Disusun Oleh
Carolina Putri
2019610056
4/A-1
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pematangan buah secara komersial di Indonesia masih dilakukan dengan
metode dan teknologi tradisional. Kondisi lingkungan dan fisiologi bahan dalam
pematangan buatan (pengemposan) masih belum dikaji serta metode yang digunakan
belum terintegrasi serta sistemtis. Permasalahan pengkondisian lingkungan maupun ruang
penanganan pasca panen harus dilakukan dengan telitiagar mutu produk
dapatdipertahankan bahkan dapat ditingkatkan pada kondisitertentu.Proses menjadi masak
hasil tanaman banyak dihubungkan dengantimbulnyaetilen, perubahan zat-zat tertentu dan
perubahan fisik tanaman (Satuhu,2004).
Etilen adalah suatusenyawa kimia yang mudah menguap, yang dihasilkan
selama proses masaknya hasiltanaman (terutama buah-buahan dan sayuran). Produksi
etilen erat hubungannya dengan aktivitas respirasi. Aktivitas respirasi yaitu banyaknya
penggunaan oksigen pada prosesnya, karena apabila produksi etilen banyak maka biasanya
aktivitas itu meningkat dengan ditandai oleh meningkatnya penyerapan oksigen oleh
tanaman.namun demikian pemacu aktivitas respirasioleh etilen dapat dikatakan
mempunyaisifat yang berbeda pada hasil tanaman klimaterik dan non klimaterik. Buah
klimaterik adalah buah yang banyak mengandung amilum, seperti pisang, mangga, apel,
dan alpukat yang dapat dipacu kematangannya dengan hormonetilen. Etilen endogen yang
dihasilkan oleh buah yang telah matang dengan sendirinya dapat memacu pematangan pada
sekumpulan buah yang diperam bersama. Sedangkan buah non-klimaterik adalah buah
yang kandungan amilumnya sedikit, seperti jeruk, anggur, semangka, dannanas. Pemberian
etilen pada jenis buah ini dapat memacu laju respirasi, tetapitidak dapat memacu produksi
etilen endogen dan pematangan buah (Setyo, 2001).
B. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat dua teori yang menerangkan terjadi fase klimakterik yaitu dengan teori perubahan
fisik, klimakterik disebabkan adanya perubahan permeabilitas dari jaringan, kemudian dengan
teori perubahan kimia yaitu setelah ditambahkansenyawa asam malat, kenaikan produksi C terjadi
pada buah yang mengalami faseklimakterik, kejadian ini disebut mallate effect. Selanjutnya, dalam
prosesklimakterik yang terjadi pada buah pisang, telah dilakukan beberapa penelitiandengan
menggunakan beberapa tingkatan kematangan dari buah tersebut. Jika pada tingkat kematangan
secara kuantitatif dianalisis secara kuantitatif dianalisis jumlah C yang diproduksi, ternyata pada
umumnya proses difusi air dengan jumlah produksi C mempunyai hubungan linier (Muchtadi,
1992).
Peranan Etilen dalam Proses Pematangan Buah pisang termasuk buah klimakterik jika
ditinjau dari tipe respirasinya, yaitu dalam proses pemasakan ditandai oleh peningkatan laju
respirasi setelah mengalami penurunan. Sama halnya dengan laju produksi etilen yang disertai
dengan terjadinya perubahan fisik dan kimia buah.Perubahan yang terjadi meliputi perubahan
susut bobot, rasio bobot daging perkulit buah, kelunakan, warna kulit buah, total asam tertitrasi,
dan kandungan gula.Tingginya tingkat laju respirasi buah selama pemasakan biasanya terkait
dengan cepatnya proses deteriorasi (kemunduran). Hal ini merupakan salah satu faktorkehilangan
hasil. Selain itu faktor lainnya yaitu mikroorganisme dan penanganan pasca panen yang tidak
(Tranggono, 1990).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Hasil
Hari Warna Tekstur Aroma Rasa Keterangan
Hari 1 Coklat muda, Semi lunak Aroma duku Asam manis Masih bisa
bercak hitam (tidak dikonsumsi, dan
sangat sedikit menyengat) masih terlihat segar
Hari 2 Coklat muda, Semi lunak Aroma duku Asam manis Masih bisa
bercak hitam (tidak dikonsumsi, dan
cukup banyak menyengat) masih terlihat segar
Hari 4 Didominasi Lunak Aroma duku Asam manis Lebih baik tidak
oleh bercak (menyengat) (menyengat) dikonsumsi, dan
hitam terlihat sudah tidak
segar
Hari 5 Bercak hitam Sangat Aroma duku Asam manis Tidak bisa
(hitam) Lunak (menyengat) (menyengat) dikonsumsi, dan
sudah tidak segar
B. Pembahasan
Praktikum ini menggunakan buah duku sebagai buah percobaan yaitu terdapat 10
buah duku yang kira-kira memiliki ukuran yang sama. Perubahan yang paling sangat
Nampak yaitu dari perubahan warna; Warna pada buah-buahan disebabkan oleh adanya
pigmen yang pada umumnya dibedakan atas beberapa kelompok. Warna hijau dominan
pada buah mentah disebebkan oleh pogmen klorofil, dan pada masuk di fase masak klorofil
akan menghilang sehingga pigmen yang dominan adalah karotenoid dan anthosianin.
Selanjutnya yang sangat terasa perbedaannya adalah dari segi rasa dan tekstur.
Tekstur pada buah dan sayuran tergantung kepada tekanan turgor, ukuran dan bentul sel,
keteraikatan sel-sel, terjadi perubahan komposisi dinding sel yang menyebabkan
menurunnya tekanan turgor sel sehingga kekerasan buah menurun. Selama proses
pemasakan, lebih dari 40% pectin tidak larut yang ada pada dinding sel diubah menjadi
pectin yang larut dalam air, hal ini tersebut mengakibatkan pelunakan buah selama proses
pematangan. Dan rasa nya pun signifikan berubah dari asam hingga manis, hal ini
diakibatkan karena ada perubahan karbohidrat atau proses perombakan pati yang banyak
menjadi gula.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pematangan buah dapat dipicu hanya dengan menyimpannya dalam wadah dengan
suhu ruangan, dan perubahan dari proses pematangan tersebut bisa diitnjau dari perubahan
warna, rasa, tekstur, bahkan aroma. Hal ini adalah hal yang biasa terjadi pada buah-buahan
ataupun sayur-sayuran, karena mekanisme sel yang bekerja didalam selalu mengubah pati
menjadi gula khususnya pada perubahan rasa, serta ketergantungan tekanan vigor
menyebabkan perubahan tekstur yang awalnya keras, menjadi lunak, dan juga perubahan
yang sangat signifikan bedanya adalah warnanya, hal ini disebabkan oleh menghilangnya
pigmen klorofil setelah masuk proses pematangan.
B. Saran
Ada banyak cara secara alami tanpa bantuan bahan zat kimia ataupun alat, untuk
memperlambat ataupun mempercepat proses pematangan. Jadi sebaiknya, lakukan hal-hal
yang tidak memaksa khususnya dalam proses pematangan buah, karena hal ini dapat
merusak struktur atau manfaat dari buah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Tranggono dan Sutardi, 1990.Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat Antar Universitas
Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM 2
Disusun Oleh
Carolina Putri
2019610056
4/A-1
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman hias merupakan salah satu komoditas pertanian yang akan selalu
dibutuhkan manusia dan berperan penting dalam perdagangan komoditas pertanian. Bisnis
dan perdagangan bunga dan tanaman hias di Indonesia kini semakin berkembang dengan
pesat. Salah satu bagian dari tanaman hias adalah bunga potong (cut flower). Sejak awal
perkembangan pertanian, bunga potong telah memiliki peran dalam industru tanaman hias.
Meski dalam jumlah yang sedikit cenderung konstan, namun bunga potong secara kontinyu
terus dibutuhkan di berbagai macam bidang dan kegaitan. Mulai dari bunga hias dalam
jambangan, buker sebagai ucapak hari kebahagiaan, dekorasi ruangan acara-acara tertentu
hingga acara kematian. Kendala utama pasca panen adalah penurutan kualitas bunga akibat
dari proses respirasi dan transpirasi serta kurangnya nutrisi selama dalam keragaan. Kurang
lebih 20% dari produk bunga potong yang dipanen tidak layak jual karena penururna
kualitas dan kerusakan yang terjadi mulai dari pemanenan, pengemasan, pengiriman dan
penjualan. (Suyanti, 2002)
Pewarnaan buatan yang diaplikasikan pada bunga potong akan memberikan daya
tarik tersendiri bagi bunga tersebut. Khususnya jika hasil pewarnaan membuat bunga
tampak lebih cantik dan indah. Salah satu warna bunga yang sulit ditemukan di alam dan
warna biru. Pewarnaan biru pada bunga potong diharapkan akan lebih menarik konsumen
dan daya apresasi terhadap produk ini akan lebih tinggi sehingga ikut meningkatkan nilai
jualnya. Selain itu meningkatkann nilai jualnya, diharapkan dengan pewarnaan ini masa
pajang bunga potong juga akan lebih lama.
B. Tujuan
Mengetahui perubahan yang terjadi pada pewarnaan bunga potong
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Krisan adalah tanaman semusim yang sangat menarik dengan beragam jenis, bentuk,
ukuran dan warnanya. Kultivar-kultivar krisan baru sangat banyak bermunculan dan saat ini
beragam warna dan bentuk bunga krisan telah diperkenalkan oleh nursery dan floris terkemuka di
dunia. Di Amerika, krisan sering disebut “Ratu musim gugur”. Krisan juga merupakan bunga
nasional negara Jepang (Krisantini, 2006). Bunga Krisan potong merupakan salah satu tanaman
hias yang eksotik dan bernilai tinggi di antara produk bunga potong lainnya seperti mawar,
anthurium, gerbera, lili dan tulip.
