0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
225 tayangan13 halaman
Dokumen ini membahas percobaan untuk mempercepat pemasakan buah pisang dengan menggunakan zat etilen. Buah pisang direndam dalam larutan etilen dengan dua konsentrasi berbeda selama 15 menit, kemudian dibandingkan dengan buah pisang tanpa perlakuan. Hasil pengamatan selama empat hari menunjukkan buah pisang dengan konsentrasi etilen lebih tinggi menjadi lebih cepat masaknya.
Dokumen ini membahas percobaan untuk mempercepat pemasakan buah pisang dengan menggunakan zat etilen. Buah pisang direndam dalam larutan etilen dengan dua konsentrasi berbeda selama 15 menit, kemudian dibandingkan dengan buah pisang tanpa perlakuan. Hasil pengamatan selama empat hari menunjukkan buah pisang dengan konsentrasi etilen lebih tinggi menjadi lebih cepat masaknya.
Dokumen ini membahas percobaan untuk mempercepat pemasakan buah pisang dengan menggunakan zat etilen. Buah pisang direndam dalam larutan etilen dengan dua konsentrasi berbeda selama 15 menit, kemudian dibandingkan dengan buah pisang tanpa perlakuan. Hasil pengamatan selama empat hari menunjukkan buah pisang dengan konsentrasi etilen lebih tinggi menjadi lebih cepat masaknya.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO SENIN, 15 MEI 2017 MEMACU PEMASAKAN BUAH DENGAN ZPT A. Tujuan 1. Mengetahui konsentrasi etilen yang mempercepat kemasakan buah pisang 2. Mengetahui pengaruh etilen yang mampu mempercepat kemasakan buah pisang 3. Membandingkan organoleptik buah pisang dengan yang diberi perlakuan dengan buah pisang kontrol B. Dasar Teori Buah-buahan mempunyai arti penting sebagai sumber vitamin, mineral, dan zat-zat lain dalam menunjang kecukupan gizi. Buah-buahan dapat kita makan baik pada keadaan mentah maupun setelah mencapai kematangannya. Sebagian besar buah yang dimakan adalah buah yang telah mencapai tingkat kematangannya. Untuk meningkatkan hasil buah yang masak baik secara kualitas maupun kuantitas dapat diusahakan dengan substansi tertentu antara lain dengan zat pengatur pertumbuhan ethylene. Dengan mengetahui peranan ethylene dalam pematangan buah kita dapat menentukan penggunaannya dalam industri pematangan buah atau bahkan mencegah produksi dan aktifitas ethylene dalam usaha penyimpanan buah-buahan (Husin, 2017). Ethylene mula-mula diketahui dalam buah yang matang oleh para pengangkut buah tropica selama pengapalan dari Yamaika ke Eropa pada tahun 1934, pada pisang masak lanjut mengeluarkan gas yang juga dapat memacu pematangan buah yang belum masak. Sejak saat itu ethylene dipergunakan sebagai sarana pematangan buah dalam industri (Husin, 2017). Ethylene adalah suatu gas yang dapat digolongkan sebagai zat pengatur pertumbuhuan (phytohormon) yang aktif dalam pematangan. Dapat disebut sebagai hormon karena telah memenuhi persyaratan sebagai hormon, yaitu dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobil dalam jaringan tanaman dan merupakan senyawa organik. Seperti hormon lainnya ethylene berpengaruh pula dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman antara lain mematahkan dormansi umbi kentang, menginduksi pelepasan daun atau leaf abscision, menginduksi pembungaan nenas. Denny dan Miller (1935) menemukan bahwa ethylene dalam buah,bunga, biji, daun dan akar (Husin, 2017). Menurut Wareing dan Phillips (1981), etilene mempunyai kemampuan untuk memacu absisi dan menyebabkan pematangan buah. Menurut Pantastico (1993), peranan etilen adalah mengaktifkan enzim-enzim hidrolitik dan oksidatif yang berperan dalam proses pematangan buah. Selama dan sesudah proses enzimatis tersebut berlangsung akan terjadi