dari 19-nor-testosteron,
dan yang berasal dari 17 Alfa asetoksi progesteron. Estrogen yang masih
banyak dipakai untuk pil kontrasepsi ialah etinil estradiol dan mestranol. 8
Umumnya dapat dikatakan bahwa komponen estrogen dalam pil menekan
sekresi FSH menghalangi maturasi folikel dalam ovarium. Karena pengaruh
estrogen dari ovarium terhadap hipofisis tidak ada, maka tidak terdapat
pengeluaran LH. Pada pertengahan sikus haid kada FSH rendah dan tidak
terjadi peningkatan LH, sehingga menyebabkan ovulasi terganggu. Komponen
progestogen dalam pil kombinasi memperkuat khasiat estrogen untuk
mencegah ovulasi, sehingga dalam 95-98% tidak terjadi ovulasi.8
Progestagen mempunyai khasiat sebagai berikut 8
32
• Kapasitasi spermatozoa yang perlu memasuki ovum terganggu
Kelebihan Kekurangan
Efektivitasnya dapat dipercaya 95-98% Pil harus diminum setiap hari, sehingga
Dapat digunakan dalam jangka panjang. Kadang-kadang setelah berhenti minum pil
dapattimbul amenorea persisten
Mudah dihentikan setiap waktu.
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pilkombinasi ini antara
lain:
33
1. Peningkatan resiko trombosis vena, emboli paru, serangan jantung,
stroke dan kankerleherrahim.
2. Peningkatan tekanandarah dan retensicairan.
5. Kembung.
7. Pusing.
8. Amenorea.
9. Nyeripayudara.
Wanita pasca keguguran/abortus. hamil, gangguan fungsi hati, tumor hati yang ada
sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk
Wanita dengan perdarahanhaid berlebih an lain yang mengandung estrogen.
sehinggamenyebabkan anemia.
Wanita dengan siklushaid tidak teratur. Kontra indikasi relatif; sakit kepala (migrain),
34
Wanita dengan nyeri haid hebat, riwayat disfungsi jantung atau ginjal, diabetes gestational
kehamilan ektopik, kelainan payudara atau pre diabetes, hipertensi, depresi, varises,
jinak. umur lebih 35 tahun, perokok berat, fase akut
mononukleosis, penyakit sickle cell, asma,
Wanita dengan dibetes mellitus tanpa
kolestasis selama kehamilan, riwayat keluarga
komplikasi pada ginjal, pembuluh darah,
(orang tua, saudara) yang terkena penyakit
mata dan saraf.
reumatik yang fatal atau tidak fatalatau menderita
Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit DM sebelum usia50 tahun, kolitis ulseratif.
radang panggul, endometriosis atau tumor
jinak ovarium.
Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit Wanita yang dicurigai hamil atau benar hamil.
radang panggul, endometriosis atau tumor
jinak ovarium. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
c. Suntikan
Kontrasepsi suntikan kombinasi mengandung 25mg DMPA (Depo
medroksiprogesteron asetat) dan 5mg Estradiolsipionat, diberikan IM sebulan
sekali (cyclofem), 50 mg Noretindron enantat dan 5 mg Estradiol valerat,
diberikan IM sebulan sekali.9Sedangkan kontrasepsi suntikan progestin
mengandung 150 mg DMPA diberikan setiap 3 bulan secara IM, depo noretisteron
35
enantat (depo noristerat) mengandung 200 mg noretindrone enatat, diberikan
setiap 2bulan secara IM.9
Cara kerja dengan menekan ovulasi, mengentalkan lender, dan perubahan
pada endometrium. Kontrasepsi dapat dimulai dalam waktu 7 hari siklus haid;
• Jika > hari ke 7, tidak boleh koitus atau menggunakan pelindung selama
7 hari
• Bila haid (-), pastikan tidak hamil, diberikan setiap saat, tidak boleh
koitus atau menggunakan pelindung selama 7 hari
• Pascapersalinan 3minggu, tidak menyusui
• Efektivitas tinggi,
• Pemakaiannya sederhana
• Reversible
36
Kekurangan kontrasepsi berupa depo :
• Sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur
• Menimbulkan amenorea
d. Implant
Implan adalah kontrasepsi jangka panjang bersifat reversibel berisi hanya
progestin saja (progestin-only) yang melepaskan sejumlah kecil progestin secara
terus-menerus ke dalam aliran darah. Kontrasepsi implan yang beredar
diIndonesia antara lain Norplant, Jadena, dan Implanon. 8
Gambar 4. Norplant
5. Timbulnya jerawat.
6. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil,
maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaaan KB.
Indikasi pemasangan implan adalah wanita yang ingin memakai
kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap
atau menggunakan AKDR dan wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB
yang mengandung estrogen.9Kontraindikasi pemasangan implant adalah
kehamilan atau disangka hamil, penderita penyakit hati, kanker payudara, kelainan
jiwa (psikosis, neurosis), varikosis, riwayat kehamilan ektopik, diabetes mellitus,
dan kelainan kardiovaskuler.9Implant dipasang sewaktu haid berlangsung atau
masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan.
38
2.2.3 Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti, tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR
dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai
dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista dan sperma. Pada
pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel
makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga
sering timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi
nidasi. Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus
pada wanita tersebut. 8,11
Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh
karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh
terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion
logam tembaga (Cu); pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi
logam makin lama makin berkurang. 8,11Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 –
0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 –
170 kehamilan). 8,11
Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang
paling banyak digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis
copper T dan spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral
(Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C, dan NovaT), tulang ikan (MLCu350
dan 375), dan batang (Gynefix). Unsur tambahan adalah tembaga (cuprum), atau
hormon (Levonorgestrel).
39
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena
umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali
motivasi, tidak menimbulkan efek sistemik, alat ekonomis dan cocok untuk
penggunaan secara massal, efektivitas cukup tinggi, reversibel, dan tidak ada
pengaruh terhadap ASI. 12
Efek samping AKDR, antara lain:8
• Perdarahan
Dapat terjadi nyeri segera setelah pemasangan IUD. Biasanya rasa nyeri
ini berangsur angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi
atau dihilangkan dengan jalan memberikan analgetik.
• Gangguan pada suami
• Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya
tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan sudah
40
disterilisasi. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah
adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum
pemasangan AKDR.
• Perforasi
Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada
bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim.
Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan
kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan,
sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus
setelah dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jka
benangnya tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada dalam
uterus.12
Kontraindikasipemasangan AKDR dibagi atas 2golongan,yaitu kontraindikasi
yang relatif dan kontraindikasi mutlak.8
3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi
mioma, dsb.
4. Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri
41
Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :
1. Kehamilan
Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir
haid. Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu
sedang terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan
yang timbul akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinan
pemasangan pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
• Sewaktu postpartum
42
dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus,
bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.
• Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi
fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic
abortion merupakan kontraindikasi
• Beberapa hari setelah haid terakhir
43
Gambar 1.1 Prosedur vasektomi pada system reproduksi laki-laki
Cara Vasektomi14
1. Metode vasektomi standar, cara ini dimulai dengan melakukan
anestesi/bius lokal ke daerah pertengahan skrotum (bila anda takut anda
dapat meminta sedasi). Kemudian dilakukan sayatan 1-2cm diatasnya. Bila
saluran sudah tampak maka saluran akan dipotong, lalu kedua ujungnya
akan diikat. Hal sama akan dilakukan pada saluran sperma satunya.
Kemudian luka ditutup dengan penjahitan.
