Anda di halaman 1dari 18

PAPER FISIOLOGI TUMBUHAN

INDUKSI PEMBUNGAAN TANAMAN NANAS


(Ananas comosus (L.) Merr) Oleh GAS ETILEN

Disusun Oleh :

Nama : Moch Taufiq Zulmanarif

Nim : 155040207111046

Kelas : F

Dosen Pembimbing :

Dr.Ir. Ellis Nihayati, MS.

PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERISTAS BRAWIJAYA

MALANG

2016
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki
keragaman dari jenis buah-buahan yang ada di dunia. Pengembangan
buah-buahan yang ada di Indonesia saat ini masih belum dikembangkan
secara berkelanjutan, prospek pengembangan buah di Indonesia sangat
tinggi. Dari sisi ekonomi permintaan ekspor nanas selalu meningkat, rata-
rata 4,62% per tahun. Pemasaran nanas ke luar negeri dihadapkan pada
beberapa masalah antara lain, tidak dapat memenuhi standar kualitas
pasar dunia, kontuinitas dan jumlah pasokan tidak terjamin Astoko (2014)
dalam Sekjen Kementan (2015). Hal ini memberikan peluang untuk
pengembangan teknik budi daya maupun pasca panen dari buah nanas
untuk dapat bersaing dengan produk-produk nanas dari negara lain.
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat
yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai
prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi
hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai
ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses
adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
jenisnya. Terdapat banyak hormon dalam tumbuhan itu sendiri, tapi khusus kali ini akan
membahas mengenai Hormon Etilen. Nanas merupakan salah satu keluarga
Bromeliaceae yang harus dibantu dalam proses pembungaannya dengan
bantuan pemberian etilen dari luar untuk mempercepat proses
pembungaan. Dalam proses pembungaan nanas dapat terjadi ketika
pemberian etilen. Proses pembungaan buah nanas merupakan problem
pada penanaman nanas yang dapat menggangu permintaan dan
penurunan kebutuhan pasar. Pembungaan alami dapat terjadi dengan
berbagai macam kondisi lingkungan, yakni temperatur malam yang
rendah, fotoperiodik yang pendek, kekurangan air, stimulasi geotropic dan
manajemen stres pada tanaman contoh pemukulan pangkal batang.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil dengan
memperbaiki metode yang ada sehingga dapat ditingkatkan hasil. Dalam
upaya peningkatan yang dilakukan salah satunya upaya yang dilakukan
adalah pemeliharan, salah satu cara yang digunakan petani adalah
perangsangan pembungaan. Agar tanaman nenas dapat berbunga
serentak dan di panen sesuai dengan keinginan, maka dapat dilakukan
perangsangan pembungaan. Pembungaan nanas dapat dirangsang
dengan menggunakan gas ethylene, CA carbida atau menggunakan
Ethrel. Dengan beberapa penjelasan di atas sangat penting kaitannya hormon ini baik pada
fase generatif maupun vegetatif. Karena dengan bantuan hormon ini dapat dilakukan
percepatan fase pertumbuhan tanaman.

1.2 Tujuan
Dalam penulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fisiologi Tumbuhan mengenai fitohormon salah satunya hormon etilen
yang memiliki beragam fungsi tergantung oleh jenis tanaman, tujuan
pemberian etilen dan jenis etilen yang digunakan itu sendiri, pada
pembahasan kali ini bertujuan untuk mengetahui percepatan proses
pembungaan selain itu untuk dapat mengetahui pengaruh hormon etilen
terhadap pembungaan tanaman nanas.
2. Tinjauan Pustaka

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Nanas


Pertumbuhan adalah pertambahan volume yang meliputi
pembelahan dan pemanjangan sel serta proses awal dari
diferensiasi,sedangkan perkembangan adalah spesialisasi struktur dan
fungsi dari sel membentuk jaringan dan organ tanaman. Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam
kehidupan dan perkembangan satu spesies. Pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur
hidup, bergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon,
dan substansi pertumbuhan lainnya serta lingkungan yang mendukung
(Gardner dkk, 1991).

