Anda di halaman 1dari 37

METODE KONTRASEPSI

Oleh:

Hafidz Aryan Abdillah 2140312098


Youri Gavriel Simbolon 2140312149

Preseptor:
Dr. Hudila Rifa Karmia, Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Kontrasepsi Pasca Persalinan dan Kontrasepsi Mantap”. Referat ini ditujukan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian
Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Hudila Rifa Karmia, Sp.OG
sebagai preseptor yang telah membantu dalam penulisan referat ini. Penulis menyadari
bahwa referat ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca demi kesempurnaan
referat ini.
Penulis berharap referat ini dapat memberikan dan meningkatkan
pengetahuan serta pemahaman mengenai “Metode Kontrasepsi” terutama bagi
penulis sendiri dan rekan-rekan sejawat lainnya.

Padang, Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................. 4

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 4

1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 5

1.3 Metode Penulisan ....................................................................................... 5

BAB II ................................................................................................................26

2.1 Definisi .....................................................................................................26

2.2 Jenis Kontrasepsi .......................................................................................28

2.2.1 Metode Kontrasepsi Sederhana ...........................................................28

2.2.2 Kontrasepsi Hormonal ........................................................................32

2.2.3 Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) .............39

2.3 Kontrasepsi Mantap ...................................................................................43

2.3.1 Vasektomi ..........................................................................................43

2.3.2 Tubektomi ..........................................................................................46

2.3.3 Sterilisasi Tuba Nonpuerperal .............................................................52

2.3.4 Sterilisasi Transveris ...........................................................................53

2.4 Komplikasi Jangka Panjang .......................................................................54

Kesimpulan .........................................................................................................56

Daftar Pustaka.....................................................................................................57

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kontrasepsi merupakan tindakan untuk mencegah terjadinya kehamilan. 1
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 penggunaan
kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan
Amerika Latin dan terendah di Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi
modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi
57,4% pada tahun 2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49
tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat
minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah
meningkat dari 60,9% menjadi 361,6%, sedangkan Amerika Latin dan Karibia
naik dari 66,7% menjadi 67,0%. 2
Di negara-negara berkembang diperkirakan terdapat 225.000 perempuan
ingin menunda atau menghentikan kesuburan tetapi tidak menggunakan metode
kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut: terbatas pilihan metode
kontrasepsi dan pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum terpenuhi
untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi. 2
Kependudukan merupakan masalah yang sedah dihadapi oleh negara kita
yaitu Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk di Indonesia
tahun 2015 sebesar 1,49% dimna kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan
karena setiap tahun penduduk Indonesia bertambah 4.5 juta jiwa. Untuk menekan
laju pertumbuhan penduduk, pemerintah Indonesia menerapkan program
Keluarga Berencana (KB) Nasional yang diharapkan dapat menekan laju
pertumbuhan penduduk.2,3
Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:dapat
dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya
dapat diatur menurut kebutuhan. 4

4
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Menambah pengetahuan mengenai metode kontrasepsi dalam hal
definisi, klasifikasi, serta kelebihan dan kekurangan dari masing-
masing metode kontrasepsi.
1.2.2 Sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di
bagian Obstetri dan Ginekologi FK Universitas Andalas.
1.3 Metode Penulisan
Makalah ini dibuat dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada
berbagai literatur.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kontrasepsi merupakan suatu usaha pencegahan terbuahinya sel telur oleh
sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi
1 2
ke dinding rahim. Kontrasepsi dapat bersifat sementara dan permanen. Daya
guna suatu kontrasepsi dapat dinilai berdasarkan:2
1) Daya guna teoritis (theoritical effectiveness), yaitu kemampuan suatu
metode kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan secara benar.
2) Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi
dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor
lain seperti aturan pemakaian.
Metode kontrasepsi yang baik apabila memenuhi syarat-syarat seperti,
aman atau tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, murah, dapat diterima
orang banyak, serta pemakaian jangka lama (continutation rate tinggi).3
Faktor-faktor dalam memilih kontrasepsi antara lain:3
Faktor Pasangan Faktor kesehatan

Umur Suatu kesehatan

Gaya hidup Riwayat haid

Frekuensi senggama Riwayat keluarga

Jumlah keluarga yang diinginkan Pemeriksaan fisik

Pengalaman dengan kontrasptivum yang Pemeriksaan panggul


lalu

Kontrasepsi Pasca Persalinan

 Definisi Kontrasepsi Pasca Persalinan

Kontrasepsi Pasca Persalinan ialah upaya pencegahan kehamilan dengan


memakai alat dan obat kontrasepsi segera sesudah melahirkan hingga 42 hari atau
6 minggu sesudah melahirkan, sedangkan Kontrasepsi pasca keguguran ialah
26
upaya pencegahan kehamilan dengan memakai alat dan obat kontrasepsi setelah
mengalami keguguran hingga kurun waktu 14 hari.

 Tujuan Kontrasepsi Pasca Persalinan

Terdapat beberapa tujuan Kontrasepsi Pasca Persalinan, yaitu :

1. Mengatur jarak kehamilan atau kelahiran.


2. Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan dan setiap keluarga dapat
merencanakan kehamilan dengan aman dan sehat.
3. Menurunkan angka kematian ibu serta angka kematian bayi dengan
menekan risiko 4 Terlalu, yaitu :
a. Terlalu muda melahirkan dibawah usia 21 tahun.
b. Terlalu tua melahirkan diatas 35 tahun.
c. Terlalu dekat jarak kelahiran kurang dari 3 tahun.
d. Terlalu banyak jumlah anak lebih dari 2

Kontrasepsi Pasca Persalinan yang cocok pada ibu di masa nifas, yaitu :
Metode Amenorhea Laktasi (MAL), pil progestin (Mini Pil),suntikan
Progestin,kontrasepsi Implan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR),spiral

 Faktor Penghambat Pemakaian Kontrasepsi Pasca Persalinan

Faktor yang bisa mempengaruhi dalam menentukan metode kontrasepsi, yaitu:

1. Faktor perilaku ibu, seperti pengetahuan, tindakan, dan sikap ibu nifas.
2. Faktor pasangan, seperti dukungan suami.
3. Faktor kesehatan, sepeti jumlah anak yang masih hidup dan usia ibu.
4. Faktor metode kontrasepsi, seperti terhambatnya biaya serta pelayanan
kesehatan yang kurang di wilayah tersebut

Hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk menggunakan


alat/obat kontrasepsi yaitu:

1. Memberi ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan
2. Tidak menghentikan ASI untuk memulai suatu metode kontrasepsi

27
3. Metode kontrasepsi pada pasien menyusui dipilih agar tidak
mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi.4

