Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN
“Pemasakan Buah”

Nama : Desy Dwi Wulansari


NIM : 1710211024
Kelompok : 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Praktikum


Untuk mempercepat pemasakan buah menggunakan zat pengatur tumbuh dan
menentukan besarnya kosentrasi zat pengatur tumbuh dan menentukan besarnya
kosentrasi zat pengatur tumbuhn untuk memacu pematangan buah tertentu.
1.2. Dasar Teori
Zat pengatur tumbuh (ZPT) disamping berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman juga mempunyai beberapa kegunaan yang lain. Salah satunya adalah untuk
memacu pemasakan buah. Etilen (C2H4) adalah jenis senyawa tidak jenuh atau
memiliki ikatan rangkap yang dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman pada waktu-
waktu tertentu, dan pada suhu kamar etilen berbentuk gas. Senyawa ini dapat
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan penting dalam proses pertumbuhan
tanaman dan pematangan hasil-hasil pertanian. Etilen adalah gas yang dapat
digolongkan sebagai hormon tanaman yang aktif dalam proses pematangan. Etilen
disebut hormon karena dapat memenuhi persyaratan sebagai hormon, yang
dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobil dalam jaringan tanaman dan merupakan
senyawa organik.
Pada tahun 1959 diketahui, bahwa etilen tidak hanya berperanan dalam proses
pematangan saja, tetapi juga berperanan dalam mengatur pertumbuhan tanaman.
Secara tidak disadari, penggunaan etilen dalam proses pematangan sudah lama
dilakukan, jauh sebelum senyawa tersebut diketahui peranannya dalam proses
pematangan. Di Indonesia, pemeraman pisang yang masih hijau banyak dilakukan
orang dengan menggunakan karbit (CaC2). Karbit yang bercampur dengan air akan
menghasilkan gas asetilen (C2H2), yaitu senyawa yang hampir sama dengan etilen.
Gas asetilen inilah yang dapat membuat proses pengeraman pisang menjadi cepat.
Etilen merupakan senyawa karbon sederhana yang tidak jenuh, bentuk gas,
memiliki sifat fisiologis yang luas pada aspek pertumbuhan, perkembangan dan
penuaan tanaman.
Etilen mempunyai rumus kimia CH2=CH2 dengan besar molekul 28,05. Selain
bertahun-tahun etilen dikenal sebagai hormon yang dapat memacu pematangan
buah. Namun ternyata kemudian dilaporkan bahwa tidak semua buah memberikan
respon terhadap etilen. Buah yang merespon terhadap etilen menunjukkan adanya
peningkatan laju respirasi yang terjadi sebelum fase pematangan. Hal ini dikenal
sebagai respirasi klimaterik. Buah yang mengandung amilum, seperti pisang, apel,
alpukat, dan mangga, pada umumnya mengalami respirasi klimaterik sehingga
dipicu kematangannya dengan etilen. Bahkan etilen endogen yang dihasilkan oleh
buah yang telah matang dengan sendirinya dapat memacu pematangan pada
sekumpulan buah yang diperam. Buah non klimaterik, seperti jeruk, anggur,
semangka, dan nanas, pemberian etilen juga dapat meningkatkan laju respirasi ,
akan tetapi perlakuan ini tidak memacu produksi etilen endogen dan pematangan
buah.
Pemasakan buah merupakan salah satu hasil metabolisme jaringan tanaman.
Pada kondisi pemasakan buah merupakan hal yang diharapkan oleh petani,
pedagang dan konsumen buah-buahan, karena buah tersebut akan
segeradikonsumsi. Akan tetapi pada konsisi lain pemasakan buah merupakan
kerugian,sehingga tidak diharapkan. Hal ini apabila buah tersebut tidak segera
dikonsumsikarena masih mengalami periode transportasi yang jauh dan memakan
waktu yangtidak singkat. Untuk kasus kedua ini para pengelola buah-buahan baik
petani, pedagang atau industri pengelola berusaha semaksimal mungkin agar
buahmengalami pemasakan pada waktu yang tepat atau sesuai dengan waktu
yangdiinginkan. Buah-buahan apabila setelah dipanen tidak ditangani dengan
baik,akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik, kimiawi,
parasitikatau mikrobiologis. dimana ada yang menguntungkan dan sangat
merugikan bilatidak dapat dikendalikan yaitu timbulnya kerusakan atau kebusukan.
Pematangan buah merupakan perubahan yang terjadi pada tahap akhir
perkembangan buah atau tahap awal penuaan pada buah. Selama perkembangan
buah terjadi berbagai perubahan biokimiawi dan fisiologi. uah yang masih muda
berwarna hijau karena memiliki kloroplas sehingga dapat mengadakan fotosintesis,
tetapi sebagian besar kebutuhan karbohidrat dan protein diperoleh dari bagian tubuh
tumbuhan lainnya. Buah muda yang sedang tumbuh mengadakan respirasi sangat
cepat sehingga dihasilkan banyak asam karboksilat dari daur Krebs, misalnya asam
isositrat, asam fumarat, asam malat. Kadar asam-asam ini berkurang sejalan dengan
berkembangnya buah karena asam-asam ini digunakan untuk mensintesis asam
amino dan protein yang terus berlangsung dalam buah sampai buah masak.
Pemasakan buah merupakan proses yang sangat komplek dan terprogram secara
genetik yang diawali dengan perubahan warna, tekstur, aroma, dan rasa. Selama
proses pemasakan buah, kandungan asam berkurang dan kandungan gula
meningkat menyebabkan terjadinya kenaikan respirasi mendadak yang disebut
klimakterik. Aktivitas respirasi yang sangat tinggi menjadi pemacu biosintesis
etilen yang berperan dalam pemasakan buah. Etilen diperlukan untuk koordinasi
dan penyempurnaan pemasakan buah. Perubahan biokimiawi dan fisiologi tersebut
terjadi pada tahap akhir dari perkembangan buah.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
1. Ember 1. pisang
2. Kardus 2. mangga
3. Batang pengaduk 3. karbit
4. Kertas koran 4. air
5. Karet gelang

