Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua bagian organisme berubah selama evolusi. Jika sirip ikan berevolusi pada
amphibi menjadi anggota badan, dan kemudian anggota badan berevolusi menjadi banyak
bentuk dan ukuran, jaringan pembentuknya, sel-selnya, dan molekulnya juga berubah.
Evolusi molekuler disinonimkan dengan evousi pada tingkat protein, karena evolusi pada
tingkat molekul sebagian besar dipelajari secara menyeluruh pada protein.
Protein merupakan kelas molekul yang paling umum dan paling berdiversifikasi pada
organisme. Protein tahan air yang disebut dengan keratin membentuk kulit dan rambut;
protein pembeku darah yang disebut hemoglobin berirkulasi dalam darah; banyak macam
protein yang disebut enzim, mengkatalisasi metabolisme tubuh.
Evolusi molekuler meliputi dua area pembahasan, yaitu: (1) evolusi molekuler dan (2)
rekontruksi sejarah evolusi gen dan organisme. Area pertama, evolusi makromolekuler
menunjukan pembentukan gen dan pola perubahan yang tampak pada materi genetik
(misalnya urutan DNA) dan produkinya (missal protein) selama waktu evolusi dan terhadap
mekanisme yang bertanggung jawab untuk sejumlah perubahan tersebut. Area kedua dikenal
sebagai molekuler phylogeny menjelaskan sejarah evolusi organisme dan makromolekul
seperti adanya keterlibatan data-data molekuler.
Dua area pembahasan (1) pada objek pertama adalah menjelaskan tentang
pembentukan, penyebab dan efek dari perubahan evolusi molekul dan (2) pada objek kedua
menggunakan molekul hanya sebagai alat untuk merekontruksi sejarah biologi organisme dan
konstituen genetikanya. Walaupun kenyataannya kedua disiplin ilmu di atas saling berkait
erat. Kemajuan di satu area akan memfasilitasi perkembangan studi di area lain. Contoh,
pengetahuan tentang filogeni adalah sangat esensial untuk determinasi jenis perubahan pada
karakter molekuler. Sebaliknya, pengetahuan terhadap pola dan rata-rata perubahan melokul
adalah sangat krusial dalam usaha untuk rekontruksi sejarah evolusi kelompok organisme.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :
1. Bagaimana Proses Terbentuknya Bumi?
2. Bagaiamana Teori Evolusi Biologi: Asal Mula Kehidupan Teori Oparin?
3. Bagaimana Teori Evolusi Kimia: Eksperimen Miller?
KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai tugas mata kuliah Evolusu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana Proses Terbentuknya Bumi.
2. Untuk mengetahui bagaimana Teori Evolusi Biologi: Asal Mula Kehidupan Teori
Oparin.
3. Untuk mengetahui bagaimana Teori Evolusi Kimia: Eksperimen Miller.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini antara lain :
1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang asal usul terbentuknya Bumi.
2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang teori evolusi biologi.
3. Memberikan informasi lebih kepada pembaca tentang asal usul kehidupan di Bumi
menurut teori-teori para ahli.

KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Terbentuknya Bumi

Gambar 1. Bumi

Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Sebagai
tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan
material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan,
perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang
termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa yang kita
perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi)
dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air laut. Oleh karena
itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.
Teori Big-bang diperkirakan terjadi sekitar 20 milyar tahun yang lalu. Sekitar
15 milyar tahun kemudian, kumpulan debu dan gas luar angkasa menyatu dan
berkondensasi akibat gravitasi, menjadi gumpalan gas raksasa yang kita kenal sebagai
matahari. Matahari ini dikelilingi oleh beberapa bentukan yang lebih kecil dengan
komposisi yang bervariasi, yang dikenal sebagai planet. Jagad raya sebagian besar
tersusun oleh gas dengan berat molekular ringan, yaitu hidrogen dan helium, dimana
unsur2 tersebut merupakan penyusun utama suatu bintang. Unsur dengan berat molekul
yang lebih berat menyusun hanya sekitar 0,1 persen dari suatu planet.

KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 3


Ketika bumi terbentuk, panas dilepaskan yang disebabkan oleh keruntuhan karena
gravitasi (collapse due to gravity) dan adanya elemen radioaktif pada kumpulan debu.
Selama ratusan miliar tahun pertama, bumi terlalu panas sehingga air tidak dapat
berbentuk cair dan hanya dalam bentuk uap. Setelah suhu bumi menurun, uap tersebut
mengalami kondensasi dan membentuk lautan dan danau. Kehidupan diperkirakan
berasal dari reaksi kimia yang terjadi pada atmosfer, diikuti dengan reaksi lanjut pada
lautan dan danau purba (hidrosphere).
Pembentukan Atmosfer
Pada awalnya bumi ini sebagian besar terdiri atas hydrogen dan helium, namun
hydrogen dan helium memiliki massa yang ringan sehingga dengan mudahnya terbuang
ke luar angkasa. Ada aktivitas vulkanologi kemudian membentuk atmosfer bumi ke-
dua, sebagian besar gas vulkanik tersebut tersediri atas uap air dan sisanya adalah CO2,
N, dan SO2, H2S, HCl, B2O3, elemen sulfur, dan sedikit H2, CH4, SO3, NH3 dan HF
namun belum terdapat oksigen.
Atmosper bumi saat ini, merupakan atmosfer ketiga, yang terdiri atas Metana,
amoniak, dan gas tereduksi yang lain serta komponen dasar misalnya nitrogen, tiruan
orgon, xenon dan lain-lain. Hingga masa tersebut oksigen masih belum ada, sampai
akhirnya terdapat organisme fotosintesis pertama yaitu Cyanobacteria, organisme ini
menghasilkan oksigen melalui fotosintesis.Organisme ini sudah berkembang kira-kira
25 ribu juta tahun yang lalu. Lama kelamaan dengan semakin banyaknya jumlah
organisme fotosintesis yang terbentuk, maka kadar oksigen yang ada di atmosfer
meningkat, oksigen yang ada di atmosfer mencapai 1% kira-kira 800 juta tahun yang
lalu, dan 10% kira-kira 400 juta tahun yang lalu, saat ini kira-kira 20%.

2.1.1. Teori Kant Laplace

Gambar 2. Teori Kabut Kant Laplace


KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 4
Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah banyak berfikir dan melakukan analisis
terhadap gejala-gejala alam. Mulai abad ke 18 para ahli telah memikirkan proses
terjadinya Bumi. Salah satunya adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh
Immanuel Kant (1755) dan Piere de Laplace (1796)? Mereka terkenal dengan Teori Kabut
Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang
kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini
membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses
perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan
memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi
planet-planet dalam tata surya.

2.1.2. Teori Planetesimal

Gambar 3. Teori Planetesimal

Pada awal abad ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi Amerika bersama
rekannya T.C Chamberlain, seorang ahli geologi, mengemukakan teori Planetisimal
Hypothesis, yang mengatakan matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, pada
suatu saat didekati oleh sebuah bintang lain yang melintas dengan kecepatan tinggi di dekat
matahari. Pada waktu bintang melintas di dekat matahari dan jarak keduanya relatif dekat,
maka sebagian massa gas matahari ada yang tertarik ke luar akibat adanya gravitasi dari
bintang yang melintas tersebut. Sebagian dari massa gas yang tertarik ke luar ada yang pada
lintasan bintang dan sebagian lagi ada yang berputar mengelilingi matahari karena gravitasi
matahari. Setelah bintang melintas berlalu, massa gas yang berputar mengelilingi matahari
menjadi dingin dan terbentuklah cincin yang lama kelamaan menjadi padat dan di sebut

KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 5


planetisimal. Beberapa planetisimal yang terbentuk akan saling tarik menarik bergabung
menjadi satu dan pada akhirnya membentuk planet, termasuk bumi.

2.1.3. Teori Bintang Kembar

Gambar 4. Teori Bintang Kembar

Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini,
galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak
material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang
masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak
meledak. Bintang yang tidak meledak itu adalah matahari, sedangkan pecahan bintang yang
lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.