2.2 Jenis Kontrasepsi


2.2.1 Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari dua metode, yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. 5
2.1.1.1 Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
a. Metode Amenore Laktasi (MAL)
Lactational Amenorrhea Method (LAM) atau Metode Amenore Laktasi
(MAL) merupakan metode kontrasepsi sementara melalui pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara eksklusif, atau pemberian ASI kepada bayi tanpa diberikan makanan
6
tambahan lainnnya. MAL dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi apabila:
1) Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif jika diberikan
8x/hari
2) Belum mendapat hair
3) Umur bayi kurang dari 6 bulan
Apabila kondisi tersebut terpenuhi, maka pemberian ASI dapat
memberikan perlindungan sebesar 98% pada 6 bulan pertama pasca persalinan.
Cara kerja MAL adalah menunda atau menekan terjadi ovulasi melalui
peningkatan kadar prolaktin sehingga gonadotropin melepas hormon inhibitor
yang mengakibatkan kadar estrogen menurun.6

b. Senggama terputus (Coitus Interruptus)


Senggama terputus dilakukan dengan cara pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi. Metode ini efektif
bila digunakan dengan benar dan dapat digunakan sebagai pendukung metode KB
lain.4

c. Pantang Berkala
Metode kalendar adalah tidak melakukan coitus pada masa subur istri,
terdapat 3 cara metode pantang berkala, yaitu: 7

28
1) Metode Kalendar
Metode ini dilakukan dengan memperhatikan masa subur istri melalui
perhitungan hair. Cara menghitung masa subur:7
• Sebelum menerapkan metode ini, wanita harus mencatat jumlah dari
dalam tiap satu siklus haid selama 6 bulan atau 6 siklus hair.
• Masa subur atau fase ovulasi biasanya terjadi sekitar 14 hari (dengan
toleransi 2 hari) sebelum hari pertama haid yang akan datang.
2) Metode pengamatan lendir serviks
Masa subur diketahui melalui pengamatan lendir vagina yang diambil
pada pagi hari atau dikenal dengan ovulasi billing. Cara mengetahui masa subur: 7
• Mengamati lendir vagina yang keluar
• Satu hari atau lebih setelah haid, vagina akan terasa kering, sampai
kemudian timbul lendir yang pekat, padat, dan kental.
• Dengan melihat lendir, dari sifat lengket berubah ke basah dan licin,
biasanya berlangsung selama 1-2 hari yang menandakan masa subur.
• Senggama dilakukan sesudah hari ke-4 dimana lendir sudah tidak ada
yang menandakan masa tidak subur.
3) Pegukuran suhu badan
Pengukuran suhu badan dilakukan di pagi hari, saat bangun tidur dan
belum melakukan apapun. Pada masa subur, suhu badan meningkat 0,2 sampai
0,5oC. Pasangan suami istri tidak boleh melakukan senggama pada masa subur
sampai 3 hari setelah peningkatan suhu badan tersebut.

29
2.1.1.2. Metode kontrasepsi sederhana dengan alat
a. Kondom
Mulanya kondom terbuat dari usus biri-biri dan menurut
perkembangannya pada tahun 1844, Goodyear berhasil membuat kondom dari
karet.7
Keuntungan Kekurangan

Dapat mencegah penyakit Sangat tipis dan mudah robek apabila


menular seksual (PMS) digunakan tidak sesuai aturan

Tidak mempengaruhi kesuburuan Beberapa pria tidak dapat


mempertahankan ereksi saat
Mudah didapat menggunakan kondom
Harga terjangkau

Gambar 1. Kondom

b. Pessarium
Pessarium merupakan kondom pada perempuan. Pessarium terbagi atas
diafragma vaginal dan cervical cap. Diafragma vaginal merupakan alat
kontrasepsi yang terdiri dari kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan
pinggir yang elastis. Pinggir diafragma mudah dibengkokkan dan disisipkan di
bagian atas vagina untuk mencegah sperma masuk. Untuk menambah efektivitas,
sebaiknya ditambahkan spermisida pada diafragma. Diafragma harus ditinggal di
dalam vagina selama 6 jam post coitus.7

30
Gambar 2. Diafragma Vagina
Cervical cap terbuat dari karet atau plastik dan berbentuk mangkuk yang
pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya lebih kecil dibandingkan
diafragma vaginal.7

Gambar 3. Cervical Cap

c. Spermisida
Spermisida merupakan obat yang bertujuan untuk mematikan sperma
sebelum melewati serviks. Spermisida terdiri atas dua komponen, yaitu zat
kimiawi untuk mematikan spermatozoa dan vehikulum yang dipakai untuk
membuat tablet, krim, atau jelly. Cara kerja spermisida adalah dengan merusak
membran sel sperma dan menurunkan mobilitas sperma dan kemampuan sperma
untuk membuahi sel ovum.
Obat-obatan spermisida, antara lain:7
• Suppositorium: loforin suppositoria, rendel pesssaries. Suppositorium
dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus, dan baru aktif serelah 5
menit. Lama kerjanya selama 20 menit hingga 1 jam.

31
• Jelly atau krim: Perseptin vaginal jelly, delfen vaginal creme. Jelly lebih
encer daripada creme. Lama kerjanya 20 menit hingga 1 jam.
• Tablet busa: sampoon, volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet
dicelup ke dalam air lalu dimasukkan ke dalam vagina. Lama kerjanya 30
menit hingga 1 jam.
• C-Film, merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tingga dan menyebar
pada porsio uteri dan vagina yang efektif setelah 30 menit.

2.2.2 Kontrasepsi Hormonal


a. Pil
Pil KB atau oral contraceptives pill berisi hormonestrogen dan/atau
progesteron yang bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah
kehamilan dengan menghambat pelepasan seltelur dari ovarium setiap bulannya.
Pil KB akan efektif dan aman apabila digunakan secara benar dan konsisten tetapi
secara umum tidak sepenuhnya melindungi wanita dari
infeksipenyakitmenularseksual.8

b. Pil kombinasi
Mengandung hormon estrogen dana progesterone steroid sintetik. Ada dua
jenis progesterone sintetik yang dipakai yaitu berasal dari 19-nor-testosteron,
dan yang berasal dari 17 Alfa asetoksi progesteron. Estrogen yang masih
banyak dipakai untuk pil kontrasepsi ialah etinil estradiol dan mestranol. 8
Umumnya dapat dikatakan bahwa komponen estrogen dalam pil menekan
sekresi FSH menghalangi maturasi folikel dalam ovarium. Karena pengaruh
estrogen dari ovarium terhadap hipofisis tidak ada, maka tidak terdapat
pengeluaran LH. Pada pertengahan sikus haid kada FSH rendah dan tidak
terjadi peningkatan LH, sehingga menyebabkan ovulasi terganggu. Komponen
progestogen dalam pil kombinasi memperkuat khasiat estrogen untuk
mencegah ovulasi, sehingga dalam 95-98% tidak terjadi ovulasi.8
Progestagen mempunyai khasiat sebagai berikut 8

• Lender serviks uteri menjadi lebih kental, sehingga menghalangi penetrasi


spermatozoa untuk masuk ke dalam uterus

32
• Kapasitasi spermatozoa yang perlu memasuki ovum terganggu

• Beberapa progestogen tertentu, seperti noretynodrel, mempunyai efek


antiestrogenik terhadap endometrium, sehingga menyulitkan implantasi
ovum yang telah dibuahi.