45
Tingkat kegagalan vasektomi selama tahun pertama adalah 9,4 per 1 000
prosedur dan 1 1,4 per 1 000 pada 2, 3, dan 5 tahun. Kegagalan dapat terjadi
akibat hubungan seksual yang tidak terproteksi terlalu cepat setelah ligasi, oklusi
vas deferens yang tidak sempurna, atau rekanalisasi.Selain penyesalan,
konsekuensi jangka panjang jarang terjadi. Salah satunya adalah nyeri skrotum
kronis yang mengganggu, yang berkembang pada hingga 15 persen pria.
Kekhawatiran sebelumnya untuk aterogenesis, immune-complex mediated
disease, kanker testis, dan kanker prostat telah diredakan oleh sejumlah
penelitian.13
Reanastomosis vas deferens dapat diselesaikan dengan paling efektif
menggunakan teknik bedah mikro. Secara umum, tingkat konsepsi setelah
pembalikan dipengaruhi oleh durasi yang lama dari vasektomi, kualitas sperma
yang buruk ditemukan pada pembalikan, dan jenis prosedur pembalikan yang
diperlukan.13
2.3.2 Tubektomi
Sterilisasi wanita biasanya dilakukan dengan oklusi, eksisi, atau
pembagian tuba fallopi. Prosedur sterilisasi nifas mengikuti persalinan sesar atau
pervaginam dan sekitar 7 persen dari semua kelahiran hidup di Amerika Serikat 1.
Sterilisasi tuba nonpuerperalis dilakukan pada waktu yang tidak berhubungan
dengan kehamilan baru-baru ini dan juga disebut sterilisasi interval.13
46
Cara Sterilisasi pada perempuan
a. Cara Pomeroy
Cara Pomeroy banyak dilakukan . Cara ini dilakukan dengan mengangkat
bagian tengah tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian
dasarnya diikat dengan benang yang yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu
dipotong. Setelah benang pengikat diserap,maka ujung-ujung tuba akhirnya
terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0-0,4%.
b. Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap;
ujung Proksimal tuba ditanamkan ke dalam miometrium, sedangkan ujung distal
ditanamkan kedalam ligamentum latum.
d. Cara Uchida
Pada cara ini tuba ditarik keluar abdomen melalui suatu insisi kecil (mini
laparotomi) di atas simfisis pubis. Kemudian dilakukan suntikan didaerah ampulla
tuba dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah serosa tuba.
Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut mengembung. Lalu,
dibuat sayatan kecil didaerah yang kembung tersebut.Serosa dibebaskan dari tuba
sepanjang kira-kira 4 - 5 cm; tuba dicari dan serelah ditemukan dijepit, diikat, lalu
digunting. Ujung tuba yang proksimal akan terranam dengan sendirinya dibawah
serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar serosa. Luka
sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan dari carainia dalah 0.
48
pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan kedalam rongga perut.Teknik
ini banyak digunakan.
Keuntungan dari cara ini antara lain ialah sangat kecilnya kemungkinan
kesalahan mengikat ligamentum rotundum.Angka kegagalan 0,19%.
49
• Teknik
Berbagai teknik sekarang digunakan untuk mengganggu patensi tuba.
Secara umum, segmen midtubal tuba fallopi dipotong, dan ujung yang terputus
ditutup oleh fibrosis dan pertumbuhan kembali peritoneum. Metode sterilisasi
nifas yang umum digunakan meliputi teknik Parkland, Pomeroy, dan Pomeroy
yang dimodifikasi13. Lebih jarang, klip Filshie digunakan. Teknik rving dan
Uchida atau fimbriektomi Kroener jarang digunakan karena diseksi yang
dibutuhkan meningkat atau tingkat kegagalan yang sangat tinggi. Juga, dengan
tidak adanya penyakit rahim atau panggul lainnya, histerektomi semata-mata
untuk sterilisasi pada saat persalinan sesar, di awal masa nifas, atau bahkan jauh
dari kehamilan sulit untuk dibenarkan. Ini membawa peningkatan morbiditas
bedah yang signifikan dibandingkan dengan sterilisasi tuba13.