2.1.4. Teori Pasang Surut Gas (Tidal)

Gambar 5. Teori Pasang Surut Gas (Tidal)

Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918, yakni
bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan

KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 6


terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan
gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil.
Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius
orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari
mendekat, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh
matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut akan
mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali,
menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar itu.Dalam lidah yang
panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah
menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan
penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya,
sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-
planet itu akan berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses
pendinginan ini berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan
Saturnus, sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif
lebih cepat.
Sementara pendinginan berlangsung, planet-planet itu masih mengelilingi matahari
pada orbit berbentuk elips, sehingga besar kemungkinan pada suatu ketika meraka akan
mendekati matahari dalam jarak yang pendek. Akibat kekuatan penarikan matahari, maka
akan terjadi pasang surut pada tubuh-tubuh planet yang baru lahir itu. Matahari akan menarik
kolom-kolom materi dari planet-planet, sehingga lahirlah bulan-bulan (satelit-satelit) yang
berputar mengelilingi planet-planet. Peranan yang dipegang matahari dalam membentuk
bulan-bulan ini pada prinsipnya sama dengan peranan bintang besar dalam membentuk
planet-planet, seperti telah dibicarakan di atas.
2.1.5. Teori Big Bang

Gambar 6. Teori Big Bang


KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 7
Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar
tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya.
Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian
besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa
itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-
nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku
dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian
membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi
mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan
memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet
bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga
terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan
atau perbedaan unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi.
Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat
jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel
luar, dan kerak bumi
Masih banyak teori-teori yang lainnya yang dikemukakan oleh para ahli seperti:
1. Teori Buffon dari ahli ilmu alam Perancis George Louis Leelere Comte de Buffon. Beliau
mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan antara matahari dengan sebuah
komet yang menyebabkan sebagian massa matahari terpental ke luar. Massa yang
terpental ini menjadi planet
2. Teori Weizsaecker dimana pada tahun 1940, C.Von Weizsaecker, seorang ahli astronomi
Jerman mengemukakan tata surya pada mulanya terdiri atas matahari yang dikelilingi oleh
massa kabut gas. Sebagian besar massa kabut gas ini terdiri atas unsur ringan, yaitu
hidrogen dan helium. Karena panas matahari yang sangat tinggi, maka unsur ringan
tersebut menguap ke angkasa tata surya, sedangkan unsur yang lebih berat tertinggal dan
menggumpal. Gumpalan ini akan menarik unsur unsur lain yang ada di angkasa tata
surya dan selanjutnya berevolusi membentuk palnet planet, termasuk bumi.
3. Teroti Kuiper dikemukakan oleh Gerald P.Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya
ada nebula besar berbentuk piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari,
KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 8
sedangkan massa gas yang berputar mengelilingi promatahari adalah protoplanet. Dalam
teorinya, beliau juga memasukkan unsur unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Pusat
piringan yang merupakan protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet
menjadi dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan malia menggumpal menjadi planet
planet.
4. Teori Whipple oleh seorang ahli astronom Amerika Fred L.Whipple, mengemukakan
pada mulanya tata surya terdiri dari gas dan kabut debu kosmis yang berotasi membentuk
semacam piringan. Debu dan gas yang berotasi menyebabkan terjadinya pemekatan massa
dan akhirnya menggumpal menjadi padat, sedangkan kabutnya hilang menguap ke
angkasa. Gumpalan yang padat saling bertabrakan dan kemudian membentuk planet
planet.
Secara umum yang paling populer sampai sekarang adalah Teori Big Bang dan banyak
diikuti oleh para ilmuwan walaupun terkadang masih terdapat beberapa perbedaan.

