Anda di halaman 1dari 36

1

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kualitas air adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi
fisik, kimia, dan biologis air. Kualitas air yang baik sangat penting untuk menjaga
kehidupan dan keseimbangan ekosistem perairan. Air yang tercemar dapat
memiliki dampak negatif pada organisme akuatik, termasuk plankton, yang
merupakan komponen penting dalam rantai makanan perairan.
Plankton adalah kelompok organisme mikroskopis yang hidup di
lingkungan air. Plankton terdiri dari dua jenis utama, yaitu fitoplankton dan
zooplankton. Fitoplankton adalah organisme fotosintesis yang menghasilkan
makanan melalui proses fotosintesis, sedangkan zooplankton adalah organisme
heterotrofik yang memakan fitoplankton atau organisme lain dalam rantai
makanan. Plankton memiliki peran penting dalam ekosistem perairan. Mereka
merupakan produsen primer dalam rantai makanan, mengubah energi matahari
menjadi makanan organik yang digunakan oleh organisme lain. Plankton juga
berperan sebagai makanan langsung bagi hewan akuatik seperti ikan dan
krustasea. Selain itu, plankton juga berperan dalam siklus nutrien dan oksigenasi
perairan.
Kualitas air yang buruk dapat berdampak negatif pada populasi dan
komunitas plankton. Perubahan suhu, pH, kekeruhan, dan kandungan oksigen
terlarut dalam air dapat mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi, dan
kelangsungan hidup plankton. Pencemaran air oleh bahan kimia berbahaya seperti
logam berat juga dapat merusak populasi plankton dan mengganggu ekosistem
perairan secara keseluruhan.
Oleh karena itu, pemahaman tentang kualitas air dan peran plankton
sangat penting dalam upaya pelestarian dan pengelolaan sumber daya perairan.
Dengan menjaga kualitas air yang baik, kita dapat melindungi populasi plankton
dan memastikan kesehatan ekosistem perairan secara keseluruhan

.
2

1.2 Tujuan makalah


Menjelaskan konsep dan pentingnya kualitas air dalam konteks lingkungan
perairan. Makalah ini akan menguraikan parameter-parameter kualitas air yang
relevan dan memberikan pemahaman tentang dampak negatif kualitas air yang
buruk terhadap organisme akuatik, termasuk plankton. Menggambarkan peran
plankton dalam ekosistem perairan. Makalah ini akan menjelaskan jenis-jenis
plankton, seperti fitoplankton dan zooplankton, serta peran mereka dalam rantai
makanan, siklus nutrien, dan oksigenasi perairan.
3

II. PEMBAHASAN

2.1 Kualitas Air


2.1.1 Defenisi Kualitas air
Kualitas air dapat bervariasi tergantung pada standar yang digunakan, seperti
standar air minum, standar air limbah, atau standar kehidupan akuatik. Penting
untuk memperhatikan dan memantau berbagai parameter kualitas air ini guna
melindungi sumber daya air dan menjaga kesehatan manusia, ekosistem perairan,
serta berbagai kegiatan yang bergantung pada air.
2.1.2 Parameter-Parameter Kualitas Air
a)Suhu
Suhu air mengacu pada derajat panas atau dinginnya air. Suhu air
mempengaruhi metabolisme organisme akuatik, laju reaksi kimia, kelarutan zat,
dan keberadaan spesies tertentu dalam suatu ekosistem.
b) Ph
pH mengukur tingkat keasaman atau kebasaan air. Skala pH berkisar dari 0
hingga 14, di mana pH 7 dianggap netral. pH yang rendah menunjukkan
keasaman yang tinggi, sedangkan pH yang tinggi menunjukkan kebasaan yang
tinggi. pH air mempengaruhi kehidupan organisme akuatik dan kelarutan bahan
kimia dalam air.
c) Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sejauh mana partikel-partikel padat atau
koloid terlarut dalam air, yang mempengaruhi kejernihan visual air. Kekeruhan
tinggi dapat menyebabkan penurunan penetrasi cahaya, mempengaruhi
fotosintesis dan kualitas habitat bagi organisme akuatik.
d) Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut mengacu pada jumlah oksigen yang terlarut dalam air.
Oksigen terlarut sangat penting bagi kehidupan akuatik, seperti ikan dan makhluk
air lainnya, yang membutuhkan oksigen untuk respirasi.
e) Bahan Organik
Bahan organik meliputi zat-zat seperti bahan-bahan organik terdegradasi,
seperti sisa-sisa tanaman, kotoran hewan, dan bahan organik terlarut. Kandungan
4

bahan organik dapat mempengaruhi keberlanjutan dan kebersihan air serta


mengarah pada proses dekomposisi yang dapat mempengaruhi kadar oksigen
terlarut dalam air.
f) Bahan Tersuspensi
Bahan tersuspensi merujuk pada partikel-partikel padat yang terdistribusi
secara halus dalam air. Kandungan bahan tersuspensi dapat mempengaruhi
kejernihan air dan mempengaruhi penetraasi cahaya, serta mengganggu organisme
akuatik dalam mendapatkan makanan dan melakukan aktivitas hidup lainnya.
g) Logam Berat
Logam berat adalah elemen kimia dengan kepadatan dan berat atom yang
tinggi, seperti merkuri, timbal, dan kadmium. Logam berat dapat mencemari air
dan memiliki efek toksik pada organisme akuatik serta manusia jika terpapar
dalam konsentrasi yang tinggi.

2.2 Plankton
2.2.1 Defenisi Plankton
Plankton adalah kelompok organisme mikroskopis yang hidup di lingkungan
air, baik air tawar maupun air laut. Istilah “plankton” berasal dari bahasa Yunani
“planktos” yang berarti “pengembara” atau “yang melayang-layang”. Plankton
terdiri dari berbagai organisme mikroskopis yang memiliki kemampuan terbatas
untuk menggerakkan diri secara mandiri dan umumnya terbawa oleh arus air.
2.2.2 Jenis-jenis Plankton
Plankton dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu fitoplankton dan
zooplankton:
a) Fitoplankton
Fitoplankton adalah jenis plankton yang melakukan fotosintesis. Mereka
terdiri dari berbagai alga mikroskopis, termasuk diatom, dinoflagelata, dan
cyanobacteria (ganggang biru-hijau). Fitoplankton mengandung pigmen
fotosintetik, seperti klorofil, yang memungkinkan mereka untuk menangkap
energi matahari dan mengubahnya menjadi makanan organik melalui proses
fotosintesis. Fitoplankton merupakan produsen primer dalam rantai makanan
perairan.
5

b) Zooplankton
Zooplankton adalah jenis plankton yang merupakan konsumen dalam
rantai makanan perairan. Mereka terdiri dari berbagai organisme hewan
mikroskopis, seperti rotifera, copepoda, krustasea, dan larva hewan laut seperti
ikan dan moluska. Zooplankton umumnya memakan fitoplankton atau organisme
plankton lainnya, dan menjadi makanan bagi organisme tingkat trofik yang lebih
tinggi.
2.2.3 Peran Plankton dalam Ekosistem Perairan
Plankton memiliki peran penting dalam ekosistem perairan. Mereka
berperan sebagai produsen primer, menghasilkan makanan melalui fotosintesis
dan membentuk dasar rantai makanan. Fitoplankton sebagai produsen primer
memberikan energi dan nutrisi kepada organisme konsumen, termasuk
zooplankton. Zooplankton, pada gilirannya, menjadi makanan bagi ikan, burung
laut, mamalia laut, dan organisme akuatik lainnya.
Selain itu, plankton juga berperan dalam siklus nutrien dan oksigenasi
perairan. Plankton terlibat dalam siklus karbon, nitrogen, fosfor, dan elemen
penting lainnya, yang berperan dalam menjaga keseimbangan nutrien dalam
ekosistem perairan. Selama proses fotosintesis, fitoplankton juga memproduksi
oksigen yang penting bagi kehidupan akuatik dan atmosfer.
Dalam keseluruhan, plankton memiliki peran yang krusial dalam menjaga
keseimbangan ekosistem perairan, menyediakan makanan bagi organisme lain,
dan berkontribusi terhadap siklus nutrien. Studi tentang plankton sangat penting
untuk pemahaman dan pengelolaan lingkungan perairan serta keberlanjutan
ekosistem akuatik.
6

2.3 Hubungan Antara Kualitas Air dan Plankton


2.3.1 Pengaruh Kualitas Air terhadap Plankton
Kualitas air mempengaruhi kehidupan plankton dalam beberapa cara.
Berikut adalah beberapa pengaruh kualitas air terhadap kehidupan plankton:
a) Suhu air
Suhu air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi plankton.
Setiap spesies plankton memiliki rentang suhu yang optimal untuk
pertumbuhannya. Perubahan suhu di luar rentang optimal dapat menghambat
pertumbuhan dan reproduksi plankton, dan pada suhu yang ekstrem, dapat
menyebabkan kematian plankton.
b) Oksigen Terlarut
Plankton, terutama fitoplankton, membutuhkan oksigen terlarut untuk
respirasi. Kualitas air yang rendah dengan kandungan oksigen terlarut yang
rendah dapat menghambat pertumbuhan plankton dan menyebabkan stres oksigen
bagi mereka.
c) Kandungan Nutrien
Nutrien seperti nitrogen dan fosfor adalah faktor penting yang
mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Kualitas air yang kaya nutrien dapat
menyebabkan ledakan populasi fitoplankton, yang dikenal sebagai “bloom”. Di
sisi lain, kualitas air yang rendah nutrien dapat menghambat pertumbuhan
fitoplankton dan mempengaruhi kelangsungan hidup plankton secara keseluruhan.
d) Kekeruhan
Kekeruhan air mengacu pada kehadiran partikel-partikel padat dalam air.
Kekeruhan yang tinggi dapat menghalangi penetrasi cahaya, yang diperlukan oleh
fitoplankton untuk melakukan fotosintesis. Jika keberadaan fitoplankton
terhambat, hal ini dapat mempengaruhi kelangsungan hidup zooplankton yang
bergantung pada mereka sebagai sumber makanan.
e) Kualitas Kimia
Parameter kimia seperti pH, salinitas, dan keberadaan zat-zat kimia
berbahaya juga dapat mempengaruhi plankton. Perubahan pH yang ekstrem atau
konsentrasi zat kimia beracun dalam air dapat menyebabkan kematian plankton
dan mengganggu keseimbangan ekosistem perairan.
7

f) Pencemaran
Pencemaran air oleh bahan kimia, seperti logam berat, pestisida, atau
limbah industri, dapat sangat merusak bagi plankton. Bahan kimia beracun dapat
menghambat pertumbuhan plankton, menyebabkan mutasi genetik, dan
mengganggu sistem reproduksi mereka.
Pengaruh kualitas air terhadap plankton sangat penting karena plankton berperan
sebagai produsen primer dan menyediakan makanan bagi organisme lain dalam
rantai makanan perairan. Perubahan dalam kualitas air dapat memiliki efek yang
luas pada kelimpahan dan komposisi plankton, serta ekosistem perairan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, menjaga kualitas air yang baik sangat penting untuk
melindungi kehidupan plankton dan menjaga keseimbangan ekosistem akuatik.