Krisan memiliki nama lain di Indonesia yaitu “Seruni”. Krisan termasuk famili Asteraceae.
Terdapat kurang lebih 150 spesies yang tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah yang beriklim
sedang. Batangnya berkayu dan membentuk semak, perdu, ada juga yang tidak berkayu. Daun
berlekuk dangkal dan dalam, berwarna hijau muda kelam, berbulu halus, mempunyai aroma
tertentu. Bunga keluar dari ujung percabangan, petalnya banyak tersusun menurut lingkaran,
membentuk malai datar dengan dasar bunga melebar. Warna bunga bervariasi mulai dari kuning,
putih, merah, jingga hingga ungu (Soekartawi, 1996).
Pada umumnya tanaman krisan diperbanyak dengan stek pucuk. Penyetekan merupakan
proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman yang jika
ditempatkan pada kondisi optimum akan berkembang menjadi satu tanaman lengkap (Hartman,
Flocker and Kofranek, 1981). Tanaman yang diambil sebagai indukan adalah yang telah berumur
minimal 1 tahun . Tunas air yang keluar dari rumpun diambil sepanjang 3-8 cm atau sebanyak 3-
4 ruas. Lalu daun bagian atas dipotong, diambil pucuknya. Setelah itu ditanam pada bak berisi
pasir atau sekam bakar yang diberi alas agar air tetap tersedia. Jaga temperatur di sekitar 17°C.
Jarak tanam rapat dan hindarkan penyinaran langsung dengan cara bak tanam dapat ditutup dengan
kain blacu.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Hasil
Perubahan
Warna Mekar Kuncup Kering Rontok Kondisi
Warna
Terjadi perubahan Bunga krisan pada
Hijau
Mekar pada Rontok warna pada hari hari ke-5 sudah
- Rontok pada
Biru hari ke-1 pada hari ke-2 hingga hari mengalami
hari ke-5
dan ke-2 ke-5 ke-5 namun tidak kerontokan dan
Hitam telalu telihat jelas mulai mengering
B. Pembahasan
Pada Pada praktikum yang saya lakukan ini bisa dikatakan gagal, karena terjadi perubahan
warna namun hanya sedikit terhadap bunga krisan, terjadi perubahan pada kelopak bunga yaitu
layu, kering dan rontok dimulai dari hari ke 4. Saya sendiri sebagai praktikan tidak tau persis
letak kesalahan dimana, mungkin salah dalam memilih bunga atau mungkin bisa jadi larutan
yang saya buat tidak sesuai aturan, sehingga menyababan kegagalan dalam praktikum ini.
Pada pewarnaan bunga, warna bunga yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah jenis warna, konsentrasi, dan lama perendaman tangkai bunga. Ffungsi dari
pewarnaan bunga sedap malam itu sendiri ialah untuk memperindah bung aitu sendiri dan
meningkatkan nilai jual.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada pewarnaan bunga sedap malam ini harus memperhatikan beberapa factor
penting yang mempengaruhi keberhasilan diantaranya adalah jenis warna, konsentrasi, dan
lama perendaman tangkai bunga. Oleh karena itu penting untuk mengetahui jenis warna
apa yang baik digunakan, berapa konsentrasi yang paling baik dipakai, dan berapa lama
sebaiknya tangkai bunga disimpan.
B. Saran
Dalam melakukan praktikum ini, tentunya harus teliti dan cermat dalam membuat
larutan dan memilih pewarna serta bunga sedap malam itu sendiri agar hasilnya sesuai
dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Krisantini. 2006. Produksi Krisan Pot. Budidaya Bunga dan Tanaman Hias. PS Hortikultura,
Departemen AGH , Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Suyanti. 2002. Teknologi pasca panen bunga sedap malam. Jurnal Litbang Pertanian Vol 21
(1).Balai Penelitian Tanaman Hias. Cianjur.
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM 3
Disusun Oleh
Carolina Putri
2019610056
4/A-1
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman hias merupakan salah satu komoditas pertanian yang akan selalu
dibutuhkan manusia dan berperan penting dalam perdagangan komoditas pertanian. Bisnis
dan perdagangan bunga dan tanaman hias di Indonesia kini semakin berkembang dengan
pesat. Salah satu bagian dari tanaman hias adalah bunga potong (cut flower). Sejak awal
perkembangan pertanian, bunga potong telah memiliki peran dalam industru tanaman hias.