Tanaman ini dapat digolongkan ke dalam kelas monokotil yang


bersifat tanaman yang mempunyai rengkaian bunga dan buah yang
terdapat pada ujung batang. Tumbuhnya meluas dengan menggunakan
tunas yang berkembang menjadi cabang-cabang vegetatif. Pada cabang
tersebut kelak dihasilkan buah Lisdiana dan Soemadi (1997) dalam
Sitepu (2003). Bagian-bagian nanas antara lain daun, batang, mahkota,
tunas, tangkai buah, tunas yang muncul dari ketiak daun di batang
(shoot) tunas yang muncul dari batang di bawah permukaan (secker)
dan akar Lisdiana dan Soemadi (1997) dalam Sitepu (2003). Pada fase
pertumbuhan vegetatif, panjang daun terus meningkat semai mencapai
maksimum sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Daun
tumbuh dari batang dengan susunan spiral, menuju ke atas dengan
arah putaran keimanan atau ke kiri.

Nanas umumnya diperbanyak secara vegetative mengunakan


anakan atau tunas mahkota, karena tanaman tersebut bersifat
partenokapri (tidak menghasilkan biji) akan tetapi perbanyakan
tanaman secara vegetative menggunakan anakan atau mahkota buah
dihadapkan pada kendala berupa terbatasnya jumlah propagula yang
dihasilkan. mahkota buah selalu terbawa bersama sama dengan buah
pada waktu dipasarkan, sedangkan anakan sering kali jumlahnya
terbatas. Disamping itu, umumya ukuran anakan yang diperoleh
sangatlah beragam, sehingga menimbulkan keragaman yang tinggi
dalam hal waktu berbunga dan pembentukan buah. Oleh karena itu
dalam perbanyakan nanas perlu dilakuakan dengan pemotongan
mahkota sehingga nanti didapatkan bahan tanaman yang lebih banyak.

Apabila ketersediaan bibit dari bagian vegetatif tanaman nanas


terbatas, maka diperlukan metode perbanyakan bibit yang dapat
menghasilakan bahan tanam dalam jumlah besar. Pemotongan ialah
salah satu metode yang dapat menghasilkan bibit dalam jumlah besar
dan dalam waktu yang singkat. Pembotongan yang umum dilakukan
pada tanaman nanas ialah pemotongan mahkota Bartholomew et al
(2003) dalam Florina (2009). Pemotongan bibit yang umum dilakukan
ialah dengan pemotongan makro, dimana hanya akan dihasilkan bibit
dengan jumlah yang terbatas akibat hasil pembelahan makro. Pada
kondisi ketersediaan bibit yang terbatas maka pada penelitian ini akan
dilakukan pembelahan mikro. Pemotogan makro pada mahkota buah
dilakukan dengan cara bahan tanam dibelah melintang menjadi 2 dan 4
bagian yang sama besar kemudian setiap belahan menjadi 2 dan 4
bagian.

2.2 Sintesis Cara Kerja Etilen


Hormon Gas Etilen adalah hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman
aktif dalam proses pematangan buah. Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis
ethylen berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai. (misalnya:
Etephon, Protephon) merk dagang antara lain: Prothephon 480SL. Gas Etilen banyak
ditemukan pada buah yang sudah tua (Kirk & Othmer, 1977). Struktur kimia etilen
sangat sederhana sekali yaitu terdiri dari dua atom karbon dan empat atom hidrogen seperti
yang terlihat pada struktur kimia pada skema berikut:

Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal dalam
tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen disebut juga
ethane. Selain itu Etilen ( IUPAC nama: etena) adalah senyawa organik, sebuah hidrokarbon
dengan rumus C2H4 atau H2C=CH2 (Salisbury dan Ross, 1992). Etilen adalah gas mudah
terbakar tidak berwarna dengan samar manis dan musky bau ketika murni. Ini adalah yang
paling sederhana alkena (hidrokarbon dengan karbon-karbon ikatan rangkap ), dan paling
sederhana hidrokarbon tak jenuh setelah asetilena (C2H2). Etilen diproduksi oleh tumbuhan
tingkat tinggi dari asam amino metionin yang esensial pada seluruh jaringan tumbuhan.
Produksi etilen bergantung pada tipe jaringan, spesies tumbuhan, dan tingkatan
perkembangan (Salisbury dan Ross, 1992). Etilen dibentuk dari metionin melalui 3 proses
(McKeon dkk, 1995):
1. ATP merupakan komponen penting dalam sintesis etilen. ATP dan air akan membuat
metionin kehilangan 3 gugus fosfat.

