Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KULIAH

ZAT PENGATUR TUMBUH


(Etilen)

Oleh:
Kelompok 7 :
1. Antonius J.S
2. Umar Linggom
3. Yasri Andri J.P.

(1354211094)
(1354211093)
(1354211059)

Dosen:
Dra. Enny Mutrayarny, MP

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2014

ETILEN

1. Tinjauan Umum Etilen


Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh (C2H4) yang pada suhu
kamar berbentuk gas. Merupakan suatu senyawa kimia yang mudah menguap
yang dihasilkan selama proses masaknya hasil pertanian terutama pada buahbuahan dan sayur-sayuran. Pada hasil-hasil pertanian klimakterik, produksi etilen
sangat efektif selama fase permulaan klimakterik, sedangkan pada hasil-hasil
pertanian non klimakterik, produksi etilen terlihat meningkat setelah hasil
tersebut dipanen.
Etilen telah digunakan sejak Mesir kuno, yang akan luka buah ara untuk
merangsang pematangan (melukai merangsang produksi etilen oleh jaringan
tanaman). Orang Cina kuno akan membakar dupa di kamar tertutup untuk
meningkatkan pematangan pir. Pada tahun 1864, ditemukan bahwa gas bocor dari
lampu jalan menyebabkan pengerdilan pertumbuhan, memutar tanaman, dan
penebalan abnormal dari batang.
Pada tahun 1901, seorang ilmuwan Rusia bernama Dimitry Neljubow
menunjukkan bahwa komponen aktif adalah etilen Keraguan menemukan bahwa
etilen merangsang absisi pada tahun 1917. Ia tidak sampai 1934 yang Gane
melaporkan bahwa tanaman mensintesis etilen. Pada tahun 1935, Crocker
mengusulkan bahwa etilen adalah hormon tanaman yang bertanggung jawab untuk
pematangan buah serta penuaan dari vegetatif jaringan.
Etilen dapat memberi pengaruh negatif terhadap produk segar, karena etilen
akan mempercepat proses pematangan pada produk seperti pisang dan tomat,
sehingga produk menjadi cepat busuk, tetapi jika digunakan pada produk seperti
jeruk, maka dapat menghilangkan warna hijau (degreening), sehingga dihasilkan
jeruk dengan warna yang merata dan penampilannya lebih menarik.contoh produk
etilen yang akan dibahas sebagai berikut:

2. Tempat Sintetis
Produksi
etilen

oleh

organisme sering mudah

dilacak dengan kromatografi

gas,

dapat diserap dari jaringan

sebab

dalam

molekulnya

keadaan

hampa

kromatografi gas sangat

udara

berbagai

dan

macam

juga

karena

peka. Hanya beberapa jenis

bakteri yang dilaporkan menghasilkan etilen, dan belum diketehui adanya ganggang
yang mensintesis etilen. Etilen biasanya berpengaruh kecil pada pertumbuhan
organisme tersebut. Sesungguhnya, semua bagian dari semua tumbuhan berbiji
menghasilkan etilen. Buku pada batang kecambah dikotil menghasilkan jauh lebih
banyak etilen dari pada ruasnya, dengan perbandingan bobot jaringan yang sama.
Etilen diproduksi oleh tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin
yang esensial pada seluruh jaringan tumbuhan. Produksi etilen bergantung pada tipe
jaringan, spesies tumbuhan, dan tingkatan perkembangan. Etilen dibentuk dari
metionin melalui 3 proses, yaitu:
1. ATP merupakan komponen penting dalam sintesis etilen. ATP dan air akan
membuat metionin kehilangan 3 gugus fosfat.
2. Asam 1-aminosiklopropana-1-karboksilat sintase(ACC-sintase) kemudian
memfasilitasi produksi ACC dan SAM (S-adenosil metionin).
3. Oksigen dibutuhkan untuk mengoksidasi ACC dan memproduksi etilen. Reaksi
ini dikatalisasi menggunakan enzim pembentuk etilen.