Bukti menunjukkan bahwa tuba fallopi mungkin merupakan asal dari
karsinoma serosa panggul, terutama ovarium. Dengan pengetahuan ini, Society of
Gynecologic Oncologists dan American College of Obstetricians and
Gynecologists merekomendasikan pertimbangan salpingektomi untuk
menurunkan risiko kanker. Khususnya, untuk wanita dengan risiko rata-rata
kanker ovarium, salpingektomi pengurangan risiko harus didiskusikan dan
dipertimbangkan dengan pasien pada saat operasi perut atau panggul, pada
histerektomi, atau sebagai pengganti ligasi tuba13.
Analgesia spinal biasanya dipilih untuk kasus-kasus yang dijadwalkan
untuk disterilisasi 703 pada hari postpartum pertama. Jika dilakukan lebih dekat
dengan persalinan, kateter epidural yang sama yang digunakan untuk analgesia
persalinan dapat digunakan untuk analgesia sterilisasi. Khususnya, bagi mereka
dengan preeklamsia, sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan kadar enzim hati,
jumlah 2latelet rendah), atau trombositopenia gestasional, kadar trombosit harus
>100.000 untuk blokade tulang belakang. Anestesi umum mungkin kurang
diinginkan karena kerentanan jalan napas terkait kehamilan residual2. Kandung
kemih dikosongkan sebelum operasi untuk menghindari laserasi. Kandung kemih
yang penuh juga dapat mendorong fundus di atas umbilikus13.
50
Sayatan infra umbilikalis kecil sangat ideal karena beberapa alasan.
Sebagaimana dicatat, fundus dalam banyak kasus terletak di dekat umbilikus.
Kedua, umbilikus biasanya tetap menjadi bagian tertipis dari dinding anterior
abdomen dan membutuhkan lebih sedikit diseksi subkutan untuk mencapai linea
alba fascia. ketiga, insisi infraumbilikalis menawarkan fasia dengan integritas
yang cukup untuk memberikan penutupan yang memiliki risiko minimal untuk
hernia insisional di kemudian hari. Terakhir, sayatan yang mengikuti lekukan
alami lipatan kulit pusar bawah menghasilkan kosmetik yang sesuai. Sayatan kulit
melintang atau vertikal 2 sampai 4 cm biasanya cukup untuk wanita dengan berat
badan normal. Untuk wanita gemuk, sayatan 4-6 cm mungkin diperlukan untuk
akses perut yang memadai13.Di bawah sayatan ini, jaringan subkutan dipisahkan
secara tumpul untuk mencapai linea alba fascia. Untuk ini, klem Allis dapat
dibuka dan ditutup saat tekanan ke bawah diberikan. Demikian pula, bilah dua
retraktor angkatan laut yang keduanya menarik ke bawah namun berlawanan arah
dapat membelah lapisan subkutan. Membersihkan jaringan lemak ini dari fasia
mengisolasi fasia untuk insisi dan untuk penutupan selanjutnya tanpa lemak yang
mengganggu, yang dapat menghambat penyembuhan luka14.
Sayatan fasia mungkin melintang atau vertikal dan mengikuti orientasi
sayatan kulit yang sama. Untuk ini, setelah linea alba tercapai, itu dijepit dengan
dua klem Allis-satu ditempatkan di kedua sisi insisi fasia yang direncanakan.
Pembelian jaringan dengan masing-masing klem harus cukup besar dan membuat
gulungan kecil fasia untuk diiris. Seringkali, peritoneum dimasukkan secara
bersamaan dan dimasukkan. Jika tidak, peritoneum dijepit dengan dua hemostat
dan dipotong dengan tajam. Orang lain mungkin lebih suka masuk secara blak-
blakan dengan satu jari telunjuk. Khususnya, jika sayatan fasia awal terlalu kecil,
dapat diperpanjang dengan gunting Mayo melengkung14.