2. Asam 1-aminosiklopropana-1-karboksilat sintase(ACC-sintase) kemudian


memfasilitasi produksi ACC dan SAM (S-adenosil metionin).

3. Oksigen dibutuhkan untuk mengoksidasi ACC dan memproduksi etilen. Reaksi ini
dikatalisasi menggunakan enzim pembentuk etilen.

Produksi etilen Etilen adalah senyawa organic hidrokarbon paling sederhana (C 2H4)
berupa gas berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman. Etilen dikategorikan sebagai
hormon alami untuk penuaan dan pemasakan dan secara fisiologis sangat aktif dalam
konsentarsi sangat rendah (<0.005 uL/L) (Wills et al. dalam Utama, 2001). Klasifikasi
komoditi hortikultura berdasarkan laju respirasinya dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju produksi etilen


Pembentukan etilen dalam jaringan-jaringan tanaman dapat dirangsang oleh adanya
kerusakan-kerusakan mekanis dan infeksi. Oleh karena itu adanya kerusakan mekanis pada
buah-buahan yang baik di pohon maupun setelah dipanen akan dapat mempercepat
pematangannya. Penggunaan sinar-sinar radioaktif dapat merangsang produksi etilen. Pada
buah Peach yang disinari dengan sinar gama 600 krad ternyata dapat mempercepat
pembentukan etilen apabila diberikan pada saat pra klimakterik, tetapi penggunaan sinar
radioaktif tersebut pada saat klimakterik dapat menghambat produksi etilen. Produksi etilen
juga dipengaruhi oleh faktor suhu dan oksigen. Suhu renah maupun suhu tinggi dapat
menekan produk si etilen. Pada kadar oksigen di bawah sekitar 2 % tidak terbentuk etilen,
karena oksigen sangat diperlukan. Oleh karena itu suhu rendah dan oksigen renah
dipergunakan dalam praktek penyimpanan buah-buahan, karena akan dapat memperpanjang
daya simpan dari buah-buahan tersebut. Aktifitas etilen dalam pematangan buah akan
menurun dengan turunnya suhu, misalnya pada Apel yang disimpan pada suhu 30 oC,
penggunaan etilen dengan konsentrasi tinggi tidak memberikan pengaruh yang jelas baik
pada proses pematangan maupun pernafasan. Pada suhu optimal untuk produksi dan aktifitas
etilen pada buah tomat dan apel adalah 32 oC, untuk buah-buahan yang lain suhunya lebih
rendah.

2.3 Cara Kerja Etilen Terhadap Tanaman Nanas


Produksi etilen pada buah nanas yang masih kurang dapat diatasi
dengan pemberian tilen eksternal. Berikut cara kerja dari hormon gas
etilena terhadap induksi pembungaan pada buah nanas.

