Anda di halaman 1dari 3

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk menghindari kerusakan yang tinggi pada hasil pertanian, sebaiknya segera
dilakukan pencucian agar hasil pertanian terbebas dari kotoran, hama dan penyakit. Pencucian
menggunakan air bersih yang mengalir untuk menghindari kontaminasi.
Hasil pertanian setelah dipanen perlu dilakukan sortasi dan pembersihan, dengan cara
memisahkan hasil pertanian yang berkualitas kurang baik (cacat, luka, busuk dan bentuknya
tidak normal) dari hasil pertanian yang berkualitas baik. Pada proses sortasi ini dapat sekaligus
dilakukan proses pembersihan (membuang bagian bagian yang tidak diperlukan). Pembersihan
dapat dilakukan dengan pisau / parang.
Setelah sortasi dan pembersihan selesai, selanjutnya dilakukan penggolongan /
pengkelasan (grading). Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil pertanian yang bermutu
baik dan seragam dalam satu golongan / kelas yang sama sesuai standar mutu yang telah
ditetapkan atau atas permintaan konsumen.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
2.1.1 Cleaning
PEMBERSIHAN (CLEANING) Untuk beberapa komoditi seperti buah kiwi dan
apokat, sikat kering mungkin lebih sesuai digunakan untuk membersihkannya.Akan
tetapi untuk komoditi yang lainnya seperti pisang dan wortel membutuhkan
pencucian. Pemilihan apakah penyikatan atau pencucian akan tergantung pada
jenis komoditi dan jenis kontaminasinya. Sanitasi adalah sangat diperlukan, baik
untuk mengendalikan penyebaran penyakit dari satu produk ke produk lainnya
maupun untuk membatasi penimbunan spora pada air cucian atau dalam udara di
bangsal pengemasan. Perlakuan dengan klorin (100-150 ppm) dapat digunakan
dalam air pencucian untuk membantu pengendalian penimbunan patogen selama
operasi bangsal pengemasan (Moline 1984).
2.1.2 Sorting

caca- widyastuti, 1997


2.1.3 Grading'
caca- mansyur 2007
2.2 Klasifikasi Bahan
2.2.1 Umbi Rambat

Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis Amerika.
Ubi jalar dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun di pegunungan dengan suhu 27 0C dan lama
penyinaran 11-12 jam perhari (Soemartono, 1984). Pada tahun 1960, ubi jalar sudah tersebar ke
hampir setiap daerah Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua dan Sumatra.
Namun sampai saat ini hanya Papua saja yang memanfaatkan ubi jalar sebagai makanan pokok,
walaupun belum menyamai padi dan jagung (Suprapti, 2009)
2.2.2 Kentang

caca- beukema, 1977

2.3 faktor yang mempengaruhi


caca- tidak ada dapus
Daftar Pustaka
Beukema, H.P. 1977. Potato production. International Agriculture Centre,
Wageningen.
Fellow, A.P. 2000. Food Procession Technology, Principles and Practise.2nd ed. Woodread.Pub.Lim.
Cambridge. England. Terjemahan Ristanto.W dan Agus Purnomo
mansyur. 2007. analisis kelayakan aspek pemasaran pendirian pusat gedung
grading industri. tambun.
Moline, H.E. 1984. Diagnosis of postharvest diseases and disorders. Pp. 17-23. in: H.E. Moline

(Ed.), postharvest pathology of friuts and vegetables: postharvest losses in perishable


crops. Agricultural Experiment Station, University of California, Berkeley, California.
Soemartono. 1984. Ubi Jalar. CV Yasaguna, Jakarta. Hal: 44.

Suprapti, L. 2009. Tepung Ubi Jalar, Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius.


Yogyakarta. Hal: 2-15.
Widyastuti, Yuli. 1997. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial. Trubus
Agriwidya, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai