Anda di halaman 1dari 13

MINGGU / BAB 8

Capaian Pembelajaran:
Setelah mengikuti pembelajaran ini mahasiswa mampu
menjelaskan tentang etilen dan peranannya dalam pematangan
buah melalui Collaborative learning (CbL) dan kegiatan praktikum

Materi Pembelajaran:
Etilen dan pematangan buah
Deskripsi singkat:
Dalam bab ini Anda akan mempelajari tentang etilen dan
peranannya sebagai hormon dalam pematangan buah, sintesis
dan biogenesis etilen dan mekanisme etilen dalam pematangan
pada buah

I. Strategi Pembelajaran
1. Collaborative learning (CbL)
2. Praktikum
II. Sumber / Referensi
1. Abeles, F.B. (1973). Ethylene in plant biology. New York Academic
Press
2. Abidin, Z. 1984. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur
Tumbuh. Angkasa. Bandung
3. Gardner, F.P., Pearce, R.B. dan Mitchel, R.L. 1991. Fisiologi tanaman
budidaya (diterjemahkan: Herawati Susilo dan Subiyanto). Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
4. Lieberman, M. dan L.W. Mapson. 1964. Genesis and biogenesis of
ethylene. Nature 204, 343.
5. Pantastico, B., Matto, A.K., dan Phan, C.T. 1986. Peran etilen pada
pemasakan. Fisiologi pasca panen. Penanganan dan pemanfaatan
buah-buahan dan sayur-sayuran tropika dan subtropika (ed. B.
Pantastico, diterjemahkan: Kamariyani dan G. Tjitrosoepomo). Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
6. Winarno, F.G. dan M. Aman. 1979. Fisiologi Lepas Panen. Sustra
Hudaya. Bogor
III. Evaluasi Kegiatan Pembelajaran
Ketika Anda membaca bahan bacaan berikut, gunakanlah pertanyaan-
pertanyaan berikut ini untuk memandu Anda:
1. Apakah yang dimaksud dengan etilen
2. Apakah etilen dapat meningkatkan respirasi pada buah, jelaskan
3. Pada bagian manakah etilen disintesa dalam konsentrasi terbesar
4. Apakah yang menjadi prekusor metabolik dari etilen
5. Jelaskan bagaimanakah mobilitas etilen dalam buah
6. Jelaskan bagaimanakah peran etilen dalam pematangan

Modul Bahan Ajar Fisiologi Pasca Panen 8-0


BAB 8 ETILEN DAN PEMATANGAN

PENDAHULUAN

Penemuan mengenai etilen pertama kali diidentifikasi sejak 1910,


ketika gas itu dikeluarkan oleh buah pisang yang matang selama
pengangkutan dari Yamaika ke Eropa. Pada tingkat pematangan yang
lebih lanjut, buah pisang tersebut mengeluarkan suatu zat yang tidak
dapat dilihat (berupa gas) dan disidik, dan menyebabkan pematangan
pada buah pisang lainnya, dan juga pada jenis buah lainnya jika ada
disekitarnya (Pantastico, Matto dan Phan, 1986). Pencampuran antara
buah yang masih hijau dengan buah yang sudah matang akan
mempercepat pematangan secara seragam karena etilen adalah suatu
gas yang dapat berpindah dengan bebas dari jaringan yang masak ke
jaringan hijau. Mungkin terdapat sejumlah senyawa yang menguap dari
jaringan tanaman dan mempunyai pengaruh seperti etilen, tetapi etilen
menunjukkan aktivitas sebesar 60 - 100 kaii aktivitas, salah satu senyawa
semacam etilen itu adalah propilen (Gardner, Pearce dan Mitchel, 1991).
Jadi gas ini dihasilkan oleh buah yang matang dan dapat memacu
pematangan pada buah. Sejak itu, etilen digunakan sebagai pemacu
pematangan buah dalam industri, dan merupakan subyek yang menarik
dalam penelitian pasca panen. Pada tahun 1934, gas ini ini diidentifikasi
sebagai gas karbid / C2H4 (Pantastico, Matto dan Phan, 1986).

