Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FARMAKOLOGI

“Aspek Legal dan Resep”


Untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Farmakologi

Disusun oleh :
Wahyuni P17324419046
Wulan Sri Lestari P17324419047

Jalum 2B

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG KEMENKES RI


PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta kasih
sayang dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan- Nya, shalawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Alhamdulillah
berkat kemudahan yang diberikan Allah SWT, saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Aspek Legal dan Resep”
Adapun tujuan dari Penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata
kuliah Farmakologi. Dalam Penyusunan makalah ini, saya banyak mengalami kesulitan
dan hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang saya miliki.
saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya pada khususnya, dan
bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin. Saya sebagai penyusun sangat menyadari
bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
ditujukan untuk membangun.

Karawang, 11 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat persalinan tentunya harus
memikirkan banyak faktor , yaitu masalah efek samping yang ditimbulkan oleh
obat itu. Keberadaan obat pada ibu hamil ditinjau dari tiga kompartemen, yaitu
kompartemen ibu, kompartemen janina dan kompartemen plasenta.

Ada banyak macam obat yang boleh atau aman untuk ibu hamil dan masa
persalinan namun tidak semua dari obat tersebut bebas diberikan oloeh bidan
kepada pasiennya, karena ada kewenanangan bidan dalam pemberian obat masih
sangat terbatas.

Kementrian kesehatan telah membuat peraturan yang tertulis tentang hak dan
kewenangan bidan dalam memberikan obat untuk pasiennya sesuai dengan
peraturan yang telah dibuat.

1.2 Rumusan Masalah


A. Bagaimana ruang lingkup dan hubungan bidan dan obat?
B. Bagaimana pemberian obat oleh bidan?
C. Bagaimana penggunaan obat dalam masa kehamilan?
D. Bagaimana penggunaan obat dalam masa persalinan?
E. Bagaimana kewenangan bidan dalam pemberian obat dan aspek legalnya?

1.3 Tujuan
A. Mengetahui ruang lingkup dan hubungan bidan dan obat
B. Mengetahui pemberian obat oleh bidan
C. Mengetahui penggunaan obat dalam masa kehamilan
D. Mengetahui penggunaan obat dalam masa persalinan
E. Mengetahui kewenangan bidan dalam pemberian obat dan aspek legalnya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ruang Lingkup Bidan dan Obat


Sebelum terlalu dalam membahas tentang kewenangan bidan dalam pemberian
obat pada ibu hamil dan masa persalinannya, perlu diketahui sebelumnya apa yang
dimaksud dengan bidan, dan ruang lingkupnya.

Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM)


yangdianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan
diakuioleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition
(FIGO).

Obat merupakan subtansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebangai
perwatan, pengobatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya bidan memiliki tanggung jawab terhadap
keamanan obat dan pemberian langsung kepada ibu hamil. Hal ini semata-mata
untuk memenuhi kebutuhan paisen.

Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional


/Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui kongres ICM ke-27, pada bulan
Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagaiberikut:
“Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikann bidan
yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk
melakukan praktik bidan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang
bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan
dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya
pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak,
dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan
tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan
pendidika kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga
dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan
menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatanperempuan, kesehatan
seksual atau kesehatan reproduksidan asuhan anak. Bidan dapat praktik
diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit,
klinik atau unit kesehatan lainnya.”
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bidan adalah seorang
mitra tenaga kesehatan yang hamper sama tugasnya dengan dokter dan perawat
namun memiliki tingkatan dantugas masing-masing yang berbeda, oleh karena itu
untuk menunjang tugasnya, seorang bidan memerlukan alat dan obat untuk
menjalankan tugas nya. Bidan dan obat tidak dapat dipisahkan karena sudah
merupakan kewajiban seorang bidan memberikan obat yang sesuai dengan keluhan
pasiennya untuk mengatasi keluhannya.
Obat merupakan subtansi yang diberikan kepada manusia atau binatang
sebangai perwatan, pengobatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang
terjadi di dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya bidan memiliki tanggung jawab
terhadap keamanan obat dan pemberian langsung kepada ibu hamil. Hal ini semata-
mata untuk memenuhi kebutuhan paisen.

