Anda di halaman 1dari 34

Klasifikasi Tanah

“KLASIFIKASI TANAH”

Klafikasi tanah adalah usaha untuk membeda-bedakan tanah


berdasarkan atas sifat-sifat yang Dimilikinya .
Nampak secara nyata bahwa tanah di permukaan bumi kita ini
sangat berbeda- beda, misalnya ada yg berwarna merah,hitam,
kelabu, ada yang berstruktur pasir, liat dan sebagainya.

Hal ini sangat penting karena tanah-tanah dengan sifat yg


berbeda memerlukan perlakuan (pengelolaan) yang berbeda
pula..misalnya untuk tanah merah jumlah dan jenis pupuk yg di
berikan berbeda dgn tanah hitam meskipun jenis tanaman yg di
usahakan adalah sama
Demikian pula tanah pasir memerlukan usaha-usaha perbaikan
yang berbeda dgn tanah liat.
KLASIFIKASI TANAH ada 2

Klasifikasi alami:
berdasarkan atas sifat tanah yang dimilikinya
tanpa menghubungkan dengan penggunaan
tanah tersebut. Klasifikasi ini memberikan
gambaran terhadap sifat-sifat fisik, kimia, dan
mineralogi tanah yang dimiliki masing-masing
kelas.
Klasifikasi teknis

Didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi


kemampuan tanah untuk penggunaan
tertentu.Misalnya, klasifikasi kesesuaian lahan untuk
perkebunan, maka tanah diklasifikasikan atas dasar
sifat-sifat tanah yang mempengaruhi tanaman
perkebunan, seperti: drainase tanah, lereng, tekstur
tanah, dll.
Sistem klasifikasi tanah

Sistem klasifikasi tanah (alami) yang ada di dunia


berbeda-beda, masing-masing negara mengembangkan
sistem masing-masing.Di Indonesia paling sedikit
dikenal tiga sistem klasifikasi tanah, yakni :

1 Pusat Penelitian Tanah Bogor

2 FAO/UNESCO

3
USDA (Amerika Serikat).
Taksonomi TANAH (USDA)

 Sistem Klafikasi tanah baru yg


dikembangkan oleh Soil Taxonomy
(USDA), tahun 1975, 1999.
 ada 6 kategori yitu: Ordo Subordo
Great group, Subgroup, Family dan
Series.
Lanjutan...
 Sistem ini merupakan sistem yang benar-benar baru,
baik mengenain cara-cara penamaan (tata nama)
maupun definisi-definisi dari horizon penciri atau
sifat-sifat penciri lainnya yang digunakan untuk
menentukan jenis-jenis tanah.

Horizon penciri
 Untuk keperluan klasifikasi tanah, selain penggolongan
horison tanah ke dalam horison genetik A, B, C, dan
sebagainya, juga perlu diidentifikasi horison penciri,
baik epipedon, horison bawah (subsurface), ataupun
sifat-sifat penciri lainnya.
Epipedon
Epipedon adalah horison permukaan
tetapi tidak sinonim dengan horizon A,
karana dapat juga mencakup sebagai atau
seluruh horison B. mungkin lebih tipis
dari horizon A, tetapi mungkin juga
meliputi horizon B.
Histik : Bahan organik (BO) tinggi (>20%), tebal 20‑40cm.
Mollik : BO > 1%, warna gelap dng value dan kroma < 3
(lembab) dan value < 5 (kering), tebal > 18cm, KB >50%.
Umbrik : seperti molik tetapi KB <50%.
Anthropik : seperti molik, tetapi mengandung >1500 ppm P2O5
larut dalam 1% as. sitrat.
Ochrik : warna terang (value dan kroma lembab >3), BO
<1% atau keras‑sangat keras dan masif.
Plaggen : horizon buatan, akibat penggunaan pupuk kandang
yang terus menerus, tebal >50cm, berwarna hitam.
Arenik : horison banyak mengandung pasir tebal lebih dari 50
cm terletak diatas horison argillk
Glossarenik : seperti arenik, tapi tebalnya lebih dari 100 cm.
HORISON BAWAH PENCIRI
 Agrik: horizon iluviasi yg terbentuk krn pengaruh pengolahan tanah shg
terjadi akumulasi sejumlah debu, liat, dan humus.
 Albik: horison berwarna pucat (E) dg value lembab >5.
 Argillik: horison penimbunan liat; minimal mengandung liat >1.2 kali
lebih banyak daripada kandungan liat di atasnya. Terdapat selaput liat.
 Kalsik: horizon yg mengandung karbonat sekunder (CaCO3 atau
MgCO3) tinggi, tebal >15cm.
 Petrokalsik: horizon kalsik yang mengeras.
 Kambik: indikasi lemah adanya argillik atau spodik, tapi tidak
memenuhi syarat kedua horizon tersebut.
 Gipsik : banyak mengandung gipsum (CaSO4) sekunder.
Penciri Khusus