2.2 Teori Evolusi Biologi: Asal-Usul Kehidupan Teori Oparin


Alexander Oparin adalah Ilmuwan Rusia. Didalam bukunya yang berjudul The Origin
of Life (Asal Usul Kehidupan). Oparin menyatakan bahwa pada suatu ketika atmosfer bumi
kaya akan senyawa uap air, CO2, CH4, NH3, dan Hidrogen. Karena adanya energi radiasi
benda-benda angkasa yang amat kaut, seperti sinar Ultraviolet, memungkinkan senyawa-
senyawa sederhana tersebut membentuk senyawa organik atau senyawa hidrokarbon yang
lebih kompleks.
Proses reaksi tersebut berlangsung dilautan. Senyawa kompleks yang mula-mula
terbentuk diperkirakan senyawa seperti Alkohol (H2H5OH), dan senyawa asam amino yang
paling sederhana. Selama berjuta-juta tahun, senyawa sederhana tersebut bereaksi
membentuk senyawa yang lebih kompleks, Gliserin, Asam organik, Purin dan Pirimidin.
Senyawa kompleks tersebut merupakan bahan pembentuk sel.
Menurut Oparin senyawa kompleks tersebut sangat berlimpah dilautan maupun di
permukaan daratan. Adanya energi yang berlimpah, misalnya sinar Ultraviolet, dalam jangka
waktu yang amat panjang memungkinkan lautan menjadi timbunan senyawa organik yang
merupakan sop purba atau Sop Primordial.

KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 9


Gambar 7. Formasi Sop Primitif

Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba di lautan tersebut selanjutnya
berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat sebagai berikut :
a. memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan ikatan-ikatan kompleks yang
terbentuk dengan molekul-molekul organik yang terdapat disekelilingnya;
b. memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan molekul-molekul dari dan ke
sekelilingnya;
c. memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul yang diserap sesuai
dengan pola-pola ikatan didalamnya;
d. mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-ikatannya.
Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai kemampuan untuk
berkembang biak yang pertama kali. Senyawa kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga
sebagai kehidupan yang pertama kali terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang merupakan
perkembangan dari sop purba tersebut telah memiliki sifat-sifat hidup seperti nutrisi,
ekskresi, mampu mengadakan metabolisme, dan mempunyai kemampuan memperbanyak diri
atau reproduksi. Walaupun dengan adanya senyawa -senyawa sederhana serta energi yang
berlimpah sehingga dilautan berlimpah senyawa organik yang lebih kompleks, namun Oparin
mengalami kesulitan untuk menjelaskan mengenai mekanisme transformasi dari molekul-
molekul protein sebagai benda tak hidup kebenda hidup. Bagaimana senyawa-senyawa
organik sop purba tersebut dapat memiliki kemampuan seperti tersebut diatas ? Oparin
menjelaskan sebagai berikut :
Protein sebagai senyawa yang bersifat Zwittwer Ion, dapat membentuk kompleks
koloid hidrofil (menyerap air), sehingga molekul protein tersebut dibungkus oleh molekul air.
Gumpalan senyawa kompleks tersebut dapat lepas dari cairan dimana dia berada dan
KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 10
membentuk emulsi. Penggabungan struktur emulsi ini akan menghasilkan koloid yang terpiah
dari fase cair dan membentuk timbunan gumpalan atau Koaservat.
Timbunan Koaservat yang kaya berbagai kompleks organik tersebut memungkinkan
terjadinya pertukaran substansi dengan lingkungannya. Di samping itu secara selektif
gumpalan Koaservat tersebut memusatkan senyawa-senyawa lain kedalamnya terutama
Kristaloid. Komposisi gumpalan koloid tersebut bergantung kepada komposisi mediumnya.
Dengan demikian, perbedaan komposisi medium akan menyebabkan timbulnya variasi pada
komposisi sop purba. Variasi komposisi sop purba diberbagai areal akan mengarah kepada
terbentuknya komposisi kimia Koaservat yang merupakan penyedia bahan mentah untuk
proses biokimia. Tahap selanjutnya substansi didalam Koaservat membentuk enzim. Di
sekeliling perbatasan antara Koaservat dengan lingkungannya terjadi penjajaran molekul-
molekul Lipida dan protein sehingga terbentuklah selaput sel primitif. Terbentuknya selaput
sel primitif ini memungkinkan memberikan stabilitas pada koaservat. Dengan demikian,
kerjasama antara molekul-molekul yang telah ada sebelumnya yang dapat mereplikasi diri
kedalam koaservat dan penagturan kembali Koaservat yang terbungkus lipida amat mungkin
akan mnghasilkan sel primitif.
Kemampuan koaservat untuk menyerap zat-zat dari medium memungkinkan bertambah
besarnya ukuran koaservat. Kemungkinan selanjutnya memungkinkan terbentuknya
organisme Heterotropik yang mampu mereplikasi diri dan mendapatkan bahan makanan dari
sop Primordial yang kaya akan zat-zat organik.
Bahan organik yang terdapat di perairan (sup purba) akan saling berinteraksi
membentuk makromolekul. Ini dibuktikan oleh Sydney W. Fox dengan mencampur berbagai
asam amino dan juga berbagai monomer atau subunit seperti glukosa dan kemudian
memanaskannya. Ternyata makromolekul-makromolekul memang dapat terbentuk.
Makromolekul yang telah terbentuk cenderung membentuk agregat atau koaservat.
Koaservat berbentuk bulatan atau tetesan kecil di dalam air dan dibatasi dari medium luarnya
oleh lapisan membran tipis. Fox dalam percobaannya juga menunjukkan bahwa molekul
protein yang terbentuk dengan pemanasan juga membentuk koaservat. Koaservat-koaservat
memiliki membran yang memisahkannya dari medium di sekelilingnya. Bahkan Fox juga
menunjukkan bila koaservat tersebut dimasukkan de dalam larutan yang hipertonik, mereka
akan menyusut. Ini menunjukkan bahwa koaservat mempunyai sifat dapat melakukan
osmosis seperti halnya sel hidup.

KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 11


Gambar 9. Tahapan Evolusi Kehidupan Hipotesis Oparin

Tahapan dalam evolusi kehidupan menurut hipotesis Oparin:


1. Bumi primitif. Atmosfir mengandung hidrogen, air, metana dan amonia.
2. Sintesis dari campuran organik sederhana: alkohol, gliserin, asam organik, purin, dan
pirimidin.
3. Sintesis dari makromeolekul: karbohidrat, lemak, protein, enzim, nukleotida, dan asam
nukleat.
4. Gabungan dari berbagai makromolekul membentuk partikel-partikel besar dan kompleks.
5. Membran membungkus organisme-organisme heterotrof primitif yang melakukan
fermentasi.
6. Permulaan duplikasi dan reproduksi molekular.
7. Fotosintesis dan respirasi.

2.3 Teori Evolusi Kimia: Eksperimen Miller


Ketidakpuasan para Ilmuwan terhadap apa yang dikemukakan para tokoh teori
Abiogenesis maupun Biogenesis mendorong para Ilmuwan lain untuk terus mengadakan
penelitian tentang asal usul kehidupan. Antara pakar-pakar tersebut antara lain : Harold Urey,
Stanley Miller, dan A.I.Oparin. mereka berpendapat bahwa organisme terbentuk pertama kali
di bumi ini berupa makhluk bersel satu. Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi
menjadi berbagai jenis makhluk hidup seperti Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan
lain-lain.
KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 12
Para pakar biologi, astronomi, dan geologi sepakat, bahwa planet bumi ini terbentuk
kira-kira antara 4,5-5 miliar tahun yang lalu. Keadaan pada saat awal terbentuknya sangat
berbeda denagn keadaan pada saat ini. Pada saat itu suhu planet bumi diperkirakan 4.000-
8.000oC. pada saat mulai mendingin, senyawa karbon beserta abeberapa unsur logam
mengembun membentuk inti bumi, sedangkan permukaannya tetap gersang, tandus, dan tidak
datar. Karena adanya kegiatan vulkanik, permukaan bumi yang masih lunak tersebut bergerak
dan berkerut terus menerus. Ketika mendingin, kulit bumi tampak melipat-lipat dan pecah.
Pada saat itu, kondisi atmosfer bumi juga berbeda denagn kondisi saat ini. Gas-gas
ringan seperti Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Helium (He), dan Argon (Ar)
lepas meninggalkan bumi akrena gaya gravitasi bumi tidak mampu manahannya. Dia
atmosfer juga terbentuk senaywa-senyawa sederhana yang mengandung unsure-unsur
tersebut, seperti uap air (H2O), Amonia (NH3), Metan (CH4), dan Karbondioksida (CO2).
Senyawa sederhana tersebut tetap berbentuk uap dan tertahan dilapisan atas atmosfer.
Ketuika suhu atmosfer turun sekitar 100oC terjadilah hujan air mendidih. Peristiwa ini
berlangsung selama ribuan tahun. Dalam keadaan semacam ini pasti bumi saat itu belum
dihuni kehidupan. Namun, kondisi semacam itu memungkinkan berlangsungnya reaksi kimia,
karena teredianya zat (materi) dan energi yang berlimpah.
Timbul pertanyaan, bagaimana proses terjadinya kehidupan dibumi ini? Pertanyaan
inilah yang mendorong beberapa Ilmuwan untuk mengemukakan pendapat serta melakukan
experiment. Di antara Ilmuwan tersebut antara lain Harold Urey dan Stanley Miller.