2.2 Pemberian Obat Oleh Bidan


Bidan bertugas dalam menghadapi ibu hamil dan melahirkan menggunakan
berbagi macam obat ,Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat persalinan
tentunya harus memikirkan banyak faktor , yaitu masalah efek samping yang
ditimbulkan oleh obat itu. Keberadaan obat pada ibu hamil ditinjau dari tiga
kompartemen, yaitu kompartemen ibu, kompartemen janin dan kompartemen
plasenta. Begitu banyaknya yang perlu diperhatikan maka seorang bidan harusnya
berhati-hati dalam memberikan obat kepada pasiennya.

Selain dari ibu hamil dan yang akan melakukan persalinan, tentunya bidan juga
berperan dalam pemberian obat kepada ibu yang tidak ingin hamil, dalm hal ini
pemberian alat-alat kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal seperti pil,
implant, dan suntikan hormon.

Bidan juga berperan penting dalam pemberian imunisasi toksoplasma dan


toksoid pada ibu hamil. Dan imunissasi pra nikah, serta imunisasi pada bayi dan
balita meski tidak sepenuhnya harus dilakukan oleh bidan.

2.3 Penggunaan Obat Dalam Masa Kehamilan


Pada ibu hamil , ada banyak hal yang harus diperhatiakn saat pemberian obat,
yaitu efek obat tersebut terhadap, ibu, janin , dan plasentanya. Pada ibu hamil maka
akan tumbuh unit fetoplasental dalam uterus yaitu janin yang sedang berkembang
dan plasenta yang berfungsi memberikan makan pada janin tersebut.

a. Efek Pada Ibu


Pada ibu hamil , hormone plasenta akan mempengaruhi fungsi traktus digestivus
dan motilitas usus,sehingga obat akan lebih lama berada di traktus digestivus. pH
pada lambung akan meningkat menyebabkan buffer asam basa terganggu rebsorpsi
makanan dan obat menurun sehingga efek terpeotik obat menurun. Dengan
banyaknya mual dan muntah akan mempengaruhi dosis obat yang masuk ke saluran
pencernaan. Demikian pula pada filtrasiglomerolus akan meningkat 50% . ini akibat
peningkatan volume plasma dara dan hormone progesterone. Dengan peningkatan
ini maka ada jenis obat tertentu yang cepat diekskresikan, misalnya golongan
penisilin dan derivatnya , beberapa obat jantung (digoksin) dan golongan markolid.
Pada ibu hamil fungsi hati terganggu karena adanya hormon plasenta, maka
pembetukan protein, terutama albumi akan menurun . beberapa obat kan lebih
menurunkan fungsi hepar akibat adanay hormone plasenta terutama profesteron dan
estrogen.

b. Efek Pada Plasenta


Plasenta merupakan unit yang menyalurkan nutrient dari ibu ke janin. Bila dalam
plsma darah ibu terdapat obat , maka obat ini kan melewati mekanisme transfer
plasenta (sawar plasenta).,yaitu membrane bioaktif sito plasmik lipoprotein sel
trofoblast , endotel kapiler vili korialis, dan jarinag pengikat intersisial vili. Obat
akan melaui sawar plasenta denag cara difusi aktif/pasif, transportasi aktif dan
fasilitatif , dengan kemampuan tersebut maka kadar obat yang melewati palsenta
akan berkurang