A. Penggunaan etilen dan bahan karbon aktif untuk proses induksi


bunga

Dalam menentukan tingkat kematangan tanaman, tanaman nanas di


tahap perkembangan yang berbeda diinduksi untuk berbunga. perlakuan induksi pembungaan
diterapkan pada 1 MAP (bulan (s) setelah tanam) hingga 8 MAP melalui agen induksi baru:
zeothene. Zeothenes (juga dikenal sebagai 'pil etilena') adalah zeolit mutiara sarat dengan gas
etilen murni yang dirilis pada kontak dengan air (Parton, 2001). Setiap zeothene beratnya
sekitar 13,5 mg dan mengandung sekitar 0,7 mL gas etilen murni. Tiga sampai empat
zeothenepearls weredroppedinto secangkir thecentral dari setiap tanaman (n = 25) dimana
kontak dibuat dengan berdiri yang air piala. Zeothenes telah ditemukan untuk berhasil
menginduksi pembungaan di banyak spesies Bromeliaceae hias seperti sebagai Guzmania,
Aechmea, Billbergia, Vriesea dan Tillandsia (Parton, 2001; Plever, 2004). Seorang agen
induksi bunga solid mirip (Etilena klatrat) sebelumnya telah diuji dan disetujui oleh Soler
(1985). Satu bulan setelah berbunga induksi, meristem apikal itu diperiksa secara visual
dengan membuat bagian batang memanjang. karakter meristem apikal vegetatif bentuk
kubah datar, sementara tanaman generatif menunjukkan perpanjangan vertikal apikal
meristem (Kerns et al, 1936;. Bartholomew, 1977; Wee danRao, 1979). karakteristik tanaman
seperti tanaman berat segar (g), jumlah daun, D-daun (= daun terbesar dari tanaman; Krauss,
1948) panjang (cm), D-daun berat segar (g), lebar D-daun diukur di dasar (cm) dan lebar D
daun diukur pada tengah, yang juga mencatat 1 bulan setelah berbunga induksi.

Efisiensi lima agen induksi pembungaan berbeda adalah dibandingkan, yaitu zeothene,
Ethephon, etilena dilarutkan dalam air,etilena dilarutkan dalam air dengan karbon aktif dan
aplikasi lapangan gas etilen komersial. Setiap pengobatan adalah diterapkan untuk 100
tanaman di berbunga komersial optimal saat induksi (8-9 MAP) dan diulang tiga kali.
Para agen induksi berbunga dibawa ke dalam cangkir pusat tanaman, kecuali untuk lapangan
gas etilen komersial Aplikasi yang dicapai dengan menyemprotkan seluruh pabrik dengan
campuran air dan karbon aktif (Smurfit-Stone, Calgon Karbon Corporation, Pittsburgh, PA,
USA) sebagai pembawa untuk gas dengan berarti dari sprayer bertekanan. Ini adalah bunga
standar aplikasi induksi perkebunan dan terdiri dari 2,272 kg/gas etilen disemprot dengan
campuran 7000 air L dan 20 kg karbon aktif per hektar (Hepton, 2003; Saltare'n, L., pribadi
komunikasi).Untuk alasan praktis, sejumlah tertentu zeothenes digunakan
untuk membuat solusi etilena-air. Tiga konsentrasi yang berbeda dibuat: 0,389 g C2H4 / L,
0,292 g C2H4 / L dan 0,195 g C2H4 / L sesuai masing-masing 100%, 75% dan 50%
dari dosis komersial yang dijelaskan di atas. Kedua maksimum dan konsentrasi minimum
solusi etilena-air yang diulang dengan penambahan 2,86 g / L karbon aktif (sama dengan
dosis komersial 20 kg karbon aktif di 7000 L air / ha). Ethephon (Ethrel, Bayer CropScience,
Jerman) diberikandengan dosis komersial 0,5 Ethephon kg (bahan aktif) per
hektare terlarut pada tahun 2000 air L dengan 5% urea dan membawa pada pH 3
(Bartholomew et al., 2003).
Zeothenes yang diterapkan seperti yang dijelaskan di bawah '' Penentuan nanas tanaman
jatuh tempo ''. Efisiensi dari berbunga yang berbedaagen induksi dievaluasi dengan
menghitung jumlah tanaman yang berada di tahap perkembangan bunga yang sama tepat
pada 73 DAI (Hari setelah induksi). Periode waktu ini dipilih sewenang-wenang untuk
memfasilitasi penghitungan. Enam tahap perkembangan utama bunga adalah dibedakan:
pembukaan piala apikal, tunas merah panggung (= Tip perbungaan terlihat), 1 bunga (=
kelopak terendah adalah terlihat), bunga 2 (= tengah kelopak terlihat), bunga 3 (= atas
kelopak terlihat) dan tahap layu (= semua kelopak yang layu) (Rohrbach dan Taniguchi,
1984; Ruiz, J., komunikasi pribadi). perawatan induksi pembungaan dengan homogenitas
tinggi memiliki tinggi persentase tanaman dalam tahap perkembangan yang sama. Ini akan
menyebabkan bunga disinkronkan dan perkembangan buah pada akhirnya menghasilkan
panen yang seragam.