Pembentukan etilen dalam jaringan-jaringan tanaman dapat dirangsang oleh


adanya kerusakan-kerusakan mekanis dan infeksi. Oleh karena itu adanya kerusakan
mekanis pada buah-buahan yang baik di pohon maupun setelah dipanen akan dapat
mempercepat pematangannya. Penggunaan sinar-sinar radioaktif dapat merangsang
produksi etilen. Pada buah persik yang disinari dengan sinar gama 600 krad ternyata
dapat mempercepat pembentukan etilen apabila diberikan pada saat pra klimakterik,
tetapi penggunaan sinar radioaktif tersebut pada saat klimakterik dapat menghambat
produksi etilen.
Produksi etilen juga dipengaruhi oleh faktor suhu dan oksigen. Suhu renah
maupun suhu tinggi dapat menekan produk si etilen. Pada kadar oksigen di bawah
sekitar 2 % tidak terbentuk etilen, karena oksigen sangat diperlukan. Oleh karena itu
suhu rendah dan oksigen renah dipergunakan dalam praktek penyimpanan buahbuahan, karena akan dapat memperpanjang daya simpan dari buah-buahan tersebut.
Aktifitas etilen dalam pematangan buah akan menurun dengan turunnya
suhu, misalnya pada Apel yang disimpan pada suhu 30 oC, penggunaan etilen dengan
konsentrasi tinggi tidak memberikan pengaruh yang jelas baik pada proses
pematangan maupun pernafasan. Pada suhu optimal untuk produksi dan aktifitas
etilen pada buah tomat dan apel adalah 32 oC, untuk buah-buahan yang lain suhunya
lebih rendah.
3. Bentuk Translokasi

4. Mekanisme
A. Pematangan Buah
Pematangan buah merupakan suatu variasi dari proses penuaan melibatkan
konversi pati atau asam-asam organik menjadi gula, pelunakan dinding-dinding sel,
atau perusakan membran sel yang berakibat pada hilangnya cairan sel sehingga
jaringan mengering. Pada tiap-tiap kasus, pematangan buah distimulasi oleh gas
etilen yang berdifusi ke dalam ruang-ruang antarsel buah. Gas tersebut juga dapat
berdifusi melalui udara dari buah satu ke buah lainnya, sebagai contoh satu buah apel
ranum akan mampu mematangkan keseluruhan buah dalam satu lot. Buah akan
matang lebih cepat jika buah tersebut disimpan di dalam kantung plastik yang
mengakibatkan gas etilen terakumulasi. Pada skala komersial berbagai macam buah
misalnya tomat sering dipetik ketika masih dalam keadaan hijau dan kemudian
sebagian dimatangkan dengan mengalirkan gas etilena.
Pada kasus lain, petani menghambat proses pematangan akibat gas etilen
alami. Penyimpanan buah apel yang dialiri dengan gas CO2 yang selain berfungsi
menghambat kerja etilen, juga mencegah akumulasi etilen. Dengan teknik ini buah
apel yang di panen pada musim gugur dapat disimpan untuk dijual pada musim
panas berikutnya.
B. Pengguguran Daun
Seperti halnya pematangan buah, pengguguran daun pada setiap musim
gugur yang diawali dengan terjadinya perubahan warna, kemudian daun mengering
dan gugur adalah juga merupakan proses penuaan. Warna pada daun yang akan
gugur merupakan kombinasi pigmen-pigmen baru yang dibentuk pada musim gugur,
kemudian pigmen-pigmen yang telah terbentuk tersebut tertutup oleh klorofil. Daun
kehilangan warna hijaunya pada musim gugur karena daun-daun tersebut berhenti
mensintesis pigmen klorofil.
Peranan etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak diketahui
daripada peranannya dalam hal perubahan warna daun yang rontok dan pengeringan
daun. Pada saat daun rontok, bagian pangkal tangkai daunnya terlepas dari batang.
Daerah yang terpisah ini disebut lapisan absisi yang merupakan areal sempit yang