c. Efek Pada Janin


Dengan mengingat peran palasenta dalam memfiltrasi atau seleksi obat secar
pasifmaupun aktif serta banya sedikitnya obat yang akan masuk ke janin, maka
perlu dipikirakan kadr oabt yang berefek atau memberi resiko pada kesejahteraan
janin. Bila obat akan member pengaruh teratogenik pada jain maka pemberian obat
tersebu perlu di pertimbangkan . sangat jarang pemberian obat untuk janin melalui
ibu,tapi yang paling sering terjadi adalah pembeian obat untuk ibu tepi tanpa
terpikirka masuk ke dalam plasenta dan akan mempengaruhi kesejahteraan janin.
Periode pertumbuhan janin yang dapat beresiko dalam pemberian obat pada
pertumbuhannya yaitu:
1. Periode embrio, yaitu dua minggu pertam sejak konsepsi. Pada periode ini
embrio belum terpengaruh oleh efek obat penyebab teratogenik.
2. Periode organogenesis, yaitu sejak 17 hari sampai lebih kurang 70 hari
pascakonsepsi, sangat rentan terhadap efek obat , terutama obat-obat tertebtu
yang memberi efek negative atau cacat bawaan pada pertumbyhan janin .
3. Setelah 70 hari pascakonsepsi, dimana organogenesis masih berlangsung walau
belum sempurna, obat yang berpengaruh jenis obatnya tidak terlalu banyak,
bahkan ada yang mengatakan tida berpengaruh.
Pemberian obat untuk ibu s akan berpengaruh besar tehadap janinnya. Sebab
kemampuan janin dalam memetabolisasi obat sangat terbatas, albumin janin belum
mampu mengikat obat , amka akan terjadi keseimbangan kadar obta yang terdapati
dalam janin lebih tinggi dibandingkan kadar obat yang terdapat dalam plasma ibu.
Dalam periode 17 hari pascakonsepsi organ janin yang telah tebentuk dapat
mengadakan detoksikasi atatu metebolisme obat tapi belum sempuna dengan demikian
obat akn tersimpan lebih lam dalam sirkulasi janin. Oleh karena itu keseimbanaga obat
dalam plasma ibu dan plasma janin sangat penting.
Pernah terjadi musibah bayi talidomit pada tahun 1993 dimana bayi-bayi itu
mengalami kelainan cacat bawaan tanpa ekstremitas akibat ibu mengomsums talidomid,
untuk mengatasi morning sicks yang dialami oleh ibunya. Untuk menghindari hal ini
maka dibuat daftar kategori obat badan pengawas obat Australia (TGA- Teraupetik
Good Administration)

kategori keterangan

A adalah golongan obat yang pada studi (terkontrol) pada kehamilan


tidak menunjukkan resiko bagi janin pada trimester 1 dan trimester
berikutnya. Obat dalam kategori ini amat kecil kemungkinannya
bagi keselamatan janin.

B adalah golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi


binatang percobaan tidak menunjukkan resiko bagi janin. Belum
ada studi terkontrol pada wanita hamil yang menunjukkan adanya
efek samping, kecuali adanya penurunan fertilitas pada kehamilan
trimester pertama, sedangkan pada trimester berikutnya tidak
didapatkan bukti adanya resiko.

C adalah golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi


binatang percobaan tidak menunjukkan resiko bagi janin. Belum
ada studi terkontrol pada wanita hamil yang menunjukkan adanya
efek samping, kecuali adanya penurunan fertilitas pada kehamilan
trimester pertama, sedangkan pada trimester berikutnya tidak
didapatkan bukti adanya resiko.

D adalah golongan obat yang menunjukkan adanya resiko bagi janin.


Pada keadaan khusus obat ini digunakan jika manfaatnya
kemungkinan lebih besar dibanding resikonya. Penggunaan obat
golongan ini terutama untuk mengatasi keadaan yang mengancam
jiwa atau jika tidak ada obat lain yang lebih aman.
X adalah golongan obat yang pada studi terhadap binatang
percobaan maupun pada manusia menunjukkan bukti adanya
resiko bagi janin. Obat golongan ini tidak boleh dipergunakan
(kontra indikasi) untuk wanita hamil, atau kemungkinan dalam
keadaan hamil.

Contoh Kategori Penggunaan Obat Pada Masa Kehamilan (FDA)

Nama Obat Pada Kehamilan

Parasetamol B

Asetosal C ( D jika dosis penuh diberikan pada trimester ketiga)

Bismuth C(D pada trimester ketiga)

Kafein B

CTM B

Konroitin sulfat- Tidak ada data


glukosamin

Klotrimazol B (topika) , C (troches)

Kodein C ( D jika digunakan dalam waktu lam atau pada dosis


tinggi)

Dimenhidrinat B

Difenhidramin B

Efedrin C

Famotidin B

a. Contoh Obat Kategori A


( Nama Generik ) :
Ascorbic acid ( vitamin C ) ( masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RD )
Doxylamine, Ergocalciferol ( masuk kategori D jika dosisnya melebihi US RD ), Folic
acid ( masuk kategori C jika dosisnya melebihi 0,8 mg per hari ), Hydroxocobalamine (
masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA ), Liothyronine, Nystatin vaginal sup
( masuk kategori C jika digunakan per oral dan topika ), Pantothenic acid ( masuk
kategori C jika dosisnya melebihi US RDA ), Potassium chloride, Potassium citrate,
Potassium gluconate, Pyridoxine ( vitamin B6 ), Riboflavin ( masuk kategori C jika
dosisnya melebihi US RDA ), Thiamine ( vitamin B1 ) ( masuk kategori C jika dosisnya
melebihi US RDA ), Thyroglobulin, Thyroid hormones, Vitamin D ( masuk kategori D
jika dosisnya melebihi US RDA ), Vitamin E ( masuk kategori C jika dosisnya melebihi
US RDA ).