Modul Bahan Ajar Fisiologi Pasca Panen 8-1


PENYAJIAN

a. Uraian Materi

1. Etilen Sebagai Hormon Pematangan

Sejak tahun 1937, Went dan Thimann telah mendifinisikan bahwa


etilen merupakan suatu hormon dan juga sebagai substansi yang dapat
ditransfer ke bagian-bagian lain dari tanaman (bersifat mobil), serta
berpengaruh pada proses fisiologis tanaman (Abidin, 1984). Etilen ini
adalah senyawa organik yang dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman,
bersifat mobil dan berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman.
Menurut Abeles (1973), Dalam keadaan normal etilen akan berbentuk gas
dengan struktur kimia yang sangat sederhana. Hormon ini berperan pada
proses pematangan buah dalam fase klimakterik (buah yang mengalami
suatu periode mendadak/klimaks dalam pemasakan seperti pada apel,
alpukat, pisang dan buah batu), karena itu sangat efektif dalam
mendukung pematangan buah.
Penelitian tentang etilen sebagai hormon yang mempercepat
terjadinya klimakterik pada buah membukikan bahwa pada buah alpukat
yang disimpan di udara biasa akan matang setelah 11 hari, akan tetapi
apabila disimpan dalam udara dengan kandungan etilen 10 ppm selama
24 jam buah alpukat tersebut akan matang dalam waktu 6 hari (Winarno,
1970). Lebih lanjut dinyatakan bahwa,penambahan etilen dalam jumlah
yang besar pada buah non klimakterik akan menyebabkan buah tersebut
mengalami klimakterik . Di samping itu, penambahan etilen beberapa kali
pada buah non klimakterik akan menyebabkan terjadinya klimakterik yang
berulang-ulang. Semakin besar konsentrasi etilen yang diberikan pada
buah klmakterik, semakin meningkat pula respirasinya. Penggunaan
etilen paling efektif pada tahap klimakterik, sedangkan penggunaan etilen
pada tahap post klimakerik tidak menyebabkan perubahan pada laju
respirasi (Pantastico, Matto dan Phan, 1986). Di dalam jaringan
tanaman, difusi etilen terjadi secara pasif, dan karena lolos sebagai gas,

Modul Bahan Ajar Fisiologi Pasca Panen 8-2


tidak diperlukan sistem transpor maupun sistem penetralan racun.
Sebaliknya hormon yang lain mempunyai mekanisme transport dan
penetralan racun yang sangat rumit (Gardner, Pearce dan Mitchel, 1991).
Selain dapat menstimulasi pematangan pada buah, etilen juga
dapat mesntimulasi perkembangan tunas pada umbi kentang (pematahan
dormansi umbi kentang) dan memacu perkecambahan biji, serta dapat
menginduksi/memacu rontoknya daun (leaf abbscisson) dan bakal buah
serta menginduksi pembungaan pada tanaman nenas. Konsentrasi etilen
yang tertinggi ditemukan pada buah yang mengalami klimakterik, hal ini
berkaitan erat dengan laju pernapasan yang tinggi dan laju pelepasan
CO2. Produksi etilen yang tinggi, juga telah diamati pada jaringan dan
kecambah mudah yang kekurangan air. Konsentrasi Etilen pada buah
dan jaringan lainnya bervariasi tergantung pada lingkungan, tetapi pada
jaringan yang sudah mati tidak mengandung etilen (Gardner, Pearce dan
Mitchel, 1991)..

2. Sintesis dan Biogenesis Etilen

Etilen dalam konsentrasi yang besar ditemukan pada buah matang


yang mengalami klimakterik, namun demikian hingga konsentrasi tertentu
juga ditemukan diseluruh bagian tumbuhan; seperti pada akar, batang,
daun, buah dan biji (Abeles, 1973). Konsentrasi etilen yang tertinggi pada
buah yang mengalami klimakterik berkaitan erat dengan laju pernapasan
yang tinggi dan laju pelepasan CO2. Produksi etilen yang tinggi, juga
telah diamati pada jaringan dan kecambah mudah yang kekurangan air.
Konsentrasi Etilen pada buah dan jaringan lainnya bervariasi tergantung
pada lingkungan, tetapi jaringan mati tidak mengandung etilen.
Banyak kemungkinan jalur-jalur mengenai biogenesis dari etilen,
baik pada bentuk-bentuk kehidupan tingkat rendah maupun pada
tumbuhan tingkat tinggi. Namun, prekussor metabolik dari etilen selama
ini masih sukar dipahami. Sejumlah senyawa mungkin telah diusulkan

Modul Bahan Ajar Fisiologi Pasca Panen 8-3


sebagai prekussor metabolik, termasuk asam piruvat (pyruvale), asetat,
format, akrilat, linolinat, etanol, dan propanol (Abeles, 1972). Banyak bukti
metionin sebagai zat yang paling besar kemungkinannya sebagai
prekusor etilen, sehingga yang paling banyak diterima dari usulan
tersebut adalah metionin, yang mengalami hidrolisis sebagai berikut
(Gardner, Pearce dan Mitchel, 1991):