Meski dalam jumlah yang sedikit cenderung konstan, namun bunga potong secara kontinyu
terus dibutuhkan di berbagai macam bidang dan kegaitan. Mulai dari bunga hias dalam
jambangan, buker sebagai ucapak hari kebahagiaan, dekorasi ruangan acara-acara tertentu
hingga acara kematian. Kendala utama pasca panen adalah penurutan kualitas bunga akibat
dari proses respirasi dan transpirasi serta kurangnya nutrisi selama dalam keragaan. Kurang
lebih 20% dari produk bunga potong yang dipanen tidak layak jual karena penururna
kualitas dan kerusakan yang terjadi mulai dari pemanenan, pengemasan, pengiriman dan
penjualan. (Suyanti, 2002).
Bunga potong merupakan salah satu komoditi dari tanaman hias yang mudah rusak
dan sulit mempertahankan diri dari kekeringan. Hal ini disebabkan kandungan air jaringan
bunga tersebut tinggi. Kualitas bunga potong dan harga jual sangat berhubungan erat.
Komponen kualitas melliputi penampilan yang mencakup ukuran, bentuk, warna, kilap,
cacat, keamanan dan umur. Batang atau tangkai bunga tidak sepenuhnya dapat memasok
semua bahan yang dibutuhkan untuk menambah berat kering perlu penambahan senyawa
yang berasal dari larutan. Kerbohidrat merupakan pemasok untuk perkembangan respirasi
yang sangat penting dalam mempertahankan kuallitas da lama hidup dalam vas bunga
potong tersebut
B. Tujuan
Praktikan dapat megetahui berbagai macam larutan yang dapat digunakan dalam media
dalam vas bunga potong
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penanganan pasca panen dapat menekan kehilangan pasca panen dan menjaga kualitas nutrisi.
Faktor yang mempengaruhi kemunduran komoditas yaitu faktor fisik, fisiologi komoditas,
mekanis, dan kebersihan ruang simpan. Bunga potong merupakan makhluk hidup yang melakukan
proses metabolisme yang tinggi dan mempunyai masa simpan yang pendek. Faktor lainnya
meliputi hama dan penyakit. Faktor lingkungan meliputi suhu, kelembaban relatif dan
keseimbangan oksigen dalam ruang simpan (Sudheer dan Indira,2007). Penanganan yang tepat
pada bunga potong merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena hal tersebut akan
mempengaruhi nilai jual komoditas tersebut.
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Hasil
Perubahan
Perlakuan Mekar Kuncup Kering Rontok Kondisi
Warna
Tidak Tidak Bunga bisa
kering rontok bertahan paling
Gula Pasir
hingga hari hingga hari lama dari
Tidak ada ke-5 ke-5 perlakuan lainnya
Tidak terjadi Tidak
bunga yang Terlama kedua
Air Soda pemekaran terjadi
kuncup saat Mengalami Mengalami setelah gula pasir
pada saat diberi perubahan
diberi kekeringan kerontokkan Sama-sama hanya
Alkohol perlakuan warna
perlakuan kelopak kelopak bertahan dan
daun pad bunga pada mengalami
Cuka hari ke-4 hari ke-5 perubahan pada
hari ke-2
B. Pembahasan
Perlakuan yang menyebabkan bunga dapat bertahan paling lama adalah perlakuan
dengan menggunakan gula pasir, karena seperti yang sudah kita ketahui dalam prosen
fotosintesis dan respirasi karbohidrat menjadi salah satu peran penting agar siklus
fotosintesis dan respirasi dalam berjalan terus, dan gula pasir adalah salah satu sumber
karbohidrat yang digunakan di salah satu perlakuan praktikum. Kedua disusul oleh air
soda, yang sudah kita ketahui juga bahwa air soda menganduung banyak gula
(karbohodrat) yang juga bisa membantu memperpanjang masa hidup dari bunga potong.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam disimpulan bahwa untuk menjaga bunga potong agar tetap bisa bertahan lebih lama
didalam vase yaitu pemberian nutrisi, salah satunya adalah pemberian gula pasir pada vase
dimana bunga potong disimpan sebagai hiasan, ataupun untuk para penjual bunga potong
agar bunga selalu terlihat sehat dan masih segar. Dan dari empat perlakuan yang sudah
dilakukan, bahwa memang terbukti pemberian gula pasir bisa membuat bunga bertahan
lebih lama dari perlakuan pemberian air soda, alcohol, dan cuka.
B. Saran
Selain memilih bunga yang memang sehat, dalam pengguanaan bahan-bahan untuk
memperlambat proses layu pada bunga potong hal juga diperhatikan adalah dosis yang
digunakan, agar mendapatkan hasil yang diiginkan
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian. 2001. Formula untuk Memperpanjang Kesegaran
Bunga Potong. <http://www.litbang.pertanian.go.id/teknologi/one/14/>. Diakses tanggal
19 Mei 2015.
Suyanti. 2002. Teknologi pasca panen bunga sedap malam. Jurnal Litbang Pertanian 21: 24-
31.
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM 4
Disusun Oleh
Carolina Putri
2019610056
4/A-1
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hasil panen produk pertanian yang akan dipanen harus sudah berada pada tingkat
kematangan yang maksimum. Hal ini dimaksudkan agar mutu dan tingkat kematangan
pada suatu buah-buahan maupun sayuran jenis horikultura saat panenharus benar-benar
baik. Setelah komoditas pertanian dipanen, perlu adanya penanganan pasca panen yang
tepat supaya tidak terjadi tepat supaya tidak terjadi penurunan kualitas. Komoditas
hortikultura kebanyakan dikonsumsi dalam keadaan segar sehingga perlu penanganan
pasca panen yang ekstra supaya tetap segar. Penanganan pasca panenyang dapat dilakukan
setelah pemanenan yaitu mempertahankan kualitas dalamwaktu selama mungkin
bukan meningkatkan kualitas komoditas tersebut.
Komoditas hortikultura baik berupa buah dan sayur, setelah dipanen masihtetap
memiliki jaringan hidup. Buah dan sayur yang telah dipanen masih tetapmenjalankan
aktifitas fisiologis yaitu transpirasi dan respirasi. Kegiatan transpirasimenyebabkan
hilangnya air dari komoditas, berpengaruh terhadap kesegarankomoditas. Sedangkan
respirasi menyebabkan berkurangnya cadangan makanan dalam bentuk pati dan
gula! dalam komoditas, mengurangi rasa dari komoditas terasa hambar, memacu
senescence komoditas dan memacu pembusukkan."ranspirasi dan respirasi merupakan
penyebab utama kerusakan pada komoditashortikultura setelah dipanen.
Perlakuan suhu rendah dapat memperpanjang umur simpan buah. Suhu
inimerupakan suhu optimum agar buah tetap dalam kondisi baik walaupun daya simpan
lama. alam penyimpanan suhu rendah perlu diperhatikan suhu yang
digunakan,agar tidak terjadi kerusakan fisiologis pada buah yang dapat menurunkan mutu
buah itu sendiri. Kerusakan tersebut dapat berupa chilling injury maupun freezing injury.
B. Tujuan
Setelah melalukan praktikum diharapkan praktikan: mengetahui cara
meningkatkan daya simpan dan cara pengemasan yang dapat memperpanjang daya simpan
dan mempertahankan mutu buah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penanganan pasca panen merupakan tindakan atau perlakuan yang diberikan pada
hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen istilah tersebut
secara keilmuan lebih tepat disebut pasca produksi yang dapat dibagi dalam 2 tahapan,
yaitu pasca panen dan pengolahan. Penanganan pasca panen seringdisebut sebagai
pengolahan primer merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai
panen sampai komoditas dapat dikonsumsi segar atau untuk persiapan pengolahan
berikutnya. (Winarno, 2001)
Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya
atau hasil dari penambangan alam yang dungsinya membuat bahan hasil panen tidak
mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses
selanjutnya. Sayuran dan buah diapanen ketika tanaman segar dengan kelembaban tinggi
sehingga dibedakan dari tanaman lapangan, yang dipananen pada tahap matang untuk biji-
bijian, kacang-kacangan, biji minyak atau serat. Kadar air yang tinggi pada sayuran dan
buah membuat penanganan, transportasi dan pemasaran masalah khususnya terutama di
daerah tropis. (Babalola, 2010)
Perlakuan suhu rendah dapat memperpanjang umur simpah buah. Suhu ini
merupakan suhu optimum agar buah tetap dalam kondisi baik walaupun daya simpan lama.
Dalam penyimpanan suhu rendah perlu diperhatikan suhu yang digunakan agar tidak
terjadi kerusakan fisiologis pada buah yang dapat menurunkan mutu buah itu sendiri.
Kerusakan tersebut dapat berupa chilling injury maupun freezing injury. (Dhalimi, 1990)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Hasil
Hari Perlakuan Warna Tekstur Aroma Rasa Keterangan
Tidak ada
Semua aroma Pada dasarnya belum
Masih Manis,
warna yang terjadi perubahan
keras tidak ada
1 buah masih menyengat, apapun dari semua
kecuali rasa yang
terlihat hanya perlakuan di hari
pisang menyengat
segar aroma pertama
buah
Masih
Semua Semua jenis buah bisa
layak
buah sudah terlihat perubahannya,
Masih Tidak ada dikonsumsi,
terlihat namun buah yang
keras aroma masih
2 langsung disimpan di lemari
kecuali yang terasa
mengalami pendingin tidak terlalu
pisang menyengat manis
perubahan banyak mengalami
untuk
warna perubahan
semua buah
Pembusukan sangat
Pengalami
Aroma terlihat jelas pada buah
perubahan
Sudah menyengat Lebih baik yang hanya disimpan
warna
3 dominan sudah untuk tidak diruang terbuka,
yang
melunak mulai dikonsumsi sedangkan pada kulkas
sangat
tercium masih terlihat cukup
jelas
bagus
B. Pembahasan
Suhu merupakan factor lingkungan yang sangat memperngaruhi laju penurunan
mutu buah. Suhu erat kaitannya dengan laju respirasi buah. Jika suhu penyimpanan
meningkat akan mengakibatkan kenaikan laju respirasi buah, ini akan menyebabkan laju
penurunan mutu buah akan semakin cepat. Penggunaan suhu rendah dapat mengurangi laju
respirasi buah, sehingga dapat memperpanjang masa simpannya. Tetapi buah-buahan
tropika sangat sensitive terhadap perlakuan suhu. Jika suhu penyimpanan dibawah suhu
optimum penyimpanan, buah akan mengalami kerusakan dingin yang dapat mempengaruhi
kualitas buah seperti timbunya bercak-bercak hitam atau terjadinya pematangan tidak
sempurna.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam praktikum ini, kita bisa menyimpulkan bahwa suhu adalah factor
lingkungan paling mendukung dalam proses penyimpanan buah-buahan, bisa dilihat juga
dari hasil praktikum bahwa kondisi buah yang disimpan dalam lemari pendingin jauh lebih
baik dari perlakuan-perlakuan lainnya seperti disimpan pada suhu ruangan, dibungkus, dan
didalam kota. Hal ini karena suhu rendah dapat mengurangi laju respirasi buah, sehingga
dapat memperpanjang masa simpannya.
B. Saran
Dalam melakukan praktikum hal-hal kecil yang perlu diperhatikan adalah jenis
buah yang digunakan, dan juga kondisi awal dari buah tersebut, karena kondisi awal buah
sangat mempengaruhi kondisi setelahdiberikan perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA
MENINGKATKAN DAYA SIMPAN DAN MUTU SAYUR BUAH DAN SAYUR DAUN
Disusun Oleh
Carolina Putri
2019610056
4/A-1
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
TINJAUAN PUSTAKA
Penanganan pasca panen merupakan tindakan atau perlakuan yang diberikan pada
hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen istilah tersebut
secara keilmuan lebih tepat disebut pasca produksi yang dapat dibagi dalam 2 tahapan,
yaitu pasca panen dan pengolahan. Penanganan pasca panen seringdisebut sebagai
pengolahan primer merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai
panen sampai komoditas dapat dikonsumsi segar atau untuk persiapan pengolahan
berikutnya. (Winarno, 2001)
Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya
atau hasil dari penambangan alam yang dungsinya membuat bahan hasil panen tidak
mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses
selanjutnya. Sayuran dan buah diapanen ketika tanaman segar dengan kelembaban tinggi
sehingga dibedakan dari tanaman lapangan, yang dipananen pada tahap matang untuk biji-
bijian, kacang-kacangan, biji minyak atau serat. Kadar air yang tinggi pada sayuran dan
buah membuat penanganan, transportasi dan pemasaran masalah khususnya terutama di
daerah tropis. (Babalola, 2010)
Perlakuan suhu rendah dapat memperpanjang umur simpah buah. Suhu ini
merupakan suhu optimum agar buah tetap dalam kondisi baik walaupun daya simpan lama.
Dalam penyimpanan suhu rendah perlu diperhatikan suhu yang digunakan agar tidak
terjadi kerusakan fisiologis pada buah yang dapat menurunkan mutu buah itu sendiri.
Kerusakan tersebut dapat berupa chilling injury maupun freezing injury. (Dhalimi, 1990)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Hasil
Hari Perlakuan Warna Tekstur Aroma Rasa Keterangan
Pembusukan sangat
Aroma terlihat jelas pada sayur
Pengalami Sudah
menyengat Lebih baik yang hanya disimpan
perubahan dominan
3 Perlakuan 1 hingga 6 sudah untuk tidak diruang terbuka,
warna yang melunak dan
mulai dikonsumsi sedangkan pada kulkas
sangat jelas layu
tercium masih terlihat cukup
bagus (tomat)
B. Pembahasan
Sayuran seperti produk hortikultura lainnya, merupakan produk pertanian yang
mudah busuk sehingga penanganannya mulai dari saat panen harus hati-hati agar
kualitasnya dapat terjaga sampai ke tangan kosnumen dan memperoleh harga jual yang
tinggi. Bila telah dipanen, tidak ada perlakuan yang dapat meningkatka kualitas hasil
sayurn, yang dapat dilakukan adalah mempertahankan kualitas tersebut.
Factor-faktor yang menyebabkan turunnya kualitas dan susut panen sayuran adalah;
tutunnya kadar air, kerusakan mekais, penguapan, berkembangnya mikroba dan sesitivitas
terhadap etilen. Oleh karena itu penangan pasca panen harus memperhatikan
danmeminimalisir hal-hal yang menyebabkna penurutan kualitas dan susut panen sayuran
tersebut.
Hal pertama yang penting ketika ingin menyimpan sayuran yaitu melakukan sortasi,
yaitu pada saat melakukan pembelian lebih baik kita benar-benar memilih konsisi sayuran
yang terlihat segar, tidak ada tanda-tanda kelayuan ataupun pembusukan, lalu hal kedua
yaitu pembersihan, hal ini ini dilakukan agar sayuran terhindar dari jenis-jenis mikroba
yang dapat mempecepat proses pembusukan.
Penyimpanan sayuran dapat memperpanjang keguaan dan ketersediaan sayuran
karena kemunduran kesegaran dapat diperkecil. Penyimpanan sayuran dapat dilakukan
diluar atau didalam lemari pendingin. Penyimpanan didalam lemari pendingin merupakan
cara terbaik kaena komoditi syuran memperokeh suhu dan lemebaban relative yang
optimum sehingga terjaga kesegarannya dalam jangka waktu yang realtif lama.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam upaya mempertahankan kualitas tanaman hortikultura khususnya sayur-
sayuran antara sayuran daun ataupun sayuran buah ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu pertama perlu dilakukan pemilihan diawal pembelian, lalu tidak lupa
untuk selalu mengalukan pembersihan/pencucuian segera setelah pembelian dilakukan.
Dan untuk penyimpanannya, hal yang sangat benar untuk penyimpanan adalah disimpan
didalam lemari pendingin, sama halnya dengan menjaga mutu buah, kebanyakan sayuran
pun agak bertahan lebih lama ketika disimpan didalam lemari pendingin. Itu juga bisa
dibuktikan ketika saya melakukan praktikum ini.
B. Saran
Dalam memilih jenis sayuran pastikan bahwa sayuran memang sebaiknya tidak
disimpan lebih dari 3 hari, karena pasti akan mengalami kelayuan pada daun-daunnya.
Dan juga bisa lebih cermat dalam memilih dan menindaki jenis sayuran yang dibeli.
DAFTAR PUSTAKA
MERANGKAI BUNGA
Disusun Oleh
Carolina Putri
2019610056
4/A-1
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bunga berperan sebagai pemanis ruangan, media dalam memberikan rasa simpati
kepada seseorang baik sedang berduka maupun bersuka. Bunga juga dijadikan sebagai
penghias dalam berbagai acara. Bunga yang digunakan untuk berbagai kegiatan bunga
potong dan bunga rangkaian. Bunga potong adalah setangkai atau lebih bunga yang
dikemas maupun tidak. Bunga rangkaian digunakan untuk hand bouqet, bouqet, bunga
krans dan bunga meja.
Hand bouqet (bunga tangan) adalah beberapa jenis bunga potong yang dirangkai
dan dibungkus dalam media plastik atau kertas. Bouqet adalah karangan bunga. Bunga
krans adalah rangkaian bunga yang berbentuk lingkaran dan merupakan salah satu
rangkaian bunga untuk ucapan belasungkawa.Bunga meja adalah rangkaian bunga potong
yang disusun di media dalam vas bunga dan ditempatkan di atas meja. Pada kesempatan
ini praltikan merangkai bunga meja.
B. Tujuan
Praktikan bisa merangkai buanga dengan baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelompok tanaman hias bunga potong umumnya lebih banyak diminati karena bernilai
ekonomis tinggi dengan warna bunga yang menarik dan volume bunga yang dapat mencapai
jumlah yang besar. Tanaman hias yang bernilai ekonomis sebagai bunga potong harus memenuhi
persyaratan yakni; 1) berwarna indah, mulus, bersih, tidak bernoda dan baunya wangi tidak
menyengat; 2) bunga dapat bertahan lama setelah dipotong; 3) tangkai bunga cukup panjang dan
kuat; 4) bunga tidak mudah rusak dalam pengepakan dan; 5) bunga dihasilkan oleh tanaman yang
subur dan mudah berbunga tanpa mengenal musim. beberapa jenis bunga potong yang terkenal di
indonesia adalah anggrek, krisan, mawar, anyelir, gladiol, gerbera dll. Untuk mengurangi
kehilangan hasil yang disebabkan oleh kerusakan yang sering timbul setelah panen pada tanaman
hias seperti layu, patahnya batang dan daun, serta lepasnya kelopak bunga, maka diperlukan
perhatian khusus pada penanganan pasca panennya agar produk mempunyai fase hidup atau daya
simpan yang lama. penanganan pasca panen bunga merupakan suatu kegiatan yang memberikan
perlakuan-perlakuan terhadap bunga, setelah bunga tersebut dipanen sampai bunga itu diterima
oleh konsumen. Umumnya penanganan pasca panen tanaman hias lebih banyak dilakukan untuk
kelompok tanaman hias bunga potong dibanding dengan kelompok tanaman hias yang lain, hal ini
karena pertimbangan nilai ekonomis bunga potong dengan warna yang menarik dan volume bunga
potong yang dapat mencapai jumlah besar saat dilakukan pengiriman atau pemasarannya.
(Dhalimi, 1990)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Hasil
B. Pembahasan
Dalam merangkai bunga ini tidak banyak effort yang diberikan, hanya butuh kesabaran
dan kekereatifitas, dalam memilih jenis bunga daun-daunan, warna bunga, serta vase
yang terlihat cocok agar memberikan nilai plus untuk orang yang melihat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Merangkai bunga adalah salah satu kemampuan yang tidak mudah tapi bisa dipelajari, dan
juga bisa menjadi nilai plus dalam membuat usaha, seperti yang sudah sering kita temui
dalam acara khusus seperti pernikahan, wisuda, bahka pemakaman juga tak jarang
menggunakan jasa perangkai bunga untuk mencocokkan suasana acara agar lebih terdekor
dan lebih enak dipandang. Untuk itu merangkai bunga bisa dikatakan salah satu profesi
jasa yang tak jarang orang ketahui, tetapi memiliki potensi yang besar khususnya dalam
ber-usaha.
B. Saran
Dalam melakukan praktikum ini sebaiknya mencari referensi bentuk dan model dari
internet agar dalam pemilihan jenis dan warna bunga lebih mudah untuk merangkainya.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh
Carolina Putri
2019610056
4/A-1
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial
dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang
dengan imbalan uang. Dalam ilmu ekonomi mainstream, konsep pasar adalah setiap
struktur yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan
informasi. Pertukaran barang atau jasa untuk uang adalah transaksi.
Pasar memfasilitasi perdagangan dan memungkinkan distribusi dan alokasi sumber
daya dalam masyarakat. Menurut klasifikasinya, Pasar terdiri dari Pasar Tradisional dan
Pasar Modern.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai
dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-
menawar. Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang
dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Sedangkan Pasar modern tidak banyak
berbeda dari pasar tradisional, hanya saja penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara
langsung, melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode),
berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau
dilayani oleh pramuniaga.
B. Tujuan
Mengetahui melihat langsug keadaan buah dan sayur yang ada dipasar tradisiona dan
modern
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Buah dan sayur yang dijual di pasar modern (super market) pada umumnya berasal dari
petani yang sudah mengkhususkan diri melayani permintaan super market tersebut. Umumnya
petani ini biasanya sudah maju dalam arti memiliki modal besar, pengetahuan yang baik,
penggunaan sarana produksi yang unggul sehingga produk yang dihasilkan lebih baik dibanding
produk yang dihasilkan petani tradisional.
Untuk pengemasan dapat dilakukan dengan berbagai cara, untuk yang pertama buah dan
sayuran dikemas dalam plastik yang memiliki daya lekat yang kuat, lentur dan tidak mudah sobek
sehingga menjadikan buah dan sayuran tetap segar, tahan lama, tidak kering dan melindungi serta
menjaga tetap bersih. Misalnya pada bunga kol, kobis, brokoli, luttuce dan lain sebagainya. Cara
yang kedua buah dan sayuran dimasukkan ke dalam plastik polyetilen yang diberi lobang-lobang
yang memungkinkan terjadinya sirkulasi udara. Cara yang ketiga adalah tidak dilakukannya
pengemasan, tetapi buah dan sayuran diletakkan pada lemari pendingin yang terbuka yang kadang-
kadang disemprot dengan butir-butir air yang halus untuk mengurangi penguapan, seperti sayur-
sayuran daun, apel, jeruk, anggur dan lain. (Arya, 2012)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Hasil
Pasar Modern (Giant Lebak Bulus)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap tempat pembelian mempunyai kekurangan dan kelebihnya masing-masing, pasar
modern memberikan sayur dan buah yang lebih bagus dan fresh tetapi perlu dicuci lebih
intens dibandingkan pembelian sayur dan buah yang ada di pasaran, karena pedagang pasar
tradisional langsung megambil sayuran langsung dari para petani, jadi tanpa adanya
perlakuan intens untuk menjaga kualitas dalam waktu penyimpanan yang lebih lama.
B. Saran
Harus cermat dalam memilih sayur dan buah-buahan, dan tidak lupa selalu dan
membiasakan mencuci jenis-jenis sayur dan buah-buahan sebelum diolah dan dikonsumsi
DAFTAR PUSTAKA
Ulil, A.2012.Penanganan Pasca Panen Buah dan Sayuran di Pasar Tradisional dan
Modern.WebUnair; Surabaya.