2.3.2 Dampak Perubahan Kualitas Air terhadap Plankton


Perubahan kualitas air dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap
kehidupan plankton. Beberapa dampak perubahan kualitas air terhadap kehidupan
plankton meliputi:
1. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Perubahan kualitas air, seperti peningkatan atau penurunan suhu,
kandungan nutrien, kejernihan, atau konsentrasi zat kimia beracun, dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup plankton. Jika kondisi tidak
sesuai dengan preferensi plankton, mereka dapat mengalami penurunan
pertumbuhan, reproduksi yang rendah, atau bahkan kematian.
2. Komposisi Plankton
Kualitas air yang berubah dapat menyebabkan perubahan dalam komposisi
spesies plankton. Beberapa spesies plankton mungkin lebih toleran terhadap
perubahan kualitas air daripada yang lain, sehingga dapat terjadi pergeseran
dominansi spesies plankton dalam suatu ekosistem. Hal ini dapat memiliki
dampak pada rantai makanan dan keseimbangan ekosistem perairan.
3. Keberlanjutan Ekosistem
Plankton merupakan bagian penting dari rantai makanan perairan dan
berkontribusi pada sirkulasi nutrien dan oksigenasi air. Perubahan kualitas air
yang merugikan plankton dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan
8

secara keseluruhan. Jika plankton mengalami penurunan jumlah atau kerusakan


yang signifikan, hal ini dapat mempengaruhi organisme tingkat trofik lainnya,
termasuk ikan, burung laut, dan mamalia laut yang bergantung pada mereka
sebagai sumber makanan.
4. Efek pada Lingkungan Perairan
Plankton juga berperan dalam pengendalian populasi alga berlebih
(eutrofikasi) dalam ekosistem perairan. Perubahan kualitas air yang menyebabkan
peningkatan konsentrasi nutrien dapat memicu pertumbuhan alga yang berlebihan,
yang dikenal sebagai “bloom alga”. Keanekaragaman Hayati: Plankton memiliki
peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati dalam ekosistem perairan.
Perubahan kualitas air yang merugikan plankton dapat mengurangi
keanekaragaman spesies plankton, sehingga mengurangi keanekaragaman hayati
secara keseluruhan. Hal ini dapat memiliki dampak jangka panjang pada stabilitas
dan fungsi ekosistem perairan.
9

III.

3.1 Kesimpulan
Kualitas air yang baik sangat penting bagi kehidupan dan kelangsungan
plankton. Parameter kualitas air seperti suhu, kandungan oksigen terlarut,
kandungan nutrien, kekeruhan, kualitas kimia, dan pencemaran dapat
mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi, dan keberlanjutan plankton.
Plankton, terutama fitoplankton, merupakan produsen primer dalam rantai
makanan perairan. Mereka menyediakan makanan dan oksigen bagi organisme
tingkat trofik yang lebih tinggi. Perubahan kualitas air dapat mempengaruhi
kelimpahan, komposisi, dan keanekaragaman spesies plankton, yang pada
gilirannya mempengaruhi ekosistem perairan secara keseluruhan.
Kualitas air yang buruk, seperti peningkatan suhu yang ekstrem, penurunan
kandungan oksigen terlarut, keberadaan nutrien yang berlebihan, kekeruhan yang
tinggi, dan adanya zat kimia beracun, dapat menyebabkan penurunan
pertumbuhan, reproduksi yang rendah, dan bahkan kematian plankton. Perubahan
kualitas air yang merugikan plankton juga dapat mengganggu rantai makanan
perairan, mengurangi keanekaragaman hayati, dan mengganggu keseimbangan
ekosistem perairan.
Untuk melindungi kehidupan plankton dan menjaga kualitas ekosistem
perairan, perlu dilakukan upaya untuk memantau dan memperbaiki kualitas air.
Hal ini meliputi pengelolaan limbah, pengendalian polusi, pemantauan parameter
kualitas air secara rutin, serta perlindungan terhadap ekosistem perairan.
Kualitas air yang baik adalah kunci untuk menjaga kelangsungan hidup
plankton dan mempertahankan ekosistem perairan yang sehat. Dengan memahami
dan memperhatikan pentingnya kualitas air, kita dapat melindungi plankton dan
menjaga kelestarian ekosistem perairan bagi keberlanjutan kehidupan di planet
kita.
10

DAFTAR

Ambarwati, D. (2018). Identifikasi Fitoplankton Dari Perairan Waduk Nadra


Krenceng Kota Cilegon Banten. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol.4 No.
4, 283-291.
Barus, T. (2015). Pengantar Limnologi Study tentang Ekosistem Air Daratan.
Medan: USU Press.
Basmi, H. (2020). Plankton Sebagai Indikator Kualitas Perairan. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
Edward, A. (2021). Pengaruh Aktivitas Pabrik Semen Andalas Terhadap
Kelimpahan, Diversitas Dan Produktivitas Plankton di Perairan Pantai
Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Aceh: Fakultas MIPA UNSYAH.
Effendi, H. (2021). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: PT. Kanisius
Fachrul, F. (2017). Metode Sampling Bioteknologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Fadhilatin, N. S. (2016). Keragaman Zooplankton Di Peariran Sungai Pepe Anak
Sungai Bengawan Solo Di Jawa Tengah. Surakarta: UMS Press.
Hamdhani. (2019). Studi Percobaan Pembiakan Zooplankton Jenis Cladocera
(Macrothrix Sp) Secara Eksitu. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol. 18. No.
2, 1-2.
Handayani, p. P. (2022). Komunitas Zooplankton Diperairan Waduk Krenceng.
Makara Sains, 75-80.
Liinuga, D. (2020). Identifikasi Zooplankton di Perairan Pulau Bunaken
Manado. Jurnal MIPA UNSRAT ONLINE 3,2, , 84-86.
Lind, O. (2022). Handbook Of Common Methods in Limnology (2
edition).Kendal: Hunt Publishing Company Dubuque, Lowa.
Nontji, A. (2018). Plankton Kelautan. Jakarta: LIPI Press
Sagala, P. E. (2015). Komparasi Indeks Keanekaragaman dan Indeks Saprobik
Plankton untuk Menilai Kualitas Perairan Danau Toba Provinsi Sumatra
Utara. Bandung: SEMNAS Limnologi VI LIPI.
Wardoyo, S. T. (2019). Kriteria Kualitas Air untuk Pertanian dan Perikanan.
Makalah pada Seminar Pengendalian Pencemaran Air. . Dirjen Pengairan
Departemen Pekerjaan Umum Bandung.
Wisanti, d. (2016). Analisis Keanekaragaman Plankton di Waduk Pacal Desa
Kedungsumber Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro.
LenteraBio. Vol.5 No. 1., 54-59.
1

LAMPIRAN
12

REVIEW JURNAL 1
Judul Identifikasi Fitoplankton Dari Perairan Waduk Nadra
Krenceng Kota Cilegon Banten
Penulis Ambarwati D
Penerbit Jurnal Perikanan dan Kelautan
Volume, Halaman Vol. 4 No. 4 : 283-291.
Tanggal penerbitan Desember 2018
Latar belakang dan Berdasarkan proses pembentukannya, waduk merupakan
tujuan penelitian perairan tergenang yang dibuat oleh manusia. Menurut
Sobirin (2010) waduk merupakan suatu bangunan air
yang digunakan untuk menampung debit air berlebih pada
saat musim hujan supaya kemudian dapat dimanfaatkan
pada saat debit rendah saat musim kemarau. Menurut
Kordi dan Tancung (2010) waduk adalah daerah yang
digenangi badan air sepanjang tahun serta dibentuk atau
dibangun atas rekayasa manusia. Waduk dibangun untuk
beberapa kebutuhan diantaranya, untuk irigasi, penyedia
energi listrik melalui pembangkit listrik tenaga air
(PLTA), penyedia air minum, pengendali banjir, rekreasi,
perikanan, dan transportasi. Salah satu waduk yang
dioperasikan seperti itu ialah Waduk Nadra Krenceng.
Waduk Nadra Krenceng terletak di Kota Cilegon Provinsi
Banten dimana merupakan reservoirutama PT. Krakatau
Tirta Industri yang sumber airnya berasal dari sungai-
sungai yang ada di DAS Waduk Nadra Krenceng dan
Sungai Cidanau. Air waduk ini akan diproses oleh PT.
KTI menjadi air bersih dan air baku untuk kemudian
didistribusikan untuk industri, masyarakat di Cilegon dan
sebagian masyarakat di Kabupaten Serang (Rahman 2008
diacu dalam Wirasembada 2012). Daya tampung air
Waduk Nadra mencapai volume ± 5 juta m3
Metode penelitian Penelitian dilakukan di Perairan Waduk Nadra Krenceng
desa Mesigit, kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon
Banten. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan
yaitu pada tanggal 16 Juni sampai dengan 16 Juli 2014.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
alkohol dan aquades untuk pengawetan sampel.
Sedangkan alat yang digunakan antara lain botol sampel,
derigen, ember, cool box, dry ice, kamera digital,
plankton net, mikroskop, dan segwidck rafter.Dalam
pengambilan sampel, ditentukan 5 titik stasiun
pengamatan yang dimulai dari aliran Sungai Cidanau,
Inlet Kapudenok, Kali Tamanbaru, Kali Brambang, dan
Tengah Perairan
Hasil & pembahasan Stasiun yang diamati, yaitu Anabaena sp, Closterium sp,
Staurastrum sp, Tetraedron sp, Gloeocystis sp,
Desmodesmus sp, Navicula sp, Melosira sp,
Gonyostomum sp, dan Staurodesmus sp
1

