Anda di halaman 1dari 8

BAB VII

ARGENTOMETRI

TIK : Setelah mengikuti kuliah materi ini mahasiswa dapat menetapkan kadar
senyawa secara argentometri.
Pengertian ​Argentometri adalah metode umum unutk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan larutan
standar perak nitrat (AgNO​3​) pada suasana tertentu. Metode Argentometri disebut
juga dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan
pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan.
Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung suatu larutan jenuh dari garam
yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan.
Metode Argentometri dibedakan menjadi 4 yaitu : Argentometri Mohr, Volhard,
Fajans dan Leibix.
1. Metode Mohr.
Prinsip Argentometri Mohr adalah pengendapan bertingkat yang berarti
pengendapan sampel oleh oleh AgNO​3 akan selesai dahulu baru diikuti
pengendapan dengan indikator. Sebagai contoh sampel mengandung anion klorida
dan digunakan indikator K​2​CrO​4​.
Metode morh/langsung: Pada prinsipnya adalah pembentukan endapan berwarna
dengan kalium kromat yang ditambahkan sebagai indikator dan pengendapan
bertingkat pada titik akhir titrasi ion kromat akan terikat oleh ion perak
membentuk senyawa yang sukar larut berwarna coklat merah .Titrasi ini harus
dilangsungkan dalam suasana netral atau sedikit alkali lemah ,dengan pH 6,5-9,
karena pada suasana asam akan terjadi reaksi pembentukan senyawa dikromat
sehingga fungsi indikator berkurang (kurang sensitif). Jika terlalu basa AgNO​3
juga akan bereaksi dengan OH​-​ sehingga menambah jumlah AgNO​3​.
AgNO​3​ + NaCl ​→​ AgCl ↓putih + NaNO​3

​ K​2​CrO​4​ ​→​ Ag​2​CrO​4​ ↓ cokelat + 2 KNO​3


2AgNO​3 +
Mengendapkan AgCl sampai habis, kemudian AgNO​3 baru bereaksi dengan
indikator K​2​CrO​4​ membentuk endapan Ag​2​CrO​4​ yang berwarna coklat merah.

Kurva titrasi Argentometri

CONTOH SOAL :
Sampel CaCl​2​ jika 100 mg dimasukan kedalam Erlenmeyer lalu ditambah
indicator kalium kromat. Kemudian dititrasi dengan larutan perak nitrat 0,05 N
sampai terbentuk endapan cokelat merah diperlukan 15 ml perak nitrat tersebut
berapa kadar CaCl​2​ dalam sampai tersebut?
Jawaban :
Rx : 2AgNO​3​ + CaCl​2​ ​→​ 2AgCl + Ca (NO​3​)​2
⅟​
15 ml ×0,05 M ​ 2 × 0,75 mmol

=​0,75 mmol = 0,375 mmol


massa = 0,375 × 111
= 41,625 mg
Kadar = 41,625 mg/100 mg × 100 % = 41,625 %
2. Metode volhar
Metode volhard/tidak langsung: Pada prinsipnya adalah pembentukan senyawa
komplek yang larut dan penentuan titik akhir dengan ditandai oleh pembentukan
senyawa berwarna yang larut dan pembentukan senyawa kompleks antara standar
ke dua dan indikator Fe​3+​ membentuk senyawa (Fe(CNS)​2+​) yang berwarna merah
Metode ini dilakukan tittrasi secara tidak langsung dimana dilaakukan
penambahan AgNO​3 berlebih. Kelebihan AgNO​3 dititrasi dengan larutan baku
KCNS atau NH​4​CNS atau ammonium tiosianat. Indikator yang digunakan adalah
besi (III) amonium nitrat atau besi (III) ammonium sulfat. Metode Volhard
dilakukan pada kondisi asam dan harus asam nitrat, karena jika dilakukan suasana
basa atau netral basa tersebut akan bereaksi dengan indikator. Dan jika asam yang
digunakan selain asam nitrat akan bereaksi dengan standar AgNO​3​.
contohnya sampel Natrium klorida ditetapkan kadarnya secara Argentometri
Volhard.
Reaksi :
NaCl + AgNO​3​ >>> ​→​ AgCl + NaNO​3
AgNO​3​ + NH​4​CNS → AgCNS​(s)​ NH​4​NO​3
NH​4​CNS + Fe​3+​ → Fe(CNS)​2+​ ​(merah)

