IR. ROSDIANA. MSI Bahan tambahan pangan penting sekali peranannya dalam teknologi pangan, khususnya pengawetan, perbaikan mutu, dan fortifikasi makanan. Pengertian atau definisi bahan tambahan makanan (BTM) cukup bervariasi tergantung negara pemakai. Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam makanan selama produksi, pengolahan, pengemasan, atau penyimpanan untuk tujuan tertentu. Di Amerika, bahan tambahan makanan diartikan sebagai setiap bahan yang ditambahkan ke dalam makanan, sedangkan menurut Codex Alimentarius, BTM didefinisikan sebagai bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komposisi (ingredient) khas makanan dengan sengaja untuk membantu Teknik pengolahan makanan(termasuk organoleptic) baik pada proses pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan pengepakan, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan produk makanan olahan Agar menghasilkan suatu makanan yang lebih baik atau secara nyata mempengaruhi sifat khas makanan tersebut. DepKes RI berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI no 722/MenKes/Per/IX/88 mendifinisikan bahan tambahan makanan seperti yang disusun oleh commission Codex Alimentarius Sedangkan Canada (The Canadian Food and Drug Regulation) mengartikan BTM sebagai setiap bahan, termasuk sumber radiasi apapun, yang penggunaannya dalam makanan diharapkan menghasilkan atau mempengaruhi karakteristik makanan tersebut. Jadi Canada mengizinkan penggunaan sinar radiasi sebagai bahan pengawet makanan, dengan kata lain menggolongkan sinar radiasi sebagai bahan tambahan makanan. Bahan yang mengandung nilai gizi seperti garam, gula, dan pati, telah dianggap sebagai bahan tambahan makanan, sebab masing2 digunakan, dikenal atau biasa dijual sebagai bahan makanan. A. Peranan bahan tambahan makanan
Peranan bahan tambahan makanan di industri2 makanan secara umum adalah
untuk meningkatkan mutu pangan olahan. Bahan tambahan tersebut dibenarkan penggunaannya jika untuk keperluan sebagai berikut: 1. untuk mempertahankan nilai gizi makanan Sebagai contoh, penambahan bahan antioksidan sepertiBHA(butil hidroksianisol) dalam pengolahan vitamin A akan mempertahan potensi vitamin tersebut bila ditambahkan pada makanan. 2. untuk konsumsi segolongan orang tertentu yang memerlukan diet, misalnya penambahan bahan pemanis buatan seperti sakarin kedalam makanan atau minuman, sehingga tidak menambah kalori kedalam makanan tersebut. 3. untuk mempertahankan mutu atau kestabilan makanan atau untuk memperbaiki sifat-sifat organoleptiknya hingga tidak menyimpang dari sifat alamiahnya, dan dapat membantu mengurangi makanan yang dibuang atau limbah Misalnya bahan pengawet, memegang peranan penting dalam memperpanjang masa simpan berbagai jenis makanan, sehingga memungkinkan bagi makanan2 tersebut ditransportasikan dalam jarak yang jauh, disimpan untuk waktuyang lama, tetapi masih dapat tetap dikonsumsi secara aman. WHO memperkirakan bahwa 20% dari persediaan makanan dunia hilang atau rusak karena pembusukan maka jika tanpa penggunaan pengawet, persentase tersebut akan menjadi lebih tinggi. 4. Untuk keperluan pembuatan, pengolahan, penyediaan perlakuan, pewadahan, pembungkusan, pemindahan,atau pengangkutan. Beberapa makanan dalam proses pengolahannya membutuhkan penggunaan bahan2 seperti bahan penstabil, bahan penjernih dan bahan pengikat logam. Penggunaan bahan2 tersebut memungkinkan bagi indusri dalam skala besar memproduksi makanan dengan komposisi dan mutu yang konstan sepanjang tahun. 5. membuat makanan menjadi lebih menarik. Penggunaan bahan tambahan makanan, seperti pewarna dan bahan yang baik untuk tekstur, memperbaiki bahan yang bervariasi sehingga produk akhir menjadi pangan yang indah, rasa serta penampilan yang selalu sama dari waktu ke waktu
Penggunaan bahan tambahan makanan tidak diperboleh untuk maksud sbb:
1. Menyembunyikan cara pembuatan atau pengolahan yang tidak baik 2. menipu konsumen, misalnya untuk memberi kesan baik pada suatu makanan yang dibuat dari bahan yang kurang baik mutunya. 3. mengakibatkan penurunan nilai gizi pada makanan B. Jenisdan Penggolongan Bahan Tambahan Makanan Ada beberapa cara untuk menggolongkan bahan tambahan makanan berdasarkan : 1. Cara penambahan nya, 2. Sumber atau asal bahan tambahan makanan, 3. Berdasarkan kegunaan dan fungsinya berikut uraian dari ketiga penggolongan tersebut: 1.1. Berdasarkan Cara Penambahan bahan tambahan makanan , digolongkan menjadi 2, yaitu: a. Sengaja ditambahkan (direct additives) . Bahan tambahan makanan ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dengan tujuan tertentu, misalnya untuk memperbaiki nilai gizi, memperbaiki penampilan produk, cita rasa dan membantu dalam pengolahan. BTM yang sengaja ditambahkan inilah yang disebut dengan bahan tambahan makanan yang sebenarnya. Bahan makanan tambahan (BTM) ini dibagi menjadi 3 kategori : 1.BTM yang bersifat aman, dengan dosis yang relative tidak dibatasi, misalnya pati (sebagai pengental) 2. BTM yang boleh digunakan dan bukan termasuk bahan tambahan yang dilarang penggunaannya untuk makanan (permenkes RI no. 722/Menkes /Per/IX/88 3. BTM yang digunakan dengan dosis tertentu dan tidak boleh melampauibatas maksimum penggunaan yang dibolehkan (permenkes RI no 722/Menkes/Per/IX/88 b. Tidak sengaja ditambahkan (Indirect Additives) BTM ini tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja baik dalam jumlah sedikit maupun banyak akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan dan pengemasan. Bahan ini dapat berupa residu atau kontaminan ari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi Bahan mentah atau penanganannya, namun masih terus terbawa ke dalam makanan yang dikonsumsi. Beberapa bahan yang termasuk dalam golongan ini adalah : 1. Residu pestisida yangterdapat pada hasil hasil pertanian, akibat penggunaan pestiasida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida) pada saat penanaman. 2. Bahan tambahan atau obat-obatan yang diberikan pada makanan ternak, berupa atibiotik, hormone dan lain-lain. Pencemaran ini biasanya ditemukan pada produk daging, telur, dan susu. 3. Zat pencemar yang berasal dari proses pengolahan dan pengemasan. Namun saat ini codex alimentarius tidak mendifinisikan adanya bahan tambahan makanan yang ditambahkan secara sengaja atau tidak, oleh sebab itu codex tidak memasukkan golongan yang ditambahkan dengan sengaja atau tidak kedalam bahan tambahan makanan tetapi sebagai bahan kontaminan dalam makanan. 2.2. Berdasarkan Sumbernya BTM berdasarkan sumber atau asalnya dibedakan menjadi 2, yaitu: a.Sumber alami, seperti lesitin, asam sirat, gula tebu dan lain sebagainya b. Bahan sintetik dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alami yg sejenisnya, baik susunan kimia maupun sifat metabolismenya seperti b-karoten dan asam askorbat. Bahan sintetik mempunyai kelebihan dibandingkan dengan BTM alami yaitu, lebih pekat, lebih stabil dan lebih murah. Namun ada kelemahannya yaitu, sering terjadi ketidakmampuan proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan misalnya bersifat karsinogenik (penyebab kanker) 3.3. Berdasarkan Kegunaannya BTM yang digunakan dibagi menjadi 11 golongan yaitu: a.. Pewarna (Colouring Agent) : bahan pewarna adalah BTM yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan atau minuman. Penambahan pewarna ini bertujuan untuk memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau makanan yang tidak berwarna agar terlihat menarik. Zat pewarna ini dapat berasal dari bahan alami maupun bahan sintetik.. Pewarna alami relatif lebih aman namun mempunyai kelemahan, misalnya : 1). Sering membuat rasa dan aroma yang tidak diinginkan. 