B. Induksi Bunga pada tanaman

Tanaman ukuran seragam dan berat, setidaknya 20 g, dipilih untuk


setiap percobaan. Etilena diberikan oleh aliran-melalui sistem pada laju
alir dari satu pertukaran Volume per jam dan pada konsentrasi 100 ml l?
1. Tanaman ditempatkan di kaca 36 l tangki di mana konsentrasi etilena
dipantau oleh kromatografi gas (Shimadzu GC-9A Kyoto, Jepang,
dilengkapi dengan flame detector ionisasi). Untuk pengobatan etilen pada
satu daun,8 ml ruang dibangun dengan inlet dan outlet untuk
memungkinkan aliran udara konstan. Sebuah bagian dari daun (4,5 cm2)
adalah ditempatkan dalam ruang dan terkena 100 ml l? 1 ethylene untuk
24 h. Setelah pengobatan etilen, tanaman dikembalikan ke rumah kaca
dan dimonitor untuk perubahan. Data dikumpulkan pada 6 minggu setelah
pengobatan, ketika komitmen untuk berbunga, diungkapkan oleh
pembentukan pusat roset mengandung setidaknya 10 tumpang tindih
daun (masing-masing kurang dari 8 cm panjang), dapat ditentukan.
Jumlah tanaman yang dilakukan berbunga dinyatakan sebagai persentase
berbunga (relatif terhada\semua tanaman dalam kelompok). Semua
eksperimen dilakukan tiga kali, dengan enam tanaman ulangan per
perawatan. waktu pemaparan etilen minimum untuk induksi bungawaktu
pemaparan etilen diperlukan untuk menginduksi pembungaan Guzmania
diselidiki dengan mengekspos tanaman untuk 100 ml l 1 etilena untuk 0,
4, 6, 8, 10, 12, 16, atau 24 jam. Tanaman juga yang terkena udara etilena
bebas untuk panjang waktu yang sama. Peran produksi etilen endogen di I
nduksi Bun ga Mengikuti desain eksperimen yang sama, minimum etilen
waktu eksposur untuk induksi bunga AVG-diperlakukan tanaman
Guzmania ditentukan. Tanaman disemprot dengan 5 ml dari solusi 0,1 mM
AVG pada 14 hari sebelum etilena pengobatan, seperti yang disarankan
oleh Mekers et al. (1983). Sebuah periode 2 minggu diizinkan antara
aplikasi AVG dan etilena pengobatan untuk memastikan perkembangan
normal dari perbungaan. Tanaman terkena 100 ml l 1 etilen selama 6, 12,
18, 20, atau 24 jam.
3. METODOLOGI
3.1 Rancangan

Percobaan lapangan dilakukan pada nanas komersial perkebunan di


Ekuador (2006). perkebunan 'San Jose'' berada antara kota Quevedo dan
Santo Domingo de los Colorados dan menikmati iklim pesisir tropis.
perkebunan ini adalahmonokultur dari nanas kultivar MD-2 hybrid, juga
dikenalsebagai 'Golden Ripe' atau 'Extra Manis' kultivar (Chan et al.,
2003). Semua tanaman diperlakukan oleh praktek-praktek budaya standar
seperti irigasi, pemupukan dan pengendalian hama untuk mendapatkan
tanaman yang optimal pertumbuhan dan produksi buah yang maksimal.
bahan tanam adalah diperoleh dari pengisap dengan berat segar rata-rata
450-500 g. Untuk menentukan tingkat kematangan tanaman, tanaman
nanas di tahap perkembangan yang berbeda diinduksi untuk berbunga.
Itu pengobatan induksi pembungaan diterapkan pada 1 MAP (bulan (s)
setelah tanam) hingga 8 MAP melalui agen induksi baru zeothene.
efisiensi lima agen induksi pembungaan berbeda adalah dibandingkan,
yaitu zeothene, Ethephon, etilena dilarutkan dalam air,etilena dilarutkan
dalam air dengan karbon aktif dan aplikasi lapangan gas etilen komersial.