2.2 Prosedur Kerja


Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
Menimbang 50 gr karbit, menggunakan timbangan neraca analitik
Mengukur air sebanyak 2 L/ 2000 ml
Kemudian mencapurkan karbit dengan air
Setelah itu memasakkan buah pisang dan mangga kedalam
campuran air dan karbit
Mengaduk bahan-bahan tersebut dengan batang pengaduk agar
karbit tidak mengental. Pengadukan atau perendaman ini
dilakukan selama 5 menit
Setelah itu mengambil buah pisang dan mangga dan menunggu
sampai buah-buah tersebut bewarna putih atau mongering.
Kemudian membungkus buah pisang dan mangga menggunakan
kertas koran yang terpisah sampai tidak ada celah
Setelah itu, mengikat kertas Koran dengan karet gelang
Meletakkan buah pisang dan mangga yang telah dibungkus kertas
Koran ke dalam kardus dan menutupnya rapat
Mengamati perubahan warna, baud an tekstur pada buah pisang
dan mangga selama 4 hari
2.3 Dokumentasi Cara Kerja
No. Dokumentasi Keterangan
1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menimbang 50 gr karbit

3. Mengukur air sebanyak 2 L/ 2000 ml

4. Kemudian mencapurkan karbit dengan air


5. Setelah itu memasukkan buah pisang dan mangga
kedalam campuran air dan karbit

6. Mengaduk bahan-bahan tersebut dengan batang


pengaduk agar karbit tidak mengental. Pengadukan
atau perendaman ini dilakukan selama 5 menit.

7. Mengambil buah pisang dan manggga dan


menunggu sampai buah-buah tersebut bewarna
putih atau mengerinkan

8. Membungkus buah pisang dan mangga


menggunakan kertas koran yang terpisah sampai
tidak ada celah.
9. Meletakkan buah pisang dan mangga yang telah
dibungkus kertas Koran ke dalam kardus dan
menutupnya rapat.

10. Mengamati perubahan warna, bau dan tekstur pada


buah pisang dan mangga selama 4 hari
BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Tabel Hasil Pengamatan


1. Buah Pisang
Hari 50 ppm 75 ppm 100 ppm
1 Warna : hijau Warna : hijau Warna : hijau
Bau : tidak berbau Bau : gas etilen Bau : gas etilen
Tekstur : masih keras/ mentah Tekstur : masih Tekstur : masih keras/
keras/ mentah mentah
2 Warna : hijau Warna : hijau Warna : hijau agak
Bau : sedikit berbau pisang Bau : gas etilen putih
matang Tekstur : masih Bau : gas etilen
Tekstur : tidak terlalu keras keras/ mentah Tekstur:
keras/mentah
3 Warna : hijau Warna : hijau Warna : hijau
Bau : sedikit berbau pisang Bau : gas etilen Bau : gas etilen
matang Tekstur : agak Tekstur: lembut
Tekstur : tidak terlalu keras lunak
4 Warna : hijau Warna : hijau Warna : hijau
Bau : sedikit berbau pisang Bau : agak manis Bau : gas etilen
matang Tekstur : agak Tekstur: lembut
Tekstur : tidak terlalu keras lunak masuk ke fase
pematangan