2). konsentrasi pigmen rendah 3). Tidak stabil, 4). Keseragaman warna kurang baik 5). Spektrum warna tidak sebanyak seperti pada sintetis. Pemakaian bahan pewarna sintetik dalam makanan mempunyai dampak positif bagi konsumen apabila digunakan dalam jumlah yang sedikit, namun juga dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti, membahayakan kesehatan konsumen bila penggunaan dalam waktu yang lama/sering, digunakan secara berlebihan dan penyimpanan bahan pewarna yang tidak memenuhi syarat. Penyalahgunaan dalam penggunaan zat pewarna masih sering dijumpai dalam bahan pangan misalnya zat pewarna tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan makanan. Bahan ini sangat berbahaya bagi Kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan ini disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk makanan, zat perwarna untuk industri tekstil/kulit jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna makanan. Warna dari zat pewarna tekstil/kulit biasanya warna lebih menarik. Berdasarkan survei Street Food Project dan YLKI di beberapa kota/daerah lain, banyak pedagang makanan menggunakan bahan pewarna yang dilarang misalnyaRhodamin B, Methanil Yellow dan Amaranth. Contoh : 1. Pewarna alam : a) Anato untuk produk es krim dan keju b) caramel untuk produk produk jem/jeli, jamur kalengan, yoghurt c) klorofil untukproduk jem/jeli dan keju d) kurkumin untuk produk es krim, lemak, dan minyak makan 2. Pewarna sintetik : a) biru berlian untuk produk es krim, kapri kalengan, jeli/jem b) Panceau 4R untuk produk es krim, minuman ringan, udang beku, yoghurt, dll. c). Tartrazin untuk produk es krim, minuman ringan, acar ketimun b. Pengawet (Preservative) Bahan pengawet adalah BTM yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau per uraian lain terhaap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. BTM ini biasanya ditambahkan pada bahan pangan yang mudah rusak atau makanan yang disukai sebagai media tumbuhnya bakteri atau kapang. Pertumbuhan mikroba dicegah atau dihambat, tergantung dari jumlah pengawet yang ditambahkan dan juga pH dari makanan. Dalam keadaan pH netral pengawet hampir tidak aktif dan aktifitas nya meningkat bila pH diturunkan. Bahan pengawet inidapat berupa senyawa organik (misalnya : asam sorbat, asam benzoate, asetat dan epoksida), dan senyawa an organik (misalnya senyawa sulfit, nitrat dan nitrit). 1. Asam sorbat Asam sorbat merupakan monokarboksilat berantai lurus dan mempunyai ikatan tak jenuh. Biasanya sorbat ini ditambahkan ke dalam produk pangan dalam bentuk asam atau garam (Na Sorbat, K Sorbat). Aktif mengendalikan kapang dan bakteri pada pH 6,5, namun efektifitasnya meningkat bila pH semakin rendah Mekanisme asam sorbat dalam mencegah pertumbuhan mikroba dengan cara mencegah kerja enzim dehydrogenase terhadap asam lemak. 2. Propionat (CH3CH2COOH) , dalam bentuk garamnya (Na atau Ca-propionat) mampu menghambat pertumbuhan kapang dan beberapa jamur, karena bahan ini tidak dapat dimetabolisme oleh mikroba. 3. Benzoat (C6H3COOH) dalam bentuk Na-benzoate merupakan pengawet yang cukup banyak digunakan. Asam benzoate secara alami terdapat pada rempah- rempah seperti cengkeh, dan kayu manis. Mampu menghambat pertumbuhan kamir dan bakteri pada selang pH 2-4. Penggunaan benzoat ini mempunyai keuntungan selain mampu mengendalikan pertumbuhan mikroba juga karena didalam tibuh manusia terdapat mekanisme detoksifikasi terhadap asam benzoate, sehingga tidak akan terjadi penumpukan. Asam benzoat ini akan bereaksi dengan asam aminoglisin membentuk asam hipurat yang akan diekskresi keluar tubuh. 4. Sulfit. Senyawa sulfit dan sulfur dioksida sudah banyak digunakan sebagai pengawet karena harganya relatif murah, dan dalam bentuk garamnya (Na/K- sulfit) maupun asamnya.. 5. Nitrat dan Nitrit Senyawa Nitrat dan Nitrit biasanya digunakan pada produk Kornet, Sosis, Bacon, Ham, untuk memperbaiki warna, membunuh mikroba dan memberi cita rasa yang khas. Di dalam daging Nitrit dipecah sehingga menghasilkan NO (Nitroso). Senyawa ini mudah bereaksi dengan pigmen dalam daging danpigemen dalam darah (heme) dengan membentuk warna merah muda yang stabil yang disebut nitrosomyochromogen dan nitrosochemochromogen. Warna inilah yang bertanggung jawab terhadap warna kornet yang menarik. Namun demikian Nitrit dapat dianggap berbahaya pada orang dewasa karena sifatnya yang sangat reaktif dengan senyawa amin sekunder, seperti pyrrolidine dan membentuk senyawa karsinogen (penyebab kanker) yang kuat yang disebut nitrosoamine. 