b. Contoh Obat Kategori B


( Nama Generik ) :
Acetylcysteine, Acyclovir, Amiloride ( masuk kategori D jika digunakan untuk
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan ) Ammonium chloride, Ammonium lactate
(topical), Amoxicillin, Amphotericin B, Ampicillin, Atazanavir, Azatadine, Azelaic acid,
Benzylpenicillin, Bisacodyl, Budesonide ( inhalasi, nasal ), Buspiron, Caffeine,
Carbenicillin, Camitine, Cefaclor, Cefadroxil, Cefalexin, Cefalotin, Cefamandole,
Cefapirin, Cefatrizine, Cefazolin, Cefdinir, Cefditoren, Cefepime, Cefixime,
Cefmetazole, Cefonicid, Cefoperazone, Ceforanide, Cefotaxime, Cefotetan disodium,
Cefoxitin, Cefpodoxime, Cefprozil, Cefradine, Ceftazidime, Ceftibuten, Ceftizoxime,
Ceftriaxone, Cefuroxime, Cetirizine, Chlorhexidine ( mulut dan tenggorokan ),
Chlorpenamine, Chlortalidone ( masuk kategori D jika digunakan untuk hipertensi
yang diinduksi oleh kehamilan ), Ciclacillin, Ciclipirox, Cimetidine, Clemastine,
Clindamycin, Clotrimazole, Cloxacillin, Clozapine, Colestyramine.

c. Contoh Obat Kategori C


( Nama Generik ) :
Acetazolamide, Acetylcholine chloride, Adenosine, Albendazole, Albumin,
Alclometasone, Allopurinol, Aluminium hydrochloride, Aminophylline, Amitriptyline,
Amlodipine, Antazoline, Astemizole, Atropin, Bacitracin, Beclometasone, Belladonna,
Benzatropine mesilate, Benzocaine, Buclizine, Butoconazole, Calcitonin, Calcium
acetate, Calcium ascorbate, Calcium carbonate, Calcium chloride, Calcium citrate,
Calcium folinate, Calcium glucoheptonade, Calcium gluconate, Calcium lactate,
Calcium phosphate, Calcium polystyrene sulfonate, Capreomycin, Captopril, Carbachol,
Carbidopa, Carbinoxamine, Chloral hydrate, Chloramphenicol, Chloroquine,
Chlorothiazide, Chlorpromazine, Choline theophyllinate, Cidofovir, Cilastatin,
Cinnarizine.

d. Contoh Obat Kategori D


( Nama Generik ) :
Amikacin, Amobarbital, Atenolol, Carbamazepine, Carbimazole, Chlordizepoxide,
Cilazapril, Clonazepam, Diazepam, Doxycycline, Imipramine, Kanamycin, Lorazepam,
Lynestrenol, Meprobamate, Methimazole, Minocycline, Oxazepam, Oxytetracycline,
Tamoxifen, Tetracycline, Uracil, Voriconazol dll

e. Contoh Obat Kategori X


( Nama Generik ) :
Acitretin, Alprotadil (parenteral), Atorvastatin, Bicalutamide, Bosentan, Cerivastatin
disodium, Cetrorelix, Chenodeoxycholic acid, Chlorotrianisene, Chorionic
gonadotrophin, Clomifen, Coumarin, Danazol, Desogestrel, Dienestrol,
Diethylstilbestrol, Dihydro ergotamin, Dutasteride, Ergometrin, Ergotamin, Estazolam,
Etradiol, Estramustine, Estriol succinate, Estrone, Estropipate, Ethinyl estradiol,
Etretinate, Finasteride, Fluorescein ( parenteral ), Flurouracil, Fluoxymesterone,
Flurazepam, Fluvastatin, Floritropin, Ganirelix, Gestodene, Goserelin, Human
menopausal gonadotrophin, Iodinated glycerol, Isotretinoin, Leflunomide, Leuprorelin,
Levonorgestrel, Lovastatin, Medrogestrone, Medroxyprogesterone, Menotrophin,
Mestranol, Methotrexate, Methyl testosterone, Mifeprestone, Miglustat, Misoprostol,
Nafarelin, nandrolone, Nicotine.