Setiap pengobatan adalah diterapkan untuk 100 tanaman di berbunga


komersial optimal saat induksi (8-9 MAP) dan diulang tiga kali. botol kaca
kedap udara (300 mL; SCOTT) tersedia dengan septumdiisi dengan 100
mL larutan karbon aktif (proanalyse, Vel NV, Belgia). Tiga konsentrasi yang
berbeda yang digunakan, yaitu 0,05%, 0,5% dan 5%. Dengan jarum suntik
kedap udara (1 mL,diameter 0,8 mm) sekitar 1,25 ppm gas
etilendisuntikkan ke dalam headspace dari termos kedap udara. Termos
secara terus-menerus terguncang (150 putaran / menit) untuk
mempromosikan optimal interaksi antara etilena dan solusi karbon aktif.
Secara berkala antara 30 dan 60 sampel udara min dari1 mL (n = 3)
diambil dan konten etilena ditentukandengan FID (flame deteksi ionisasi)
kromatografi gas (DI200, Delsi Instrumen, Prancis) (De Greef dan De proft,
1978). Itupercobaan dilakukan dalam kondisi standar (1013 hPa dan 23
8C).

3.2 Parameter
Ada beberapa parameter yang digunakan yakni

1. Penentuan kematangan tanaman nanas


2. Efisiensi agen induksi pembungaan
3. Pengaruh karbon aktif dalam penyerapan gas etilen

3.3 Faktor
Ada beberapa faktor keberhasilan yakni
Namun, hasil kami menunjukkan bahwa tanaman nanas muda (3
MAP dan lebih tua) sudah sensitif terhadap eksternal agen induksi
berbunga diterapkan (Ethephon atau etilena). Ini
kemungkinan bahwa tanaman muda masih perlu mengembangkan
tertentukepekaan terhadapkondisi induktif berbunga alami.Menurut
Trewavas (1981, 1991) sensitivitas bahan aktif dan besarnya respon
membangkitkan terkait denganetilena reseptor dan transduksi sinyal
fisiologi. Bukan itu jelas dari hasil kita jika jumlah reseptor etilena atau
mereka
afinitas, atau jalur transduksi sinyal adalah controlling factor yang induksi
pembungaan. Namun, tanaman nanas dari 3 MAP yang mampu
merasakan etilena diterapkan eksternal dan mentransfer sinyal
mengakibatkan berbunga tetapi mereka belum merespon terhadap
alamkondisi berbunga.