 Konkresi, senyawa tertentu yang mengeras


 Padas (pan), horizon yang memadat oleh besi, BO, silikat, liat dan debu
 Fragipan, (duripan), lapisan tanah yang teguh, mudah pecah, kepadatan tinggi
 Plintit, bahan liat lapuk, miskin humus, karatan merah di atas dasar kelabu
 Slickenside, permukaan licin dan mengkilat akibat gesekan antar masa tanah
 Selaput liat, selaput liat alumunium, silikat, biasanya terdapat di bidang
belahan struktur atau dalam pori dan sejajar dengan belahan bidang struktur
 Kontak litik, batas tanah dengan bahan di bawahnya yang keras dan padu
 Kontak paralithik. Batas tanah dengan bahan di bawahnya yang lunak dan
padu
Regim Temperatur (untuk kedalam tanah + 50 cm)

 Pergilic : suhu tanah rata-rata tahunan kurang dari 0oC.


(Permafrost)
 Mesic: merupakan suhu tanah rerata tahunan 8oC - 15oC.
 Thermic: merupakan suhu tanah rerata tahunan 15oC
-22oC.
 Hyperthermic: merupakan suhu tanah rerata tahunan
>22oC.
Istilah iso (iso-mesic, iso-thermic, iso-hyperthermic)
digunakan untuk menunjukkan perbedaan suhu
tanah rerata musim panas dan musim dingin < 5oC).
Regim kelembaban (untuk kedalamn anatara 10-90cm)

Aquic: tanah hampir selalu jenuh air, terjadi reduksi dan


ditunjukkan adanya karatan dengan chroma rendah
(chroma < 2 dan value < 4)

Perudic: curah hujan setiap bulan selalu melebihi


evapotranspirasi.

Udic: tanah tidak pernah kering selama 90 hari (kumulatif)


setiap tahunnya.

Ustic: tanah setiap tahunnya kering > 90 hari (kumulatif)


tetapi < 180 hari.
Dalam sistem ini nama-nama tanah selalu mempunyai arti,yang umumnya
menunjukan sifat utama dari tanah tersebut yaitu :

Akhiran Untuk Kategori


Nama Ordo Arti Asal Kata
Lain
Alfisol ALF Dari Al-Fe
Andisol AND Ando, tanah hitam
Aridisol ID Aridus, sangat kering
Entisol ENT Dari Recent
Gelisol EL Gelare, membeku
Histosol IST Histos, jaringan
Inceptisol EPT Inceptum, permulaan
Mollisol OLL Mollis, lunak
Oxisol OX Oxide, oksida
Spodosol OD Spodos, abu
Ultisol ULT Ultimus, akhir
Vertisol ERT Verto, berubah
Tata Nama USDA
Ordo : Ultisol
Sub ordo : 2 suku kata Udult
Great group : 3 suku kata Fragiudult
Sub group : 2 kata Aquic Fragiudult
Family : susunan butir, mineral liat, regim suhu, dan sifat-
sifat lain. ( Aquic Fragiudult, halus, Kaolinit, isohipertermik )
Seri : tempat dimana pertama kali ditemukan (Granada )
Sistem FAO/UNESCO