2. Buah mangga
Hari 50 ppm 75 ppm 100 ppm
1 Warna : hijau Warna : hijau Warna : hijau
Bau : tidak berbau Bau : gas etilen Bau : gas etilen
Tekstur : keras Tekstur : masih Tekstur : masih keras/
keras/ mentah mentah
2 Warna : hijau Warna : hijau Warna : hijau
Bau : tidak berbau Bau : gas etilen kekuningan
Tekstur : keras Tekstur : masih Bau : gas etilen
keras/ mentah Tekstur : agak lembut
3 Warna : agak kuning Warna : hijau Warna : hijau
Bau : sedikit berbau mangga Bau : gas etilen kekuningan
matang Tekstur : agak Bau : gas etilen
Tekstur : agak tidak terlalu lunak Tekstur : lembut
keras sudah matang
4 Warna : agak kuning Warna : hijau Warna : hijau
Bau : sedikit berbau mangga Bau : agak manis kekuningan
matang Tekstur : agak Bau : gas etilen
Tekstur : agak tidak terlalu lunak Tekstur : lembut
keras sudah matang

3.2 Dokumentasi hasil pengamatan


1. Buah pisang
Konsentrasi Sebelum Sesudah
50 ppm

75 ppm
100 ppm

2. Buah mangga
Konsentrasi Sebelum Sesudah
50 ppm

75 ppm

100 ppm
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada tanggal 25 November 2019 tepatnya pukul 10.00 WIB di Laboratorium