tersusun dari sel-sel parenkima berukuran kecil dengan dinding sel yang tipis dan
lemah.
Pembentukan etilen dalam jaringan-jaringan tanaman dapat dirangsang oleh
adanya kerusakan-kerusakan mekanis dan infeksi. Oleh karena itu adanya kerusakan
mekanis pada buah-buahan yang baik di pohon maupun setelah dipanen akan dapat
mempercepat pematangannya. Penggunaan sinar-sinar radioaktif dapat merangsang
produksi etilen. Pada buah Peach yang disinari dengan sinar gama 600 krad ternyata
dapat mempercepat pembentukan etilen apabila diberikan pada saat pra klimakterik,
tetapi penggunaan sinar radioaktif tersebut pada saat klimakterik dapat menghambat
produksi etilen.
Produksi etilen juga dipengaruhi oleh faktor suhu dan oksigen. Suhu rendah
maupun suhu tinggi dapat menekan produksi etilen. Pada kadar oksigen di bawah
sekitar 2 % tidak terbentuk etilen, karena oksigen sangat diperlukan. Oleh karena itu
suhu rendah dan oksigen renah dipergunakan dalam praktek penyimpanan buahbuahan, karena akan dapat memperpanjang daya simpan dari buah-buahan tersebut.
Aktifitas etilen dalam pematangan buah akan menurun dengan turunnya suhu,
misalnya pada Apel yang disimpan pada suhu 30 oC, penggunaan etilen dengan
konsentrasi tinggi tidak memberikan pengaruh yang jelas baik pada proses
pematangan maupun pernafasan. Pada suhu optimal untuk produksi dan aktifitas
etilen pada buah tomat dan apel adalah 32 oC, untuk buah-buahan yang lain suhunya
lebih rendah.
5. Pengaruh/Respon
A. Ethylene sebagai hormon pematangan
Ethylene sebagi hormon akan mempercepat terjadinya klimakterik. Biale
(1960) telah membuktikan bahwa pada buah adpokat yang disimpan di udara biasa
akan matang setelah 11 hari, tetapi apabila disimpan dalam udara dengan kandungan
ethylene 10 ppm selama 24 jam buah adpokat tersebut akan matang dalam waktu 6
hari. Aplikasi C2H2 (Ethylene) pada buah-buahan klimakterik, makin besar
konsentrasi C2H2 sampai tingkat kritis makin cepat stimulasi respirasinya. Ethylene
tersebut bekerja paling efektif pada waktu tahap klimakerik, sedangkan penggunaan

C2H2 pada tahap post klimakerik tidak merubah laju respirasi. Pada buah-buahan
non klimakterik respon terhadap penambahan ethylene baik pada buah pra panen
maupun pasca panen, karena produksi ethylene pada buah non klimakterik hanya
sedikit.
Dari penelitian Burg dan Burg (1962), juga dapat diketahui bahwa ethylene
merangsang pemasakan klimakerik. Sedangkan menurut Winarno (1979) dikatakan
bahwa