Kelebihan Kekurangan

Efektivitasnya dapat dipercaya 95-98% Pil harus diminum setiap hari, sehingga

Frekuensi koitus tidak perlu diatur kadang-kadangmerepotkan

Siklus haid jadi teratur

Keluhan-keluhan dismenorea yang primer Motivasi harus kuat


menjadi berkurang atau hilang sama sekali

Tidak mengganggu hubunganseksual. Adanya efek samping walaupun sifatnya

Siklushaid teratur. sementara, seperti mual, sakit kepala, dan


muntah, nyeri payudara
Dapat mengurangi kejadian anemia.

Dapat mengurangi ketegangan sebelum Kadang-kadang setelah berhenti minum pil


menstruasi(premenstrualtension). dapattimbul amenorea persisten

Dapat digunakan dalam jangka panjang. Kadang-kadang setelah berhenti minum pil
dapattimbul amenorea persisten
Mudah dihentikan setiap waktu.

Dapat digunakan sebagai kontrasepsi


darurat.

Dapat digunakan pada usia remaja Untuk golongan penduduk


sampai menopause.
tertentu harganya masih mahal
Membantu mengurangi kejadian kehamilan
ektopik, kankerovarium, kanker endometrium,
kistaovarium, penyakit radang panggul,
kelainan jinak pada payudara,dismenorea dan
jerawat.

Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pilkombinasi ini antara
lain:
33
1. Peningkatan resiko trombosis vena, emboli paru, serangan jantung,
stroke dan kankerleherrahim.
2. Peningkatan tekanandarah dan retensicairan.

3. Pada kasus - kasus tertentu dapat menimbulkan depresi,


perubahansuasanahati dan penurunan libido.
4. Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).

5. Kembung.

6. Perdarahan bercak atau spotting (terjadi pada 3 bulan pertama).

7. Pusing.

8. Amenorea.

9. Nyeripayudara.

10. Kenaikan beratbadan.

Dapat Menggunakan Pil Kombinasi Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombinasi

Wanita dalam usia reproduksi. Kontra indikasi absolute; tromboplebitis atau

Wanita yang telah atau belum tromboemboli, riwayat tromboplebitis atau

memiki anak. tromboemboli, kelainan serebrovaskuler atau


penyakit jantung koroner, diketahui atau diduga
Wanita yang gemuk atau kurus.
karsinoma mammae, diketahui atau diduga
Wanita setelah melahirkan dan tidak
karsinoma endometrium, diketahui atau diduga
menyusui.
neoplasma yang tergantung estrogen, perdarahan
Wanita yang menginginkan metode abnormal genetalia yang tidak diketahui
kontrasepsi dengan efektifitas tinggi. penyebabnya, adenoma hepar, karsinoma atau
tumor-tumor jinak hepar,diketahui atau diduga

Wanita pasca keguguran/abortus. hamil, gangguan fungsi hati, tumor hati yang ada
sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk
Wanita dengan perdarahanhaid berlebih an lain yang mengandung estrogen.
sehinggamenyebabkan anemia.

Wanita dengan siklushaid tidak teratur. Kontra indikasi relatif; sakit kepala (migrain),

34
Wanita dengan nyeri haid hebat, riwayat disfungsi jantung atau ginjal, diabetes gestational
kehamilan ektopik, kelainan payudara atau pre diabetes, hipertensi, depresi, varises,
jinak. umur lebih 35 tahun, perokok berat, fase akut
mononukleosis, penyakit sickle cell, asma,
Wanita dengan dibetes mellitus tanpa
kolestasis selama kehamilan, riwayat keluarga
komplikasi pada ginjal, pembuluh darah,
(orang tua, saudara) yang terkena penyakit
mata dan saraf.
reumatik yang fatal atau tidak fatalatau menderita
Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit DM sebelum usia50 tahun, kolitis ulseratif.
radang panggul, endometriosis atau tumor
jinak ovarium.

Wanita yang menderita tuberkulosis


pasif
Wanita dengan varises vena. Wanita yang tidak dapat disiplin minum pil setiap
hari.

Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit Wanita yang dicurigai hamil atau benar hamil.
radang panggul, endometriosis atau tumor
jinak ovarium. Wanita yang menyusui secara eksklusif.

Waktu mulai menggunakan pilkombinasi adalah:

1. Hari pertama sampai hari ke tujuh siklushaid.

2. Sewaktu mendapat haid.

3. Setelah melahirkan (pasca keguguran, setelah 3 bulan tidakmenyusui,


setelah 6bulanpemberianASI).
4. Saat ingin berhenti kontrasepsihormonaljenis suntikan dan ingin ganti
pilkombinasi.

c. Suntikan
Kontrasepsi suntikan kombinasi mengandung 25mg DMPA (Depo
medroksiprogesteron asetat) dan 5mg Estradiolsipionat, diberikan IM sebulan
sekali (cyclofem), 50 mg Noretindron enantat dan 5 mg Estradiol valerat,
diberikan IM sebulan sekali.9Sedangkan kontrasepsi suntikan progestin
mengandung 150 mg DMPA diberikan setiap 3 bulan secara IM, depo noretisteron

35
enantat (depo noristerat) mengandung 200 mg noretindrone enatat, diberikan
setiap 2bulan secara IM.9
Cara kerja dengan menekan ovulasi, mengentalkan lender, dan perubahan
pada endometrium. Kontrasepsi dapat dimulai dalam waktu 7 hari siklus haid;
• Jika > hari ke 7, tidak boleh koitus atau menggunakan pelindung selama
7 hari
• Bila haid (-), pastikan tidak hamil, diberikan setiap saat, tidak boleh
koitus atau menggunakan pelindung selama 7 hari
• Pascapersalinan 3minggu, tidak menyusui

• Beralih dari kontrasepsi hormonal, diberikan sesuai dengan jadwal


• Beralih dari kontrasepsi non hormonal, dapat diberikan segera atau
menunggu saat haid
Depo Provera ialah 6 alfa medroksiprogesteron yang digunakan untuk
tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progestogen yang kuat dan sangat
efektif. Obat ini termasuk obat depot. Noristerat termasuk dalam golongan
koontrasepsi suntikan.8
Obat ini menghalanngi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus, menyebabkan
lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui
serviks uteri.8Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi.Mempengaruhi
transport ovum di tuba.
Keuntungan kontrasepsi suntikan berupa depo ialah:

• Efektivitas tinggi,

• Pemakaiannya sederhana

• Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4x setahun)

• Reversible

• Cocok untuk ibu yang menyusui anak

36
Kekurangan kontrasepsi berupa depo :
• Sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur

• Menimbulkan amenorea

d. Implant
Implan adalah kontrasepsi jangka panjang bersifat reversibel berisi hanya
progestin saja (progestin-only) yang melepaskan sejumlah kecil progestin secara
terus-menerus ke dalam aliran darah. Kontrasepsi implan yang beredar
diIndonesia antara lain Norplant, Jadena, dan Implanon. 8

Gambar 4. Norplant

Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel


yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone dan disusukkan dibawah kulit
sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36
mg levonorgestrel. Setiap hari sebanyak 30 mcg levonorgestrel dilepaskan ke
dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgestrel adalah suatu
progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini-pill atau kombinasi atau
pun pada AKDR yang bioaktif. Fungsinya mengentalkan lendir serviks uteri
sehingga menyulitkan penetrasi sperma, menimbulkan perubahan-perubahan pada
endometrium sehingga tidak cocok untuk implantasi zigot. Pada sebagian kasus
dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi. Efek kontrasepsi norplant merupakan
gabungan dari ketiga mekanisme kerja tersebut di atas. Daya guna norplant cukup
tingi. Efektivitas antara 0,3 – 0,5 /100wanita/tahun. 9
Keuntungan: 8
37
1. Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen
2. Perdarahan yang terjadi lebih ringan

3. Tidak menaikkan tekanan darah,

4. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan


pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
5. Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang ( 5 tahun
dan bersifat reversibel. Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu satu
tahun setelah pengangkatan Norplant, 80 % sampai 90 % wanita daat menjadi
hamil kembali.
Efek samping: 8

1. Gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan memanjang atau


lebih sering berdarah ( metrorrhagia ),
2. Amenore,

3. Mual-mual, anoreksia, pening, sakit kepala,

4. Kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan.

5. Timbulnya jerawat.

6. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil,
maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaaan KB.
Indikasi pemasangan implan adalah wanita yang ingin memakai
kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap
atau menggunakan AKDR dan wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB
yang mengandung estrogen.9Kontraindikasi pemasangan implant adalah
kehamilan atau disangka hamil, penderita penyakit hati, kanker payudara, kelainan
jiwa (psikosis, neurosis), varikosis, riwayat kehamilan ektopik, diabetes mellitus,
dan kelainan kardiovaskuler.9Implant dipasang sewaktu haid berlangsung atau
masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan.

38
2.2.3 Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti, tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR
dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai
dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista dan sperma. Pada
pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel
makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga
sering timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi
nidasi. Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus
pada wanita tersebut. 8,11
Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh
karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh
terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion
logam tembaga (Cu); pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi
logam makin lama makin berkurang. 8,11Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 –
0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 –
170 kehamilan). 8,11
Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang
paling banyak digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis
copper T dan spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral
(Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C, dan NovaT), tulang ikan (MLCu350
dan 375), dan batang (Gynefix). Unsur tambahan adalah tembaga (cuprum), atau
hormon (Levonorgestrel).

Gambar 5. Jenis-jenis AKDR

39
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena
umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali
motivasi, tidak menimbulkan efek sistemik, alat ekonomis dan cocok untuk
penggunaan secara massal, efektivitas cukup tinggi, reversibel, dan tidak ada
pengaruh terhadap ASI. 12
Efek samping AKDR, antara lain:8

• Perdarahan

Pada pemasangan AKDR terjadi perdarahan sedikit-sedikit yang cepat


berhenti. Kalau pemasangan dilakukans saat waktu haid, perdarahan yang
sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor.Apabila terjadi banyak
perdarahan sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang
berukuran yang lebih kecil.
• Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada
bulan-bulan pertama pemakaian
• Rasa nyeri dan kejang di perut

Dapat terjadi nyeri segera setelah pemasangan IUD. Biasanya rasa nyeri
ini berangsur angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi
atau dihilangkan dengan jalan memberikan analgetik.
• Gangguan pada suami

Kadang suami dapat merasakan adanya benang IUD sewaktu


bersenggama. Ini disebabkan oleh benang IUD yang keluar dari porsio
uteri terlalu pendek atau terlalu panjang.
• Ekspulsi (pengeluaran sendiri)

Biasanya ekspulsi dipengaruhi oleh : umur dan paritas, lama pemakaian,


ekspulsi sebelumnya, jenis dan ukuran, dan faktor psikis.

Kompolikasi AKDR, antara lain:8

• Infeksi

AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya
tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan sudah

40
disterilisasi. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah
adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum
pemasangan AKDR.
• Perforasi

Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa


terjadi pula kemudian.Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup,
harus segera dikeluarkan segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus,
begitu pula dengan yang mengandung logam. Pengeluaran dapat
dilakukan dengan laparotomi jika dengan laparoskopi gagal, atau setelah
terjadi ileus. Jika AKDR yang menyebabkan perforasi itu jenis terbuka
dan linear, dan tidak mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan
dengan segera. 12

 Kehamilan

Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada
bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim.
Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan
kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan,
sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus
setelah dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jka
benangnya tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada dalam
uterus.12
Kontraindikasipemasangan AKDR dibagi atas 2golongan,yaitu kontraindikasi
yang relatif dan kontraindikasi mutlak.8

Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah:

1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus

2. Insufisiensi serviks uteri

3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi
mioma, dsb.
4. Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri

41
Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :
1. Kehamilan

2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit


MenularSeksual)3

3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis

4. Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan

5. Pasangan yang tidak lestari/harmonis

AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :

• Sewaktu haid sedang berlangsung

Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir
haid. Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu
sedang terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan
yang timbul akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinan
pemasangan pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
• Sewaktu postpartum

Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:

1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang


melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan
setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa
tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada
hubungan sama sekali dengan partus atau abortus.
Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu
seminggu setelah bersalin, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai
6-8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR

42
dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus,
bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.
• Sewaktu postabortum

Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi
fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic
abortion merupakan kontraindikasi
• Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama


sebelum AKDR dipasang.