perubahan komponen- komponen sel dari yang semula tidak larut menjadi larut. Hal tersebut mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi enzim. Bersama-sama dengan perubahan fisiologis dan kimiawi yang lain, proses ini akan mengaktifkan sistem metabolik yang dapat mempercepat pematangan buah. Mekanisme etilen dalam mengaktifkan enzim adalah dengan cara berkompetisi dengan CO2 untuk mendapatakan tempat pada reseptor enzim. Kadar etilen lebih besar dari pada kadar CO 2, sehingga etilen akan lebih dulu terikat pada reseptor enzim. Hal tersebut menyebabkan enzim menjadi aktif sehingga reaksi-reaksi pada proses pematangan dapat berlangsung (Pantastico, 1993). Salah satu cara penguningan dan pemasakan buah adalah dengan menggunakan Ethrel. Ethrel sendiri sebenarnya adalah nama dagang dari zat penghasil etilen. Ethrel merupakan suatu larutan yang dapat menghasilkan etilen dalam jaringan tumbuhan. Etilen merupakan zat yang dapat mempercepat pematangan pada buah (Bonner dan Varner, 1976). Proses pematangan buah sering dihubungkan dengan rangkaian perubahan yang dapat dilihat meliputi warna, aroma, konsistensi dan flavour (rasa dan bau). Perpaduan sifat-sifat tersebut akan menyokong kemungkinan buah- buahan enak dimakan. Proses pematangan buah didahului dengan klimakterik (pada buah klimakterik). Klimakterik dapat didefinisikan sebagai suatu periode mendadak yang unik bagi buah dimana selama proses terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses sintesis ethylene (Husin, 2017). Klimakterik merupakan suatu fase yang banyak sekali perubahan yang berlangsung. Klimaterik juga diartikan sebagai suatu keadaan auto stimulation dalam buah sehingga buah menjadi matang yang disertai dengan adanya peningkatan proses respirasi (Heddy, 1989). Meningkatnya respirasi dipengaruhi oleh jumlah ethylene yang dihasilkan, meningkatnya sintesis protein dan RNA. Proses klimakterik pada apel diperkirakan karena adanya perubahan permeabilitas selnya yang menyebabkan enzym dan substrat yang dalam keadaan normal terpisah, akan bergabung dan bereaksi satu dengan lainnya (Husin, 2017). Buah non klimakterik merupakan buah yang menjelang kematangan laju respirasi menurun lalu tidak menunjukkan adanya fase klimakterik. Buah tersebut tidak menunjukkan respon apabila diberi perlakuan etilen. Buah tersebut memiliki kandungan etilen yang sedikit. Buah non klimakterik ,yaitu jeruk, anggur. Buah klimakterik, yaitu mangga, pisang, apel. Buah pisang akan cepat matang apabila diberi perlakuan etilen karena buah pisang memiliki kandungan etilen alami sehingga proses pematangan terjadi lebih cepat (Synge, 2013). Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia), Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Rasanya yang manis membuat banyak yang senang mengonsumsi buah ini. (Satuhu, 2007). Ada beberapa macam cara untuk mempercepat pemasakan buah pisang, antara lain diperam dalam tanah kemudian diasapi dengan arang atau sabut kelapa, ada pula yang diletakkan dalam suatu tempat atau ruangan kemudian diberi karbit, dan bisa juga direndam beberapa menit dalam larutan ethrel kemudian dibiarkan sampai pisang tersebut masak. Cara pengasapan dan pemberian karbit sering dilakukan dimasyarakat, sedangkan perendaman beberapa menit dengan larutan ethrel masih jarang sekali dilakukan oleh masyarakat. Loesecke (1949) telah melakukan penelitian untuk mempercepat pemasakan buah pisang, dengan cara meletakkan tandan- tandan pisang dalam gudang padi lalu ditutup dengan daun-daunan hijau, kemudian diasapi selama 36-72 jam pada musim panas dan 144-168 jam pada musim dingin. Proses pematangan buah