Dari saat perkembangan ini, kemungkinan bahwa kemampuan


untuk mensintesis etilen de novo (di tingkatmeristem apikal) merupakan
faktor pengendali utama terhadap menanggapi kondisi induktif berbunga
alami. Jika tanaman muda belum mampu meningkatkan produksi ethylene
mereka (di tingkatdari meristem apikal) dalam menanggap iinduktif
berbunga kondisi alami , tidak ada berbunga akan terjadi. Akan menarik
untuk menyelidiki lebih lanjut sensitivitas berbunga dalam kaitannya
dengan menanam pengembangan dan berbeda jenis kondisi stres
eksternalseperti suhu, iradiasi, panjang hari dan kekeringan dalam rangka
auntuk mencapai skala waktu normal yang menunjukkan tingkat
sensitivitasuntuk induksi pembungaan alami selama pengembangan
nanas (Min dan Bartolomeus, 1993; Bradford dan Trewavas, 1994).
Efisiensi reaksi induksi bunga dalam menanggapieksternal agen berbunga
diterapkan terutama tergantung pada jenis agen, modus aplikasi,
genotipe tanaman dan kondisi lingkungan (mis suhu, kelembaban, angin,
hujan, dll.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Rangkuman
Pada penelitian di jurnal pertama
didapatkan bahwa yang menunjukkan
bahwa MD-2 hybrid nanastanaman dari
3 MAP dan lebih tua 100% sensitif
terhadap etilen eksternal
perawatan. Tingkat kematangan
tanaman tercapai jauhlebih awal dari
saat induksi berbunga
komersialperawatan (8-9 MAP). Namun,
harus disebutkan bahwa semua tabel
2Persentase tanaman MD-2 hybrid
nanas (persentase homogenitas,%)
dalam tahap berbunga yang sama 73 hari setelah induksi untuk
perawatan induksi berbunga yang berbeda (Agen, dosis dan penambahan
potensi 2,86 g / L karbon aktif). perbedaan statistik (* P <0,05) antara
perlakuan yang berbeda ditunjukkan oleh huruf yang berbeda(Uji jarak
berganda Duncan). (N = 100; pengulangan = 3).Perlakuan Homogenitas
(%) tahap berbunga. unga agen induksi Dosis (g C2H4 / L) Karbon aktif
(2,86 g / L). Tanaman budidaya di perkebunan dipelajari berasal dari
perbanyakan vegetatif (tunas atau pengisap) seperti biasa untuk
komersial perkebunan nanas. Semua propagul vegetatif pertama harus
mengatasi tahap remaja sebelum mereka mencapai kematangan. Selama
bulan pertama setelah tanam (lag fase) tunas muda akan
terutama berinvestasi dalam perkembangan akar dan pembangunan
kembali rusaktisu. Selanjutnya (3-4 MAP) meristem apikal
mulaimengembangkan daun baru. Dari saat ini pada meristem apikal
adalahjuga responsif terhadap etilen perawatan eksternal yang dapat
menginisiasi pengembangan perbungaan. panjang D-daun dan berat
segar parameter terpercaya mewakili pertumbuhan tanaman nanas
umum (Male'zieux et al., 2003). Hasil kami telah menunjukkan bahwa
tambahan D-daun dapat digunakan sebagai karakteristik lapangan di
efisien untuk menentukan kematangan tanaman dan induksi berbunga
optimalsaat.
berbunga alami terjadi ketika tanaman terkena induktifkondisi stres.
Dalam prakteknya, berbunga alami diabaikan selama masa pertumbuhan
awal (Saltare`n, L. dan Ruiz, J., pribadi
komunikasi). Namun, hasil kami menunjukkan bahwa tanaman nanas
muda (3 MAP dan lebih tua) sudah sensitif terhadap eksternal agen
induksi berbunga diterapkan (Ethephon atau etilena). Ini kemungkinan
bahwa tanaman muda masih perlu mengembangkan tertentu kepekaan
terhadap kondisi induktif berbunga alami.
Menurut Trewavas (1981) sensitivitas aktif bahan dan besarnya respon
membangkitkan terkait denganetilena reseptor dan transduksi sinyal
fisiologi. Bukan itu jelas dari hasil kita jika jumlah reseptor etilena atau
mereka afinitas, atau jalur transduksi sinyal adalah controlling factor yang
induksi pembungaan. Namun, tanaman nanas dari 3 MAP yangmampu
merasakan etilena diterapkan eksternal dan mentransfer sinyal
mengakibatkan berbunga tetapi mereka belum merespon terhadap alam
kondisi berbunga. Dari saat perkembangan ini, kemungkinanbahwa
kemampuan untuk mensintesis etilen de novo (di tingkat meristem apikal)
merupakan faktor pengendali utama terhadap menanggapi kondisi
induktif berbunga alami. Jika tanaman muda belum mampu meningkatkan
produksi ethylene mereka (di tingkat dari meristem apikal) dalam
menanggapi induktif berbunga alami kondisi, tidak ada berbunga akan
terjadi. Akan menarik untukmenyelidiki lebih lanjut sensitivitas berbunga
dalam kaitannya dengan menanam pengembangan dan berbeda jenis
kondisi stres eksternal seperti suhu, iradiasi, panjang hari dan kekeringan
dalam rangka untuk mencapai skala waktu normal yang menunjukkan
tingkat sensitivitas untuk induksi pembungaan alami selama
pengembangan nanas (Min dan Bartolomeus, 1993; Bradford dan
Trewavas, 1994). Informasi bisa menjadi sangat penting bagi petani nanas
untuk mengambil langkah-langkah yang mungkin pada saat yang tepat
waktu untuk mencegah berbunga alami, misalnya dengan menyesuaikan
teknik budaya, mengoptimalkan periode tanam atau intervensi kimia (mis
dengan aviglycine, Kuan et al., 2005; Wang et al., 2007, atau 1-MCP,
Sisler, 2006).