6. Pengawet yang dilarang Di Indonesia selain penggunaan zat pengawet yang diizinkan, seringkali masih banyak juga yang menggunakan pengawet dalam makanan. Seperti bakso yang dicampur dengan boraks Borak termasuk bahan dilarang digunakanuntuk makanan karena membahayakan Kesehatan Konsumsi borak yang tinggi dalam makanan dan terserap dalam tubuh akan tersimpan secara akumulatif dalam hati, otak, dalam dosis tertentu borak akan menyebabkan timbulnya pusing, muntah, diare, kram perut, bahkan dapat menyebabkan kematian. Borak merupakan garam natrium Na2B4O710(H2O), yang banyak digunakan diberbagai indutri non-pangan, khususnya industry kertas, gelas, pengawet kayu dan keramik. Walaupun berbahaya borak tetap digunakan masyarakat, untuk prmbuatan gendar nasi, kerupuk gendar, lontong, krtupat, mie dll. Selain boraks bahan yang sering disalah gunakan adalah Formalin, untuk pengawetan tahu. Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air, dengan kadar 36-40 persen. Formaldehid termasuk kelompok senyawa desinfektan kuat, dapat membasmi berbagai jenis mikroba. Senyawa formaldehid ini digunakan untuk pengawet mayat, serta bahan biologi dan patologi,lain, karena bahan ini mampu mengeraskan jaringan tubuh. Formalin termasuk bahan yang dilarang penggunaannya dalam makanan, karena dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia. Gejala yang ditimbulkan jika keracunan, mual, sukar menelan, sakit perut yang akut, disertai muntah muntah, diare berdarah, pada dosis tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haimatomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian. C. Pemanis Buatan (Artificial Sweetener) : zat pemanis adalah bahan tambahan yang dapat,memberikan rasa manis atau dapat mempertajam rasa dilidah terhadap rasa manis Ada 2 macam pemanis yang sering digunakan di pasaran yaitu: pemanis Nutrisi (Sukrosa, sirup glukosa, sorbitol, dll) dan pemanis Non Nutrisi (Sakarin dan Siklamat) .1. Sakarin : Pada awalnya Sakarin digunakan sebagai bahan antiseptic dan pengawet makanan.Setelah itu penggunaan nya berkembang setelah abad ke 20 Intensitas rasa manis garam Na-sakarin sangat tinggi, kira-kira 200-700 kali lebih manis dari sukrosa. Sakarin mempunyai rumus molekul C7H5NO3S. Na-sakarin yang terserap ke dalam tubuh tidak akan mengalami metabolism, sehingga akan dieksresikan melalui urine tanpa perubahan kimia. Rasa pahit yang menyertai sakarin, disebabkan ketidakmurnian bahan. Menurut Permenkes no 722 thn 1988, tentang bahan tambahan makanan hanya boleh digunakan pada makanan atau minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah dan untuk penderita diabetes, kadar maksimum sakarin yang diperbolehkanadalah 300 mg/kg. Sakarin sampai saat ini masih dianggap mempunyai potensi untuk menyebabkan kanker (bersifat karsinogenik) 2. Siklamat : siklamat mulai digunakan dalam produk pangan, awal tahun 1950-an Pemanis ini mempunyai intensitas kemanisan 30 kali dari tingkat kemanisan sukrosa. Biasanya siklamat dipakai dalam bentuk garam Na dari asam siklamat. Rumus molekul Na-siklamat adalah NH-SO2-O-Na (Na-cyclohexanasulfamat) Sampai sekarang masih menjadi perdebatan, apakah boleh tidaknya siklamat digunakan dalam produk pangan. Karena berpotensi membahayakan Kesehatan (penyebab kanker). Oleh sebab itu dianjurkan pemanis ini untuk produk pangan khusus yaitu , produk pangan yang berkalori rendah dan untuk penderita diabetes. Batas maksimum penggunaan siklamat menurut Permenkes no 722 thn 1988, adalah 3 g/kg, bahan pangan, sedangkan menurut WHO batas konsumsi harian siklamat yang aman 11 mg/kg berat badan. 3. Aspartam. Aspartam termasuk pemanis sintetis nutrisi, karena mampu menghasilkan kalori (sepersepuluh gula tebu) dan mempunyai daya kemanisan 100-200 kali lebih manis dari gula tebu. Aspartam digunakan pada produk makanan kering dan minuman kering. Pemanis ini tidak untuk digunakan pada produk yang akan dibakar atau dipanaskan karena manisnya akan hilang. hilang nya rasa manis ini disebabkan oleh rusaknya komponen penyusun menjadi diketon pyrazine (DKP) atau menjadi asam amino penyusunnya. Konsumsi harian yang aman untuk aspartam sebesar 40 mg/kg berat badan. Permenkes no 722 thn 1988 tidak dijelaskan berapa jumlah aspartame yang diizinkan untuk digunakan dalam makanan. Kemungkinan aspartame dianggap cukup aman untuk dikonsumsi. 4. Pemanis lain Selain 3 pemanis buatan diatas, ada beberapa pemanis buatan yang digunakan dalam produk pangan seperti stevia dan sorbitol. Stevia (C38H60O18), merupakan pemanis buatan yang dihasilkan dari ekstraksi daun stevia Rebaudiana Bertoni. Senyawa steviosida dapat mengalami hidrolisa enzimatis yang menghasilkan aglukon yang disebut steviol (C20H30)3 atau asam hidroksidehidrosteviat, yaitu komponen bukan gula dari steviosida. Kristal steviosida bersifat higroskopis dan mempunyai tingkat kemanisan 300 kali gula tebu murni. Steviosa ini dianggap aman bagi Kesehatan . Sorbitol terdapat pada buah-buahan seperti apel, rumput laut, alga. Namun secara komersil pemanis ini dibuat dari glukosa, dengan hidrogenasi dalam tekanan tinggi maupun reduksi elektrolit. Tingkat kemanisan sorbitol setara dengan gula tebu yaitu sekitar 4 kal/gr. Dalam tubuh 70 % dari sorbitol yang dimakan akan diubah menjadi CO2 tanpa menunjukkan adanya kenaikan kadar glukosa dalam darah. Oleh sebab itu pemanis biasa ditujukan untuk penderita diabetes. d. Penyedap rasa, aroma dan penguat rasa (Flavor Enhancer) Cita rasa atau aroma (flavor) merupakan gabungan karakteristik dari makanan yang dikonsumsi, yang menimbulkan sensasi dari rasa, bau, dan tanggapan trigeminal dalam mulut, Menurut Melido (1968) sumber dan jenis flavor yang digunkan untuk makanan diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: 1). Flavor alami atau flavor murni, termasuk didalamnya sari buah- buahan, minyak atsiri, ekstrak flavor, oleoresin, isolate dan flavor alami yang telah difortifikasi. 2). Flavor tiruan (imitasi), termasuk didalamnya senyawa-senyawa aroma kimia tunggal (misalnya aldehid, ester, alkohol, asam, keton, hidrokarbon, lakton,dan beberapa senyawa yang mengandung sulfur), dan senyawa senyawa kimia dicampur lalu dikombinasikan dengan flavor alami. Tujuan penggunaan flavor sebagai bahan tambahan makanan untuk : a.. Produk mempunyai falvor tertentu b. Sebagai suplemen flavor yang sudah ada pada produk c Untuk menghilangkan atau menutup flavor yang tidak diinginkan (off flavor) dalam produk. suatu jenis flavor tersusun oleh beberapa senyawa kimia, tetapi dari sekian banyak senyawa penyusun terdapatsatu senyawa yang paling berperan memberikan aroma pada suatu jenis flavor. Senyawa ini disebut komponenkunci atau basis aroma. Berdasarkan komponen kunci inilah para flavoris (ahli flavor) bekerja membentuk suatu jenis flavor tertentu. kemudian dari komponen kunci berkembang menjadi berbagai jenis flavor yang berbeda.. Tabel berikut ini tentang beberapa komponen kunci flavor..
Komponen kunci Aroma / flavor
Vanilin Panili Benzaldehida Cherry, almond Aldehid sinamat Kayu manis, kola Diasetil Mentega Eugenol Rempah-rempah Benzilasetat Strawberry Amil asetat Pisang Amil kaproat Apel, nanas Sitronela Bunga Selain senyawa sintetis yang menimbulkan aroma, terdapat pula senyawa sintetis yang menimbulkan rasa enak (flavor enhancer). Istilah flavour enhancer digunakan untuk bahan bahan yang dapat meningkatkan rasa enak atau menekan rasa yang tidak diinginkan dari suatu bahan makanan. Bahan itu sendiri tidak atau sedikit mempunyai cita rasa, misalnya penambahan L-glutamate pada pada daging atau sop akan menimbulkan rasa yang berbeda dari citarasa asam amino tersebut. Flavor enhancer yang umum digunakan adalah MSG (Mono Sodium Glutamat) Monosodium glutamate atau mono natrium glutamate adalah garam natrium dari asam glutamate. MSG meningkatkan citarasa yang diinginkan sambal mengurangi rasa yang tidak diinginkan seperti rasa bawang yang tajam, rasa sayuran yang mentah yang tidak menyenangkan, ataupun rasa pahit pada sayuran yang dikalengkan. Ada juga yang berpendapat bahwa MSGmeningkatkan rasa asin.