2.3 Kontrasepsi Mantap


2.3.1 Vasektomi
Saat ini, hingga setengah juta pria di Amerika Serikat menjalani vasektomi
setiap tahun. Lima persen wanita mengandalkan metode kontrasepsi ini. Untuk
sterilisasi, lumen vas deferens diiganggu untuk menghalangi lewatnya sperma dari
testis. Paling umum, no-scalpel vasectomy menyelesaikan ini dengan satu
instrumen khusus yang menggenggam vas deferens dan kulit di sekitarnya
bersama-sama. Alat disektor kedua menusuk kulit dan kemudian mengisolasi vas
deferens. American Urological Association menjelaskan vasektomi invasif
minimal mencakup prosedur isolasi vas deferens, termasuk teknik tanpa pisau
bedah, yang menggunakan insisi kulit dengan ukuran≤ 1 cm dan diseksi vas
minimal (Gambar. 1). Dibandingkan dengan vasektomi konvensional yang
menggunakan sayatan > 1 cm dan diseksi yang lebih besar, teknik tanpa pisau
bedah dikaitkan dengan komplikasi bedah kecil yang lebih sedikit, tetapi masing-
masing sama efektifnya.13

43
Gambar 1.1 Prosedur vasektomi pada system reproduksi laki-laki

Cara Vasektomi14
1. Metode vasektomi standar, cara ini dimulai dengan melakukan
anestesi/bius lokal ke daerah pertengahan skrotum (bila anda takut anda
dapat meminta sedasi). Kemudian dilakukan sayatan 1-2cm diatasnya. Bila
saluran sudah tampak maka saluran akan dipotong, lalu kedua ujungnya
akan diikat. Hal sama akan dilakukan pada saluran sperma satunya.
Kemudian luka ditutup dengan penjahitan.

2. Metode vasektomi tanpa pisau. Proses awalnya sama yaitu melakukan


anestesi lokal pada skrotum lalu dengan klem dilakukan fiksasi pada
saluran sperma, kemudian dengan forceps khusus dibuang lubang, lalu
saluran ditonjolkan keluar untuk dikeluarkan melalui lubang forceps yang
sudah diperbesar. Kemudian saluran sperma dipotong dan diikat dengan
benang lalu dikembalikan ke dalam skrotum. Luka ditutup dengan perban.
Sesuai namanya, prosedur ini tidak memerlukan pisau bedah sehingga
tidak ada sayatan yang dibuat. Sebaliknya, hanya dua tusukan kecil
dilakukan di masing-masing sisi untuk mengambil vas deferens dan
kemudian mengklem, menutup atau mengikat mereka dan menempatkan
Kembalidi tempatnya. Manfaat dari prosedur ini adalah perdarahan lebih
sedikit, lubang di kulit lebih kecil, dan komplikasi berkurang. Dalam
prosedur ini, lubang tusukan sangat kecil sehingga dapat menutup dengan
cepat tanpa perlu menggunakan jahitan.
44
Indikasi dan syarat vasektomi14
1. Semua usia reproduksi (<50 tahun)
2. Tidak ingin anak lagi, menghentikan kehamilan,ingin metode kontrasepsi
yang efektif dan permanen
3. Yang istrinya mempunyai masalah usia, paritas atau kesehatan dimana
kehamilan dapat menimbulkan resiko kesehatan atau mengancam
keselamatan jiwa
4. Yang memahami asas sukarela dan memberi persetujuan tindakan medik
untuk prosedur tersebut
5. Yang merasa yakin bahwa telah mendapatkan jumlah keluarga yang
diinginkan (minimal 2 anak)
Kontraindikasi14
1. Peradangan kulit atau jamur pada kemaluan.
2. Peradangan pada alat kelamin pria.
3. Penyakit kencing manis.
4. Kelainan mekanisme pembekuan darah.
5. Infeksi didaerah testis dan penis
6. Hernia
7. Varikokel
8. Skortum membesar karena tumor
9. Hidrokel
10. Testis tidak turun (kriptokismus)
11. Penyakit kelainan pembuluh darah
Vasektomi lebih aman dari pada sterilisasi tuba karena kurang invasif dan
dilakukan dengan analgesia lokal. Dalam tinjauan untuk membandingkan
keduanya, Hendrix dkk (1999) menemukan bahwa, dibandingkan dengan
vasektomi, sterilisasi tuba wanita memiliki tingkat komplikasi yang meningkat 20
kali lipat, tingkat kegagalan 10 hingga 37 kali lipat, dan biaya tiga kali lipat lebih
mahal.1
Salah satu kelemahannya adalah setelah vasektomi, sterilisasi tidak
langsung terjadi. Pelepasan lengkap dari sperma yang disimpan dalam saluran
reproduksi di luar vas deferens yang terputus membutuhkan waktu sekitar 3 bulan
atau 20 ejakulasi. The American Urological Association merekomendasikan
analisis semen pascaprosedural pada 8 sampai 16 minggu untuk
mendokumentasikan sterilitas. Selama periode sebelum azoospermia
didokumentasikan, bentuk kontrasepsi lain harus digunakan. 13

45
Tingkat kegagalan vasektomi selama tahun pertama adalah 9,4 per 1 000
prosedur dan 1 1,4 per 1 000 pada 2, 3, dan 5 tahun. Kegagalan dapat terjadi
akibat hubungan seksual yang tidak terproteksi terlalu cepat setelah ligasi, oklusi
vas deferens yang tidak sempurna, atau rekanalisasi.Selain penyesalan,
konsekuensi jangka panjang jarang terjadi. Salah satunya adalah nyeri skrotum
kronis yang mengganggu, yang berkembang pada hingga 15 persen pria.
Kekhawatiran sebelumnya untuk aterogenesis, immune-complex mediated
disease, kanker testis, dan kanker prostat telah diredakan oleh sejumlah
penelitian.13
Reanastomosis vas deferens dapat diselesaikan dengan paling efektif
menggunakan teknik bedah mikro. Secara umum, tingkat konsepsi setelah
pembalikan dipengaruhi oleh durasi yang lama dari vasektomi, kualitas sperma
yang buruk ditemukan pada pembalikan, dan jenis prosedur pembalikan yang
diperlukan.13

2.3.2 Tubektomi
Sterilisasi wanita biasanya dilakukan dengan oklusi, eksisi, atau
pembagian tuba fallopi. Prosedur sterilisasi nifas mengikuti persalinan sesar atau
pervaginam dan sekitar 7 persen dari semua kelahiran hidup di Amerika Serikat 1.
Sterilisasi tuba nonpuerperalis dilakukan pada waktu yang tidak berhubungan
dengan kehamilan baru-baru ini dan juga disebut sterilisasi interval.13

Gambar 1.2 Prosedur tubektomi pada sistem reproduksi perempuan

46
Cara Sterilisasi pada perempuan
a. Cara Pomeroy
Cara Pomeroy banyak dilakukan . Cara ini dilakukan dengan mengangkat
bagian tengah tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian
dasarnya diikat dengan benang yang yang dapat diserap, tuba di atas dasar itu
dipotong. Setelah benang pengikat diserap,maka ujung-ujung tuba akhirnya
terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0-0,4%.

