Anda di halaman 1dari 11

I.

II.

Judul

: Plasmolisis

Tujuan

: Untuk Mengetahui Pengaruh Larutan Hipertonik dan Larutan

Hipotonik Pada Sel Tumbuhan


III.

Dasar teori :
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel
yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola. Plasmolisis
menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk suatu zat , artinya
suatu zat /materi bisa keluar dari sel , dan bisa masuk melalui membrannya
.Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam , tetapi dinamis
dengan lingkungannya , jika memerlukan materi dari luar maka ia harus ambil
materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan
tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk (Tim Pengampu.2014).
Cekaman air menyebabkan penurunan turgor pada sel tanaman dan
berakibat pada penurunan proses fisiologi. Potensial turgor menurun hingga
dapat mencapai nol dan mengakibatkankelayuan bahkan plasmolisis jika
kehilangan air daritanaman berlangsung terus menerus di luar batas kendalinya
(Riyanto Sinaga.2008).
Jika sel dimasukan ke dalam larutaitun gula, maka arah gerak
air ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya
di dalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar
ke potensial air yang lebih rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih
rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila
kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan
menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan
yang dibentuk oleh dinding sel. Plasmolisis merupakan keadaan membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel . Sel daun Rhoeo discolor yang
dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi
konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis
(Lakitan, B. 2009).
Plasmolisis merupakan proses keluarnya air sel dari membran
sitoplasma yang kemudian mengkerut dan terpisah dari dinding sel akibat

konsentrasi osmotic medium jauh lebih tinggi dari pada sel mikroba itu sendiri
(Iskandar.2010).
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan
sifat permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula
diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan
tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan itu berarti ruang
bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara Jika isinya air murni
maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi
melalui benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil
pada dinding sel.

Benang-benang tersebut

dikenal dengan sebutan

plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu


sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah.
protoplsma dapat Keadaan menahan volume vakuola agar tetap menempel
pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya
protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut
plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh
jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di
dalam sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara
dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan
tercapai (Lakitan, B. 2009).
meningkatnya konsentrasi NaCl akan meningkatkan kadar Na pada
tajuk dan akar tanaman. Tanah salin mempengaruhi tanaman karena
kandungan garam larut yang tinggi (Hu dan Schimidhalder, 2005) menyatakan
Bila sel tanaman dimasukkan dalam larutan berkadar garam tinggi, sel
tersebut akan mengkerut. Proses ini disebut plasmolisis sehingga akan
meningkatkan kadar garam dalam larutan. Fenomena ini disebabkan gerakan
osmotic dari air melalui dinding sel ke arah larutan yang berkonsentrasi kadar
garam tinggi. Salinitas secara umum berpengaruh menurunkan pertumbuhan
tanaman sebagai akibat dari penurunan luas daun dan jumlah daun. Salinitas
taraf rendah sampai sedang terutama berpengaruh terhadap nilai osmotik di
daerah perakaran tanaman(Siti Aminah. 2013)

Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial
airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam
isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi
menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial
tekanan
Sel yang isinya air murni tidak mengalami plasmolisis. Jika suatu sel
dimasukan ke dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat potensial air
yang nilainya tinggi (=0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial air
yang lebih rendah (negatif). Hal ini menyebabkan air akan bergerak dari luar
sel masuk ke dalam sel sampai tercapai keadaan setimban (Harjadi, S.2011).
Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat
diketahui dari proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan
gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang bening
diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan
tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni
maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi
melalui benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil
pada dinding sel.

Benang-benang tersebut

dikenal dengan sebutan

plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu


sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Harjadi, S.2011).
Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis
(solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis
cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di
dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis
dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel
mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel
bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan
tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika
tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap
potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial

osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel


terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah
(Loveless, A. R.2010).
IV.

Metode penelitian
4.1 alat dan bahan

Alat
1. Mikroskop
2. Object glass
3. Cover glass
4. Pipet tetes
5. Silet

Bahan
1. Umbi bawang merah dan rhoeo discolor
2. Larutan gula
3. Larutan garfis
4. Aquadest

4. 2 langkah kerja
Mengambil dengan hati hati lapisan dalam dari umbi bawang merah atau
bagian yang berwarna merah dari daun Rhoeo discolor

Meletakkan diatas object glass,menetesi dengan larutan


glukosa,membiarkan selama kurang lebih 10-15 menit ,mengamati
dibawah mikroskop

Menjelaskan fenomena yang terjadi

Menyerap dengan tissue larutan glukosa yang membasahi potongan daun


sampai kering,mentetesi dengan Aquades

Membiarkan kurang lebih 10-15 menit

Menjelaskan fenomena yang terjadi

Sebagai pembanding membandingkan daun atau umbi yang baru dan


menetesi dengan larutan garfis

V.