Sistem ini dibuat dalam rangka pembuatan peta


tanah dunia skala 1: 5.000.000 oleh
FAO/UNESCO.•
Untuk ini telah dikembangkan suatu sistem
klasifikasi dengan dua kategori. Kategori yang
pertama kurang lebih setara dengan kategori
great group, sedangkan kategori kedua mirip
dengan subgroup dalam Taksonomi Tanah USDA
Kategori yang lebih tinggi dan lebih rendah dari
kedua kategori tersebut tidak dikembangkan.
Sistem ini merupakan kompromi dari berbagai sistem.

• Untuk pengklasifikasian, digunakan horison horison penciri,


sebagian diambil dari kriteria kriteria horison penciri pada
Taksonomi Tanah USDA dan sebagian dari sistem klasifikasi tanah
FAO/UNESCO sendiri.

• Nama-nama tanah diambil dari nama-nama klasik terutama nama-


nama tanah Rusia yang sudah terkenal, serta nama-nama tanah yang
digunakan di Eropa Barat, Kanada, Amerika Serikat dan beberapa
nama baru yang khusus dikembangkan untuk tujuan ini (misalnya
Luvisol dan Acrisol).
• Sistem ini merupakan kompromi dari berbagai sistem.

• Tujuannya jelas agar dapat diterima oleh semua pihak.


Sistem ini disebut sebagai suatu sistem satuan tanah
daripada suatu sistem klasifikasi tanah karena tidak disertai
dengan pembagian kategori yang lebih terperinci.
Sifat Tanah dalam tingkat Great Group menurut
FAO/UNESCO

Fluvisol
Tanah-tanah berasal dari endapan baru, hanyamempunyai
horison ochrik, umbrik, histik atausulfurik, bahan organik,
menurun tidak teraturdengan kedalaman,berlapis-lapis.

Gleysol
Tanah dengan sifat-sifat hidromorfik (dipengaruhi air
sehingga berwarna kelabu, gley,dll), hanya mempunyai
epipedon ochrik, histik, horison kambik, kalsik atau gipsik.
Regosol
Tanah yang hanya mempunyai epipedon ochrik. Tidak termasuk bahan endapan
baru, tidak menunjukkan sifat-sifat hidromorfik, tidak bersifat mengembang dan
mengerut (sifat vertik), tidak didominasi bahan amorf (sifat andik).

Lithosol
Tanah yang tebalnya hanya 10 cm atau kurang, di bawahnya terdapat lapisan
batuan yang padu.

Arenosol
Tanah dengan tekstur kasar (pasir), terdiri dari bahan albik yang terdapat pada
kedalaman 50 cm atau lebih, mempunyai sifat-sifat sebagai horison argillik,
kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur yang kasar
tersebut. Tidak empunyai horison penciri lain kecuali epipedon ochrik. Tidak
terdapat sifat hidromorfik, tidak berkadar garam tinggi.

Rendzina
Tanah dengan epipedon mollik yang terdapat langsung di atas batuan kapur.
Ranker
Tanah dengan epipedon umbrik yang tebalnya < 25 cm. Tidak ada horison penciri
lain.

Andosol
Tanah dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik dan horison kambik, serta
mempunyai BD < 0,85 g/cc dan didominasi bahan amorf atau > 60 % terdiri dari
bahan vulkanik vitrik, cinder atau pyroklastik vitrik yang lain.

Vertisol
Tanah dengan kandungan liat 30% atau lebih, mempunyai sifat mengembang dan
mengerut. Kalau kering tanah menjadi keras dan retak-retak , karena mengerut,
kalau basah mengembang dan lengket.

Solonetz
Tanah dengan horison natrik . Tidak mempunyai horison albik dengan sifat –sifat
hidromorfik dan tidak terdapat perubahan tekstur yang tiba-tiba.
Yermosol
Tanah yang terdapat di daerah iklim arid (sangat kering), mempunyai epipedon
ochrik yang sangat lemah dan horison kambik, argilik, kalsik atau gipsik.