Kesimpulan Sepuluh genus fitoplankton ditemukan di perairan Waduk


Nadra Krenceng. Genus Anabaena sp merupakan genus
yang paling melimpah di perairan waduk. Kelimpahan ini
kemudian berturut-turut disusul oleh Closterium sp,
Gloesocystissp, Desmodesmus sp, Straurodesmus sp,
Gonyostomum sp, Melosira sp, Naviculasp, Tetraedron
sp, dan Straurastrum sp. Kelimpahan total alga pada
waduk nadra krenceng di setiap stasiun berkisar 6.795 –
16.099 ind/l, dimana kelimpahan tertinggi di stasiun I dan
terendah di stasiun III.

REVIEW JURNAL 2
Judul Koefisien Saprobik Plankton Di Perairan Embung
Universitas Negeri Semarang
Penulis Barus, T.
Penerbit Jurnal MIPA
Volume, Halaman (2) (2015): 115-120
Tanggal penerbitan Desember 2015
Latar belakang dan Embung atau tandon air merupakan waduk Berukuran
tujuan penelitian mikro di suatu lahan yang dibangun Untuk menampung
kelebihan air hujan di musim Hujan. Embung merupakan
salah satu teknik Pemanenan air (water harvesting) yang
sangat Sesuai di segala jenis agroekosistem. Di lahan
rawa Namanya pond yang berfungsi sebagai tempat
Penampungan air drainase saat kelebihan air di Musim
hujan dan sebagai sumber air irigasi pada Musim
kemarau. Keberadaan embung diyakini Dapat
menampung air hujan sehingga mencegah Terjadinya
banjir pada suatu daerah. Universitas Negeri Semarang
(UNNES) yang mengklaim Sebagai Universitas
Konservasi adalah kampus Yang memiliki embung di
dalamnya. Pembangunan Embung tersebut merupakan
salah satu program Konservasi Universitas Negeri
semarangpemantauan dan pengelolaan kualitas Perairan
pada embung memerlukan metode Pengambilan
keputusan yang tepat dan teliti Mengenai kondisi perairan
terkini, sehingga dapat Segera dilakukan tindakan yang
tepat sasaran dan Dapat mereduksi besarnya polutan serta
Menyelamatkan kehidupan biotabiota
Metode penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan Eksplorasi dengan
metode survai, penetapan Stasiun pengambilan sampel
dengan purposivesampling. Penelitian dilakukan di
perairan Embung Universitas Negeri Semarang pada
tanggal 20 Juni-18 Juli 2015. Pengambilan sampel
dilakukan Sebanyak 3 kali dengan selang waktu 2
minggu. Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
Berupa jumlah spesies plankton yang ditemukan Dan
pengukuran faktor abiotik, kemudian datadihubungkan
1

dengan indikator pencemaran Berdasarkan koefisien


saprobik yang disajikan
Hasil & pembahasan Berdasarkan perhitungan nilai koefisien Saprobik terlihat
bahwa nilai koefisien saprobik Plankton berkisar antara -
0,4 s/d 0,9. Berdasarkan Kriteria tingkat pencemaran
perairan Menunjukkan bahwa Embung Universitas
Negeri Semarang berada dalam kondisi tercemar ringan
Sampai dengan sedang. Tingkat pencemaran Sedang
terjadi pada stasiun tujuh. Pada stasiun pertama, dua, dan
tiga Diperoleh nilai koefisien saprobik yang hampir Sama
yaitu sebesar 0,1 s/d 0,6 yang berarati Keadaan kualitas
airnya mengalami pencemaran Ringan. Pada stasiun
empat diperoleh nilai Koefisien saprobik sebesar 0,03
yang berarti Keadaan kualitas airnya mengalami
pencemaran Sedang. Hal ini disebabkan pada stasiun
empatadalah tempat masuknya air limbah dari FMIPA
Hingga Gedung Rektorat. Pada stasiun lima dan enam
diperoleh nilai Koefisien saprobik yang tidak terlalu
berbeda yaitu 0,5 s/d 0,9 yang berarti keadaan kualitas
airnya Termasuk dalam pencemaran ringan. Pada stasiun
tujuh diperoleh nilai koefisien Saprobik sebesar -0,4 yang
berarti keadaan Kualitas airnya mengalami pencemaran
sedang. Hal ini disebabkan pada stasiun tujuh merupakan
Tempat keluarnya air dari seluruh Embung Universitas
Negeri Semarang menuju selokan yang Ada di sekitar
Embung Universitas Negeri Semarang, jadi semua limbah
yang ada di Embung Universitas Negeri Semarang
mengumpul pada Stasiun tujuh sebelum akhirnya
mengalir keluar Menuju selokan di sekitar Embung.
Kesimpulan Berdasarkan perhitungan yang dilakukan di Dapatkan
nilai koefisien saprobik plankton Berkisar antara -0,4 /d
0,9. Berdasarkan hubungan Antara koefisien saprobitas
dengan hasil Pengukuran tabel lingkungan menunjukkan
bahwaembung Universitas Negeri Semarang tercemar
Ringan sampai dengan sedang.

REVIEW JURNAL 3
Judul ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN
TINJAUAN PARAMETER ph, SUHU, BOD, COD,
DO TERHADAP COLIFORM
Penulis Basmi, H.
Penerbit Jurnal MIPA
Volume, Halaman (2) (2020): 115-120
Tanggal penerbitan Desember 2020
Latar belakang dan Cemaran pada air sungai meliputi Aspek kimia, fisik dan
tujuan penelitian biologi yang Mempengaruhi parameter ph, suhu, BOD,
COD DO terhadap jumlah coliform pada Air sungai. Nilai
dari parameter juga dapat Dipengaruhi oleh alam dan
1

seperti musim, Bulan, waktu, dll. Bakteri coliform sangat


Optimum tumbuh pada ph tertentu yaitu ph 7 begitupun
dengan suhu dimana bakteri coliform optimum tumbuh
pada suhu 37o C. Selain ph dan suhu parameter yang
berpengaruh terhadap bakteri coliform adalah BOD,
COD, dan DO. BOD (Biological oxygen demand) sangat
Berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Coliform
dimana nilai BOD meningkat Maka pertumbuhan
coliform akan Meningkat pula begitupun dengan COD
Atau (Cemical oxygen demand), jumlah COD yang
meningkat akan meningkatkan Jumlah coliformcoliform
Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan Adalah literatur
review dengan jenis Penelitian narrative review. Metode
Literatur review adalah serangkaian Kegiatan yang
berkenaan dengan metode Pengumpulan data pustaka,
membaca, dan Mencatat, serta mengumpulkan
bahanpenelitian. Pencarian literatur (literature Searching)
dilakukan dengan Pencarianmendalam terhadap data
Sekunder. Data sekunder merupakan data Yang diperoleh
bukan dari pengamatan Langsung namun diperoleh dari
hasil Penelitian yang telah dilakukan oleh Peneliti-
peneliti terdahulu. Sumber data Sekunder yang dimaksud
berupa buku dan Laporan ilmiah primer atau informasi
Terpublikasi pada database jurnal Kedokteran elektronik.
Hasil & pembahasan Perilaku manusia pada lingkungan Sungai sangat
mempengaruhi kualitas air Sungai, disamping itu keadaan
alam juga Berperan terhadap keadaan sungai dan
Komponen yang ada di dalamnya. Kebiasaan membuang
sampah, BAB Sembarangan, membuang limbah rumah
Tanggah dan pembuangan limbah industri Ke sungai
merupakan perilaku yang sering Dijumpai di sekitar
sungai. Dari beberapa Penelitian yang telah dilakukan
terdapat Peningkatan jumlah bakteri coliform pada Air
sungai. Menurut paca 2019 jumlah Coliform pada air
Sungai Kwanza, Sungai Dande dan Sungai Bengo adalah
5.292 CFU/100 ml-105.252 CFU/ 100ml.16Menurut
Strathmann 2016 mengatakan Bahwa jumalah total
coliform besar dari 2400 MPN/ 100 ml pada Sungai
Ruhr.18 Penelitian lain juga mengatakan bahwa Terdapat
peningkatan jumlah coliform pada Air sungai sehingga
tidak dapat digunakan Sebagai sumber air bagi
masyarakat Sekitarnya. Beberapa parameter yang
Berpengaruh terhadap kualitas air sungai Adalah ph,
suhu, BOD, COD, dan DO..
Kesimpulan Berdasarkan analisis literature review Terhadap 20 jurnal
didapatkan kesimpulan Bahwa secara umum terdapat
peningkatan Jumlah bakteri coliform pada semua
Penelitian, peningkatan jumlah bakteri Coliform
1

mengindikasi bahwa air sungai Tercemar. Dalam


menganalisis kualitas air Sungai maka dilakukan
pemeriksaan Beberapa parameter diantaranya ialah ph,
Suhu, BOD, COD, dan DO ,sehingga Didapatkan bahwa
kesimpulan secara Khusus adalah: parameter ph dan suhu
Tidak memiliki hubungan yang signifikan Terhadap
jumlah bakteri coliform dalam air Sungai; parameter
BOD dan COD Memilihi hubungan signifikan terhadap
Jumlah bakteri coliform. Sedangkan DO Belum ada
penelitian yang membuktikan DO memiliki hubungan
terhadap jumlah Bakteri coliform pada air sungai; serta
Nilai dari parameter BOD,COD, dan DO Tidak
memenuhi standar yang telah Ditetapkan WHO di semua
penelitian.