Pembahasan
Pada acara praktikum kali ini yakni berjudul plasmolisis, dalam praktikum
ini praktikan ingin harus mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan
hipotonik pada sel tumbuhan. Pada acara ini menggunakan 2 bahan yaitu umbi
bawang merah (allium cepa) serta tumbuhan jadam (rhoeo discolor). 2 bahan
ini digunakan karena pada kedua selnya mempunyai vakuola yang
mengandung zat warna yang mencolok, sehingga praktikan dapat mengetahui
proses terjadiya plasmolisis dengan jelas. Sebagai larutan hipertoniknya,
praktikan menggunakan bahan berupa larutan glukosa sedangkan untuk
larutan hipotoniknya menggunakan larutan aquades. Pada praktikum ini
praktikan juga menggunakan larutan isotonik yaitu berupa larutan garfis
(garam fisologis).
Praktikum plasmolisis ini dilakukan dengan cara menyayat lapisan dalam
dari umbi bawang merah serta bagain yang berwarna ungu pada jadam.
Kemudian kedua sayatan tersebut nantinya akan diberi larutan glukosa dan
membiarkannya selama 10 -15 menit untuk menunggu proses plasmolisisnya.
Pada keadaan ini sayatan yang berada pada objek gelas tidak ditutup dengan
cover glass agar proses plasmolisis sempurna. Setelah 10 menit sayatan
dibiarkan dengan larutan glukosa, kemudian sayatan tersebut diamati di
mikroskop untuk mengetahui apa saja yang terjadi pada sel tersebut. Setelah di
amati, larutan gula diserap dengan menggunakan kertas tissue hingga yang
kemudian sayatan akan ditetesi dengan aquades. Larutan aquades ini dibiarkan

pada objek glass tempat sayatan berada selama 10 menit. Setelah itu
mengamati lagi dibawah mikroskop untuk mengetahui perbedaan antara
sayatan pada saat di beri larutan glukosa dengan sayatan yang diberi aquades.
Sebagai pembandingnya, praktikan menyayat kembali dengan memberikan
latulan garfis
Dari hasil pengamatan didapatkan hasil yaitu pada saat sayatan daun umbi
bawang merah serta daun jadam diberi larutan glukosa dan membiarkan
selama 10 menit. Dengan perlakuan ini terlihat adanya perubahan yang terjadi
pada sel daun rhoe discolor dan umbi bawang merah, pigemen warna ungu
yang berada dalam sel mulai manjadi sedikit dibanding saat sel sebelum diberi
larutan glukosa, selain itu selnya tampak mengkerut karena mengalami
plasmolisis. Hal ini disebabkan karena larutan glukosa merupakan larutan
hipertonis dan sel daun rhoe discolor serta umbi bawang merupakan larutan
hipotonis,sehingga air yang berada dalam vakuola sel tersebut merembes
keluar dari sel. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan plasmolisis
yang berarti tekanan terus berkurang sehingga terjadi sampai di suatu titik
batas dimana mebran sel akan terlepas dari dinding sel yang menyebabkan
runtuhnya membran sel dari dingding sel karena proses eksoosmosis yaitu.
Pemberian larutan glukosa menyebabkan sel berwarna ungu terlihat pudar.
Hal ini terjadi ketika

sayatan umbi bawang merah dan rhoeo discolor

letakkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka air keluar dari
vakuola sehingga membrane sitoplasma akan mengkerut yang menyebabkan
pigmen antosianin di dalam vakuola terlihat pudar karna semakin rendah
konsentrasi suatu bahan dari lingkungan lainnya, semakin mudah sel itu
berplasmolisis, dalam percobaan didapatkan pembuktian bahwa sel daun
rhoeo discolor dan umbi bawang saat direndam dengan larutan glukosa terjadi
plasmolisi. Hal ini disebabkan karenakan konsentrasi didalam sel tumbuhan
lebih rendah dibanding dengan dilingkungan, lingkungan yang diamaksud
yaitu larutan glukosa sehingga cairan didalam sel akan keluar ke lingkungan
yaitu larutan glukosa tadi . Sel tumbuhan yang diletakkan pada larutan glukosa
akan kehilangan air pada selnya. Jika nilai larutan gula dalam sel lebih pekat