pisang dipengaruhi oleh adanya gas etilen dan kecepatan respirasinya (Peacock 1980), sehingga untuk mempercepat pemasakan buah pisang bisa dengan menambahkan konsentrasi etilen dari luar. Etilen dapat mempengaruhi penuaan jaringan dan mungkin bertindak sebagai pendorong terhadap ketidakmunculan faktor-faktor lain. Pisang yang masih sangat mentah belum membebaskan etilen (Peacock 1980). Ethrel 40 PGR yang mengandung bahan aktif ethephon atau 2-chloroethyl dapat mempercepat tersedianya gas etilen pada buah pisang sehingga akan mempercepat awal kemasakan buah pisang tersebut. Ethrel 40 PGR merupakan zat pengatur tumbuh yang dalam kadar rendah tidak akan membahayakan Perubahan warna dapat terjadi baik oleh proses-proses perombakan maupun proses sintetik, atau keduanya. Pada jeruk manis perubahan warna ini disebabkan oleh karena perombakan klorofil dan pembentukan zat warna karotenoid. Sedangkan pada pisang warna kuning terjadi karena hilangnya klorofil tanpa adanya atau sedikit pembentukan zat karotenoid. Sintesis likopen dan perombakan klorofil merupakan ciri perubahan warna pada buah tomat (Husin, 2017). Menjadi lunaknya buah disebabkan oleh perombakan propektin yang tidak larut menjadi pektin yang larut, atau hidrolisis zat pati (seperti buah waluh) atau lemak (pada alpokat). Perubahan komponen-komponen buah ini diatur oleh enzym-enzym antara lain enzym hidroltik, poligalakturokinase, metil asetate, sellulose (Husin, 2017). Flavour adalah suatu yang halus dan rumit yang ditangkap indera yang merupakan kombinasi rasa (manis, asam, sepet), bau (zat-zat atsiri) dan terasanya pada lidah. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis, penurunan asam-asam organik dan senyawa-senyawa fenolik yang mengurangi rasa sepet dan masam, dan kenaikan zat-zat atsiri yang memberi flavour khas pada buah (Husin, 2017). Proses pematangan juga diatur oleh hormon antara lain auksin, sithokinine, giberelin, asam-asam absisat dan ethylene. Auksin berperan dalam pembentukan ethylene, tetapi auksin juga menghambat perombakan klorofil dan menunda penimbunan karotenoid-karotenoid. Asam absisat menginduksi enzym penyusun atau pembentuk karotenoid, dan ethylene dapat mempercepat pematangan (Husin, 2017). C. Alat dan Bahan Alat: 1. Baskom plastik ukuran 2 liter 2. Pipet ukur 1 ml 3. Kantong plastik 4. Label 5. Baki Bahan: 1. Buah pisang ambon mentah 2. Zat pengatur tumbuh Ethrel 3. Air D. Cara Kerja 1. Membuat larutan ethrel dengan konsentrasi 0,5 ml/l dan 1,0 ml/l masing- masing sebanyak 4 liter 2. Mengambil pisang mentah masing-masing kelompok 5 buah 3. Merendam masing-masing 5 buah pisang dalam larutan ethrel dengan konsentrasi yang telah ditentukan selama 15 menit 4. 5 buah pisang lainya tanpa perlakuan 5. Meniriskan pisang yang telah direndam sehingga kering 6. Memasukkan kedalam kantong plastik dan menyimpannya 7. Melakukan pengamatan setiap hari (selama 4 hari) 8. Melakukan uji organoleptik (mencicipi) pada pisang yang sudah masak 9. Mencatat hasil pengamatan pada tabel 10. Membandingkan kedua perlakuan dan kontrol E. Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan Hari Ke 0,5 ml/l 1,0 ml/l Kontrol 1 1. Keras 3. Keras Keras 2. Keras 4. Keras 5. Keras 2 1. Masih keras 3. Masih keras Keras 2. Masih keras 4. Masih keras 5. Masih keras 3 1. Agak lunak 3. Agak lunak Keras 2. Agak lunak 4. Agak lunak 5. Agak lunak 4 1. Lunak, rasa 3. Agak lunak, Keras, asam manis manis agak sedikit sepat 2. Agak lunak, asam manis agak 4. Agak lunak, asam manis agak asam 5. Lunak, manis F. Pembahasan Pada percobaan memacu pemasakan buah dengan ZPT, kami menggunakan buah pisang ambon