REVIEW JURNAL 4
Judul Pemantauan Kualitas Air Sungai Cisadane Secara Online
Dan Analisa Status Mutu Air Menggunakan Metode
Storet
Penulis Edward, A.
Penerbit Jurnal
Volume, Halaman Volume 13, Nomor 2, Hal. 76-91
Tanggal penerbitan Juni 2021
Latar belakang dan Sungai Cisadane merupakan sungai yang melintasi 44
tujuan penelitian kecamatan di 5 kabupaten kota yaitu Kabupaten Bogor,
Kota Bogor, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan
Tangerang Selatan. Sungai ini memiliki panjang 126 km
dan luas seluruh area DAS sebesar 151.808 Ha. Hulu
sungai Cisadane berada di lereng Gunung Pangrango dan
aliranya bermuara di laut Jawa (Rosarina dan
Laksanawati, 2018). Sungai Cisadane menjadi
sumberdaya air yang Penting karena berfungsi sebagai
sumber air baku PDAM, air baku industri, pertanian dan
Rumah tangga bagi masyarakat sekitarnya.
Metode penelitian Pengambilan data penelitian ini dilakukan di tiga stasiun
monitoring Sungai Cisadane (Gambar 1) milik
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
yang dibangun Bekerjasama dengan Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT). Stasiun 1 (STO 5)
terletak di Bendungan Empang Bogor yang merupakan
bagian hulu sungai dengan Topografi yang lebih tinggi
dan tata guna lahan di sekitranya sungai berupa bendung,
Pemukiman warga, industri, sedikit area lahan pertanian
basah. Stasiun 2 (STO 6) terletak di Bendungan Pasar
Baru yang merupakan bagian hilir sungai dan berada di
kawasan pusat Kota Tangerang dengan tata guna lahan
disekitranya berupa Bendung Pintu Air Sepuluh Untuk
irigasi, permukiman warga, dan industri. Stasiun 3 yang
1

terletak di pos pemantauan Sungai Cisadane Kota


Tangerang yang merupakan bagian hilir sungai dan
berada di dekat Area permukiman warga dan industri.
Peta lokasi pengambilan dan pengamatan data sampel
Hasil & pembahasan Hasil pengukuran suhu dan DO periode Bulan Desember
2016 dapat dilihat pada Gambar 3 Dan Gambar 4. Stasiun
1 memiliki memiliki nilai suhu 24,60-26,20˚C dan DO 0-
4,86 Mg/l;untuk Stasiun 2 memiliki suhu 26,78–29,43˚C
dan DO 0–1,36 mg/l . Selanjutnya, hasil Pengukuran pada
Bulan Februari-Maret 2020 Stasiun 3 memiliki nilai suhu
26,40- 29,34˚C Dan DO 0,41–4,46 mg.
Kesimpulan Penerapan teknologi Onlimo di Sungai Cisadane dalam
upaya pemantauan kualitas air dapat Memberikan data
kualitas air dan status mutu air secara kontinyu, online
dan realtime. Dari Data hasil pemantauan Onlimo yang
telah dianalisis dengan metode STORET menunjukan
Status mutu air pada Bulan Desember 2016 termasuk
dalam katergori tercemar sedang, Dengan skor (-14) di
Staisun 1 dan skor (-18) Stasiun 2. Status mutu pada
Bulan Februari-Maret 2020 di staisun 3 juga termasuk
dalam katergori tercemar sedang, dengan skor yaitu (-13),
sehingga secara keseluruhan Sungai Cisadane telah
tercemar sedang. Dari ketiga Stasiun, kualitas air Sungai
Cisadane yang paling tercemar adalah Stasiun 2, yang
ditandai Dengan skor indeks Storet tertinggi.

REVIEW JURNAL 5
Judul Studi Analisis Kualitas Air Sungai Bah Biak Doi: Kota
Pematangsiantar
Penulis Effendi, H
Penerbit Jurnal
Volume, Halaman Volume 17, Nomor 2, hal. 117 – 124
Tanggal penerbitan Oktober 2021
Latar belakang dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bah Biak Merupakan salah
tujuan penelitian satu aliran sungai yang Mengalir di Kota Pematangsiantar
yang berasal Dari empat sungai cukup besar dan
memilikibanyak kelokan sungai. Daerah aliran sungai
Bah Biak melewati daerah Kecamatan Siantar Marimbun
dan Siantar Marihat, kotapematangsiantar. Kota
Pematangsiantar Merupakan salah satu kota yang
Pembangunannya berkembang pesat. Kota
Pematangsiantar juga tentu memiliki resiko Kualitas air
tercemar yang diakibatkan oleh Pengaruh karena
kepadatan penduduk, limbah Industri, tata ruang yang
tidak sesuai dengan Peruntukannya dan tingginya
eksploitasi Sumberdaya air. Berbagai aktivitas tersebut
Tentunya mengakibatkan penurunan kualitas air Pada
daerah aliran sungai (Yohannes, dkk., 2019; Yogafanny,
1

2015; Liyanage&Yamada, 2017


Metode penelitian Penelitian ini dilakukan pada tahun 2021 di Sungai Bah
Biak Kota Pematangsiantar (Gambar 1). Pengambilan
sampel air di Sungai Bah Biak Dilakukan dengan tiga kali
pengulangan yaitu Pada bulan Maret, Juni dan Agustus
dengan Mempertimbangkan keterwakilan musim hujan
Dan kemarau yang sangat berpengaruh terhadap Kualitas
iar sungai. Pada setiap pengambilan Sampe air di Sungai
Bah Biak dilakukan pada Bagian hulu kota (daerah
Simarimbun), Tengah kota (Jalan Melanthon Siregar) dan
hilir Kota (daerah BP Nauli). Pengambilan sampel air
pada penelitian ini Dilakukan secara insitu untuk
parameter Kecerahan, ph, total dissolved solid (TDS),
daya Hantar listrik, suhu dan dissolved oxygen (DO),
Ammonia, sedangkan untuk pengukuran skala
Laboratorium dilakukan untuk parameter Biologycal
oxygen demand (BOD) dan chemical Oxygen demand
(COD). Hasil pengukuran akan Ditampilkan dalam
bentuk grafik dan dibahas Seacara deskriptif dengan
merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Hasil & pembahasan Suhu memegang peranan penting terkait Proses-proses
kimia dan biologi organisme di Suatu perairan
(Sihombing, 2018; Sugianti&Astuti, 2018). Berdasarkan
hasil Penelitian diperoleh nilai suhu cenderung Fluktuatif,
namun perubahannya tidak terlalu Signifikan, dengan
nilai suhu terendah 28,90C dan tertinggi 30,30C
Kecerahan perairan menunjukkan Kemampuan cahaya
untuk menembus lapisan air Pada kedalaman tertentu.
Tingkat kecerahan Pada perairan alami berkaitan erat
dengan Aktivitas fotosintesa dan produksi primer.
Parameter kecerahan sangat dipengaruhi oleh Partikel-
partikel terlarut dalam lumpur. Semakin Banyak partikel
atau bahan organik terlarut maka Kekeruhan akan
meningkat (Mainassy, 2017
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengukuran beberapa Parameter
kualitas air di Sungai Bah Biak maka Dapat disimpulkan
bahwa mayoritas parameter Yang diteliti masih
memenuhi baku mutu namun Terdapat parameter yang
telah melewati ambang Baku mutu yaitu parameter BOD
dan ammonia.Beberapa saran yang dapat diberikan
Berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai Berikut:Perlu
pengawasan lebih ketat dari instansi Terkait dalam hal
pembuangan limbah Domestik, pertanian dan peternakan
yang Dilakukan oleh masyarakat.Perlu adanya sosialisasi
atau penyuluhan Kepada masyarakat sekitar sungai
tentang Sadar lingkungan.Perlu peninjauan dan evaluasi
1