Biologi Dasar Universitas Muhammmadiyah Jember, kami melakukan kegiatan
praktikum dengan topik acara “Pemasakan Buah” dengan tujuan untuk mempercepat
pemasakan buah menggunakan zat pengatur tumbuh dan menentukan besarnya
kosentrasi zat pengatur tumbuh dan menentukan besarnya kosentrasi zat pengatur
tumbuhn untuk memacu pematangan buah tertentu. Berikut pembahasan hasil
pengamatan mengenai pemasakan buah menggunakan karbit atau etilen pada buah
pisang dan mangga, antara lain :
4.1. Hasil Pengamatan
Pada percobaan ini kami menggunakan beberapa bahan dan alat untuk
mempercepat pemasakan buah menggunakan zat pengatur tumbuh. Adapun bahan
kami gunakan adalah bahan karbit. Selain itu kami menggunaka buah meliputi satu
sisir buah pisang dan buah manga. Untuk mempercepat pemasakan buah dan
mengetahui kosentrasi zat pengatur tumbuh dalam memacu pemasakan buah dapat
dilakukan dengan langkah kerja sebagai berikut, Menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan. Menimbang 50 gr karbit. Mengukur air sebanyak 2 L/ 2000 ml.
Kemudian mencapurkan karbit dengan air. Setelah itu memasakkan buah pisang
dan mangga kedalam campuran air dan karbit. Mengaduk bahan-bahan tersebut
dengan batang pengaduk agar karbit tidak mengental. Pengadukan atau perendaman
ini dilakukan selama 5 menit. Setelah itu mengambil buah pisang dan mangga dan
menunggu sampai buah-buah tersebut bewarna putih atau mengering. Kemudian
membungkus buah pisang dan mangga menggunakan kertas koran yang terpisah
sampai tidak ada celah. Setelah itu, mengikat kertas Koran dengan karet gelang.
Meletakkan buah pisang dan mangga yang telah dibungkus kertas Koran ke dalam
kardus dan menutupnya rapat. Mengamati perubahan warna, bau dan tekstur pada
buah pisang dan mangga selama 4 hari. Dari langkah kerja tersebut diperoleh hasil
pengamatan sebagai berikut :
1. Pemasakan Buah Menggunakan Karbit Kosentrasi 50 ppm
Berdasarkan langkah kerja diatas diperoleh hasil pengamatan untuk
pemasakan buah pada buah pisang dengan menggunakan karbit yang
berkosentrasi 50 ppm, pada hari pertama untuk warna buah pisang bewarna
hijau, tidak berbau dan tekstur keras. Sedangkan pada hari kedua buah pisang
berwarna hijau, sedikit berbau pisang matang dan memiliki tekstur tidak terlalu
keras. Pada hari ketiga untuk buah pisang berwarna hijau, sedikit berbau pisang
matang dan tekstur buahnya tidak terlalu keras. Pada hari keempat buah pisang
memiliki warna hijau, sedikit berbau pisang matang dan teksturnya tidak
terlalu keras. Adapun hasil pengamatan pada buah mangga yang didiamkan
selama 4 hari setelah dilumasi cairan karbit dengan kosentrasi 50 ppm, pada
hari pertama untuk buah mangga bewarna hijau, tidak berbau dan tekstur keras.
Pada hari kedua bewarna hijau,tidak bebrbau dan tektstur keras. Pada hari
ketiga warna buah manga berwarna agak kekuningan,sedikit berbau manga
matang dan tekstur tidak terlalu keras. Sedangkan pada hari keempat warna
buah agak kekuningan, sedikit berbau mangga matang dan tekstur agak tidak
terlalu keras.
2. Pemasakan Buah Menggunakan Karbit Kosentrasi 75 ppm
Berdasarkan langkah kerja diatas diperoleh hasil pengamatan untuk
pemasakan buah pada buah pisang dengan menggunakan karbit yang
berkosentrasi 75 ppm, pada hari pertama untuk warna buah pisang bewarna
hijau, gas etilen dan tekstur masih keras atau mentah. Sedangkan pada hari
kedua buah pisang berwarna hijau, berbau gas etilen dan memiliki tekstur
masih keras atau menta. Pada hari ketiga untuk buah pisang berwarna hijau,
berbau gas etilen dan tekstur buahnya agak lunak. Pada hari keempat buah
pisang memiliki warna hijau, berbau agak manis dan teksturnya sedikit lunak.
Adapun hasil pengamatan pada buah mangga yang didiamkan selama 4 hari
setelah dilumasi cairan karbit dengan kosentrasi 75 ppm, pada hari pertama
untuk buah mangga bewarna hijau, bewarna hijau,berbau gas etilen dan
teksturnya masih keras atau mentah. Pada hari kedua bewarna hijau,berbau gas
etilen dan teksturnya masih keras atau mentah. Pada hari ketiga warna buah
mangga berwarna hijau, berbau gas etilen dan tekstur agak lunak. Sedangkan
pada hari keempat warna buah hijau, agak manis dan tektur agak lunak.
3. Pemasakan Buah Menggunakan Karbit Kosentrasi 100 ppm
Berdasarkan langkah kerja diatas diperoleh hasil pengamatan untuk
pemasakan buah pada buah pisang dengan menggunakan karbit yang
berkosentrasi 100 ppm, pada hari pertama untuk warna buah pisang bewarna
hijau, berbau gas etilen dan tekstur masih keras atau mentah. Sedangkan pada
hari kedua buah pisang bewarna hijau, berbau gas etilen dan tekstur masih
keras atau mentah. Pada hari ketiga untuk buah pisang bewarna hijau, berbau
gas etilen dan tekstur lembut. Pada hari keempat buah pisang memiliki