Gambar 6 Cara Pomeray

b. Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap;
ujung Proksimal tuba ditanamkan ke dalam miometrium, sedangkan ujung distal
ditanamkan kedalam ligamentum latum.

Gambar 7 Cara Irving


47
c. Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian
distal bersama sama dengan fimbria ditanam kedalam ligamentum latum.

d. Cara Uchida
Pada cara ini tuba ditarik keluar abdomen melalui suatu insisi kecil (mini
laparotomi) di atas simfisis pubis. Kemudian dilakukan suntikan didaerah ampulla
tuba dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah serosa tuba.
Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut mengembung. Lalu,
dibuat sayatan kecil didaerah yang kembung tersebut.Serosa dibebaskan dari tuba
sepanjang kira-kira 4 - 5 cm; tuba dicari dan serelah ditemukan dijepit, diikat, lalu
digunting. Ujung tuba yang proksimal akan terranam dengan sendirinya dibawah
serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar serosa. Luka
sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan dari carainia dalah 0.

Gambar 8 Cara Uchida


e. Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan
dengan benang sutera dibuat melalui bagian dari mesosalping dibawah fimbria.
Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba
sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong. Setelah

48
pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan kedalam rongga perut.Teknik
ini banyak digunakan.
Keuntungan dari cara ini antara lain ialah sangat kecilnya kemungkinan
kesalahan mengikat ligamentum rotundum.Angka kegagalan 0,19%.

Gambar 9 Cara Kroener

Sterilisasi Tuba Puerperal


• Waktu
Selama beberapa hari pascapersalinan, fundus uteri terletak setinggi
umbilikus, dan saluran tuba dapat diakses langsung di bawah dinding perut. Selain
itu, kelemahan abdomen memungkinkan reposisi insisi dengan mudah di setiap
kornu uteri. Ligasi tuba nifas dilakukan oleh tim bedah yang didedikasikan untuk
peran ini pada pagi hari setelah melahirkan. Waktu ini meminimalkan tinggal di
rumah sakit tetapi menurunkan kemungkinan bahwa perdarahan postpartum akan
mempersulit pemulihan setelah operasi. Selain itu, status bayi baru lahir dapat
dipastikan lebih baik sebelum operasi. Sebaliknya, beberapa lebih memilih untuk
melakukan sterilisasi segera setelah melahirkan dan menggunakan analgesia
neuraksial yang sudah ditempatkan untuk persalinan. Dalam model ini, hambatan
untuk sterilisasi dapat dikurangi dengan menetapkan operasi postpartum ini
sebagai mendesak, terutama di unit persalinan dan persalinan bervolume tinggi,
yang biasanya memprioritaskan ketersediaan ruang operasi yang terbatas untuk
prosedur intrapartum13.

49
• Teknik
Berbagai teknik sekarang digunakan untuk mengganggu patensi tuba.
Secara umum, segmen midtubal tuba fallopi dipotong, dan ujung yang terputus
ditutup oleh fibrosis dan pertumbuhan kembali peritoneum. Metode sterilisasi
nifas yang umum digunakan meliputi teknik Parkland, Pomeroy, dan Pomeroy
yang dimodifikasi13. Lebih jarang, klip Filshie digunakan. Teknik rving dan
Uchida atau fimbriektomi Kroener jarang digunakan karena diseksi yang
dibutuhkan meningkat atau tingkat kegagalan yang sangat tinggi. Juga, dengan
tidak adanya penyakit rahim atau panggul lainnya, histerektomi semata-mata
untuk sterilisasi pada saat persalinan sesar, di awal masa nifas, atau bahkan jauh
dari kehamilan sulit untuk dibenarkan. Ini membawa peningkatan morbiditas
bedah yang signifikan dibandingkan dengan sterilisasi tuba13.
Bukti menunjukkan bahwa tuba fallopi mungkin merupakan asal dari
karsinoma serosa panggul, terutama ovarium. Dengan pengetahuan ini, Society of
Gynecologic Oncologists dan American College of Obstetricians and
Gynecologists merekomendasikan pertimbangan salpingektomi untuk
menurunkan risiko kanker. Khususnya, untuk wanita dengan risiko rata-rata
kanker ovarium, salpingektomi pengurangan risiko harus didiskusikan dan
dipertimbangkan dengan pasien pada saat operasi perut atau panggul, pada
histerektomi, atau sebagai pengganti ligasi tuba13.
Analgesia spinal biasanya dipilih untuk kasus-kasus yang dijadwalkan
untuk disterilisasi 703 pada hari postpartum pertama. Jika dilakukan lebih dekat
dengan persalinan, kateter epidural yang sama yang digunakan untuk analgesia
persalinan dapat digunakan untuk analgesia sterilisasi. Khususnya, bagi mereka
dengan preeklamsia, sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan kadar enzim hati,
jumlah 2latelet rendah), atau trombositopenia gestasional, kadar trombosit harus
>100.000 untuk blokade tulang belakang. Anestesi umum mungkin kurang
diinginkan karena kerentanan jalan napas terkait kehamilan residual2. Kandung
kemih dikosongkan sebelum operasi untuk menghindari laserasi. Kandung kemih
yang penuh juga dapat mendorong fundus di atas umbilikus13.