Pada suatu saat bila diberikan pengobatan pada janin dengansengaja obat diberikan
melalui ibu misalnya antibiotika , antiaritma vitamin K , deksametason, dan beta
metason dapat melalui sawar plasenta dan masuk melalui sirkulasi janin dengan baik
oleh karena detoksikasi atau metabolisme pada plasenta hanya sedikit. Kedua obat,
deksametason dan betametason sering digunakan sebagai perangsang pematanagn paru-
paru janin. Ada beberapa obat yang masuk dalam sirkulasi janin yang seimbang dengan
obat dalam sirkulasi ibu dan diekskresikan dengan baik oleh janin dan masuk ke dalam
amnion , misalnya FLEKAINID.

2.4 Pengguanaan Obat Dalam Masa Persalinan


Persalinan adalah pengeluaran bayi pada akhir kehamilan, dimana proses
terjadinya karena adanya kontraksi otot polos uterus sehingga serviks melunak dan
terbuka untuk memungkinkan pengeluaran bayi . Rasio estrogen (merangsang otot polos
uterus) dan progesteron (relaksasi otot polos uterus) serta pelepasan hormon hipofisis
posterior yaitu oksitosin dan prostaglandin juga sangat berperan dalam kontraksi otot
polos uterus. Hormon oksitosin semakin meningkat produksinya menjelang akhir
kehamilan, disertai makin banyaknya reseptor hormon di uterus. Pada saat yang tepat
hormon dan reseptor berinteraksi sehingga memicu kontraksi.
a. Oksitosik
Adalah golongan obat yang digunakan untuk merangsang kontraksi otot polos
uterus dalam membantu proses persalinan, pencegahan perdarahan pasca persalinan
(P3) serta penguatan persalinan.
 Obat : Oxytocin (Pitocin, Syntocinon) 10 Unit/ampl
 Mekanisme kerja : Merangsang kontraksi otot polos uterus untuk
mempercepat persalinan, induksi pengeluaran ASI.
 Absorpsi : Melalui mukosa hidung
 Distribusi :Distribusi luas ke cairan ekstraseluler
 Metabolisme : t1/2 1-9 menit, dimetabolisme di hati, lama kerja 2-3 jam
 Eliminasi : Ginjal
 Efek samping : Konstipasi, mual, muntah, ruam kulit, anoreksia
 Interaksi obat : Dengan obat Vasopresor dpt mengakibatkan hipertensi
dan dengan anastesi siklopropan menyebabkan hipertensi
b. Prostaglandin
Merupakan senyawa yg dibuat dari fosfolipid pada membran sel dlm jaringan
tubuh. Senyawa tersebut merupakan substansi yg penting sebagai hormon lokal
Prostaglandin di dalam tubuh sangat penting dlm membantu proses melahirkan :
 Pematangan serviks
 Kontraksi uterus (oksitosin + prostaglandin)
Pembentukan prostaglandin oleh amnion akan meningkat pd saat menjelang
akhir kehamilan sehingga menaikkan kadar prostaglandin.
Sensitivitas uterus thdp prostaglandin akan meningkat secara progresif sepanjang
kehamilan.
Dalam bulan terakhir kehamilan, serviks menjadi matang (pengaruh PGE2) yg
meningkatkan produksi enzim yg memecah dan melonggarkan kolagen serviks
Ada 4 tipe prostaglandin yg mempunyai peranan penting dlm proses melahirkan
 PGE1 : Mematangkan serviks
 PGE2 : Meningkatkan kontraksi uterus dan mematangkan serviks
 PGI2 : Aliran darah darah dari ibu ke janin