bewarna hijau, berbau gas etilen dan tekstur lembut masuk ke fase pematangan.
Adapun hasil pengamatan pada buah mangga yang didiamkan selama 4 hari
setelah dilumasi cairan karbit dengan kosentrasi 100 ppm, pada hari pertama
untuk buah mangga bewarna hijau, berbau gas etilen dan teksturnya masih
keras atau mentah. Pada hari kedua bewarna hijau kekuningan,berbau gas
etilen dan tektstur agak lembut. Pada hari ketiga warna buah mangga berwarna
hijau kekuningan,berbau gas etilen dan tekstur lembut sudah matang.
Sedangkan pada hari keempat hijau kekuningan, berbau gas etilen dan tekstur
lembut sudah matang.
4.2 Perbandingan Kosentrasi 50 ppm. 75 ppm dan 100 ppm
Berdasarkan hasil pengamatan pada buah pisang dan buah mangga yang telah
direndam menggunakan karbit dengan kosentrasi 50 ppm, 75 ppm dan 100 ppm
menunjukkan hasil warna, bau dan tekstur yang berbeda. Dimana hasil buah pada
kosentrasi 50 ppm rata-rata nilai rangsangan kematangan masih rendah jika dilihat
dari hasil buah pisang dan mangga yang didiamkan selama 4 hari, hal ini terjadi
karena pengaruh kosentrasi yang rendah pada buah pisang dan mangga belum
sepenuhnya memicu pemasakan pada buah tersebut.
Untuk hasil pengamatan pada buah pisang dan mangga yang direndam karbit
dengan kosentrasi 75 ppm menunjukkan pengaruh yang nyata dari warna, bau dan
tekstur. Jika dirata- rata nilai rangsangan pada buah pisang dan buah mangga
dengan kosentrasi karbit sebesar 75 ppm dapat dikatakan pada tahap pertengahan
dalam memicu pemasakan buah. Hal ini terjadi karena pengaruh besar kosentrasi
karbit sebesar 75 ppm terhadap pemasakan atau pematangan buah pisang dan
mangga sehingga jika dilihat hasil keduanya menunjukkan kematangan baik
perubahan warna, bau dan tekstur.
Sedangkan pada perlakuan penggunaan karbit dengan kosentrasi 100 ppm
hasil pengamatan buah pisang dan mangga menunjukkan perubahan yang
signifikan dari warna, bau dan tekstur dibandingkan dengan kosentrasi 50 ppm dan
75 ppm. Dari ketiga perlakuan kosentrasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi kosentrasi karbit atau gas etilen yang digunakan semakin cepat pula
proses pematangan pada buah. Sebaliknya jika kosentrasi karbit yang digunakan
pada buah rendah maka proses pematangan buah akan lambat dan lama.
Adapun literature yang kami dapatkan untuk perbandingan kosentrasi, kami
menemukan perlakuan pemasakan buah dengan kosentrasi 500 ppm, 700 ppm dan
900 ppm. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut bahwa buah mangga pada etilen
500 ppm lebih cepat matang yaitu pada hari 1. Hal tersebut tidak sesuai dengan
pernyataan Abidin (1985) yaitu pada konsentrasi yang semakin tinggi maka buah
akan cepat matang. Mangga optimal pada keadaan jumlah etilen 400-800ppm.
Pemasakan buah terlihat dengan adanya buah yang menjadi lunak.
4.3 Proses Pemasakan Buah
Secara alami, tanaman memproduksi hormon untuk mematangkan buah.
Pemasakan buah merupakan proses yang sangat komplek dan terprogram secara
genetik yang diawali dengan perubahan warna, tekstur, aroma, dan rasa. Selama
proses pemasakan buah, kandungan asam berkurang dan kandungan gula
meningkat menyebabkan terjadinya kenaikan respirasi mendadak yang disebut
klimakterik. Aktivitas respirasi yang sangat tinggi menjadi pemacu biosintesis
etilen yang berperan dalam pemasakan buah. Etilen diperlukan untuk koordinasi
dan penyempurnaan pemasakan buah. Perubahan biokimiawi dan fisiologi tersebut
terjadi pada tahap akhir dari perkembangan buah.
Proses pemasakan buah akan berlangsung secara bertahap. Pemasakan buah
memerlukan udara dan menghasilkan gas CO2. Apabila gas CO2 bereaksi dengan
air (H2O) maka akan terbentuk etilen (C2H4). Oleh karena itu apabila buah sedang
mengalami pemasakan, kandungan etilen di sekitar masa bahan akan semakin
meningkat. Konsentrasi gas etilen di udara normal hanya 0,01 ppm, jika udara
dalam ruang atau tempat penyimpanan buah klimaterik konsentrasi gas etilen
mencapai 0,1 hingga 1 ppm maka sudah dapat memicu proses pemasakan buah.
Proses pematangan buah meliputi dua proses yaitu
1. Etilen mempengaruhi permeabilitas membran sehingga daya permeabilitas
menjadi lebih besar dan kandungan protein meningkat karena etilen telah
merangsang sintesis protein.
2. Protein yang terbentuk terlibat dalam proses pematangan buah karenaakan
meningkatkan enzim yang menyebabkan respirasi klimakterik. Adanya
rangsangan produksi etilen maka aktivitas respirasi akan berpengaruh terhadap
menjadi masak dan tuanya buah atau pematangan buah. Juga etilen memiliki
hubungan erat dengan aktivitas respirasi, karena apabila produksi etilen banyak
maka aktivitas respirasi meningkat yang ditandai dengan makin banyaknya
