Oleh:
Khoirunnisa Arijah
NIM A1H012057
I;
PENDAHULUAN
A; Latar Belakang
Bebuahan merupakan komoditi pertanian yang penting sebagai bahan
konsumsi manusia. Bebuahan mengandung serat, vitamin, mineral, serta zat-zat
lain yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kandungan yang ada di dalamnya akan
optimum apabila dikonsumsi dalam keadaan segar. Untuk mempertahankan
kesegaran bebuahan dan sayuran diperlukan penanganan khusus mulai dari teknik
pemanenan, umur panen, dan teknik penyipanan. Karena sifat alami masingmasing komoditi berbeda, maka perlakuannya pun juga berbeda sesuai
karakteristiknya.
Berdasarkan sifat alaminya, bebuahan dibagi menjadi dua kelompok yakni
bebuahan klimakterik dan non-klimakterik. Bebuahan klimakterik adalah buah
yang mampu melakukan pematangan hingga maksimal kemudian pembusukan
setelah pemanenan. Sedangkan bebuahan non-klimakterik adalah buah yang tidak
dapat melakukan pematangan lagi melainkan pembusukan saja setelah
pemanenan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pematangan bebuahan
setelah pemanenan antara lain gas etilen dan kadar oksigen lingkungan. Dengan
mengetahui sifat alami bebuahan dan faktor penentu kamatangan, diharapkan kita
mampu menentukan penanganan terbaik.
B; Tujuan
II;
TINJAUAN PUSTAKA
tidak
ada
(Pantastico,
1989).
Etilen diproduksi oleh tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin
yang esensial pada seluruh jaringan tumbuhan. Produksi etilen bergantung pada
tipe jaringan, spesies tumbuhan, dan tingkatan perkembangan. Etilen dibentuk
dari
metionin
melalui
proses:
ATP merupakan komponen penting dalam sintesis etilen. ATP dan air akan
membuat
metionin
kehilangan
gugus
fosfat.
produksi
ACC
dan
SAM
(S-adenosil
metionin).
dikatalisasi
menggunakan
enzim
pembentuk
etilen.
Pada bidang pertanian etilen digunakan sebagai zat pemasak buah. Etilen
adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan auksin, griberelin
dan sitokinin. Dalam keadaan normal, etilen akan berbentuk gas dan struktur
kimianya sangat sederhana sekali. Etilen di alam akan berpengaruh apabila terjadi
perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan dalam
proses pematangan buah dalam fase klimaterik.
Perlakuan pada buah mangga dengan menggunakan etilen pada konsentrasi yang
berbeda akan mempengaruhi proses pemasakan buah. Pemasakan buah ini terlihat
dengan adanya struktur warna kuning, buah yang lunak dan aroma yang khas.
Kecepatan pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong pemecahan
tepung dan penimbunan gula. Proses pemecahan tepung dan penimbunan gula
tersebut merupakan proses pemasakan yang ditandai dengan perubahan warna,
tekstur dan bau buah.
Proses sintesis protein terjadi pada proses pematangan seacra alami atau
hormonal, dimana protein disintesis secepat dalam proses pematangan.
Pematangan buah dan sintesis protein terhambat oleh siklohexamin pada
permulaan fase klimatoris setelah siklohexamin hilang, maka sintesis etilen tidak
mengalami hambatan. Sintesis ribonukleat juga diperlukan dalam proses
pematangan. Etilen akan mempertinggi sintesis RNA pada buah mangga yang
hijau.
Etilen dapat juga terbentuk karena adanya aktivitas auksin dan etilen mampu
menghilangkan aktivitas auksin karena etilen dapat merusak polaritas sel
transport, pada kondisi anearob pembentukan etilen terhambat, selain suhu O2
juga berpengaruh pada pembentukan etilen. Laju pembentukan etilen semakin
menurun pada suhu di atas 300C dan berhenti pada suhu 400C, sehingga pada
penyimpanan buah secara masal dengan kondisi anaerob akan merangsang
pembentukan etilen oleh buah tersebut. Etilen yang diproduksi oleh setiap buah
memberi efek komulatif dan merangsang buah lain untuk matang lebih cepat.
Buah berdasarkan kandungan amilumnya, dibedakan menjadi buah klimaterik dan
respirasi
klimaterik
melalui
dua
cara,
yaitu:
respirasi
dipercepat.
muda, dan embrio dalam biji. Pembentukan ethilen dipengaruhi oleh beberapa
faktor, pertama kerusakan mekanis, adanya kerusakan pada jaringan tanaman
menyebabkan
peningkatan
pembentukan
ethilen.
Produksi
ethilen
juga
dipengaruhi oleh faktor suhu dan oksigen. Suhu rendah maupun suhu tinggi dapat
menekan produk ethilen. Pada kadar oksigen di bawah 2 % tidak terbentuk
ethilen, karena oksigen sangat diperlukan. Oleh karena itu suhu rendah dan
oksigen rendah digunakan dalam praktek penyimpanan buah-buahan, karena akan
dapat memperpanjang daya simpan dari buah-buahan tersebut (Kamarani, 1986).