yang ketat Sebelum pemberian izin lahan sekitar Sunga

REVIEW JURNAL 6
Judul Kajian Kualitas Air Sungai Bioedusains
Penulis Fachrul, F.
Penerbit Jurnal
Volume, Halaman Volume 5, Nomor 1, e-ISSN: 2598-7453
Tanggal penerbitan Juni 2017
Latar belakang dan Air sungai yang berasal dari mata air biasanya memiliki
tujuan penelitian kualitas yang sangat baik. Akan tetapi pada proses
pengaliran, air tersebut akan mengalami pencemaran dari
beberapa bahan pencemar (Sofia et al., 2010). Dengan
adanya Penyebab terjadinya pencemaran pada air sungai
aekpala tersebut merupakansalah satunya adalah limbah
rumah tangga, limbah pertanian serta limbah pada
penindustrian. Keadaan ini bisa diatasi dengan
melestarikan hutan yang ada di hulu sungai, dan tidak
membuang limbah ke sungai baik cair maupun padat (Al
Idrus, 2014).Kurangnya pengelolaan limbah domestik dan
perilaku manusia yang secara tidak langsung membuang
limbah padat dan cair serta limbah organik dan anorganik
ke badan air telah meningkatkan tingkat pencemaran air
serta menurunkan kualitas air (Suswati & Wibisono,
2013; Yohannes et al., 2019). Kecenderungan yang terjadi
saat ini adalah kurangnya ketersediaan air bersih yang
bisa digunakan secara langsung dari hari ke hari. Hal ini
diakibatkan oleh
Meningkatnya perkembangan pembangunan, sehingga
daya tampung air oleh tanah yang berperan sebagai
sumber air tanah berkurang. Padahal faktanya, semakin
meningkat populasi disuatu daerah, maka semakin
meningkat pula jumlah air bersih yang harus tersedia
(Fitriati et al., 2018).
Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode survey.Penelitian ini merupakan jenis penelitian
campuran antara penelitian bentuk kualitatif dan
kuantitatif yang tidak hanya mengumpulkan dan
menganalisis data,namun juga melibatkan fungsi-fungsi
dari penelitian kuantitatif dan kualitatif yang diharapkan
bisa memberikan pemahaman yang lebih lengkap
mengenai masalah penelitian yang diangkat. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah air Sungai Aek
Pala Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu.
Pengambilan sampel di lokasi juga diisertai dengan
pengukuran panjang, lebar, serta kedalaman
sungai.Sampel air yang diambil kemdian dibawa ke UPT.
Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Labuhanbatu guna menjalani pengujian dengan
2

menggunakan parameter air bersih dengan berdasarkan


acuan permenkes No.32 Tahun 2017 yang mencakup
beberapa parameter lainnya yakni parameter fisika,
parameter kimia, serta parameter mikrobiologi.
Hasil & pembahasan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air. Baku mutu air adalah ukuran batas atau
kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang
ada atau harus ada atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya didalam air sedangkan kelas air ialah
tingkatan kelas air yang dinilai layak dalam kegunaan
Tertentu. Penelitian ini dilakukan sebagai
ujipendahuluan,sehingga untuk kedepannya tetap perlu
dilakukan pemantauan secara berkala setiap tahunnya
agar bisa diketahui kualitas air Sungai Aek Pala sebagai
sumber air bersih dan sarana objek wisata pemandian
yang baik bagi masyarakat.Sungai Aek Pala mempunyai
suatu manfaat bagi manusia serta nilai untuk
kesejahteraan terhadapa manusia serta kehidupan yang
berada di sekitar sungai maupun yang hidup di dalam
Sungai. Dengan adanya suatu aktifitas pada kegiatanbagi
manusia yang berfungsi pada air Sungai Aek Pala, dengan
adanya membuang sampah/limbah ke Sungai Aek Pala
maka bisa menurunkan suatu kualitas air Sungai Aek Pala
(Siahaan et al., 2011).Baku mutu air disusun berdasarkan
kelas-kelas air tersebut yang meliputi parameter fisika,
kimia, dan mikrobiologi. Sedangkan kelas air berdasarkan
Kegunaannya dibedakan menjadi empat kelas yakni: 1)
Kelas I, air yang dipergunakan sebagai air baku minum
atau lainnya yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan air minum tersebut; 2) Kelas II, air
yang dipergunakan sebagai sarana rekreasi, prasarana,
budi daya ikan tawar, peternakan, mengairi tanaman, atau
digunakan yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan penggunaan tersebut; 3) Kelas III, air yang
dipergunakan sebagai budidaya ikan tawar, peternakan,
mengairi tanaman, atau kegunaanlainnya yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut; 4) Kelas IV, air yang dipergunakan sebagai air
yang mengaliri tanaman, ataukegunaan lainnya yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
Tersebut (Ashar, 2020).
Kesimpulan Sungai Aek Pala dapat dikategorikan sebagai air kelas I.
Kategori tersebut diperoleh dari hasil pengukuran
parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi yang
menunjukkan bahwa sungai ini tergolong dalam kategori
aman dan memenuhi persyaratan baku mutu air minum,
namun harus melalui tahap pengolahan. Selain layak
2

dijadikan sebagai bahan baku air minum, dengan kondisi


air sungai yang mengalir dan air tampak jernih Sungai
Aek Pala juga layak dijadikan sebagai prasarana
pembersihan dan pencucian bagi masyarakat sekitar serta
layak dijadikan sarana objek wisata pemandian bagi
masyarakat sekitar Labuhanbatu dan dari daerah lainnya.

REVIEW JURNAL 7
Judul Keanekaragaman Plankton Di Sungai Way Umpu,
Kabupaten Way Kanan,
Provinsi Lampung
Penulis Fadhilatin, N. S
Penerbit Jurnal Penelitian Sains
Volume, Halaman 24 (3) 2016: 24317(107-115)
Tanggal penerbitan 2016
Latar belakang dan Lingkungan perairan terdiri dari komponen biotik Dan
tujuan penelitian abiotik yang saling berinteraksi melalui aliran Energi dan
daur hara (nutrien). Apabila kedua inte-Raksi terganggu
akan menyebabkan perubahan pada Ekosistem perairan
menjadi tidak seimbang [2]. Pe-Rubahan tersebut dapat
diketahui dari kondisi fisik, Kimia, dan biologis perairan.
Kondisi fisik dapat dilihat dari warna, bau, dan kecepatan
arus, kondisi Kimia dapat dilihat dari Power of Hydrogen
(ph), suhu, kandungan oksigen terlarut (DO), dan Total
suspendid Solid (TSS). Derajat keasaman (ph) yang Ideal
untuk kehidupan organisme perairan adalah Antara 7,5-8,
suhu air rata-rata berkisar antara 24-32 oc, kandungan
oksigen terlarut (DO) perairan lebih besar dari 3 mg/L
[3]. Untuk kondisi biologis dapat dilihat dari keberadaan
organisme seperti planktonyang hidup di perairan tersebut
[4]. Plankton merupakan organisme yang melayang Atau
mengapung di perairan, berukuran mikroskopik dan
pergerakannya relatif lemah dari kekuatan Arus yang
membawanya [5].
Metode penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu plank-Ton
net nomor 25 untuk menyaring sampel plankton Pada air
sungai, botol sampel 30 ml untuk meletak-Kan sampel
plankton, ember plastik 10 liter untuk Mengabil air sungai
sebelum disaring menggunakan Planton net, ice box
untuk menyimpak sampel Plankton, mikroskop cahaya
Olympus CX21 untuk Mengamati sampel plakton, gelas
objek menempat-Kan objek yang akan dilihat, kaca
penutup untuk Mendatarkan sampel, pipet tetes untuk
memindah-Kan sampel, kamera gawai Vivo Y91 untuk
Dokumentasi, hand counter untuk menghitung Jumlah
individu, DO meter AZ-8403, ph meter Toadkk,
thermometer, neraca analitik, peralatan Titrasi, jerigen 1
liter untuk tempat sampel air, dan Buku identifikasi
2

plankton untuk meng-identifikasi Sampe plankton dengan


judul The Marine and Fresh-Water Plankton karangan
Davis (1955).Penelitian ini menggunakan metode
purposive
Sampling secara vertikal pada 7 stasiun penelitian.
Penentuan stasiun sampel dengan melihat ciri
Karakteristik penggunaan lahan sekitar sungai. Pada
Bagian hulu merupakan daerah hutan, perkebunan,
Pertanian, pertambangan dan pemukiman, bagian Tengah
merupakan wilayah pertambangan emas dan Mangan
serta pemukiman Kampung Ojolali, Keca-Matan Umpu
Semenguk. Bagian hilir merupakan Wilayah perkebunan,
pemukiman Gunung Katun Kecamatan Baradatu, dan
pertambangan.
Hasil & pembahasan Komposisi planktonhasil identifikasi sampel plankton di
Sungai Way Umpu Kabupaten Way Kanan, Provinsi
Lampung Ditemukan 22 jenis plankton yang
dikelompokkan ke Dalam 10 kelas. Kelas tersebut
termasuk ke dalam 4 Kelompok zooplankton yaitu Kelas
Rhizopoda dite-Mukan 2 jenis plankton yaitu Amoeba sp.
Dan Arcella Sp. Kelas Euglenophyceae ditemukan 3 jenis
plank-Ton yaitu Euglena sp., Heteronema sp., dan Phacus
Sp. Kelas Ciliatea ditemukan 1 jenis plankton yaitu
Frontania sp. Kelas Oligotrichea juga ditemukan 1 Jenis
plankton yaitu Rhabdonella sp. Sedangkan 6 Kelas
termasuk ke dalam kelompok fitoplankton yai-Tu Kelas
Cyanophyceae ditemukan 4 jenis plankton Yaitu
Anabaena sp., Gomphosphaeria sp., lyngbyasp., dan
Microsystis sp. Kelas Bacillariophceae dite-Mukan
sebanyak 5 jenis plankton yaitu Asterionella Sp.,
Bacillaria sp., Gyrosygma sp., Nitzchia sp., danstauroneis
sp. Kelas Trebouxiophyceae ditemukan 2 Jenis plankton
yaitu Botryococcus sp., Oocystis sp. Kelas
Zygnematophyceae ditemukan 2 jenis plank-Ton yaitu
Closterium sp. Dan Netrium sp. Kelas Chlo-Rophyceae
ditemukan 1 jenis planton yaitu eudorinasp. Kelas
Fragilariophyceae ditemukan 1 jenis plank-Ton yaitu
Thallasiothrix sp.Jenis plankton yang ditemukan pada
setiap sta-Siun penelitian yaitu Amoeba sp. Dan
Microsystis sp. Hal ini disebabkan karena Amoeba sp.
Mampu hidup Pada limbah atau air yang tercemar [12].
Sedangkan Microsystis sp. Pada kondisi tertentu seperti
musim Panas di daerah subtropik dengan nutrien yang
ting-Gi, jenis ini mampu tumbuh secara cepat yang bisa
Disebut algae blooms [13]. Pertumbuhan jenis plank-Ton
lebih tinggi dimusim kemarau dibandingkan Dengan
musim hujan karena pada musim kemarau Intensitas
cahaya matahari lebih maksimal ke perai-Ran dari pada
2