Xerolsol
Seperti Yermosol tetapi epipedom ochrik sedikit lebih berkembang.

Kastanozem
Tanah dengan epipedom mollik berwarna coklat (kroma > 2), tebal 15 cm atau
lebih, horison kalsik atau gipsik atau horison yang banyak mengandung bahan
kapur halus.

Chernozem
Tanah dengan epipedon mollik berwarna hitam (kroma< 2), yang tebalnya 15 cm
atau lebih. Sifat-sifat lainseperti Kastanozem
Cambisol
Tanah dengan horison kambik dan epipedon ochrik atau umbrik, horisom kalsik
atau gipsik. Horison kambik mungkin tidak ada bila mempunyai epipedon umbrik
yang tebalnya lebih dari 25 cm.

Luvisol
Tanah dengan horison argilik dan mempunyai KB ≥ 50% . Tidak mempunyai
epipedon mollik.

Podzoluvisol
Tanah dengan horison argilik danbatas horison eluviasi dengan horison di
bawahnya terputusputus (terdapat lidah-lidah horison eluviasi = tonguing).

Podzol
Tanah dengan horison spodik. Biasanya dengan horison albik.
Planosol
Tanah dengan horison albik di atas horison yang mempunyai
permeabilitas lambat misaknya horison argilik atau natrik
denganperubahan tekstur yang tiba-tiba, lapisan liat berat atau fragipan.
Menunjukkan sifat-sifat hidromorfik paling sedikit pada sebagian horison
albik.

Acrisol
Tanah dengan horison argilik dan mempunyai KB < 50%. Tidak terdapat
epipedon mollik.

Nitosol
Tanah dengan horison argilik, kandungan liat tidak menurun > 20 % pada
horison-horison di bawah horison penimbunan liat maksimum. Tidak
terdapat epipedon mollik.

Ferralsol
Tanah dengan horison oksik. Histosol Tanah dengan epipedon histik yang
tebalnya 40 cm atau lebih.
Contoh penamaan satuan tanah FAO/UNESCO

Great group Sub group Keterangan


Fluvisol CalcaricFluvisol Fluvisol yang berkapur
Gleysol Mollic Gleysol yg mempunyai
epipedonmollik
Canbisol Humic Cambisol Cambisol yang banyak
mengandung humus
SISTEM PUSAT PENELITIAN TANAH BOGOR

Sistem Klasifikasi Tanah yang digunakan oleh Pusat


Penelitian Tanah Bogor adalah sistem yang dikembangkan
oleh Dudal-Soepraptohardjo (1957), sistem tersebut
sebenarnya mirip dengan sistem yang berkembang di AS
oleh Baldwin, Kellog dan Thorp (1938); Thorn dan Smith
(1949) dengan beberapa modifikasi.
Perkembangan selanjutnya...

Sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957), terus


disempurnakan sesuai dengan Sistem AS yg
baru (Soil Taxonomy, 1975) dan dari USDA
terutama dalam: Definisi jenis-jenis tanah
(great group), macam tanah (sub group)
PPT Bogor USDA (Amerika Serikat ) FAO/UNESCO
Golongan Ordo
Kumpulan Sub ordo
Jenis Great Group Great Group
Macam Sub Group Sub Group
Rupa Family
Seri Seri
Sistem Dudol-
Modifikasi 1978/1982 FAO/UENESCO USDA Soil Taxonomy
Soepraptohardjo
(PPT) (1974) (1975 – 1998)
(1957-1961)
 Tanah Aluvial Tanah Aluvial Fluvisol Entisol, Inceptisol
 Andosol Andosol Andosol Andisol
 Brown Forest Kambisol Cambisol Inceptisol
Soil
 Grumusol Grumusol Vertisol Vertisol
 Latosol Kambisol, Cambisol, Inceptisol,
Latosol, Nitosol, Ultisol,
Lateritik Ferralsol Oxisol
 Litosol Litosol Litosol Entisol (Lithic Subgrup)
 Mediteran Mediteran Luvisol Alfisol/Inceptisol
 Organosol Organosol Histosol Histosol
 Podsol Podsol Podsol Spodosol
 Podsolik Merah Podsolik Acrisol Ultisol
Kuning
 Podsolik Kambisol Cambisol Inceptisol
 Podsolik Coklat Podsolik Acrisol Ultisol
kelabu
 Regosol Regosol Regosol Entisol/Inceptisol
Jenis-jenis Tanah (Great Group) Menurut sistem Pusat
Penelitian Tanah (1982)

Nama tanah dalam tingkat jenis dan macam tanah dalam sistem pusat penelitian
tanah yang disempurnakan (1982) sangat mirif dgn sistem FAO/UNESCO. Ada
nama-nama lama yang terkenal tetap bertahankan ,tetapi mengunakan definisi
baru .
Organosol : Tanah organik ( gambut) yang ketebalannya lebih dari 50 cm
Latosol :Tanah mineral yg ketebalannya 20 cm
Rendzida :Tanah dgn epipedon mollik (warna gelap, kandugan (BO) lebih 1%.
Grumosol : Tanah dgn kadar liat lebih dari 30% bersifat mengembang dan
mengerut
Gleisol : Tanah selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukan
sifat- sifat hidromorfik
Aluvial : tanah berasal dari endapan baru berlapis-
lapis, (BO) jumlahnya berubah tidak teratur dgn
kedalaman.kandungan pasir kurang dari 60%.
Regosol : tanah berstruktur kasar dgn kadar pasir
lebh dari 60% hanya mempunyai horison penciri
ochrik,histi atau sulfrik.
Arenosol : tanah bertekstur kasar dari bahan albik
yang terpadat pada kedalaman sekurang-kurangnya
50 cm.
Latosol : tanah dgn kadar liat lebih dari 60%, remah
sampai gumpal,gembur, warna tanah seragam dengan
batas-batas horison yg kabur, selom dalam (lebih dari
150 cm )
Tanah Indonesia

 Indonesia adalah tanah yang subur. Hal ini tidak seluruhnya bener karena
dalam kenyataan banyak tanah indonesia yang kurus, rendah kandungan unsur
hara dan reaksi masam. Tanah- tanah yang relatif subur adalah tanah yang
berasal dari gunung berapi atau bahan aluvial baru. Tanah ini telah digunkan
untuk pertanian dan umumnya penduduknya telah menjadi terlalu padat seperti
jawa.

 Penyebaran jenis tanah di indonesia yang termasuk subur adalah tanah-tanah


Inceptisol, Entisol, Vertisol, Alfisol. Tanah ini sebagian besar sudah
diusahakan manusia. Walaupun termasuk tanah yang cukup subur , tetapi
untuk peningkatan produksi masih di perlukan usaha-usaha intensifikasi
antara lain dengan pemupupukan dan pemeliharaan tanah dan tanaman sebaik-
baiknya.
Tanah yang belum di usahakan di indonesia umumnya tinggal
tanah-tanah yang kurang baik yang d sebut tanah
Marginal.walaupun demikian dgn kemajuan-kemajuan teknologi,
tanah ni d masa mendatang pasti akan dapat diusahakan dgn
baik.tanah marginal ini sekarang merupakan sasaran pemerintah
untuk melakukan perluasan areal pertanian (ekstensifikasi).
Tanah-tanah untuk perluasan areal ini dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu:
1). Tanah lahan kering umunya terdiri atas tanah Ultisol (podsolik
merah kuning),
2). Tanah daerah rawa umumnya terdiri atas tanah Histisol (tanah
gambut, tanah Organik), tanah berpotensi sulfat masam (Sulfaquent)
dan tanah sulfat masam(Sulfaquent).

Anda mungkin juga menyukai