5 4 3 2 1 enzim
CH3-S-CH2-CH2-CH-COOH -------- CO2 + CHOOH + CH2=CH2 + CH2-S-R + NH3
! Format etilen
NH2

Lieberman dkk (1966), juga melaporkan adanya pemacuan pembentukan


etilen yang nyata oleh metionin, dalam jaringan irisan dalam buah apel,
sedang Burg dan Clagett (1967) melaporkan adanya pemacuan
pembentukan etilen yang nyata oleh metionin, dalam jaringan irisan
dalam buah pisang. Selanjutnya oleh Matto dan Modi (1967) juga telah
mendemonstrasikan kemampuan potongan-potongan buah mangga
untuk menggunakan metionin dalam jumlah yang cukup besar. Jika
potongan-potongan buah yang sedang masak itu diinkubasikan dengan 7
mol metionin, maka produksi etilen dari potongan-potongan buah itu naik
dari 18 menjadi 50 milimikron per jam untuk setiap gram jaringan. Hal ini
menunjukkan bahwa metionin terlibat dalam sintesis etilen (Pantastico,
Matto dan Phan, 1986).
Meskipun demikian, penerimaan metionin sebagai prekusor
menimbulkan kesulitan karena konsentrasi alaminya sangat tidak cukup
untuk mendukung produksi etilen sampai pada tingkat keberadaannya
pada buah yang mengalami klimakterik, yang mempunyai konsentrasi
etilen sampai 3000 kali dibandingkan dengan buah yang tidak mengalami
klimakterik (Abeles, 1972).
Menurut Gardner, Pearce dan Mitchel, (1991), banyak yang
mengatakan bahwa etilen dengan mudah dapat dihasilkan dari etanol,

Modul Bahan Ajar Fisiologi Pasca Panen 8-4


alanin, gileserol glukosa, fumarat, piruvat, dan isositrat. Jika hal ini benar
maka hasil antara dalam siklus Krebs ikut terlibat meskipun tidak secara
langsung. Pada metabolism Penicilium digitatum, prekussor metionin
tidak diubah menjadi etilen, sedang pada metabolisme dalam buah dari
tanaman tingkat tinggi prekusor etilen adalah L-metionin. Meskipun
demikian terdapat beberapa bukti yang kuat bahwa etilen dapat langsung
dibentuk dari asam linolenat. etanol dan β-alanin. Seperti dikatakan oleh
Lieberman dan Mapson (1964), di dalam jaringan mungkin terdapat lebih
dari satu prekusor.

Etilen dari prekusor Linolenat (Lieberman & Mapson)

Etilen dari prekusor tanol an

Modul Bahan Ajar Fisiologi Pasca Panen 8-5


Etilen dari prekusor -alanin ompson dan pencer

3. Mekanisme Etilen dalam Pematangan

3.1. Mobilitas etilene dalam buah

Seperti yang telah dikemukakan pada awal-awal tulisan ini, bahwa


etilen adalan hormon yang bersifat mobil. Struktur kimianya yang
sederhana menyebabkan etilen mudah larut dalam lemak. Dari berbagai
percobaan yang telah dilakukan, belum pernah ditemukan etilen terikat
pada sisi manapun. Baik sebagai bagian dari reaksi kimia yang sudah
diketahui, atau bekerja sebagai koenzim, pemisah (uncoupler), atau
kofaktor.
Dari berbagai percobaan yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa pemberian etilen pada bagian tertentu dari buah pisang tua yang
masih berwarna hijau, menyebabkan perkembangan kematangan secara
gradual dari bagian yang diberi etilen ke bagian yang tidak diberi etilen
Buah-buahan yang diberi etilen pada ujung atasnya, setelah 3 jam
diketahui mengeluarkan sejumlah etilen pada ujung tangkai yang tak
diberi ertilen; 8 sampai -14 jam berikutnya, pengeluaran CO2 bertambah
banyak pada kedua ujungnya. Jadi rupa-rupanya gerakan gas etilen dan
kegiatannya terhadap buah berjalan cukup cepat.