saat musim hujan [14]. Plankton lebih Banyak ditemukan


pada Stasiun 1, 2, 3, dan 4 di-Bandingkan dengan Stasiun
5, 6, dan 7. Hal ini dika-Renakan daerah dengan
penggunaan lahan berupa Hutan
Kesimpulan Plankton yang ditemukan di Sungai Way Umpu Ka-
Bupaten Way Kanan sebanyak 22 jenis yang berasal Dari
10 kelas yaitu Rhizopoda, Euglenophyceae, Ci-Liatea,
Oligotrichea, Cyanophyceae, Bacillarioph-Ceae,
Trebouxiophyceae, Zygnematophyceae, Chlo-Rophyceae,
dan Fragilariophyceae. Indeks Keaneka-Ragaman (H’)
berkisar antara 1,06 – 1,77 yang me-Nandakan bahwa
keanekaragaman plankton di Sun-Gai Way Umpu
Kabupaten Way Kanan termasuk Kategori sedang
(1<H’<3) dengan kualitas perairan Termasuk kategori
tercemar sedang dengan kisaran Nilai 1<H’<3. Hal ini
didukung oleh parameter fisika Dan kimia yang masih di
bawah baku mutu kelas III Yang dapat mendukung
pertumbuhan plankton di Perairan Sungai Way Umpu,
kabupaten Way Kanan.

REVIEW JURNAL 8
Judul Struktur Kelimpahan Plankton Berdasarkan Pasang Surut
Di Perairan
Tanjung Jumlai Penajam Paser Utara Kalimantan Timur
Penulis Hamdhani.
Penerbit Jurnal Aquarine
Volume, Halaman Vol. 6, no.2,
Tanggal penerbitan Oktober Tahun 2019
Latar belakang dan Kabupaten Penajam Paser Utara adalah salah satu
tujuan penelitian daerahyang masuk dalam pemekaran dari Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2002 yang berisi tentang
Pembentukan Kabupaten Penajam Paser Utara di Provinsi
Kalimantan Timur (BAPPEDA PPU 2010). Dengan luas
wilayah daratnya 3333,06 Km² dan laut 272,24 Km²
(Statistik Daerah Kab. Penajam Paser Utara 2011).
Kabupaten Penajam Paser Utara ini Merupakan salah satu
kabupaten yang memanfaatkan hasil alam dari laut
khususnya di daerah Tanjung Jumlai.Pengukuran pada
komponen biologi perairan dalam ekosistem perairan
yang dijadikan sebagai Dasar kajian adalah plankton.
Plankton merupakan salah satu biota yang penting dan
mempunyai peranan Besar di perairan. Plankton
dikelompokkan menjadi fitoplankton (plankton nabati)
dan zooplankton (plankton hewani) (Asriyana dan
Yuliana, 2012). Keberadaan plankton di suatu perairan
dipengaruhi oleh Beberapa faktor yaitu intensitas cahaya,
suhu, dan kecerahan suatu perairan. Intensitas cahaya
sangat Dibutuhkan terutama bagi fitoplankton untuk
2

melakukan proses fotosintesis karena fitoplankton sebagai


Tumbuhan mengandung pigmen klorofil yang mampu
melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air dan Karbon
dioksida dengan sinar surya dan garam-garam hara dapat
menghasilkan senyawa organik seperti Karbohidrat
(Rahman, 2008). Plankton adalah pakan alami bagi
anakan ikan. Keberadaan plankton disuatu Perairan dapat
dijadikan indikator daerah penangkapan ikan karena
plankton merupakan makanan bagi ikan (Kamali, 2004).
Metode penelitian A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Tanjung Jumlai Penajam
Paser Utara selama 3 bulan, dari bulan Februari – April
2018 terhitung mulai dari pengambilan sampel dan
analisis data, yang dilakukan dalam dua Tahap yaitu :
tahap pertama adalah pengambilan sampel plankton
dengan cara menggunakan plankton net dan Untuk
pengukuran kualitas air yang dilakukan secara insitu
sedangkan tahap kedua secara exsitu yang Dilakukan di
Laboratorium Kualitas Air Universitas Mulawarman
untuk mengidentifikasi plankton.
B. Prosedur Penelitian
Pengambilan sampel plankton dilakukan di 6 stasiun.
Dengan 3 kali pengulangan setiap 15 hari Pada saat
pasang tertinggi dan surut terendah. Pengambilan sampel
plankton menggunakan ember dengan Volume air 10 liter
sebangak 10 kali. Sampel kemudian disaring
menggunakan plankton net. Kemudian Dimasukkan ke
dalam botol sampel dengan volume 60 ml. Sampel
kemudian diberi larutan lugol sebanyak 4 Tetes sebagai
pengawet, lalu ditutup dan diberi label dan tahap
selanjutnya sampel diidentifikasi di Laboratorium
Kualitas Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Hasil & pembahasan A. Komposisi dan Kelimpahan plankton
Komposisi jenis plankton yang ditemukan di perairan
Tanjung Jumlai Penajam Paser Utara padasaat pasang dan
surut dari jenis fitoplankton terdapat tiga kelas yaitu
Chrysophyceae, Dinophyceae,Bacillariophyca di peroleh
sebanyak 44 spesies dan zooplankton terdapat empat
kelas yaitu Animalia,Crustacea, Copepoda, Protozoa
diperoleh sebanyak 11 spesies Kelimpahan plankton saat
pasang adalah 126 – 3150 ind/L. Nilai kelimpahan
tertinggi berada pada Stasiun 1 yaitu 3,150 ind/L dari
kelas Bacillariophyca yaitu spesie Chaetoceros sp..
Tingginya kelimpahan Plankton disebabkan karena
stasiun 1 meruapakan muara sungai dimana kawasan
muara banyak kandungan Nutrient yang di suplai dari
hulu sungai. Menurut Sri (2011) dalam Permata Dewi
(2018) karena pengaruh Masuknya air laut yang besar,
2

sehingga banyak plankton yang terbawa arus menuju


daerah muara sungai, Dimana kelas Bacillariophyca
spesies yang dapat hidup pada habitat perairan tawar dan
laut. Kelas Bacillariophyca merupakan jenis fitoplankton
yang sering dijumpai di perairan laut dan memiliki
peranan Yang penting. Pendapat ini senada dengan
pendapat Sunarto (2008) yang mengatakan bahwa
fitoplankton Yang termasuk kedalam kelas
Bacillariophyceae terdapat pada zona neritik, perairan
lintang sedang dan pada Daerah upwelling dan juga
merupakan kelompok fitoplankton paling penting yang
memberikan konstribusi Secara mendasar bagi
produktivitas laut, khususnya di perairan pantai. Untuk
nilai kelimpahan terendahberada pada stasiun 6 yaitu 126
ind/L dari kelas Cruestacea yaitu spesies Acartia Clause.
Rendahnya Kelimpahan plankton disebabkan karena
stasiun 6 merupakan daerah sungai yang perairannya
masih
Kesimpulan Jenis plankton yang ditemukan di perairan tanjungjumlai
saat pasang surut terdapat sebanyak 44 Spesies
fitoplankton dan 11 spesies zooplankton.Kelimpahan
plankton di perairan Tanjung Jumlai saat pasang dengan
nilai tertinggi 3,150 ind/L terdapat Pada stasiun 1 yaitu
dari kelas Bacillariophyca dan nilai terendah 126 ind/L
yang berada pada stasiun 3 Dan stasiun 5 yaitu dari kelas
Chrysophyceae dan Dinophyceae . Kelimpahan plankton
di perairan Tanjung Jumlai saat surut dengan nilai
tertinggi 7,560 ind/L terdapat Pada stasiun 2 yaitu dari
kelas Bacillariophyca dan nilai terendah 360 ind/L pada
stasiun 6 yaitu dari Kelas Chrysophyceae.

