PENDAHULUAN
Gambar 1. Bumi
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Sebagai
tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan
material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan,
perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang
termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa yang kita
perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi)
dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air laut. Oleh karena
itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.
Teori Big-bang diperkirakan terjadi sekitar 20 milyar tahun yang lalu. Sekitar
15 milyar tahun kemudian, kumpulan debu dan gas luar angkasa menyatu dan
berkondensasi akibat gravitasi, menjadi gumpalan gas raksasa yang kita kenal sebagai
matahari. Matahari ini dikelilingi oleh beberapa bentukan yang lebih kecil dengan
komposisi yang bervariasi, yang dikenal sebagai planet. Jagad raya sebagian besar
tersusun oleh gas dengan berat molekular ringan, yaitu hidrogen dan helium, dimana
unsur2 tersebut merupakan penyusun utama suatu bintang. Unsur dengan berat molekul
yang lebih berat menyusun hanya sekitar 0,1 persen dari suatu planet.
Pada awal abad ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi Amerika bersama
rekannya T.C Chamberlain, seorang ahli geologi, mengemukakan teori Planetisimal
Hypothesis, yang mengatakan matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, pada
suatu saat didekati oleh sebuah bintang lain yang melintas dengan kecepatan tinggi di dekat
matahari. Pada waktu bintang melintas di dekat matahari dan jarak keduanya relatif dekat,
maka sebagian massa gas matahari ada yang tertarik ke luar akibat adanya gravitasi dari
bintang yang melintas tersebut. Sebagian dari massa gas yang tertarik ke luar ada yang pada
lintasan bintang dan sebagian lagi ada yang berputar mengelilingi matahari karena gravitasi
matahari. Setelah bintang melintas berlalu, massa gas yang berputar mengelilingi matahari
menjadi dingin dan terbentuklah cincin yang lama kelamaan menjadi padat dan di sebut
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini,
galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak
material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang
masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak
meledak. Bintang yang tidak meledak itu adalah matahari, sedangkan pecahan bintang yang
lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918, yakni
bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan
Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba di lautan tersebut selanjutnya
berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat sebagai berikut :
a. memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan ikatan-ikatan kompleks yang
terbentuk dengan molekul-molekul organik yang terdapat disekelilingnya;
b. memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan molekul-molekul dari dan ke
sekelilingnya;
c. memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul yang diserap sesuai
dengan pola-pola ikatan didalamnya;
d. mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-ikatannya.
Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai kemampuan untuk
berkembang biak yang pertama kali. Senyawa kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga
sebagai kehidupan yang pertama kali terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang merupakan
perkembangan dari sop purba tersebut telah memiliki sifat-sifat hidup seperti nutrisi,
ekskresi, mampu mengadakan metabolisme, dan mempunyai kemampuan memperbanyak diri
atau reproduksi. Walaupun dengan adanya senyawa -senyawa sederhana serta energi yang
berlimpah sehingga dilautan berlimpah senyawa organik yang lebih kompleks, namun Oparin
mengalami kesulitan untuk menjelaskan mengenai mekanisme transformasi dari molekul-
molekul protein sebagai benda tak hidup kebenda hidup. Bagaimana senyawa-senyawa
organik sop purba tersebut dapat memiliki kemampuan seperti tersebut diatas ? Oparin
menjelaskan sebagai berikut :
Protein sebagai senyawa yang bersifat Zwittwer Ion, dapat membentuk kompleks
koloid hidrofil (menyerap air), sehingga molekul protein tersebut dibungkus oleh molekul air.
Gumpalan senyawa kompleks tersebut dapat lepas dari cairan dimana dia berada dan
KELOMPOK XIII | EVOLUSI MOLEKULER 10
membentuk emulsi. Penggabungan struktur emulsi ini akan menghasilkan koloid yang terpiah
dari fase cair dan membentuk timbunan gumpalan atau Koaservat.
Timbunan Koaservat yang kaya berbagai kompleks organik tersebut memungkinkan
terjadinya pertukaran substansi dengan lingkungannya. Di samping itu secara selektif
gumpalan Koaservat tersebut memusatkan senyawa-senyawa lain kedalamnya terutama
Kristaloid. Komposisi gumpalan koloid tersebut bergantung kepada komposisi mediumnya.