uah-buahan

non

klimakterik

akan

mengalami

klimakterik

setelah

ditambahkan ethylene dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh buah non
klimakterik untuk percobaannya adalah jeruk. Di samping itu pada buah-buahan non
klimakterik apabila ditambahkan ethylene beberapa kali akan terjadi klimakterik
yang berulang-ulang. Penelitian Mattoo dan Modi (1969) telah menunjukkan bahwa
C2H2 meningkatkan kegiatan enzym-enzym katalase, peroksidase, dan amylase
dalam irisanirisan mangga sebelum puncak kemasakannya. Serta selama pemacuan
juga diketemukan zat-zat serupa protein yang menghambat pemasakan, dalam irisanirisan itu dapat hilang dalam waktu 45 jam. Perlakuan dengan C2H2 mengakibatkan
irisanirisan menjadi lunak dan tejadi perubahan warna yang menarik dari putih ke
kuning, yang memberi petunjuk timbulnya gejala-gejala kematangan yang khas.
B. Ethylene Pada Absisi Daun
Kehilangan daun pada setiap musim gugur merupakan suatu adaptasi untuk
menjaga agar tumbuhan yang berganti daun, selama musim dingin tetap hidup ketika
akar tidak bisa mengabsorpsi air dari tanah yang membeku. Sebelum daun itu
mengalami absisi, beberapa elemen essensial diselamatkan dari daun yang mati, dan
disimpan di dalam sel parenkhim batang. Nutrisi ini dipakai lagi untuk pertumbuhan
daun pada musim semi berikutnya.
Warna daun pada musim gugur, merupakan suatu kombinasi dari warna
pigmen merah yang baru dibuat selama musim gugur, dan warna karotenoid yang
berwarna kuning dan orange, yang sudah ada di dalam daun, tetapi kelihatannya
berubah karena terurainya klorofil yang berwarna hijau tua pada musim gugur.
Ketika daun pada musim gugur rontok, maka titik tempat terlepasnya daun
merupakan suatu lapisan absisi yang berlokasi dekat dengan pangkal tangkai daun.
Sel parenkhim berukuran kecil dari lapisan ini mempunyai dinding sel yang sangat
tipis, dan tidak mengandung sel serat di sekeliling jaringan pembuluhnya. Lapisan

absisi selanjutnya melemah, ketika enzimnya menghidrolisis polisakarida di dalam


dinding sel. Akhirnya dengan bantuan angin, terjadi suatu pemisahan di dalam
lapisan absisi. Sebelum daun itu jatuh, selapisan gabus membentuk suatu berkas
pelindung di samping lapisan absisi dalam ranting tersebut untuk mencegah patogen
yang akan menyerbu bagian tumbuhan yang ditinggalkannya.
Absisi diatur oleh perubahan keseimbangan etilen dan auksin. Lapisan absisi
dapat dilihat disini sebagai suatu lapisan vertikal pada pangkal tangkai daun. Setelah
daunnya gugur, suatu lapisan pelindung dari gabus, menjadi bekas tempelan daun
yang membantu mencegah serbuan patogen. Suatu perubahan keseimbangan etilen
dan auksin, mengontrol absisi. Daun yang tua, menghasilkan semakin sedikit auksin;
yang menyebabkan sel lapisan absisi lebih sensitif terhadap etilen. Pada saat
pengaruh etilen terhadap lapisan absisi kuat, maka sel itu memproduksi enzim, yang
mencerna sellulose dan komponen dinding sel lainnya.
C. Ethylene dan Permeablitas Membran
Ethylene adalah senyawa yang larut di dalam lemak sedangkan memban dari
sel terdiri dari senyawa lemak. Oleh karena itu ethylene dapat larut dan menembus
ke dalam membran mitochondria. Apabila mitochondria pada fase pra klimakterik
diekraksi kemdian ditambah ethylene, ternyata terjadi pengembangan volume yang
akan meningkatkan permeablitas sel sehingga bahan-bahan dari luar mitochondria
akan

dapat

masuk.

Dengan

perubahan-perubahan

permeabilitas

sel

akan

memungkinkan interaksi yang lebih besar antara substrat buah dengan enzym-enzym
pematangan.
D. Ethylene dan Aktiitas ATP-ase
Ethylene mempunai peranan dalam merangsang aktiitas ATP-ase dalam
penyediaan energi yang dibutuhkan dalam metabolisme. ATP-ase adalah suatu
enzym yang diperlukan dalam pembuatan enegi dari ATP yang ada dalam buah.
Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:
ATP ----------------------- ADP + P -------------------------- Energi
ATP-ase
E. Ethylene sebagai Genetic Derepression