oksigen yang diserap. Adapun berikut teknik pematangan buah yaitu:
3. Secara tradisional
a. Pematangan buah dapat dilakukan dengan menggunakan daun-daunan muda
yang memiliki banyak kandungan air; caranya buah dimasukkan kedalam
wadah yang telah dialasi daun kemudian buah disusun dan dilapisi daun
dibagian atasnya, demikian seterusnya sampai semua buah tertutup daun dan
dibiarkan selama beberapa hari, proses pematangan buah ini terjadi oleh
pengaruh panas yang terjadi akibat adanya fermentasi daun yang akan
menjadi busuk dan rusak yang menimbulkan panas.
b. Buah diperam dalam tempayan yang terbuat dari tanah liat. Buah disusun di
dalam tempayan dan ditutup dengan kuali, agar udara tidak keluar. Antara
tempayan dan kuali diberi tanah liat dan dibakar, agar udara di dalam
tempayan menjadi panas, sehingga buah menjadi cepat matang. Lama
pemeraman biasanya 2 atau 3 hari.
c. Kantong kertas yaitu Taruh buah di dalam kantong kertas kemudian tutup dan
periksa buah setelah beberapa hari kemudian dan untuk mempercepat proses
pematangan, bisa menambahkan apel atau pisang ke dalam kantong kertas
karena dua buah ini memiliki kadar gas yang tinggi. Buah pisang, misalnya,
bisa melepaskan gas etilena sehingga membantu buah cepat matang.
d. Simpan dalam beras yaitu untuk mempercepat pematangan buah, caranya
benamkan buah di beras untuk mempercepat proses pematangan.
e. Bungkus kain yaitu kain serbet yang bersih atau handuk dapat juga digunakan
untuk mematangkan buah. Caranya, tempatkan buah bersama batangnya lalu
tutup dengan kain tersebut dan tunggu selama beberapa hari. Hasilnya, buah
akan memiliki aroma yang kuat dan tingkat kematangan yang pas.
4. Semi tradisional
Pemeraman dengan karbit dapat dilakukan di pohon atau sesudah dipanen
yang banyak digunakan untuk mempercepat pembusukan makanan olahan seperti
tape singkong dan beras ketan, bahan tambahan makanan ini banyak dijumpai di
toko bahan roti dan kue, cara menggunakan cukup ditaburkan atau dioleskan
kepermukaan buah-buahan kemudian masukkan kedalam kotak penyimpanan
sampai buah masak dengan sempurna.
5. Pematangan secara kimiawi
Tehnik pematangan ini biasanya menggunakan bahan kimia yang banyak
digunakan tukang las karena bahan ini memiliki sifat panas dan bisa terbakar,
salah satunya adalah karbit, namun kelemahan dari bahan ini akan menimbulkan
bau yang tidak sedap dan bisa jadi akan menimbulkan efek negatif dari bahan
kimia ini yang mungkin secara sistemik masuk kedalam jaringan kulit buah dan
menyebabkan kontaminasi kimia kedalam buah.
4.4 Fungsi atau Pengaruh Gas Etilen Terhadap Pemasakan Buah
Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar berbentuk
gas. Etilen dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman hidup pada waktu-waktu
tertentu. Etilen memegang peranan atau berfungsi penting dalam fisiologi
pascapanen produk hortikultura. Etilen akan menguntungkan ketika meningkatkan
kualitas buah dan sayuran melalui percepatan dan penyeragaman pematangan
sebelum dipasarkan, namun etilen memberikan efek yang merugikan dengan
meningkatkan laju sense. Etilen memiliki fungsi dapat menghilangkan warna hijau
pada buah mentah dan sayuran daun, mempercepat pematangan buah selama
penanganan pasca panen dan penyimpanan, serta mempersingkat masa simpan dan
mempengaruhi kualitas buah, bunga, dan sayur setelah panen. Etilen juga
digunakan untuk merangsang pemasakan buatan, dengan tujuan untuk
mengendalikan laju pemasakan buah, sehingga pengangkutan dan penyebaran
produk pasca panen dapat direncanakan dengan hati-hati dan nantinya dapat
diperoleh buah dengan pemasakan yang seragam pada saat buah dipasarkan.
Manfaat (fungsi) lain dari gas etilen itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Mempercepat proses dalam pematangan buah-buahan
2. Merangsang pertumbuhan batang tanaman sehingga menjadi kokoh dan tebal
3. Berperan dalam gugurnya daun
4. Kombinasi gen etilen dengan hormone auksin pada tumbuhan dapat memicu
pembentukan bunga
5. Kombinasi gas etilen dengan sitokinin dapat merangsang pembentukan hormone
antokalin yang berfungsi memacu pembentukan bunga
4.5 Respirasi Klimatorik dan Non Klimatorik
Respirasi juga terjadi pada buah-buahan. Respirasi tidak hanya terjadi pada saat
buah masih melekat di pohonnya namun terus berlanjut ketika buah telah dipetik.
Respirasi merupakan proses biokimia utama yang terjadi pada produk pascapanen.
Selain respirasi proses lain pada perkembangan buah adalah adanya gas etilene
(C2H4). Etilene ini adalah salah satu hormon utama pada tanaman yang berfungsi
menstimulasi pemasakan (ripening) buah.
Berdasarkan laju respirasi (respiration rate) dan produksi etilen (ethylene