50
Sayatan infra umbilikalis kecil sangat ideal karena beberapa alasan.
Sebagaimana dicatat, fundus dalam banyak kasus terletak di dekat umbilikus.
Kedua, umbilikus biasanya tetap menjadi bagian tertipis dari dinding anterior
abdomen dan membutuhkan lebih sedikit diseksi subkutan untuk mencapai linea
alba fascia. ketiga, insisi infraumbilikalis menawarkan fasia dengan integritas
yang cukup untuk memberikan penutupan yang memiliki risiko minimal untuk
hernia insisional di kemudian hari. Terakhir, sayatan yang mengikuti lekukan
alami lipatan kulit pusar bawah menghasilkan kosmetik yang sesuai. Sayatan kulit
melintang atau vertikal 2 sampai 4 cm biasanya cukup untuk wanita dengan berat
badan normal. Untuk wanita gemuk, sayatan 4-6 cm mungkin diperlukan untuk
akses perut yang memadai13.Di bawah sayatan ini, jaringan subkutan dipisahkan
secara tumpul untuk mencapai linea alba fascia. Untuk ini, klem Allis dapat
dibuka dan ditutup saat tekanan ke bawah diberikan. Demikian pula, bilah dua
retraktor angkatan laut yang keduanya menarik ke bawah namun berlawanan arah
dapat membelah lapisan subkutan. Membersihkan jaringan lemak ini dari fasia
mengisolasi fasia untuk insisi dan untuk penutupan selanjutnya tanpa lemak yang
mengganggu, yang dapat menghambat penyembuhan luka14.
Sayatan fasia mungkin melintang atau vertikal dan mengikuti orientasi
sayatan kulit yang sama. Untuk ini, setelah linea alba tercapai, itu dijepit dengan
dua klem Allis-satu ditempatkan di kedua sisi insisi fasia yang direncanakan.
Pembelian jaringan dengan masing-masing klem harus cukup besar dan membuat
gulungan kecil fasia untuk diiris. Seringkali, peritoneum dimasukkan secara
bersamaan dan dimasukkan. Jika tidak, peritoneum dijepit dengan dua hemostat
dan dipotong dengan tajam. Orang lain mungkin lebih suka masuk secara blak-
blakan dengan satu jari telunjuk. Khususnya, jika sayatan fasia awal terlalu kecil,
dapat diperpanjang dengan gunting Mayo melengkung14.
Paparan yang memadai sangat penting, dan retraktor angkatan laut atau
apendiks cocok. Untuk wanita gemuk, sayatan yang sedikit lebih besar dan
retraktor sempit yang lebih dalam mungkin diperlukan. Jika usus atau omentum
menghalangi, posisi Trendelenburg dapat membantu menggantikan cephalad ini.
Pengemasan secara digital dengan sepotong kasa bedah yang lembab dan
menyebar juga dapat digunakan, tetapi hemostat harus selalu dipasang pada ujung

51
distal untuk mencegah retensi. Terkadang, memiringkan seluruh meja ke sisi
berlawanan dari tabung yang terbuka membantu isolasi tabung14.tuba fallopi
diidentifikasi dan dijepit pada bagian tengahnya dengan klem Babcock, dan
fimbria distal dipastikan. nya mencegah membingungkan ligamen bulat dengan
bagian tengah tabung. Alasan umum kegagalan sterilisasi adalah ligasi struktur
yang salah, biasanya ligamen bundar. Oleh karena itu, identifikasi dan isolasi tuba
distal sebelum ligasi diperlukan. Setiap kali tabung jatuh secara tidak sengaja,
proses identifikasi ini harus diulang. 13.
Langkah-langkah salpingektomi ditunjukkan pada Sayatan umbilikal
umumnya perlu lebih besar untuk memungkinkan pandangan yang memadai dari
tabung dan mesosalping dan untuk menempatkan klem. Dengan salpingektomi
total, seluruh mesosalping harus dibagi untuk membebaskan tuba fallopi.Dalam
dua kohort kecil yang menjalani salpingektomi setelah kelahiran pervaginam,
waktu pembedahan lebih lama daripada oklusi tuba, dan dalam satu laporan,
kehilangan darah meningkat. A Dengan salpingektomi dan persalinan sesar,
tingkat kehilangan darah total secara statistik tidak lebih tinggi. Setelah operasi,
diet diberikan sesuai toleransi. Ileus jarang terjadi dan harus segera diwaspadai
untuk cedera usus, meskipun jarang. Kebanyakan wanita menjalani perjalanan
yang tidak rumit dan dipulangkan pada hari pertama pascaoperasi13.

2.3.3 Sterilisasi Tuba Non purperal


Teknik ini dan modifikasi lainnya pada dasarnya terdiri dari
(1) ligasi dan reseksi pada laparotomi seperti yang dijelaskan sebelumnya untuk
sterilisasi nifas
(2) penerapan cincin permanen, klip, atau sisipan ke tuba falopi dengan
laparoskopi atau histeroskopi
(3) elektrokoagulasi segmen tuba, biasanya melalui laparoskop13.

Di Amerika Serikat, pendekatan laparoskopi untuk sterilisasi tuba interval


adalah yang paling umum. Prosedur ini sering dilakukan dalam pengaturan bedah
rawat jalan di bawah anestesi umum. Dalam hampir semua kasus, wanita tersebut
dapat dipulangkan dalam beberapa jam. Minilaparotomi menggunakan sayatan

52
suprapubik 3 cm juga populer, terutama di negara-negara miskin sumber daya.
Morbiditas mayor jarang terjadi pada minilaparotomi atau laparoskopi. Meskipun
tidak sering digunakan, rongga peritoneum dapat dimasuki melalui forniks vagina
posterior melalui kolpotomi untuk melakukan interupsi tuba13.

2.3.4 Sterilisasi Transservis


Perangkat dapat dimasukkan melalui histeroskopi untuk menutup saluran
tuba proksimal. Sisipan mikro Essure memiliki koil dalam baja tahan karat yang
dilapisi serat poliester dan koil luar Nitinol-a paduan nikel dan titanium yang
dapat diperluas. Kumparan luar mengembang setelah penempatan,
memungkinkan serat bagian dalam mengembang. Serat sintetis ini memicu
respons inflamasi kronis untuk mendorong pertumbuhan jaringan lokal yang
mengarah ke oklusi lumen tuba lengkap. Untuk penempatan histeroskopi, sedasi,
paracervical b lock, atau keduanya dapat digunakan, dan insersi in-oice sering
dipilih. Perangkat tidak dapat ditempatkan pada semua wanita, dan beberapa tidak
mentolerir prosedur saat terjaga. Penempatan bilateral dicapai pada 81 hingga 98
persen kasus pada upaya pertama13.
Sejak diperkenalkannya Essure, efek samping yang disebutkan termasuk
perdarahan abnormal, perforasi rahim atau saluran tuba dari migrasi perangkat,
dan reaksi alergi atau hipersensitivitas, terutama terhadap komponen nikel.
Beberapa kejadian mengakibatkan pelepasan perangkat yang memerlukan operasi
perut. Untuk memberikan lebih banyak informasi tentang risiko dan manfaat,
Food and Drug Administration telah menyusun peringatan kotak hitam dan daftar
periksa keputusan pasien untuk membantu konseling14.
Karena sumbatan tuba lengkap tidak 100 persen, maka harus dikonfirmasi
dengan histerosalpingografi (HSG) 3 bulan setelah operasi. Dengan konfirmasi
tersebut, tingkat eicacy untuk perangkat ini mencapai 98 hingga 99 persen. Dalam
pengaturan dunia nyata, kehamilan setelah sterilisasi transservikal paling sering
dikaitkan dengan konsepsi sebelum pemasangan atau HSG dan ketidakpatuhan
dengan HSG atau salah interpretasinya. Meskipun data terbatas pada rangkaian
kasus kecil, kehamilan yang dikandung dengan Essure tampaknya tidak
meningkatkan risiko dari perangkat tersebut 1 Selain itu juga merangsang