dari pada potensial air yang cukup besar, maka kemungkinan volume sel akan
menurun sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh
dinding sel. Akibatnya, membrane dan sitoplasma akan lepas dari selnya.
Pada perlakuan kedua yakni menetesi dengan aquades,dan didapatkan
terjadi endoosmosis dalam sel daun tersebut. Pigmen warna ungu tidak terlalu
mencolok namun cenderung rata dan warnanya tidak terlalu pekat seperti
sebelum ditetesi air. Hal ini dapat terjadi dikarenakan larutan hipertonik,
sedangkan aquades yang berada diluar sel bersifat hipotonik. Hal ini akan
menyebabkan aquades akan masuk ke dalam sel dan terjadi endosmosis yang
menyebabkan sel menjadi turgid. Hal ini menyebabkan tekanan osmosis sel
menjadi tinggi. Keadaaan yang demikian dapat hancurnya sel karena rusaknya
atau robeknya membrane plasma. Hal ini dapat terjadi karena terlalu
banyaknya air yang masuk sehingga sel tidak mampu lagi untuk
menampungnya.peristiwa ini juga dapat mengakibatkan pigmen warna pada
sel tumbuhan memudar dan dapat terlitah pada foto hasil pengamatan.
Perubahan perubahan yang terjadi setelah pemberian larutan gukosa lalu
diberikan aquades pada rhoeo discolor dan umbi bawang merah merupakan
peristiwa deplamolisis perlakuan ini akan mengakibatkan air yang berada di
luar sel masuk ke dalam vakuola, sehingga sel daun rhoe discolor serta umbi
bawang merah tersebut akan mengembang atau kembali ke keadaan semula.
Peristiwa inilah yang kemudian disebut dengan deplasmolisis.
Waktu perendaman sayatan dengan larutannya sangat berpengaruh.
Mengenai waktu yang digunakan untuk merendam daun rheo discolor serta
umbi bawang adalah selama 10 menit dengan tujuan agar plasmolisis sel dapat
terjadi dengan sempurna, semakin lama waktu perendaman maka semakin
sempurna plasmolisis terjadi yang menyebabkan cairan yang berada didalam
sel semakin banyak keluar, sehingga sel akan semakin berkerut. Jika rendaman
hanya dilakukan dalam waktu yang relatif sebentar, maka proses plasmolisis
tidak dapat diamati secara sempurna, cairan sel hanya sebagian kecil saja yang
keluar dari sel, sehingga proses palmolisis sulit diamati.

Pada percobaan terakhir, sayatan daun jadam maupun umbi bawang merah
ditetesi dengan larutan garfis, dan membiarkan selama 10 menit. Sel tidak
mengalami perubahan apapun, baik warna maupun bentuknya. Hal ini
dikarenakan lautan garfis merupakan larutan isotonik dimana konsentrasi
antara sel dengan lingkungan (larutan garfis) memiliki konsentrasi yang sama
atau hampir sama sehingga tidak terjadi transport membran. Jadi suatu
transport membran baik difusi maupun osmosis hanya akan terjadi bila ada
perbedaan konsentrasi antara linkungan internal sel dengan lingkungan
eksternalnya.

VI.

Penutup
Kesimpulan

Pada percobaan pertama dapat didsimpulakan Peristiwa plasmolisis


dapat dilihat pada saat sayatan daun jadam serta umbi bawang
diletakkan pada larutan glukosa, sel menjadi mengkerut serta warna
pigmen ungu yang berada dalam sel menajadi berkurang karena
sebagian cairan sudah keluar dari sel. Hal ini dapat terjadi karena
terjadi perbedaan konsentrasi antra cairan didalam sel dengan
cairan diluar sel.

Pada percobaan kedua terjadi peristiwa endoosmosis yaitu saat sel


diletakkan pada larutan aquades . Warna sayatan jadam serta umbi
bawang merah menjadi lebih pudar karena sel telah termasuki oleh
air, sehingga warna ungu mencoloknya xzmenjadi berkurang.

Pada percobaan percobaan yaitu saat sayatan daun jadam serta


umbi bwang merah diletakkan pada larutan garfis, sayatan tidak
mengalami perubuahan apapun, baik perubahan bentuk maupun
perubahan warnanya. Hal ini dikarenakan larutan garfis merupakan
larutan isotonik. Larutan isotonik memliki konsentrasi yang sama
atau hampir sama dengan cairan dalam sel, sehingga tidak terjadi
difusi dan osmosis

Saran
Sebaiknya pada saat praktikum praktikan membaca literature selain
modul untuk menambah pengetahuan tentang plasmolisis,larutan
hipertonik,larutan hipotonik dan larutan isotonik

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, S.2011. Pengantar Agronomi. Jakarta. Grasindo


Lakitan, B. 2009. Dasar Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Rajawali Press.
Loveless, A. R.2010. Prinsip prinsip Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1. Jakarta
:PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tim Pengampu Mata Kuliah Fisiologi tumbuhan.2014.Buku Petunjuk Praktikum
Fisiologi tumbuhan .Jember:Universitas Jember

Lampiran
Larutan

Sel Tumbuhan Allium ceppa

Sel tumbuhan Rhoeo discolor

Perb 40x

Perb 40x

Perb 40x

Perb 40x

Glukosa

Aquades

Garfis
Perb 40x

Anda mungkin juga menyukai