Modul Bahan Ajar Fisiologi Pasca Panen 8-6


Percobaan lainnya pada buah pisang yang pada bagian tengah
dari kulitnya dihilangkan secara melingkar yang selanjutnya diberi
perlakuan etilen pada salah satu ujungnya, maka pengeluaran etilen dari
ujung yang lain jauh lebih sedikit dibanding dengan pada buah yang
dibagian tengah tidak dihilangkan kulitnya. Hal ini menunjukkan bahwa
kulit dari pisang memegang peranan penting dalam mobilitas etilen. Hai
ini juga memberi petunjuk bahwa jaringan-jaringan buah itu sangat
permiabel untuk etilen. Pada tingkat sel, diduga bahwa etilen menambah
permiabilitas membran sel maupun membran-membran bagian-bagian
sub-seluler, sehingga dengan demikian membuat substrat lebih mudah
dapat dicapai oleh enzim-enzim yang bersangkutan. Dari berbagai hasil
yang diperoleh tersebut, jelas bahwa etilen merupakan senyawa yang
sangat mobil (Pantastico, Matto dan Phan, 1986)

3.2. Peran Etilen dalam pematangan buah

Etilen adalah hormon yang dapat meningkatkan aktivitas enzimatik


dan menginaktifkan senyawa penghambat pematangan. Dari hasil
penelitian Matoo dan Modi (1969a) menunjukkan bahwa etilen
meningkatkan kegiatan enzim-enzim katalase, peroksidase, dan amylase
dalam irisan-irisan buah mangga sebelum puncak kemasakannya.
Selama pemacuan, diperoleh bahwa za-zat serupa protein yang
menghambat pemasakan, dalam irisan-irisan buah tersebut hilang dalam
waktu 45 jam. Selanjutnya irisan-irisan tersebut menjadi lemah dan
terjadi perubahan warna yang menarik dari putih ke kuning, yang
memberi petunjuk timbulnya gejala-gejala kematangan yang khas
(Mattoo, 1969). Pada penelitian lebih lanjut dari Matoo dan Modi (1969a),
memberikan informasi bahwa etilen dapat juga menginaktifkan preparat
penghambat yang secara parsial telah dimurnikan dalam hubungannya
dengan katalase dan peroksidase. Hal ini disebabkan karena preparat-

Modul Bahan Ajar Fisiologi Pasca Panen 8-7


preparat yang diberi perlakuan etilen tidak menunjukkan penghambatan
sedikitpun terhadap aktivitas dari enzim-enzim tersebut.
Berdasarkan dari hasil percobaan-percobaan tersebut disimpulkan
bahwa:
a. Etilen yang disintesis oleh buah mangga memacu enzim-enzim
oksidatif dan hidrolitik dan menginaktifkan penghambat-penghambat
dari enzim ini, pada saat sebelum hingga puncak kematangan dalam
buah mangga
b. Selama dan sesudah proses ini berlangsung, terjadi perubahan pada
komponen-komponen sel, dari yang semula tidak larut menjadi dapat
larut, yang mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan
permiabilitas sel, dan dengan demikian memungkinkan interaksi yang
lebih besar antara substrat buah dengan enzim-enzim ditempat
tersebut
c. Dari proses-proses ini semua, bersama dengan faktor-faktor yang
lain yang hingga kini belum diketahui dengan jelas, membangkitkan
dengan kuat sebagian sistem metabolik yang akhirnya mematangkan
buah (Matoo, 1969; Matoo dan Modi, 1969a; 1969b).

b. Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang etilen dalam


pematangan buah, Anda perlu mengerjakan latihan dibawah ini dan
mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda:
1. Apakah yang dimaksud dengan etilen
2. Apakah etilen dapat meningkatkan respirasi pada buah, jelaskan
3. Pada bagian manakah etilen disintesa dalam konsentrasi terbesar
4. Apakah yang menjadi prekusor metabolik dari etilen
5. Jelaskan bagaimanakah mobilitas etilen dalam buah
6. Jelaskan bagaimanakah peran etilen dalam pematangan