CONTOH SOAL :
Jika 100 mg sampai NaCl dimasukan Erlenmeyer ditambah 10 ml aquadest
ditambah 2 ml HNO​3 6N
​ dan indicator feri ammonium sulfat ditambah 10 ml
AgNO​3 0,1 N. kemudian kelebihan AgNO​3 dititrasi dengan larutan standar
NH​4​CNS 0,05 N sampai terbentuk larutan merah,ternyata diperlukan 8 ml larutan
NH​4​CNS tersebut. Hitung kadar NaCl tersebut
JAWABAN :
NaCl + AgNO​3 →​
​ AgCl ↓putih + NaNO​3
AgNO​3​ + NH​4​CNS ​→​ AgCNS ↓ putih + NH​4​NO​3
NH​4​CNS + FeNH​4​(SO​4​)​2 →​
​ Fe(CNS)​2+
Volume AgNO​3​ kelebihannya =
V1.NI = V2.N2
(V.N) AgNO​3 =
​ (V.N)CNS

V=8.0,05/0,1
V AgNO​3​ kelebihannya = 4 ml
Jadi volume AgNO​3​ yang bereaksi dengan NaCl = 10 ml – 4 ml = 6 ml.
mmol AgNO​3​ 6 x 0,1 = 0,6 mmol = mmol NaCl = 0,6 x 58,5 = 35,1 mg
Kadar = 35,1/100 mg x 100 %
= 35,1 %
3. MetodeFajans.
Metode Fajans: Pada metode ini digunakan indikator absorbsi. Prinsipnya
indikator adsorbsi. Senyawa indikator yang biasa digunakan adalah fluoresein dan
eosin. Kondisi reaksi yang digunakan adalah asam dan asam yang digunakan
tergantung indicator yang digunakan.
Contoh sampelnya KI indicator yang digunakan eosin.
Reaksi :
KI + AgNO​3​ → AgI​(s)​ + KNO​3
AgI + eosin → AgI eosin

Macam-macam indicator
Contohpenetapan kadar KI :
Jika 100 mg sampel KI dimasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu ditambah 10 ml
akuades, 5 ml larutan asam asetat 6 N dan tetes indicator eosin kemudian dititrasi
dengan larutan AgNO​3 standar (0,045N) sampai terbentuk endapan yang berwarna
merah ke biruan ternyata diperlukan 11 ml larutan AgNO​3 tersebut. Hitunglah
kadar sampel KI tersebut?
Kadar KI = ​11 x 0,045 x 166​ x 100 % = 82,17 %
1 x 100

4. Metode Leibig atau kekeruhan​:


Pada metode ini digunakan larutan baku Natrium klorida dimana larutan tersebut
dititrasi dengan larutan perak nitrat sehingga terjadi kekeruhan. Titik akhir titrasi
ditandai pada tingkat kekeruhan tertentu yang dibaca dengan alat yang
dikembangkan oleh Leibig.
Dalam titrasi argentometri yang disebut dengan titrasi pembentukan
kompleks adalah titrasi terhadap larutan garam sianida. Proses ini
mula-mula dikemukakan oleh Liebig pada tahun 1851, akhirnya dikenal
sebagai titrasi argentometri cara Liebig. Apabila ke dalam larutan garam
sianida ditambahkan larutan AgNO​3 mula-mula akan terjadi endapan putih
dari garam AgCN. Tetapi oleh karena di dalam larutan masih terdapat
kelebihan ion sianida maka apabila larutan tersebut digoyang-goyang,
endapan AgCN yang telah terbentuk akan segera larut kembali karena
terjadinya garam kompleks dari logamnya yang cukup stabil, sesuai dengan
persamaan reaksi berikut ini :

KCN + AgNO​3​ ​⇔​ AgCN + KNO​3

2KCN + AgCN ​⇔​ K​2​{Ag(CN)​3​}

Apabila semua ion CN​- dalam larutantelah membentuk ion kompleks


{Ag(CN)​2​}​- , kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan sedikit
larutan AgNO​3 akan sesgera terbentuk endapan yang stabil (permanen) dari
garam kompleks argentum disianoargentat (I) sesuai dengan persamaan
reaksi berikut ini:

K{Ag(CN)​2​} + AgNO​3​ ​⇔​ Ag{Ag(CN)​2​} + KNO​3

Dalam hal ini jelaslah bahwa pada titrasi argentometri terhadap ion
CN​-​, tercapai titik ekivalen ditandai dengan terbentuknya endapan
(kekeruhan) permanen dari garam kompleks Ag{Ag(CN)​2​}.

Titrasi argentometri secara Liebig ini tidak dapat dilakukan dalam


suasana ammoniakal, karena garam kompleks Ag{Ag(CN)​2​} dalam larutan
ammoniakal akan larut menjadi ion kompleks diammin.