Dengan demikian, perbedaan komposisi medium akan menyebabkan timbulnya variasi pada
komposisi sop purba. Variasi komposisi sop purba diberbagai areal akan mengarah kepada
terbentuknya komposisi kimia Koaservat yang merupakan penyedia bahan mentah untuk
proses biokimia. Tahap selanjutnya substansi didalam Koaservat membentuk enzim. Di
sekeliling perbatasan antara Koaservat dengan lingkungannya terjadi penjajaran molekul-
molekul Lipida dan protein sehingga terbentuklah selaput sel primitif. Terbentuknya selaput
sel primitif ini memungkinkan memberikan stabilitas pada koaservat. Dengan demikian,
kerjasama antara molekul-molekul yang telah ada sebelumnya yang dapat mereplikasi diri
kedalam koaservat dan penagturan kembali Koaservat yang terbungkus lipida amat mungkin
akan mnghasilkan sel primitif.
Kemampuan koaservat untuk menyerap zat-zat dari medium memungkinkan bertambah
besarnya ukuran koaservat. Kemungkinan selanjutnya memungkinkan terbentuknya
organisme Heterotropik yang mampu mereplikasi diri dan mendapatkan bahan makanan dari
sop Primordial yang kaya akan zat-zat organik.
Bahan organik yang terdapat di perairan (sup purba) akan saling berinteraksi
membentuk makromolekul. Ini dibuktikan oleh Sydney W. Fox dengan mencampur berbagai
asam amino dan juga berbagai monomer atau subunit seperti glukosa dan kemudian
memanaskannya. Ternyata makromolekul-makromolekul memang dapat terbentuk.
Makromolekul yang telah terbentuk cenderung membentuk agregat atau koaservat.
Koaservat berbentuk bulatan atau tetesan kecil di dalam air dan dibatasi dari medium luarnya
oleh lapisan membran tipis. Fox dalam percobaannya juga menunjukkan bahwa molekul
protein yang terbentuk dengan pemanasan juga membentuk koaservat. Koaservat-koaservat
memiliki membran yang memisahkannya dari medium di sekelilingnya. Bahkan Fox juga
menunjukkan bila koaservat tersebut dimasukkan de dalam larutan yang hipertonik, mereka
akan menyusut. Ini menunjukkan bahwa koaservat mempunyai sifat dapat melakukan
osmosis seperti halnya sel hidup.
Nukleotida adalah suatu senyawa penyusun utama ADN (Asam Deoksiribose Nukleat)
dan ARN (Asam Ribose Nukleat), yaitu senaywa khas dalam inti sel yang mengendalikan
aktivitas sel dan pewarisan sifat. Eksperimen Miller dapat memberiakn petunjuk bahwa
satuan- satuan kompleks didalam sistem kehidupan seperti Lipida, Karbohidrat, Asam
Amino, Protein, Mukleotida dan lain-lainnya dapat terbentuk dalam kondisi abiotik. Teori
yang terus berulang kali diuji ini diterima para ilmuwan secara luas. Namun, hingga kini
masalah utama tentang asal-usul kehidupan tetap merupakan rahasia alam yang belum
terjawab. Hasil yang mereka buktikan barulah mengetahui terbentuknya senyawa organik
secara bertahap, yakni dimulai dari bereaksinya gas-gas diatmosfer purba dengan energi
listrik halilintar. Selanjutnay semua senyawa tersebut bereaksi membentuk senyawa yang
lebih kompleks dan terkurung dilautan. Akhirnya membentuk senyawa yang merupakan
komponen sel.
3.1 Kesimpulan
Asal usul kehidupan memang tidak mudah diungkapkan ataupun dibuktikan, banyak
teori yang telah ada dengan alasan yang berbeda namun belum dapat dinyatakan benar tetapi
sudah saling mendukung teori tersebut sehingga menganut kepercayaan terhadap suatu teori
yang dianggap benar. Dengan adanya teori evolusi, asal usul kehidupan dapat diperhitungkan
denga teori evolusi biologi dan teori evolusi kimia sehingga dapat menjelaskan kepada kita
tentang asal usul kehidupan.
3.2 Saran
Untuk memperoleh informasi yang tepat tentang asal usul kehidupan, kita harus
mempelajari teori-teori yang lain juga sehingga bisa mengambil sesuatu yang penting untuk
dipadukan dengan teori yang dianggap benar.
Peggy, Y. 2013. Contoh Makalah Biologi " Evolusi dan Asal-Usul Kehidupan ".
http://kreatifword.blogspot.com/2013/01/contoh-makalah-biologi-evolusi-dan-asal.html
(Diakses tanggal 12 Desember 2013).
Erny, S., dkk. 2010. Evolusi Molekuler. Malang : Universitas Negeri Malang.
OLEH:
KELOMPOK XIII