Paparan yang memadai sangat penting, dan retraktor angkatan laut atau
apendiks cocok. Untuk wanita gemuk, sayatan yang sedikit lebih besar dan
retraktor sempit yang lebih dalam mungkin diperlukan. Jika usus atau omentum
menghalangi, posisi Trendelenburg dapat membantu menggantikan cephalad ini.
Pengemasan secara digital dengan sepotong kasa bedah yang lembab dan
menyebar juga dapat digunakan, tetapi hemostat harus selalu dipasang pada ujung
51
distal untuk mencegah retensi. Terkadang, memiringkan seluruh meja ke sisi
berlawanan dari tabung yang terbuka membantu isolasi tabung14.tuba fallopi
diidentifikasi dan dijepit pada bagian tengahnya dengan klem Babcock, dan
fimbria distal dipastikan. nya mencegah membingungkan ligamen bulat dengan
bagian tengah tabung. Alasan umum kegagalan sterilisasi adalah ligasi struktur
yang salah, biasanya ligamen bundar. Oleh karena itu, identifikasi dan isolasi tuba
distal sebelum ligasi diperlukan. Setiap kali tabung jatuh secara tidak sengaja,
proses identifikasi ini harus diulang. 13.
Langkah-langkah salpingektomi ditunjukkan pada Sayatan umbilikal
umumnya perlu lebih besar untuk memungkinkan pandangan yang memadai dari
tabung dan mesosalping dan untuk menempatkan klem. Dengan salpingektomi
total, seluruh mesosalping harus dibagi untuk membebaskan tuba fallopi.Dalam
dua kohort kecil yang menjalani salpingektomi setelah kelahiran pervaginam,
waktu pembedahan lebih lama daripada oklusi tuba, dan dalam satu laporan,
kehilangan darah meningkat. A Dengan salpingektomi dan persalinan sesar,
tingkat kehilangan darah total secara statistik tidak lebih tinggi. Setelah operasi,
diet diberikan sesuai toleransi. Ileus jarang terjadi dan harus segera diwaspadai
untuk cedera usus, meskipun jarang. Kebanyakan wanita menjalani perjalanan
yang tidak rumit dan dipulangkan pada hari pertama pascaoperasi13.
52
suprapubik 3 cm juga populer, terutama di negara-negara miskin sumber daya.
Morbiditas mayor jarang terjadi pada minilaparotomi atau laparoskopi. Meskipun
tidak sering digunakan, rongga peritoneum dapat dimasuki melalui forniks vagina
posterior melalui kolpotomi untuk melakukan interupsi tuba13.
53
pertumbuhan ke dalam jaringan untuk oklusi tuba menggunakan matriks
elastomer silikon nonabsorben silinder. Namun, karena alasan keuangan, produksi
perangkat ini sekarang telah dihentikan oleh pabrikan. hat berkata, pasien dengan
sisipan ini mungkin ditemui dan dapat menganggap perangkat mereka efektif.
Meskipun saat ini tidak tersedia di Amerika Serikat, pelet quinacrine
menyebabkan sklerosis pada ostia tuba. Penempatan pada fundus uteri dengan
metode inserter tipe IUD memungkinkan migrasi pelet ke dalam ostium tuba. Dari
kekurangannya, asosiasi kanker sebelumnya telah dibantah. Eicacy muncul
ditingkatkan dengan modifikasi teknik. Dalam satu kohort awal dari 1 33 5 wanita
yang diobati, tingkat kehamilan pada 10 tahun adalah 1 2 persen. Setelah
perbaikan teknik penyisipan, tingkat kegagalan 2 tahun sebesar 1,2 persen
dihitung oleh Lippes14.