production) yang dihasilkan, maka penggolongan buah terbagi menjadi buah
klimaterik dan buah non-klimaterik.
1. Buah klimaterik
Disebut klimaterik apabila jumlah CO2 yang dihasilkan dalam fase
pertumbuhan buah terus menurun dan menjelang senescene produksi CO2
kembali meningkat dan setelah itu menurun lagi. Etilen yang dihasilkan akan
meningkat pada fase pemasakan buah (ripening) dan menurun menjelang fase
pelayuan (senescene). Klimaterik merupakan suatu fase yang banyak sekali
perubahan yang berlangsung. Klimaterik juga diartikan sebagai suatu keadaan
„auto stimulation“ dalam buah sehingga buah menjadi matang yang disertai
dengan adanya peningkatan proses respirasi. Klimaterik merupakan fase
peralihan dari proses pertumbuhan menjadi layu, meningkatnya respirasi
tergantung pada jumlah etilen yang dihasilkan serta meningkatnya sintesis
protein dan RNA. Dapat disimpulkan bahwa klimaterik adalah suatu periode
mendadak yang unik bagi buah tertentu dimana selama proses itu terjadi
pembuatan etilen disertai dengan dimulainya proses pematangan buah, buah
menunjukkan peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah,
sehingga disebut buah klimaterik. Buah-buahan yang tergolong klimaterik antara
lain :
1. Apel (Malus domestica) 12. Pir (Pyrus communis)
2. Aprikot (Prunus armeniaca) 13. Plum (Prunus domestica)
3. Alpukat (Persea americana) 14. Tomat (Solanum lycopersicum)
4. Pisang (Musa sapientum) 15. Sawo (Manilkara zapota)
5. Durian (Durio zibethinus) 16. Srikaya (Annona squamosa)
6. Jambu biji (Psidium guajava) 17. Sukun (Artocarpus communis)
7. Buah kiwi (Actinidia sinensis) 18. Tin/buah ara (Ficus carica)
8. Mangga (Mangifera indica) 19. Sirsak (Annona muricata)
9. Melon (Cucumis melo) 20. Nangka(Artocarpus heterophyllus)
10. Pepaya (Carica papaya) 21. Mameyapple (Mammea americana)
11. Markisa (Passiflora edulis)
2. Buah Non-Klimaterik
Buah non klimaterik adalah apabila CO2 (respiration rate) yang dihasilkan
terus menurun secara perlahan sampai masa senescene. Etilene yang dihasilkan
pun rendah atau tidak mengalami perubahan selama fase perkembangan buah,
mulai dari pembelahan sel sampai fase senescene. Buah Non-Klimaterik
menghasilkan sedikit etilen dan tidak memberikan respon terhadap etilen kecuali
dalam hal degreening (penurunan kadar klorofil).
Untuk membedakan buah klimaterik dari buah non-klimaterik adalah
responnya terhadap pemberian etilen yang merupakan gas hidrokarbon yang
secara alami dikeluarkan oleh buah-buahan dan mempunyai pengaruh dalam
peningkatan respirasi. Buah non-klimaterik akan bereaksi terhadap pemberian
etilen pada tingkat manapun baik pada tingkat pra-panen maupun pasca panen.
Sedangkan buah klimakterik hanya akan mengadakan reaksi respirasi bila etilen
diberikan dalam tingkat pra klimakterik dan tidak peka lagi terhadap etilen
setelah kenaikan respirasi dimulai. Berikut jenis buah non klimaterik :
1. Jambu mete (Anacardium 14. Delima (Punica granatum)
occidentale) 15. Rambutan (Nephelium lappaceum)
2. Ceri (Prunus avium) 16. Rasberi (Rubus idaeus)
3. Ketimun (Cucumis sativus) 17. Stroberi (Fragaria sp)
4. Anggur (Vitis vinifera) 18. Tamarillo (Cyphomandra betacea)
5. Grapefruit (Citrus grandis) 19. Semangka (Citrulus lanatus)
6. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) 20. Terung (Solanum melongena)
7. Lemon (Citrus limonia) 21. Blackberi (Rubus sp)
8. Leci (Litchi sinensis) 22. Duku/Langsat (Lancium
9. Manggis (Garcinia mangostana) domesticum)
10. Buah zaitun (Olea europaea) 23. Lengkeng (Dimocarpus longan)
11. Jeruk manis (Citrus sinensis) 24. Belimbing (Averrhoa carambola)
12. Cabe (Capsicum annuum) 25. Buah naga (Hylocereus undatus)
13. Nenas (Ananas comosus) 26. Salak (Salacca zalacca)
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pada hasil pengamatan yang kami dapatkan dalam kegiatan praktikum ini kami
dapat mempercepat pemasakan buah menggunakan zat pengatur tumbuh dan
menentukan besarnya kosentrasi zat pengatur tumbuh untuk memacu pematangan
buah tertentu. Untuk mempercepat pemasakan buah menggunakan gas etilen atau
karbit. Karbit merupakan senyawa ikatan tidak jenuh yang digunakan untuk
mempercepat pemasakan buah seperti buah pisang dan buah mangga. Kosentrasi
zat pengatur tumbuh atau karbit yang kami gunakan berkosentrasi sekitar 50 ppm,
75 ppm dan 100 ppm. Dari hasil didapatkan pada setiap perlakuan kosentrasi, buah
pisang dan mangga mengalami perubahan warna bau dan tekstur. Hasil tersebut
dapat disimpulkan semakin besar kosentrasi karbit yang digunakan semakin cepat
proses pematangan pada buah.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan 2019. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Universitas Muhammadiyah Jember. Jember