 PGI2 : Menimbulkan kontraksi uterus segala waktu


c. Prostaglandin Sintetik
 Obat : Dinoproston (PGE2) pervaginal
 Sediaan : Tablet dan jelly
 Indikasi : Pematangan serviks dan induksi persalinan
 Aksi : 10 menit setelah dimasukkan ke dalam vagina
 Absorpsi : Dinding vagina
 Obat : Misoprostol (PGE1) pervaginal
 Sediaan : Tablet
 Indikasi : Induksi dan penguatan persalinan serta penatalaksanaan kala
tiga persalinan
 Efek samping prostaglandin : Pireksia (demam) Vasodilatasi dan
hipotensi Inflamasi Sensitasi terhadap nyeri Duresis dan kehilangan
elektrolit Pelepasan hormon hipofise, renin dan steroid adrenal
 Kontraindikasi : Terdapat ruptura membran amnion, adanya riwayat
sikatris
2.5 Kewenangan Bidan Dalam Pemberian Obat Dan Aspek Legalnya
Melihat kondisi-kondisi diatas pemberian obat untuk ibu hamil dan masa
persalina memamg harus perlu diperhatikan dan kewaspadaan yang tinggi dalam hal ini
seorang bidan yang mempunyai tanggung jawab,karena banyaknya hal-hal yang harus
diperhatikan termasuk beberapa kompartemen yang harus dijaga dari efek yang
ditimbulkan oleh obat-obat tertentu, yaitu ibu hamil itu sendiri, plasenta, dan janin.
Demi menghindari adanya kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi karena
pemberian obat yang salah oleh bidan pada ibu hamil, maka kementrian kesehatn
membuat keputusan tentang kewenangan bidan dalam pemberian obat, kwenangan ini
dituliskan pada KEPMENKES 900 dan KEPMENKES 396 mengenai obat. Adapun
uraian KEPMENKES 900 tentang kewnanagn bidan adalah sebagai berikut:

Lampiran III
Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002
Tanggal : 25 Juli 2002
PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIK BIDAN