Proses pematangan pada buah terjadi dalam dua proses. Pertama, etilen
mempengaruhi permeabilitas membran sehingga daya permebilitas menjadi lebih
besar. Kedua, etilen merangsang sintesis protein yang menyebabkan kandungan
protein meningkat. Protein yang terbentuk akan terlihat dalam proses pematagan
buah karena akan meningkatkan enzim yang mendorong terjadinya respirasi
klimaterik (Wereing dan Phillips, 1970). Klimaterik merupakan suatu fase dimana
banyak terjadi perubahan pada buah. Klimaterik juga diartikan sebagai suatu
keadaan auto stimulation dalam buah sehingga buah menjadi matang yang
disertai dengan adanya peningkatan proses respirasi (Hall, 1984). Proses
klimaterik dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu klimaterik menaik, pucak
klimaterik dan klimaterik menurun (Kusumo, 1990).
Selain dampak yang menguntungkan, ternyata gas etilen itu sendiri memiliki
dampak yang tidak diinginkan, yaitu :
1; Mempercepat senensen dan menghilangkan warna hijau pada buah seperti
mentimun dan sayuran daun.
2; Mempercepat pemasakan buah selama penanganan dan penyimpanan.
3; Russet spoting pada selada.
4; Pertunasan kentang.
5; Gugurnya daun (kol bunga, kubis, tanaman hias).
6; Pengerasan pada asparagus.
7; Mempersingkat masa simpan dan mengurangi kualitas bunga.
8; Gangguan fisiologis pada tanaman umbi lapis yang berbunga.
9; Pengurangan masa simpan buah dan sayuran.
III;
METODOLOGI
1;
2;
3;
4;
5;
6;
7;
Plastik
Pisau
Buah pisang
Buah Mangga
Buah Tomat
Buah jambu biji
Buah belimbing
Buah jeruk manis
B; Prosedur Kerja
Menyiapkan 4 plastik, 4 buah pisang/tomat/mangga/jambu biji/belimbing
mentah, 1 buah jeruk manis dan 1 buah pisang/tomat/jambu biji/belimbing
masak.
Memasukkan pisang/tomat/mangga/jambu biji/belimbing mentah pada
wadah A.
Memasukkan pisang/tomat/mangga/jambu biji/belimbing mentah yang
diberi perlukaan dan jeruk masak ke wadah B.
Memasukkan pisang/tomat/mangga/jambu biji/belimbing mentah yang
diberi perlukaan dengan menggunakan pisau lalu memasukkannya ke
dalam wadah C.
Memasukkan pisang/tomat/mangga/jambu biji/belimbing mentah tanpa
perlakuan dan jeruk manis ke dalam wadah D.
Mengamati perubahan yang terjadi selama pada hari ke-0, 2, 4 dan 6.
Mencatat hasil pengamatan
wadah 0
warna
A
B
C
D
6
warna tekstur
Keterangan :
A
IV;
TERLAMPIR
B; Pembahasan
Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal
dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun.
Etilen disebut juga ethane Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase
gas, sehingga disebut juga gas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan mudah
menguap.
Etilen adalah suatu senyawa kimia yang mudah menguap yang dihasilkan selama
proses masaknya hasil pertanian terutama bebuahan dan sayuran (Hadiwiyoto,
1981).
Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar
berbentuk gas. Etilen dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman hidup, pada waktuwaktu tertentu senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan penting
dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian (Winarno, 1992).
Etilen adalah suatu gas yang dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan
sebagai hormon yang aktif dalam proses pematangan. Disebut hormone karena
dapat memenuhi persyaratan sebagai hormone, yaitu dihasilkan oleh tanaman,
bersifat mobil dalam jaringan tanaman dan merupakan senyawa organik. Secara
tidak disadari, penggunaan etilen pada proses pematangan sudah lama dilakukan,
jauh sebelum senyawa itu diketahui nama dan peranannya (Aman, 1989).
Pada bidang pertanian etilen digunakan sebagai zat pemasak buah. Etilen
mempengaruhi pemasakan buah dengan mendorong pemecahan tepung dan
penimbunan gula. Etilen dapat mempercepat pematangan buah. Perubahan
tingakat keasaman dalam jaringan juga akan mempengaruhi aktivitas beberapa
enzim diantaranya adalah enzim-enzim pektinase yang mampu mengkatalis
degradasi protopektinyang tidak larut menjadi substansi pektin yang larut.
Perubahan komposisi substansi pektin ini akan mempengaruhi kekerasan buahbuahan (Kays 1991).
Buah klimaterik adalah buah yang banyak mengandung amilum. Buah
klimaterik ditandai dengan peningkatan CO2 secara mendadak, yang dihasilkan
selama pematangan. Klimaterik adalah suatu periode mendadak yang khas pada
buah-buahan tertentu, dimana selama proses tersebut terjadi serangkaian
perubahan biologis yang diawali dengan proses pembentukan etilen, hal tersebut
ditandai dengan terjadinya proses pematangan (Kartasapoetra, 1989).
Contohnya meliputi
DAFTAR PUSTAKA
Aman, M. 1989. FISIOLOGI PASCA PANEN. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kartasapoetra, 1994. ILMU PENGETAHUAN BAHAN PANGAN. PT. Gramedia
Pustaka
Utama,
Jakarta.
dan
kebudayaan
direktorat
pendidikan
menengah
kejuruan.
Winarno, F.G. 1992. KIMIA PANGAN DAN GIZI. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Hall, J.L. 1984. Plany Cell Structure and Metabolism. England: Language Book
society.
Kamarani. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Kays, S. J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. New York : An
AVI Book.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuhan Tanaman. Jakarta: Yasaguna.
Kartasapoetra. 1989. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta. Bina Aksara.
Biale J.B. 1960. Respiration of fruits.. Springer-Verlag (Berlin)