yang masih mentah. Pisang merupakan jenis buah-buahan yang tergolong sebagai buah klimakterik, sehingga setelah dipanen masih melangsungkan proses fisiologi dengan menghasilkan etilen dan karbon dioksida dalam jumlah yang meningkat drastis, serta terjadi proses pematangan buah. ZPT yang kami gunakan dalam pemasakan buah pisang adalah ethrel. Ethrel sendiri sebenarnya adalah nama dagang dari zat penghasil etilen. Ethrel atau ethepon adalah suatu larutan yang mengandung bahan aktif 2 chloro ethyl phosponic acid yang dapat menghasilkan etilen secara langsung pada jaringan tanaman. Dengan timbulnya etilen maka kematangan buah dapat dipercepat. Percobaan ini buah pisang diberi perlakuan dengan cara perendaman pada larutan ethrel dengan berbagai konsentrasi diantaranya 0,5 ml/l, 1,0 ml/l dan kontrol. Perbedaan konsentrasi ini bertujuan untuk melihat pengaruh perbedaan konsentrasi larutan pada pemasakan buah. Sebelum itu kami membuat larutan ethrel dengan mengambil masing-masing 0,5 ml dan 1,0 ml menggunakan pipet ukur dan mencampurkannya kedalam baskom yang berisi air sebanyak 4 liter. Kemudian mengaduk larutan tersebut sampai homogen. Setiap masing-masing kelompok mendapat 5 buah pisang yang masih mentah. Selanjutnya masing-masing kelompok melakukan perendaman dalam larutan ethrel dengan konsentrasi yang telah ditentukan selama 15 menit. Konsentrasi 0,5 ml/l (kelompok 1 dan 2), konsentrasi 1,0 ml/l (kelompok 3, 4, dan 5). Setelah itu buah pisang dibungkus dalam kantung plastik yang rapat dan membiarkannya pada suhu ruang. Etilen dapat juga terbentuk karena adanya aktivitas auksin dan etilen mampu menghilangkan aktivitas auksin karena etilen dapat merusak polaritas sel transport, pada kondisi anearob pembentukan etilen terhambat, selain suhu O2 juga berpengaruh pada pembentukan etilen. Laju pembentukan etilen semakin menurun pada suhu di atas 30C dan berhenti pada suhu 40C, sehingga pada penyimpanan buah secara masal dengan kondisi anaerob akan merangsang pembentukan etilen oleh buah tersebut. Buah pisang akan matang lebih cepat jika buah tersebut disimpan di dalam kantung plastik karena mengakibatkan gas etilen tersebut terakumulasi. Berdasarkan hasil pengamatan semua buah pisang matang secara merata. Hal tersebut pada tiap-tiap kasus, pematangan buah distimulasi oleh gas etilen yang berdifusi ke dalam ruang-ruang antar sel buah. Gas tersebut juga dapat berdifusi melalui udara dari buah satu ke buah lainnya. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa penggunaan ethrel dapat menyeragamkan kematangan pada pisang ambon yang seringkali tidak merata. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada percobaan memacu pemasakan buah dengan ethrel terjadi pemasakan buah pisang pada hari ke 4. Pada perlakuan dengan pemberian konsentrasi larutan ethrel 0,5 ml/l, buah pisang pada kelompok 1 rata-rata bertekstur lunak dan memiliki rasa manis. Sedangkan kelompok 2 buah pisang bertekstur agak lunak dan memiliki rasa manis agak asam. Pada perlakuan dengan pemberian konsentrasi larutan ethrel 1,0 ml/l, buah pisang pada kelompok 3 dan 4 rata-rata bertekstur agak lunak dan memiliki rasa manis agak asam. Sedangkan pada kelompok 5 rata- rata buah pisang bertekstur lunak dan memiliki rasa manis. Pada perlakuan kontrol, buah pisang rata-rata belum terjadi pemasakan hal ini ditandai dengan buah pisang masih bertekstur keras dan memiliki rasa asam sedikit sepat. Dengan timbulnya etilen maka kematangan buah dapat dipercepat. Penggunaan ethrel (500, 1000, dan 1500) ppm, mempercepat buah pisang menjadi matang pada hari ke 4, sedangkan kontrol menjadi matang 10 hari