Ridwan,Muhammad. 2017.Laporan PraktikumFisiolovi Tumbuhan. Di ambil dari


Internet Online. https://islidedocs.com/philosophy-of-money.html?utm_source=
laporan-tetap-fistek-ridwan-fix. diakses pada tanggal 26 November 2019 Pukul
18.03 WIB.

Dicky, Bagas dkk. 2017. Laporan Akhir Praktikum Pengantar Fisiologi Tumbuhan “ Uji
Kemasakan Buah “. Di ambil dari Internet Online .
https://dokumen.site/download/laporan-akhir-pengantar-fisiologi-tanaman-
angkatan-53-a5b39f0586856b. dikases pada tanggal 26 November 2019 Pukul
18.07 WIB.

Rony. 2014. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan “Pemasakan Buah” Di ambil dari
Internet Online https://www.academia.edu/12639573/Laporan_Praktikum_ Fisio
logiTumbuhan_pemasakan_Buah. dikases pada tanggal 26 November 2019 Pukul
18.09 WIB.

Diah, Andriani dkk. 2014. Mengatur Pemasakan Buah dengan Menggunakan zar
Pengatur Tumbuh. Di ambil dari Internet Online
https://www.scribd.com/doc/228084188/Laporan-Pemasakan-Buah. Diakses pada
tanggal 26 November 2019. Pukul 18.14 WIB.

Briantika Louise. 2015. Laporan Praktikum Pasca Panen “Pemasakan Buah”. Di ambil
dari Internet Online https://caridokumen.com/download/laporan-praktikum-
pematangan-buah-apriliane-briantika-louise-_5a457054b7d7bc7b7ac09df9_pdf. diakses
pada tanggal 26 November 2019. Pukul 18.16 WIB.
Fachri, Muhammad .2015. Pematang Buah Pacsa Panen. Di ambil dari Internet Online.
https://caridokumen.com/download/pematangan-buah-pasca-panen-
_5a467f94b7d7bc7b7a0ce6c8_pdf. diakses pada tanggal 26 November 2019. Pukul
18.17 WIB.

Lestari dkk .2014. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan “ Pemasakan buah”. Di


ambil dari Internet Online. https://docplayer.info/73326032-Mengatur-kemasakan-
buah-dengan-menggunakan-zat-pengatur-tumbuh.html, diakses pada tanggal 26
November 2109. Pukul 18.18 WIB.

Anonim.2019. Respirasi Buah Klimaerik dan Non Klimaterik. Di ambil dari Internet
Online.https://torajafarmer.wordpress.com/2016/10/23/respirasi-pada-buah-buahan-
klimaterik-dan-non-klimaterik. diakses pada tanggal 26 November 2109. Pukul 18.19
WIB.

Anonim.2019.Buah_klimaterik_dan_Non_klimaterik. Di ambil dari Internet


Online.https://www.academia.edu/36264033/BUAH_KLIMATERIK_DAN_NON_KLIMATER
IK. diakses pada tanggal 26 November 2109. Pukul 18.20 WIB.

Anda mungkin juga menyukai