53
pertumbuhan ke dalam jaringan untuk oklusi tuba menggunakan matriks
elastomer silikon nonabsorben silinder. Namun, karena alasan keuangan, produksi
perangkat ini sekarang telah dihentikan oleh pabrikan. hat berkata, pasien dengan
sisipan ini mungkin ditemui dan dapat menganggap perangkat mereka efektif.
Meskipun saat ini tidak tersedia di Amerika Serikat, pelet quinacrine
menyebabkan sklerosis pada ostia tuba. Penempatan pada fundus uteri dengan
metode inserter tipe IUD memungkinkan migrasi pelet ke dalam ostium tuba. Dari
kekurangannya, asosiasi kanker sebelumnya telah dibantah. Eicacy muncul
ditingkatkan dengan modifikasi teknik. Dalam satu kohort awal dari 1 33 5 wanita
yang diobati, tingkat kehamilan pada 10 tahun adalah 1 2 persen. Setelah
perbaikan teknik penyisipan, tingkat kegagalan 2 tahun sebesar 1,2 persen
dihitung oleh Lippes14.

2.4 Komplikasi Jangka Panjang


• Kegagalan Kontrasepsi
Kehamilan setelah sterilisasi jarang terjadi. Studi Collaborative Review of
Sterilization (CREST) mengikuti 1 0.863 wanita yang telah menjalani sterilisasi
tuba dari tahun 1978 sampai 1986. tingkat kegagalan kumulatif untuk berbagai
prosedur tuba adalah 18,5 per 1.000 atau sekitar 0,5 persen. Studi ini menemukan
sterilisasi nifas menjadi sangat efektif. Tingkat kegagalan 5 tahun adalah 5 per
1.000, dan selama 12 tahun, adalah 7 per 1.00013.
Sterilisasi nifas gagal karena dua alasan utama. Pertama, kesalahan bedah terjadi
dan termasuk transeksi ligamen bundar atau hanya transeksi parsial tabung. Untuk
alasan ini, kedua segmen tuba diajukan untuk konfirmasi patologis. Kedua,
saluran fistula atau reanastomosis spontan dapat terbentuk di antara tunggul tuba
yang terputus. Sekitar 30 persen kehamilan yang mengikuti prosedur sterilisasi
tuba yang gagal adalah ektopik. tarifnya adalah 20 persen untuk mereka yang
mengikuti prosedur pascapersalinan. Oleh karena itu, setiap gejala kehamilan
pada wanita setelah sterilisasi tuba harus diselidiki, dan kehamilan ektopik
dikecualikan13.

• Efek Lainnya

54
Secara keseluruhan, risiko penurunan kanker ovarium dan kanker payudara tidak
terpengaruh setelah sterilisasi. Wanita yang telah menjalani sterilisasi tuba sangat
kecil kemungkinannya untuk mengalami salpingitis. Untuk menoragia dan
perdarahan intermenstrual setelah sterilisasi tuba, sebagian besar penelitian
tentang risiko tidak menemukan hubungan1. Kurang objektif tetapi gejala sisa
psikologis yang penting dari sterilisasi juga telah dievaluasi. Dalam studi CREST,
menemukan bahwa ligasi tuba tidak mengubah minat atau kesenangan seksual
pada 80 persen wanita. Pada sebagian besar dari 20 persen wanita yang
melaporkan perubahan, efek positifnya 10 hingga 15 kali lebih mungkin terjadi13.
Tak jarang, sejumlah wanita menyayangkan sterilisasi, apalagi jika dilakukan
pada usia yang lebih muda. Dalam studi CREST, melaporkan bahwa 7 persen
wanita yang telah menjalani ligasi tuba menyesal selama 5 tahun. Ini tidak
terbatas pada sterilisasi mereka sendiri, karena 6,1 persen wanita yang suaminya
telah menjalani vasektomi memiliki penyesalan yang sama13.
• Pembalikan Sterilisasi Tuba
Tidak ada wanita yang harus menjalani sterilisasi tuba dengan keyakinan bahwa
kesuburan berikutnya dijamin baik dengan pembedahan atau dengan teknik
reproduksi berbantuan. Kedua pendekatan tersebut secara teknis sulit, mahal, dan
tidak selalu berhasil. Secara umum, angka kehamilan setelah pembalikan tuba
menguntungkan wanita dengan usia lebih muda dari 35 tahun, dengan sisa tuba 7
cm, dengan waktu yang singkat dari sterilisasi sebelumnya, dan dengan perbaikan
isthmic-isthmic. Dengan reanastomosis melalui laparotomi, angka kelahiran hidup
berkisar antara 44 hingga 82 persen. Tingkat kehamilan ektopik adalah 2 sampai
10 persen setelah reanastomosis. Dengan reanastomosis untuk membalikkan
sterilisasi Essure, hanya 27 persen wanita yang memiliki kelahiran hidup
berikutnya13.

55
BAB III
KESIMPULAN
Kontrasepsi merupakan suatu usaha pencegahan terbuahinya sel telur oleh
sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi
ke dinding rahim. Metode kontrasepsi yang baik apabila memenuhi syarat-syarat
seperti, aman atau tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, murah, dapat
diterima orang banyak, serta pemakaian jangka lama (continutation rate tinggi).
Terdapat beberapa metode kontrasepsi, yaitu kontrasepsi sederhana (tanpa dan
dengan alat), kontrasepsi hormonal, kontrasepsi dengan AKDR, kontrasepsi
mantap. Kontrasepsi tersebut dipilih berdasarkan kebutuhan dan pilihan yang
terbaik bagi pasien dengan mempertimbangkan keinginan dan meminimalisir efek
sampingyangterjadibagipasien.

56
DAFTAR PUSTAKA
1. Nugroho T dan Utama I B. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2014.
2. World Health Organization (WHO). 2014. Planning Family or
Contraseption. Diakses : 3 Desember 2019
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs351/en/.
3. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2007.
4. Hartanto H. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan; 2012.
5. Saifuddin AB, Affandy, Enriquito R. Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi Edisi 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2003.
6. Handayani S. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama; 2010.
7. Proverawati. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika;
2010
8. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2007.
9. Saifuddin AB, Affandy, Enriquito R. Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi Edisi 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2003.
10. Hartanto H. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan; 2012.
11. World Health Organization (WHO). 2014. Planning Family or
Contraseption. Diakses : 3 Desember 2019
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs351/en/.
12. Wikjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi ketiga cetakan pertama. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011.
13. Williams, J. W., et al. Williams obstetrics.25th editions. 2018.
14. Yulizawati,Iryani D, Sinta L, Ayunda A. Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana. Indomedika Pustaka. 2019.

Anda mungkin juga menyukai