• Efek Lainnya
54
Secara keseluruhan, risiko penurunan kanker ovarium dan kanker payudara tidak
terpengaruh setelah sterilisasi. Wanita yang telah menjalani sterilisasi tuba sangat
kecil kemungkinannya untuk mengalami salpingitis. Untuk menoragia dan
perdarahan intermenstrual setelah sterilisasi tuba, sebagian besar penelitian
tentang risiko tidak menemukan hubungan1. Kurang objektif tetapi gejala sisa
psikologis yang penting dari sterilisasi juga telah dievaluasi. Dalam studi CREST,
menemukan bahwa ligasi tuba tidak mengubah minat atau kesenangan seksual
pada 80 persen wanita. Pada sebagian besar dari 20 persen wanita yang
melaporkan perubahan, efek positifnya 10 hingga 15 kali lebih mungkin terjadi13.
Tak jarang, sejumlah wanita menyayangkan sterilisasi, apalagi jika dilakukan
pada usia yang lebih muda. Dalam studi CREST, melaporkan bahwa 7 persen
wanita yang telah menjalani ligasi tuba menyesal selama 5 tahun. Ini tidak
terbatas pada sterilisasi mereka sendiri, karena 6,1 persen wanita yang suaminya
telah menjalani vasektomi memiliki penyesalan yang sama13.
• Pembalikan Sterilisasi Tuba
Tidak ada wanita yang harus menjalani sterilisasi tuba dengan keyakinan bahwa
kesuburan berikutnya dijamin baik dengan pembedahan atau dengan teknik
reproduksi berbantuan. Kedua pendekatan tersebut secara teknis sulit, mahal, dan
tidak selalu berhasil. Secara umum, angka kehamilan setelah pembalikan tuba
menguntungkan wanita dengan usia lebih muda dari 35 tahun, dengan sisa tuba 7
cm, dengan waktu yang singkat dari sterilisasi sebelumnya, dan dengan perbaikan
isthmic-isthmic. Dengan reanastomosis melalui laparotomi, angka kelahiran hidup
berkisar antara 44 hingga 82 persen. Tingkat kehamilan ektopik adalah 2 sampai
10 persen setelah reanastomosis. Dengan reanastomosis untuk membalikkan
sterilisasi Essure, hanya 27 persen wanita yang memiliki kelahiran hidup
berikutnya13.
55
BAB III
KESIMPULAN
Kontrasepsi merupakan suatu usaha pencegahan terbuahinya sel telur oleh
sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi
ke dinding rahim. Metode kontrasepsi yang baik apabila memenuhi syarat-syarat
seperti, aman atau tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, murah, dapat
diterima orang banyak, serta pemakaian jangka lama (continutation rate tinggi).
Terdapat beberapa metode kontrasepsi, yaitu kontrasepsi sederhana (tanpa dan
dengan alat), kontrasepsi hormonal, kontrasepsi dengan AKDR, kontrasepsi
mantap. Kontrasepsi tersebut dipilih berdasarkan kebutuhan dan pilihan yang
terbaik bagi pasien dengan mempertimbangkan keinginan dan meminimalisir efek
sampingyangterjadibagipasien.
56
DAFTAR PUSTAKA
1. Nugroho T dan Utama I B. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2014.
2. World Health Organization (WHO). 2014. Planning Family or
Contraseption. Diakses : 3 Desember 2019
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs351/en/.
3. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2007.
4. Hartanto H. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan; 2012.
5. Saifuddin AB, Affandy, Enriquito R. Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi Edisi 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2003.
6. Handayani S. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama; 2010.
7. Proverawati. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika;
2010
8. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2007.
9. Saifuddin AB, Affandy, Enriquito R. Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi Edisi 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2003.
10. Hartanto H. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan; 2012.
11. World Health Organization (WHO). 2014. Planning Family or
Contraseption. Diakses : 3 Desember 2019
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs351/en/.
12. Wikjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi ketiga cetakan pertama. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011.
13. Williams, J. W., et al. Williams obstetrics.25th editions. 2018.
14. Yulizawati,Iryani D, Sinta L, Ayunda A. Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana. Indomedika Pustaka. 2019.