REVIEW JURNAL 9
Judul Keberadaan Plankton Sebagai Indikator
Pencemaranbioedusains
Penulis Handayani, p.
Penerbit Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains
Volume, Halaman Volume 5, Nomor 1, e-ISSN: 2598-7453
Tanggal penerbitan Juni 2022
Latar belakang dan Sungai merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan
tujuan penelitian terbuka, yang juga Rawan dengan adanya suatu
pencemaran. Pencemaran yang terjadi pada suatu Sungai
biasanya disebabkan oleh kondisi lingkungan dan
aktivitas manusia di Sekitar sungai (Manalu & Harahap,
2021). Rashidy et al., (2013) menyatakan Bahwa
lingkungan perairan terdiri dari komponen biotik dan
abiotik yang saling Berinteraksi melalui aliran energi dan
daur hara (nutrien), apabila interaksi Keduanya terganggu
akan menyebabkan terjadinya perubahan atau gangguan
2

pada Ekosistem perairan sehingga menjadi tidak


seimbang. Pencemaran air adalah Masuknya zat, energi
dan komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia,
Sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu.
Degradasi kualitas air dapat Diakibatkan karena
banyaknya pembuangan limbah.
Metode penelitian Penelitian dilaksanakan pada Desember 2021 sampai
Januari 2022, dengan Pengambilan sampel plankton di
Sungai Barumun kecamatan Kota pinang, Labuhanbatu
Selatan. Sedangkan analisis laboratorium akan dilakukan
di UPT Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup
Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu.Alat dan bahan
yang digunakan untuk pengambilan sampel plankton
adalah Termometer, ph meter, DO meter, sechi chip,
stiker, spidol, kuas, pita, bola apung,Pancing, ember 5
liter, jaring plankton, botol sampel, stopwatch, Global
Positioning System (GPS), mikroskop binokular, lensa
objektif, tutup objek,Penetes dan sertifikat tanda
pengenal. Bahan yang digunakan dalam penelitian Antara
lain lugol 10%, ph Buffer 7 Milwake, aquadest, streoform
box dan Counter.Lokasi pengambilan sampel dipilih
melalui pengambilan sampel yang Bertujuan atas dasar
pertimbangan peneliti sendiri dan pengambilan sampel
Plankton dilakukan pada siang hari, saat itu adalah waktu
yang baik bagi plankton Untuk berfotosintesis. Sampel air
diambil dari permukaan (horizontal) Menggunakan ember
5 liter, kemudian disaring menggunakan plankton mesh
danzdiulang sebanyak 5 kali. Sampel plankton yang telah
disaring 90 ml, diawetkan Dengan formalin 4% (3 tetes),
kemudian diberikan larutan Lugol (3 tetes) untuk
Mewarnai plankton sebelum dianalisis di
laboratorium.Kelimpahan plankton dihitung untuk
mengetahui jumlah individu atau satu Sel per satuan
volume (liter) yang memungkinkan dapat ditentukan
tingkat Kepadatan plankton di perairan. Perhitungan
kelimpahan plankton dilakukan
Hasil & pembahasan Hasil temuan menunjukkan bahwa terdapat sembilan
jenis planktonberdasarkan hasil identifikasi pengamatan.
Jenis-jenis tersebut terbagi atas 4 Kelas, yaitu
Bacillariophyceae (Melorisa dan Rhizosolenia),
Chrysophyceae (Xantophyceae dan Chrysophyceae),
Cyanophyta (Nostoc, Microcystis danoscillatoria) dan
Kelas Euglenophyceae (Euglena dan
Trachelomonas).Data pengamatan memperlihatkan bahwa
nilai keanekaragaman jenis
Plankton tertinggi ditemukan pada titik stasiun II yaitu
berada pada bagian tengah Sungai Barumun dengan
kisaran nilai 1,86. Hal ini diduga karena titik stasiun II
2

Yang berada di bawah intensitas cahaya yang tinggi,


sehingga memungkinkan Plankton berkembangbiak lebih
baik pada lingkungannya. Tinggi-rendahnya suatu
Keanekaragaman plankton disebabkan oleh kualitas air
yang baik atau tidak.Sementara itu, nilai keanekaragaman
jenis plankton terendah muncul pada stasiuniii, yaitu
bagian Sungai Barumun berada bawah jembatan dengan
kisaran nilai 1,06. Hal ini diduga karena titik di Stasiun
III berada di bawah jembatan, sehingga Intensitas cahaya
menjadi lebih rendah dan aliran air di titik ini lebih
tenang Dibandingkan di stasiun lainnya
Kesimpulan Sebanyak sembilan genus plankton ditemukan di tiga
stasiun penelitian, Yaitu Nostoc, Oscillatoria,
Rhizosolenia, Trachelomonas, Melorisa, Xantophyceae,
Chrysophyceae, Euglena dan Mycrosytic. Nilai kelarutan
oksigen, Suhu, intensitas cahaya dan aliran air merupakan
faktor fisik dan kimia badan air Yang sangat berpengaruh
terhadap keanekaragaman jenis plankton yang diperoleh
Di lokasi pengamatan. Sungai Barumun tergolong
kedalam perairan yang tercemar Sedang.

REVIEW JURNAL 10
Judul Kelimpahan Plankton Di Perairan Sungai Pelawi
Kecamatan Babalankabupaten Langkat Provinsi Sumatera
Utara
Penulis Liinuga, D
Penerbit Jurnal
Volume, Halaman
Tanggal penerbitan Desember 2020
Latar belakang dan Sungai merupakan badan air alami yang mengalir dari
tujuan penelitian bagian hulu (pegunungan) ke bagian hilir (laut atau
samudera). Sungai berfungsi menampung curah
hujan dan mengalirkannya ke laut. Sungai mempunyai
fungsi yang beranekaragam diantaranya untuk
keperluan domestik, pertanian, perikanan, irigasi,
perindustrian dan tenaga penggerak turbin (Gonawi,
2009).Pada saat ini sungai menjadi badan air yang
cukup penting, karena sungai sebagai ekosistem
terbuka lebih mudah mengakumulasi berbagai jenis
buangan dan daerah sekitarnya. Pembersihan lahan
dan perubahan penggunaan lahan disepanjang daerah
aliran sungai (DAS) akan mempengaruhi kualitas air
sungai tersebut
Metode penelitian Plankton merupakan organisme mikroskopis yang
melayang-layang dalam air dan mempunyai kemampuan
renang yang sangat lemah serta pergerakannya selalu
dipengaruhi oleh arus air (Isni, dkk., 2017). Suparjo
(2009) mengatakan “penurunan kualitas perairan sungai
2

dapat dilihat melalui parameter biologi dengan adanya


keanekaragaman plankton di perairan sungai. Keberadaan
plankton dapat dijadikan sebagai bioindikator kondisi
perairan karena plankton memiliki batasan toleransi
terhadap zat tertentu (Faza,2012:2).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kelimpahan plankton di Perairan Sungai Pelawi
Kabupaten Langkat Sumatera Utara, untuk mengetahui
kelimpahan relatif plankton yang terdapat di Perairan
Sungai Pelawi Kabupaten Langkat Sumatera Utara dan
untuk mengetahui kualitas perairan di Perairan Sungai
Pelawi Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
Hasil & pembahasan Indeks Kelimpahan (N)Kelimpahan (N) total plankton di
Sungai Pelawi Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat,
Provinsi Sumatera Utara sebesar 16,93ind/1. Untuk nilai
Kelimpahan berdasarkan stasiun
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kelimpahan (N) Plankton di Perairan Sungai Pelawi
Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat, Provinsi
Sumatera Utara tergolong dalam kategori rendah dengan
nilai kelimpahan 16,93ind/lkelimpahan Relatif (KR) di
Perairan Sungai Pelawi Kecamatan Bahalan. Kabupaten
Langkat, Provinsi Sumatera Utara tergolong dalam
kategori tinggi dengan nilai 95,94%Kualitas perairan di
Perairan Sungai Pelawi Kecamatan Babalan, Kabupaten
Langkat, Provinsi Sumatera Utara dilihat dari faktor
fisika-kimia yaitu secara fisika terdiri dari: suhu berkisar
antara 25°C-29°C masih dalam kisaran optimum bagi
kehidupan plankton dan Arus berkisar antara 0,14 0,23
m/s, secara kimia terdiri dari: ph berkisar antara 5 7 yang
masih termasuk dalam nilai ph yang ideal bagi kehidupan
organisme air.

REVIEW JURNAL 11
Judul Inventarisasi Plankton Di Pantai Sabang Tende,
Kabupaten Tolitoli
Penulis Barus, T.
Penerbit Jurnal MIPA
Volume, Halaman Vol. 1 No. 1 (hal. 11-16)
Tanggal penerbitan 2018
Latar belakang dan Wilayah pantai merupakan dimana terjadi Interaksi
tujuan penelitian beberapa ekosistem, dalam hal ini terdapat Ekosistem
abiotik sedangkan ekosistem biotikmerupakan ekosistem
yang terdiri dari macam-Macam jenis mahluk hidup
termasuk Mikroorganisme yang antara lain adalah
plankton.(Darmono, 2001).Plankton mempunyai peranan
yang sangat Penting didalam ekosistem bahari dapat
2

dikatakansebagai pembuka kehidupan penghasil oksigen


Yang sangat mutlak diperlukan bagi kehidupan Mahluk
yang lebih tinggi tingkatannya, (Isnansetyo Dan
Kurniastuty 1999
Metode penelitian Pengambilan sampelmetode yang digunakan adalah
metode Deskriptif dengan studi kasus. Studi kasus
Mempelajari objek secara mendalam pada waktu, Tempat
dan populasi yang terbatas, sehingga Memberikan tentang
situasi dan kondisi secara Lokal dan hasilnya tidak
berlaku untuk tempat dan Waktu yang berbeda.Penentuan
sampel dilakukan secara purposive Sampling yaitu
pengambilan data dengan alasan dan Pertimbangan,
tertentu dengan sengaja untuk Mendapatkan sampel yang
mewakili baik area Maupun kelompok sampel sehingga
didapat Gambaran lokasi penelitian secara keseluruan.
Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada area Lamun
Pulau Sabang Tende 10 meter dari garis Pantai.
Pengambilan sampel mengikuti penelitiannurtirta, (2014)
dengan sedikit modifikasi yaitu Penyaringan air
menggunakan ember denganmengambil 100 liter air yang
dituangkan ke dalamplanktonet. Sampel yang diperoleh
dimasukkan Kedalam botol sampel dan diberi label sesuai
Stasiun dan titik pengambilan sampel.
Pengambilansampel dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.
Dalampenelitian ini ditetapkan 4 stasiun
pengukuran.Pengawetan plankton menggunakan larutan
Hasil & pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah Dilakukan di
Pulau Sabang Tende Kecamatan Galang Kabupaten
Tolitoli di temukan fitoplankton Dan Zooplankton
berbagai macam jenis Fitoplankton ada 19 jenis sedankan
Zooplankton Ada 2 jenis. Fitoplankton yang diperoleh
yang Terdiri dari kelas yaitu Cyanophyceae,
Coscinodiscophyceae, Bacillariophyceae,
Bacillariophyceae, Trebuoxiophyceae,
Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Bacillariophyceae,
Chromista, Bacillariophyceae, Bacillariophyceae,
Bacillariophyceae, Chylophyheae, Dinophyceae,
Chylophyceae, Conjugatophyceae, Bacillariophyceae,
Bacillariophyceae, Conjugatophyceae. Zooplankton yang
diperoleh yaitu kelas Monogonanta, Hexanauplia.Kelas
Bacillariophyceae memiliki jumlah jenis Dominan yang
di temukan di Pulau Sabang Tende Yaitu berjumlah (9
Kelas) dan kelas dinophyceaemerupakan jenis yang
kurang ditemukan di tempat Penelitian yaitu hanya
terdapat 1 Kelas
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh Kesimpulan
bahwa plankton yang ditemukan di Pantai Sabang Tende
terdiri dari fitoplankton(Merismeopedia sp, Liptocylidrus
3

sp, Melosira sp,Tabellariaceae frocculosa, Geminella


interrupta, Flagilaria capunica, Spirulina fusiformi,
Netschia Sp, Dinophysis caudate, Tabellaria fenestrate,
Bacillaria paxillifera, H, hauckii, Nitrium digitus,
Peridiunium umbonatum, Spirogyra prolific,Mougeotia
sp, Surirella tenera, Navicula, Gymnozyga moniliformis)
dan Zooplankton (Acartia clause, Lacene sp).