Ag{Ag(CN)​2​} + 4NH​3​ ​⇔​ 2{Ag(NH​3​)​2​}​+​ + 2CN​-


I. Pembuatan larutan standar AgNO​3​ 0,05 N sebanyak 1 L
Ditimbang 8,45 gram serbuk AgNO​3 dimasukkan ke dalam Beaker glass lalu
ditambah akuades sampai 1 L.
II. Pembuatan larutan standar primer NaCl 0,05 N sebanyak 50,0 ml
Ditimbang Kristal NaCl 0,1463 mg dimasukkan ke dalam labu takar 50,0 ml
lalu ditambah akuades sampai 50,0 ml.
III. Standarisasi Larutan AgNO​3​ dengan larutan NaCl standar
Dipipet 10,0 ml larutan NaCl standar dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu
ditambah 3 tetes indikator K​2​CrO​4 5 %, kemudian dititrasi dengan larutan
AgNO​3 sampai terbentuk endapan coklat merah, Normalitas AgNO​3 dihitung
dengan rumus : (VxN)​NaCl​ = (VxN)​AgNO3
IV. Penetapan kadar NaCl dalam larutan infuse secara Argentometri
Mohr
Dipipet 5,0 ml larutan infuse dimasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu ditambah
3 tetes larutan indikator K​2​CrO​4 5 % kemudian dititrasi dengan larutan
AgNO​3 standar (0,05N)sampai terbentuk endapan coklat merah dibutuhkan
10ml. Kadar NaCl dalam Larutan infuse dengan rumus : (VxN)​NaCl =
(VxN)​AgNO3
V. Penetapan kadar KBr secara​ ​Argentometri Volhard
Ditimbang 100 mgram serbuk KBr lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
kemudian ditambah 10 ml akuades untuk melarutkan lalu ditambah 2 ml
larutan HNO​3 6 N lalu ditambah 10,0 ml larutan standar AgNO​3 0,1 N
(berlebih) dan indikator feri ammonium sulfat 4% sebanyak 5 tetes, kemudian
kelebihan AgNO​3 dititrasi dengan larutan NH​4​CNS standar (0,05N) sampai
berwarna merah diperlukan 8ml. Kadar KBr dapat dihitung dengan rumus :
[(V​1​-V​2​) x N]​AgNO3​ x ~ x 100 %
N ~ x Berat KBr
V​1​ = Volume AgNO​3​ yang ditambahkan, V​2​ = Volume AgNO​3​ kelebihannya
yang dihitung (VxN)​AgNO3​ = (VxN)​NH4CNS

VI. Penetapan kadar KI secara Argentometri Fajans

Ditimbang 100 mgram serbuk KI dimasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu


ditambah 10 ml akudes dan 2 ml larutan asam asetat 6 N serta 3 tetes indikator
eosin 1 %, kemudian dititrasi dengan larutan AgNO​3 standar (0,05N) sampai
terbentuk warna merah ke biruan (merah magenta) diperlukan 10ml. Kadar KI
dapat dihitung dengan

rumus : ​(VxN)​AgNO3​ x ~ x 100 %


N ~ x berat KI

Soal-soal latihan

1. Dipipet 5,0 ml larutan infuse dimasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu


ditambah 3 tetes larutan indikator K​2​CrO​4 5 % kemudian dititrasi dengan
larutan AgNO​3 standar (0,05N) sampai terbentuk endapan coklat merah
15ml. Hitunglah kadar NaCl dalam Larutan infuse tersebut ?
2. Ditimbang 100 mgram serbuk KBr lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
kemudian ditambah 10 ml akuades untuk melarutkan lalu ditambah 2 ml
larutan HNO​3 6 N lalu ditambah 10,0 ml larutan standar AgNO​3 0,1 N
(berlebih) dan indikator feri ammonium sulfat 4% sebanyak 5 tetes,
kemudian kelebihan AgNO​3 dititrasi dengan larutan NH​4​CNS standar
sampai berwarna merah. Hitunglah kadar KBr tersebut ?.
3. Ditimbang 100 mgram serbuk KI dimasukkan ke dalam Erlenmeyer lalu
ditambah 10 ml akudes dan 2 ml larutan asam asetat 6 N serta 3 tetes
indikator eosin 1 %, kemudian dititrasi dengan larutan AgNO​3 standar
sampai terbentuk warna merah ke biruan (merah magenta). Hitunglah
kadar KI tersebut.

Anda mungkin juga menyukai