WEWENANG BIDAN
1. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk mendekatkan
pelayanan kegawatan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hamil/ bersalin, nifas
dan bayi baru lahir (0-28 hari), agar penanganan dini atau pertolongan pertama
sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat waktu.
2. Dalam menjalankan kewenangan yang diberikan, bidan harus:
a. Melaksanakan tugas kewenangan sesuai dengan standar profesi;
b. Memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk tindakan yang dilakukannya;
c. Mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku di wilayahnya;
d. Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan berupaya secara optimal
dengan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi atau janin.
3. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa
pranikahtermasuk remaja putri, prahamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui
dan masa antara kehamilan (periode interval).
4. Pelayanan kepada wanita dalam masa pranikah meliputi konseling untuk remaja
putri, konseling persiapan pranikah dan pemeriksaan fisik yang dilakukan
menjelang pernikahan. Tujuan dari pemberian pelayanan ini adalah untuk
mempersiapkan wanita usia subur dan pasangannya yang akan menikah agar
mengetahui kesehatan reproduksi, sehingga dapat berprilaku reproduksi sehat
secara mandiri dalam kehidupan rumah tangganya kelak.
5. Pelayanan kebidanan dalam masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas
meliputi pelayanan yang berkaitan dengan kewenangan yang diberikan. Perhatian
khusus diberikan pada masa sekitar persalinan, karena kebanyakan kematian ibu
dan bayi terjadi pada masa tersebut.
6. Pelayanan kesehatan kepada anak diberikan pada masa bayi (khususnya bayi baru
lahir),balita dan anak pra sekolah.
7. Dalam melaksanakan pertolongan persalinan, bidan dapat memberikan uterotonika
8. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan oleh bidan
adalah kelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan penundaan
haid.Pertolonganginekologik yang diberikan tersebut pada dasarnya bersifat
pertolongan sementara sebelum dirujuk ke dokter, atau tindak lanjut pengobatan
sesuai advis dokter.
9. Pelayanan kesehatan kepada anak meliputi:
a. Pelayanan neonatal esensial dan tata laksana neonatal sakit diluar rumahsakit
yang meliputi:
1. Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman;
2. Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini;
3. Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan;
4. Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan;
5. Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan tali
pusat secara higienis, pemberian imunisasi dan pemberian ASI eksklusif.
b. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada 0 – 28 hari;
c. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI eksklusif untuk bayi dibawah 6
bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi diatas 6 bulan;
d. Pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas tumbuh
kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang balita;
e. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai
dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan segera merujuk pada dokter.
10. Beberapa tindakan yang termasuk dalam kewenangan bidan antara lain:
a. Memberikan imunisasi kepada wanita usia subur termasuk remaja putri,
calon pengantin, ibu dan bayi;
b. Memberikan suntikan kepada penyulit kehamilan meliputi pemberian secara
parental antibiotika pada infeksi/ sepsis, oksitosin pada kala III dan kala IV
untuk mencegah/ penanganan perdarahan postpartum karena hipotonia uteri,
sedativa pada preeklamsi/ eklamsi, sebagai pertolongan pertama sebelum
dirujuk;
c. Melakukan tindakan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm
pada letakbelakang kepala, pada distosia karena inertia uteri dandiyakini
bahwa bayi dapatlahir pervaginan.
d. Kompresi bimanual internal dan/ atau eksternal dapat dilakukan untuk
menyelamatkan jiwa ibu pada pendarahan postpartum untukmenghentikan
pendarahan. Diperlukan keterampilan bidan dan pelaksanaan tindakan
sesuai denganprotap yang berlaku.
e. Versi luar pada gemeli pada kelahiran bayi kedua.
Kehamilan ganda seharusnya sejak semula direncanakan pertolongan
persalinannya dirumah sakit oleh dokter. Bila hal tersebut tidak diketahui
bidan yang menolong persalinan terlebih dahulu dapat melakukan versi
luar pada bayi kedua yang tidak dalam presentasi kepala sesuai dengan
protap.
f. Ekstraksi vacum pada bayi dengan kepala di dasar panggul.
Demi penyelamatan hidup bayi dan ibu, bidan yang telah mempunyai
kompetensi, dapat melakukan ekstraksi vacum atau ekstraksi cunam bila
janin dalam presentasi belakang kepala dan kepala janin telah berada di
dasar pinggul.
g. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan akfiksia.
Bidan diberi wewenang untuk melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
yang mengalami asfiksia, yang sering terjadi pada partus lama, ketuban
pecah dini, persalinan dengan tindakan dan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah, utamanya bayi prematur. Bayi tersebut selanjutnya perlu
dirawat di fasilitas kesehatan, khususbya yang mempunyai berat lahir
kurang dari 1750 gram.
h. Hipotermi pada bayi baru lahir.
Bidan diberi wewenang untuk melaksanakan penanganan hipotermi pada
bayi baru lahir dengan mengeringkan, menghangatkan, kontak dini dan
metode kangguru.
11. Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana harus memperhatikan
kompetensi dan protap yang berlaku diwilayahnya meliputi:
a. Memberi pelayanan keluarga berencana yakni: pemasangan IUD, alat
kontrasepsi bawah kulit (AKBK), pemberian suntikan, tablet, kondom,
diafragma, Jelly dan melaksanakan konseling.
b. Memberikan pelayanan efek samping pemakaian kontrasepsi.
yang diberikan oleh bidan bersifat pertolongan pertama yang perlu
mendapatkan pengobatan oleh dokter bila gangguan berlanjut.
c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) tanpa
penyulit. Tindakan ini dilakukan atas dasar kompetensi dan
pelaksanaanya berdasarkan Protap. Pencabutan AKBK tidak dianjurkan
untuk dilaksanakan melalui pelayanan KB keliling.
d. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa, bidan berwenang
melakukan mempelayanan kebidanan selain kewenangan yang diberikan
bila tidak mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga ahli. Dalam
memberikan pertolongan, bidan harus mengikuti protap yang berlaku.
12. Bidan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat mengacu pada
pedoman yang telah ditetapkan.
13. kewajiban bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kewenangan:
a) Meminta persetujuan yang akan dilakukan.
Pasien berhak mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai semua tindakan
yang dilakukan kepadanya. Persetujuan dari pasien dan orang terdekat dalam
keluarga perlu dimintakan sebelum tindakan dilakukan.
b) Memberikan informasi.
Informasi mengenai pelayanan/ tindakan yang diberikan dan efek samping yang
ditimbulkan perlu diberikan secara jelas, sehingga memberikan kesempatan
kepada pasien untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya.
c) Melakukan rekam medis dengan baik.
Setiap pelayanan yang diberikan oleh bidan perlu didokumentasikan/ dicatat,
pemeriksaan dan tindakan yang diberikan dengan menggunakan format yang
berlaku.
14. Penyediaan dan penyerahan obat-obatan:
a. Bidan harus menyediakan obat-obatan maupun obat suntik sesuai dengan
ketentuan yang sudah ditetapkan.
b. Bidan diperkenankan menyerahkan obat kepada pasien sepanjang untuk
keperluan darurat dan sesuai dengan protap.
15. Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Untuk surat keterangan kelahiran hanya dapat dibuat oleh bidan yang
memberikan pertolongan persalinan tersebut dengan menyebutkan:
1. identitas bidan penolong persalinan;
2. identitas suami dan ibu yang melahirkan;
3. jenis kelamin, berat badan dan panjang badan anak yang dilahirkan;
4. waktu kelahiran (tempat, tanggal dan jam).
b. Untuk Surat keterangan kematian hanya dapat diberikan terhadap ibu dan atau
bayi yang meninggal pada waktu pertolongan persalinan dilakukan dengan
menyebutkan:
1. identitas bidan;
2. identitas ibu/bayi yang maninggal;
3. identitas suami dari ibu yang meninggal;
4. identitas ayah dan ibu dari bayi yang meninggal;
5. jenis kelamin;
6. waktu kematian (tempat, tanggal dan jam);
7. umur;
8. dugaan penyebab kematian.
c. Setiap pemberian surat keterangan kelahiran atau surat keterangan kamatian harus
dilakukan pencatatan.
Dari keputusan di atas maka dapat disimplkan bahwa kewenagan bidan sangat
terbata dalam pemberian obat. Dan pemberitahuan sebelumnya oleh dokter.
Referensi lain pada Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia tertulis
beberapa aturan pembewrian obat oleh bidan, kutipan tersebut ada pada :