Modul Bahan Ajar Fisiologi Pasca Panen 8-8


c. Rangkuman

Etilen pertama kali diidentifikasi sejak 1910, ketika gas itu


dikeluarkan oleh buah pisang yang matang selama pengangkutan dari
Yamaika ke Eropa. Pada tingkat pematangan yang lebih lanjut, buah
pisang tersebut mengeluarkan suatu zat yang tidak dapat dilihat (berupa
gas) dan disidik, dan menyebabkan pematangan pada buah pisang
lainnya, dan juga pada jenis buah lainnya jika ada disekitarnya.
Sejak tahun 1937, Went dan Thimann telah mendifinisikan bahwa
etilen merupakan suatu hormon dan juga sebagai substansi yang dapat
ditransfer ke bagian-bagian lain dari tanaman (bersifat mobil), serta
berpengaruh pada proses fisiologis tanaman (Abidin, 1984). Etilen ini
adalah senyawa organik yang dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman,
bersifat mobil dan berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman.
Sintesis dan Biogenesis Etilen dalam konsentrasi yang besar
ditemukan pada buah matang yang mengalami klimakterik, namun
demikian hingga konsentrasi tertentu juga ditemukan diseluruh bagian
tumbuhan; seperti pada akar, batang, daun, buah dan biji (Abeles, 1973).
Konsentrasi etilen yang tertinggi pada buah yang mengalami klimakterik
berkaitan erat dengan laju pernapasan yang tinggi dan laju pelepasan
CO2. Banyak kemungkinan jalur-jalur mengenai biogenesis dari etilen,
baik pada bentuk-bentuk kehidupan tingkat rendah maupun pada
tumbuhan tingkat tinggi. Namun, prekussor metabolik dari etilen selama
ini masih sukar dipahami. Sejumlah senyawa mungkin telah diusulkan
sebagai prekussor metabolik, termasuk asam piruvat (pyruvale), asetat,
format, akrilat, linolinat, etanol, dan propanol (Abeles, 1972).
Etilen adalah senyawa dalam buah yang bersifat sangat mobil.
Struktur kimianya yang sederhana menyebabkan etilen mudah larut
dalam lemak. Dari berbagai percobaan yang telah dilakukan, belum
pernah ditemukan etilen terikat pada sisi manapun. Baik sebagai bagian
dari reaksi kimia yang sudah diketahui, atau bekerja sebagai koenzim,

Modul Bahan Ajar Fisiologi Pasca Panen 8-9


pemisah (uncoupler), atau kofaktor. Pemberian etilen pada bagian
tertentu dari buah pisang tua yang masih berwarna hijau, menyebabkan
perkembangan kematangan secara gradual dari bagian yang diberi etilen
ke bagian yang tidak diberi etilen.
Etilen adalah hormon yang dapat meningkatkan aktivitas enzimatik
dan menginaktifkan senyawa penghambat pematangan. Etilen
meningkatkan kegiatan enzim-enzim katalase, proksidase, dan amylase
dalam jaringan sebelum puncak kematangannya.

PENUTUP

a. Tes Formatif / Evaluasi Kegiatan Pembelajaran

Lingkarilah huruf didepan jawaban yang paling benar dari setiap soal
dibawah ini:

1. Etilen ini adalah senyawa organik yang dapat dihasilkan oleh jaringan
tanaman, bersifat:
a. immobil dan berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman
b. immobil dan tidak berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman
c. mobil dan berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman
d. mobil dan tidak berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman
2. Dalam keadaan normal etilen akan berbentuk gas dengan struktur
kimia yang sangat sederhana dan berperan pada proses :
a. pematangan buah dalam fase klimakterik
b. pematangan buah dalam fase non klimakterik
c. penghambatan pematangan buah dalam fase klimakterik
d. penghambatan pematangan buah dalam fase non klimakterik
3. Konsentrasi etilen yang tertinggi ditemukan pada buah yang
mengalami klimakterik, hal ini berkaitan erat dengan:
a. laju respirasi dan pelepasan CO2 yang rendah
b. laju respirasi dan pelepasan CO2 yang tinggi
c. laju respirasi yang rendah dan pelepasan CO2 yang tinggi
d. laju respirasi yang tinggi dan pelepasan CO2 yang rendah

Modul Bahan Ajar Fisiologi Pasca Panen 8-10


4. Terdapat beberapa bukti yang kuat bahwa etilen dapat langsung
dibentuk dari:
a. asam linolenat, etanol dan β-alanin
b. asam piruvat (pyruvale), asetat dan format
c. akrilat, linolinat, etanol, dan propanol
d. semua jawaban benar
5. Etilen adalah hormon yang dapat meningkatkan aktivitas enzimatik
dalam jaringan, enzim-enzim tersebut adalah:
a. Lipase, protease, dan peroksidase
b. protease, peroksidase, dan amylase
c. katalase, lipase dan protease
d. katalase, peroksidase, dan amylase

b. Kunci Jawaban
1. c
2. a
3. b
4. a
5. d

Modul Bahan Ajar Fisiologi Pasca Panen 8-11

Anda mungkin juga menyukai