Pada reaksi biolgis ada dua faktor yang mengontrol jalannya reaksi. Yang
pertama adalah Gene repression yang menghambat jalannya reaksi yang berantai
untuk dapat berlangsung terus. Yang kedua adalah Gene Derepression yaitu faktor
yang dapat menghilangkan hambatan tersebut sehingga reaksi dapat berlangsun.
Selain itu ethylene mempengaruhi proses-proses yang tejadi dalam tanaman
termasuk dalam buah, melalui perubahan pada RNA dan hasilya adalah perubahan
dalam sintesis protein yang diatur RNA sehingga pola-pola enzym-enzymnya
mengalami perubahan pula.
6. Aplikasi Dibidang Pertanian
Etilen diformulasikan dengan senyawa-senyawa lain, membentuk formula
misalnya etepon. Etepon adalah zat pengatur pertumbuhan tanaman yang bekerja
secara sistemik. Etepon dapat terdekomposisi menjadi etilen, fosfat dan ion klorida
saat dilarutkan dalam air pada pH diatas 4-5. Etepon dapat merangsang pembungaan
tanaman nanas sehingga tanaman nanas dapat berbuah lebih cepat daripada tanaman
yang tidak diberi Etepon. Selain itu, penggunaan 2,5% atau 2,02 % Etepon pada
tanaman karet dapat meningkatkan hasil lateks. Sedangkan LET 200 (etilen dalam
bentuk

gas)

dapat

meningkatkan

produksi

karet

kering

sangat

nyata. Contoh produk etilen yang berfungsi sebagai Plant growth regulator adalah
ethrel dari bayer.
Ethrel bekerja dengan cara sistemik. Sesaat setelah masuk ke dalam lapisan
tanaman melalui penyemprotan, Ethrel akan mengalami proses dekomposasi
menjadi ethylene, yang mempengaruhi proses pematangan buah. Ethrel juga dapat
digunakan untuk merangsang keluarnya warna buah dengan cara meningkatkan
kandungan anthocianin sehingga tampilan buah menjadi lebih menarik.
A. Menekan Hormon Auxin
Ethrel biasa digunakan pada perkebunan karet untuk menutup luka bidang
sadap. Ethilen yang dihasilkan akan menekan jumlah hormon auxin yang dapat
merangsang tumbuhnya akar di bekas luka. Dengan mekanisme seperti ini maka
pembentukan kalus pada luka bidang sadap akan terhambat dan luka akan menutup
dengan baik.

B. Jangan Diaplikasikan Pada Pencangkokkan (Air Layering)


Dengan cara kerja Ethrel yang menekan hormon auksin maka Ethrel tidak
dapat digunakan pada proses perbanyakan tanaman melalui cara pencangkokkan (air
layering). Hal ini disebabkan berkurangnya kadar hormon auksin pada tanaman akan
menghambat proses keluarnya akar pada bidang cangkokan.
C. Aplikasikan Pada Pencincinan
Pencincinan ( cincturing / girdling ) adalah suatu metode pembuatan luka
melalui pengeratan melingkar untuk menghilangkan kulit batang selebar kira-kira 3
mm. Teknik cinturing biasa digunakan untuk merangsang tanaman seperti leci,
kelengkeng dan mangga untuk memasuki periode generatifnya. Dengan adanya luka
ini, maka sirkulasi gula - karbohidrat dari hasil fotosintesa menuju akar akan
terputus, timbunan karbohidrat di pucuk tanaman inilah yang akan memunculkan
bunga.Pengaplikasian Ethrel pada tanaman untuk mematangkan buah akan
membawa efek positif pada penyatuan kembali bidang luka eks perlakuan teknik
cinturing.
D. Memunculkan Warna Buah
Di dalam tubuh tanaman, Ethrel akan didekomposisi menjadi hormon
ethylen, Ethylen adalah hormon yang merangsang pematangan buah. Pada praktek
sehari-hari, gas ethylen selain digunakan untuk merangsang pembungaan nanas,
ternyata gas ethylen juga telah banyak diaplikasikan oleh petani jeruk untuk
memunculkan warna kuning dari kulit buah, hal ini disebabkan oleh aktifnya zat
anthocianin di kulit buah sehingga buah akan lebih "berwarna".

Anda mungkin juga menyukai