Pada penelitian di jurnal ke dua didapatkan bahwa Etephon seperti


yang diterapkan dalam penelitian ini telah diberikan berbunga lebih tinggi
dan lebih cepat persentase dibandingkan dengan ANA dan kalsium
karbida. Hasil serupa itu dilaporkan di India oleh Dass et al. (1975) untuk
nanas dari Kew kultivar. Oleh karena itu Hasil sekali lagi menegaskan
secara luas mengklaim fakta bahwa Ethephon adalah yang terbaik
inductant untuk berbunga nanas. Karena ada perbedaan yang signifikan
antara perlakuan dalam hal berbunga persentase pada 40 hari setelah
bunga induksi, perkiraan hasil mengikuti efek yang sama. Penelitian ini
menunjukkan hasil bahwa per hektar lebihtinggi dengan tanaman dirawat
olehEthephon. Berat buah rata-rata 1,47 kg dengan mahkota dan 1,33 kg
tanpa mahkota diperoleh dalam penelitian ini jatuh dalam rentang
penelitian sebelumnya yang melibatkan penggunaan Ethephon untuk
Josapine (Anon. 1996). Perbedaan hasil estimasi dilaporkan dalam
penelitian ini adalah karena persentase berbunga. yield tambahan
mungkindipanen dari tanaman paksa kemudian, 40 hari setelah induksi
bunga pertama. Oleh karena itu hasil dengan lebih cepat dan lebih tinggi
berbunga persentase adalah prasyarat dari produktivitas yang lebih
tinggi. meskipun kalsium karbida dan ANA menghasilkan tonase yang
lebih rendah dan kemajuan berbunga lebih lambat, hal ini masih alternatif
yang baik untuk Ethephon ketika Ethephon tidak tersedia untuk
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Florina, Dina. 2009. Eliminasi Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus (PMWaV) dari
Stek Daun Nanas (Ananas comosus .L Merr) Melalui Perlakuan Air Panas. Skripsi.
Progam Studi Hama dan Penyakit. Fakultas Pertanian .IPB. Bogor
Gardner,F.P., Pearce, dan Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Jakarta: UI Press

Kirk, R.E and Othmer, D.F.,1977, Encyclopedia of Chemical Technology,


Vol. 1,
3 ed., John Wiley and Sons, New York, p.286

Sitepu, F. E. T. 2003. Merangsang Pembungaan dan Pembuangan Tunas


untuk Meningkatkan Produksi dan Kualitas Nanas (Ananas Comosus
(L) Merr). Universitas Sumatera
Utara.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/798/1/bdp-
ferry.pdf. Diakses 16 Desember 2016.
Suwandi, 2015. Outlook Komoditas Nanas. Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian Sekjen Kementrian Pertanian. Jakarta

Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.

Sakhidin. Purwoko. B. S. Yalya S. Poerwanto. R, Abidin A.S. 2006.


Kandungan Beberapa Zat Endogen pada Buah Retensi dan Buah
akan Rontok Pada Mangga

Utama, Supartha. 2007 . Pengaruh suhu air dan lama waktu perendaman
beberapa jenis sayuran daun pada proses crisping. Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian. IPB

Anda mungkin juga menyukai