a) Teori Evolusi Kimia Menurut Harold Urey (1893)


Harold Urey adalah ahli Kimia berkebangsaan Amerika Serikat. Dia menyatakan
bahwa pada suatu saat atmosfer bumi kaya akan molekul zat seperti Metana (CH4), Uap air
(H2O), Amonia(NH2), dan karbon dioksida (CO2) yang semuanya berbentuk uap. Karena
adanya pengaruh energi radiasi sinar kiosmis serta aliran listrik halilintar terjadilah reaksi
diantara zat-zat tersebut menghasilkan zat-zat hidup. Teori evolusi Kimia dari Urey tersebut
biasa dikenal dengan teori Urey.
Menurut Urey, zat hidup yang pertama kali terbentuk mempunyai susunan menyerupai
virus saat ini. Zat hidup tersebut selama berjuta-juta tahun mengalami perkembangan menjadi
berbagai jenis makhluk hidup. Menurut Urey, terbentuknya makhluk hidup dari berbagai
molekul zat di atmosfer tersebut didukung kondisi sebagai berikut :
a. kondisi 1 : tersedianya molekul-molekul Metana, Amonia, Uap air, dan hydrogen yang
sangat banyak di atmosfer bumi
KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 13
b. kondisi 2 : adanya bantuan energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan radiasi
sinar kosmis yang menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi membentuk molekul zat yang
lebih besar
c. kondisi 3 : terbentuknya zat hidup yang paling secerhana yang susunan kimianay dapat
disamakan dengan susunan kimia virus, dan
d. kondisi 4 : dalam jangka waktu yang lama (berjuta-juta tahun), zat idup yang terbentuk
tadi berkembang menjadi seejnis organisme (makhluk hidup yang lebih kompleks).
b) Eksperimen Stanley Miller
Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah asal usul
kehidupan. Didasarkan informasi tentang keadaan planet bumi saat awal terbentuknya, yakni
tentang keadaan suhu, gas-gas yang terdapat pada atmosfer waktu itu, dia mendesain model
alat laboratorium sederhana yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold
Urey. Kedalam alat yang diciptakannya, Miller memasukan gas Hidrogen, Metana, Amonia,
dan Air. Alat tersebut juaga dipanasi selama seminggu, sehingga gas-gas tersebut dapat
bercampur didalamnya. Sebagai pengganti energi aliran listrik halilintar, Miller mengaliri
perangkat alat tersebut dengan loncatan listrik bertegangan tinggi. Adanya aliran listrik
bertegangan tinggi tersebut menyebabkan gas-gas dalam alat Miller bereaksi membentuk
suatu zat baru. Kedalam perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga gas-gas hasil reaksi
dapat mengembun.
Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan terhadap air yang tertampung dalam perangkap
embun dianalisis secar kosmografi. Ternyata air tersebut mengandung senyawa organic
sederhana, seperti asam amino, adenine, dan gula sederhana seperti ribose. Eksperimen
Miller ini dicoba beberapa pakar lain, ternyata hasilnya sama. Bial dalam perangkat
eksperimen tersebut dimasukkan senyawa fosfat, ternyata zat-zat yang dihasilkan
mengandung ATP, yakni suatu senyawa yang berkaitan dengan transfer energi dalam
kehidupan. Lembaga penelitian lain, dalam penelitiannya menghasilkan senyawa-senyawa
nukleotida

KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 14


Gambar 10. Model perangkat percobaan Miller dan Urey untuk sintesis molekul
organik secara abiotik.

Nukleotida adalah suatu senyawa penyusun utama ADN (Asam Deoksiribose Nukleat)
dan ARN (Asam Ribose Nukleat), yaitu senaywa khas dalam inti sel yang mengendalikan
aktivitas sel dan pewarisan sifat. Eksperimen Miller dapat memberiakn petunjuk bahwa
satuan- satuan kompleks didalam sistem kehidupan seperti Lipida, Karbohidrat, Asam
Amino, Protein, Mukleotida dan lain-lainnya dapat terbentuk dalam kondisi abiotik. Teori
yang terus berulang kali diuji ini diterima para ilmuwan secara luas. Namun, hingga kini
masalah utama tentang asal-usul kehidupan tetap merupakan rahasia alam yang belum
terjawab. Hasil yang mereka buktikan barulah mengetahui terbentuknya senyawa organik
secara bertahap, yakni dimulai dari bereaksinya gas-gas diatmosfer purba dengan energi
listrik halilintar. Selanjutnay semua senyawa tersebut bereaksi membentuk senyawa yang
lebih kompleks dan terkurung dilautan. Akhirnya membentuk senyawa yang merupakan
komponen sel.

KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 15


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asal usul kehidupan memang tidak mudah diungkapkan ataupun dibuktikan, banyak
teori yang telah ada dengan alasan yang berbeda namun belum dapat dinyatakan benar tetapi
sudah saling mendukung teori tersebut sehingga menganut kepercayaan terhadap suatu teori
yang dianggap benar. Dengan adanya teori evolusi, asal usul kehidupan dapat diperhitungkan
denga teori evolusi biologi dan teori evolusi kimia sehingga dapat menjelaskan kepada kita
tentang asal usul kehidupan.

3.2 Saran
Untuk memperoleh informasi yang tepat tentang asal usul kehidupan, kita harus
mempelajari teori-teori yang lain juga sehingga bisa mengambil sesuatu yang penting untuk
dipadukan dengan teori yang dianggap benar.

KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 16


DAFTAR PUSTAKA

Andi, A. 2013. Proses Terbentuknya Bumi.


http://andiaryafamily.blogspot.com/2013/02/proses-terbentuknya-bumi.html (Diakses
tanggal 12 Desember 2013).

Anonim. 2010. Teori Evolusi Kimia. http://id.shvoong.com/exact-sciences/1974420-teori-


evolusi-kimia/ (Diakses tanggal 12 Desember 2013).

Arix, U. 2013. Makalah Biologi "Asal Usul Kehidupan". id.shvoong.com/exact-


sciences/1974420-teori-evolusi-kimia/ (Diakses tanggal 12 Desember 2013).

Anonim. 2013. Asal Usul Kehidupan. http://acehmillano.wordpress.com/2013/03/24/asal-


usul-kehidupan/ (Diakses tanggal 12 Desember 2013).

Peggy, Y. 2013. Contoh Makalah Biologi " Evolusi dan Asal-Usul Kehidupan ".

http://kreatifword.blogspot.com/2013/01/contoh-makalah-biologi-evolusi-dan-asal.html
(Diakses tanggal 12 Desember 2013).

Rahayu, T. 2009. Asal Usul Kehidupan. http://trirahayu1990-


rahayu.blogspot.com/2009/10/asal-usul-kehidupan.html (Diakses tanggal 12 Desember
2013).

Anonim. 2012. Asal Usul Kehidupan Evolusi Organik 2.


http://pipingmiming.blogspot.com/2012/12/asal-usul-kehidupan-evolusi-organik-2.html
(Diakses tanggal 12 Desember 2013).

Erny, S., dkk. 2010. Evolusi Molekuler. Malang : Universitas Negeri Malang.

KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 17


MAKALAH EVOLUSI
EVOLUSI MOLEKULER

OLEH:

KELOMPOK XIII

1. Hairunnisa (ACD 110 137)


2. Reni Patimah (ACD 110 134)
3. Yusia Antika (ACD 110 140)

DOSEN PENGAMPU : Dr. Liswara Neneng, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2013
KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 18

Anda mungkin juga menyukai