lagi. Kecepatan pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula (Kusumo, 1990). Proses pemecahan tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan buah, dimana ditandai dengan terjadinya perubahan warna dan tekstur buah. Semakin tinggi konsentrasi ethrel yang digunakan pelunakan pada buah semakin cepat. Hal itu terjadi karena perubahan komposisi dinding sel yang menyebabkan menurunnya tekanan turgor sel sehingga kekerasan buah menurun. Selama proses pemasakan, lebih dari 40% pektin tidak larut yang ada pada dinding sel diubah menjadi pektin yang larut dalam air oleh enzim poli esterase dan poli galakturonase. Hal tersebut mengakibatkan pelunakan buah selama proses pematangan dan pemacuan tersebut mempercepat peningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis, penurunan asam-asam organik dan senyawa-senyawa fenolik yang mengurangi rasa sepet dan masam, dan kenaikan zat-zat atsiri yang memberi flavour khas pada buah. Namun, dalam percobaan ini rata-rata untuk konsetrasi larutan 0,5 ml/l dan 1,0 ml/l hasilnya hampir sama, ini dimungkinkan kurang telitinya praktikan dalam uji organoleptik. Menurut Fantastico (1996), selama proses pemasakan buah pisang akan mengalami perubahan sifat fisik dan kimiawi salah satunya perubahan warna. Pada percobaan warna buah pisang yang kami amati sebelumnya berwarna hijau setelah diperam dalam kantung plastik menjadi berwarna hijau agak kekuningan. Warna hijau yang dominan pada buah mentah disebabkan oleh pigmen klorofil. Perubahan warna dalam hal ini terjadi karena ada proses- proses perombakan maupun proses sintetik, atau keduanya. Sehingga buah pisang pada saat masak klorofil akan menghilang tanpa adanya atau sedikit pembentukan zat karotenoid. G. Kesimpulan 1. Ethrel merupakan suatu larutan yang dapat menghasilkan etilen dalam jaringan tumbuhan. Etilen merupakan zat yang dapat mempercepat pematangan pada buah. 2. Proses pematangan buah didahului dengan klimakterik (pada buah klimakterik). 3. Klimakterik dapat didefinisikan sebagai suatu periode mendadak yang unik bagi buah dimana selama proses terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses sintesis ethylene. Pisang merupakan jenis buah-buahan yang tergolong sebagai buah klimakterik. 4. Percobaan ini buah pisang diberi perlakuan dengan cara perendaman pada larutan ethrel dengan berbagai konsentrasi diantaranya 0,5 ml/l, 1,0 ml/l dan kontrol 5. Namun, dalam percobaan ini rata-rata untuk konsetrasi larutan 0,5 ml/l dan 1,0 ml/l hasilnya hampir sama, ini dimungkinkan kurang telitinya praktikan dalam uji organoleptik. DAFTAR PUSTAKA Bonner, J. And J. E. Varner. 1976. Plant Biochemistry. New York: Academic Press Inc Fantastico. 1996. Hormon Tumbuhan. Jakarta: CV Rajawali. Heddy. 1989. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Bogor: Indonesia Australia Eastern Universities Project. Husin, Arief. 2017. Penuntun Praktikum Fitohormon. Purwokerto: UMP Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuhan Tanaman. Jakarta: Yasaguna Loesecke, H.W.V. 1949. Bananas. Economic Crops. Vol. I. Interscience Publishers, Inc., New York. 189 pp. Pantastico, ER. B. 1993. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Peacock, B.C. 1980. Banana ripening, Effect of temperature on fruit quality. Queensland Journal of Agricultural and Animal Science, 37 (1): 39 - 45. Satuhu. 2007. Pisang Budidaya Pengolahan dan Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya. Synge. 2013. Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga. Wareing, P. F. And I. D. J. Phillips. 1981. Growth and Differentation in Plant. New York: Pergamon Press LAMPIRAN