Pasal 1 ayat 6-7

6. Obat Bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter.
7. Obat Bebas Terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter.

Pasal 11
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
huruf a berwenang untuk:
a. Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah
b. Bimbingan senam hamil
c. Episiotomi
d. Penjahitan luka episiotomi
e. Kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
f. Pencegahan anemi
g. Inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif
h. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
i. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
j. Pemberian minum dengan sonde/pipet
k. Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen aktif kala III;
l. Pemberian surat keterangan kelahiran
m. Pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti melahirkan

Pasal 13
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang untuk:
a. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan bayi;
b. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas; dan
c. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular
Seksual (IMS), penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) serta penyakit lainnya.

Dari keputusan di atas maka dapat disimplkan bahwa kewenagan bidan sangat
terbata dalam pemberian obat. Dan pemberitahuan sebelumnya oleh dokter.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat persalinan tentunya harus
memikirkan banyak faktor , yaitu masalah efek samping yang ditimbulkan oleh
obat itu. Keberadaan obat pada ibu hamil ditinjau dari tiga kompartemen, yaitu
kompartemen ibu, kompartemen janina dan kompartemen plasenta.
2. Bidan adalah seorang mitra tenaga kesehatan yang hamper sama tugasnya
dengan dokter dan perawat namun memiliki tingkatan dantugas masing-masing
yang berbeda, oleh karena itu untuk menunjang tugasnya, seorang bidan
memerlukan alat dan obat untuk menjalankan tugas nya. Bidan dan obat tidak
dapat dipisahkan karena sudah merupakan kewajiban seorang bidan
memberikan obat yang sesuai dengan keluhan pasiennya untuk mengatasi
keluhannya.
3. Selain dari ibu hamil dan yang akan melakukan persalinan, tentunya bidan juga
berperan dalam pemberian obat kepada ibu yang tidak ingin hamil, dalm hal ini
pemberian alat-alat kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal seperti pil,
implant, dan suntikan hormon.
4. Bidan juga berperan penting dalam pemberian imunisasi toksoplasma dan
toksoid pada ibu hamil. Dan imunissasi pra nikah, serta imunisasi pada bayi dan
balita meski tidak sepenuhnya harus dilakukan oleh bidan.

3.2 SARAN
1. Hindari pemberian obat pada periode pertama pascakonsepsi
2. Hindari makanan minuman danzat yang tidak diperlukanoleh janin dalam masa
pertumbuahnnya , misalnya merokok, olkohol, obat sedative, OAD atau jamu-
jamu tradisional yang belum teruji.
3. Berikan obat yang jelas, aman , dan mempertimbangkan keperluan pengobatan
primernya.
4. Pergunakan pedoman penggunaan obat rresmi dan daftar obat-obat yang aman
demikian pula pemberian obat terbatas atau yang tidak diperbolehkan pada ibu
hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuningsih, Heni Puji. Etika Profesi Kebidanan. Fitramaya; Yogyakarta.
2008

Marimba, Hanum. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Mitra Cendikia
Press;Yogyakarta.2008

Carol Taylor,Carol Lillies, Priscilla Le Mone, 1997, Fundamental Of


Nursing Care, Third Edition, by Lippicot Philadelpia, New York.

Anda mungkin juga menyukai