REVIEW JURNAL 12
Judul Keragaman Plankton Di Sungai Bioedusains
Penulis Lind, O
Penerbit Jurnal MIPA
Volume, Halaman Volume 5, Nomor 1, Juni 2022
Tanggal penerbitan 2022
Latar belakang dan Kabupaten Labuhanbatu di Provinsi Sumatera Utara pada
tujuan penelitian tahun 2020Penduduknya berjumlah 493.899 jiwa, dengan
kepadatan 193 jiwa/km2 Kabupaten Labuhanbatu
terkenal dengan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet,
Mempunyai kedudukanyang cukup strategis, yaitu
berada pada jalur Lintas Timur Sumatra dan berada pada
persimpangan menuju provinsi Sumatera Barat dan Riau,
yang menghubungkan pusat-pusat perkembangan wilayah
di Sumatra danjawa serta mempunyai akses yang
memadai ke luar negeri karena berbatasan
Langsung dengan selat malaka. Dua kesultanan besar
pernah berdiri di sini, yakni Kesultanan bilah yang beribu
kota di Negeri lama dan Kesultanan Panai yang Beribu
kota di Labuhan Bilik (Oktavia et al., 2015).Plankton
merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat
menjadi Indikator perubahan kualitas biologi perairan
sungai (Manalu & Harahap, 2017).Kelimpahannya di
suatu perairan akan dipengaruhi oleh parameter
lingkungan Termasuk kualitas perairan dan fisiologi
(Winarti & Harahap, 2021). Ada tiga Faktor utama yang
memengaruhi respon pertumbuhan plankton yaitu suhu,
cahaya Dan nutrien. Bila suhu, cahaya, dan nutrien dalam
kondisi yang optimum maka Plankton akan tumbuh
dengan pesat (Hidayat et al., 2015)
Metode penelitian Penelitian ini dilakukan di Aek Pala, Kabupaten
Labuhanbatu. Analisisplankton akan dilaksanakan di
Laboratorium Universitas Labuhanbatu, sedangkan
Pengukuran parameter fisika kimia perairan di Balai
Besar Teknologi Pencemaran Industri Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian observatif deskriptif.
Penelitian awal dilakukan untuk mengetahui gambaran
lokasi penelitian secara Menyeluruh dan dilakukan
pengambilan data dalam skala kecil untuk mengetahui
Gambaran keragaman plankton sebagai dasar dalam
3

pengambilan sampel contoh Hasil observasi lapangan


menunjukkan bahwa kondisi perairan yang relatif sama
Dari berbagai sudut sehingga ditentukan tiga stasiun,
untuk penelitian awal Berdasarkan arah mata angin dan
dilakukan dengan dua variasi kedalaman (0 m Dan 3 m).
Metode yang digunakan yaitu dengan menyaring air
sebanyak 10 L Menggunakan plankton net.
Hasil & pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman jenis
dari fitoplankton Lebih tinggi dibandingkan zooplankton.
Keragaman fitoplankton yang lebih tinggi Menunjukkan
bahwa ekosistem perairan pada lokasi penelitian masih
relatif stabil Dengan jumlah jenis fitoplankton selaku
produsen utama lebih tinggi dari pada Zooplankton selaku
konsumen utama fitoplankton secara langsung. Perairan
yangstabil dengan keragaman fitoplankton yang tinggi
memungkinkan hadirnya biota Lebih banyak, dengan
tingkatan trofik yang lebih tinggi sehingga produktivitas
Perairan juga akan meningkat. Selain itu, kelestarian
lingkungan terutama di Sekitar perairan harus dijaga
supaya ekosistem yang ada di dalamnya termasuk
(plankton) tetap seimbang dengan kehidupan makhluk
yang ada di sekitar perairan (Febriani & Harahap, 2021).
Kelimpahan total seluruh plankton yang ditemukan di
Sungai Aek Pala
Sebesar 71.490 ind/L dengan kelimpahan fitoplankton
lebih tinggi dibandingkan Kelimpahan zooplankton,
Fitoplankton dari masing-masing kelas menunjukkan
Bahwa kelimpahan tertinggi kelas Chlorophyceae yaitu
sebesar 41.411 ind/L. Kelas Bacillariophyceae, Synendra
sp merupakan jenis yang memiliki kelimpahan Paling
tinggi dari jenis lainnya dengan kelimpahan sebesar 9.300
ind/L. Pada Zooplankton, kelimpahan tertinggi adalah
kelas Crustacea yaitu sebesar 3.860 Ind/L, sedangkan
kelas Rotifera sebesar 10.408 ind/L yang didominasi oleh
Keratella sp dengakelimpahan mencapai 6.511 ind/L dan
merupzkan jenis Zooplankton dengan kelimpahan
tertinggi dibandingkan zooplankton lainnya.
Kesimpulan Sebanyak 15 genera plankton ditemukan di Perairan Aek
Pala. Genera Tersebut meliputi 10 fitoplankton dan 5
zooplankton. Kelimpahan plankton yang Diperoleh
memperlihatkan bahwa perairan sungai tergolong
“kesuburan sedang”. Adapun parameter fisika kimia
perairan menunjukkan bahwa perairan Aek Pala Sangat
baik untuk menunjang kehidupan plankton. Namun, suhu
perairan Aek Pala lebih rendah dibandingkan syarat
kehidupan plankton, sehingga berpotensimenghambat
kehidupan plankton dan hanya jenis tertentu yang mampu
Beradaptasi pada suhu tersebut.
3

REVIEW JURNAL 13
Judul Identifikasi Fitoplankton Dari Perairan Waduk Nadra
Krenceng Kota Cilegon Banten
Penulis Nontji, A
Penerbit Jurnal Perikanan dan Kelautan
Volume, Halaman Vol. 4 No. 4 : 283-291.
Tanggal penerbitan Desember 2018
Latar belakang dan Berdasarkan proses pembentukannya, waduk merupakan
tujuan penelitian perairan tergenang yang dibuat oleh manusia. Menurut
Sobirin (2010) waduk merupakan suatu bangunan air
yang digunakan untuk menampung debit air berlebih pada
saat musim hujan supaya kemudian dapat dimanfaatkan
pada saat debit rendah saat musim kemarau. Menurut
Kordi dan Tancung (2010) waduk adalah daerah yang
digenangi badan air sepanjang tahun serta dibentuk atau
dibangun atas rekayasa manusia. Waduk dibangun untuk
beberapa kebutuhan diantaranya, untuk irigasi, penyedia
energi listrik melalui pembangkit listrik tenaga air
(PLTA), penyedia air minum, pengendali banjir, rekreasi,
perikanan, dan transportasi. Salah satu waduk yang
dioperasikan seperti itu ialah Waduk Nadra Krenceng.
Waduk Nadra Krenceng terletak di Kota Cilegon Provinsi
Banten dimana merupakan reservoirutama PT. Krakatau
Tirta Industri yang sumber airnya berasal dari sungai-
sungai yang ada di DAS Waduk Nadra Krenceng dan
Sungai Cidanau. Air waduk ini akan diproses oleh PT.
KTI menjadi air bersih dan air baku untuk kemudian
didistribusikan untuk industri, masyarakat di Cilegon dan
sebagian masyarakat di Kabupaten Serang (Rahman 2008
diacu dalam Wirasembada 2012). Daya tampung air
Waduk Nadra mencapai volume ± 5 juta m3
Metode penelitian Penelitian dilakukan di Perairan Waduk Nadra Krenceng
desa Mesigit, kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon
Banten. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan
yaitu pada tanggal 16 Juni sampai dengan 16 Juli 2014.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
alkohol dan aquades untuk pengawetan sampel.
Sedangkan alat yang digunakan antara lain botol sampel,
derigen, ember,
Cool box, dry ice, kamera digital, plankton net,
mikroskop, dan segwidck rafter.Dalam pengambilan
sampel, ditentukan 5 titik stasiun pengamatan yang
dimulai dari aliran Sungai Cidanau, Inlet Kapudenok,
Kali Tamanbaru, Kali Brambang, dan Tengah Perairan
Hasil & pembahasan Stasiun yang diamati, yaitu Anabaena sp, Closterium sp,
Staurastrum sp, Tetraedron sp, Gloeocystis sp,
Desmodesmus sp, Navicula sp, Melosira sp,
3

Gonyostomum sp, dan Staurodesmus sp


Kesimpulan Sepuluh genus fitoplankton ditemukan di perairan Waduk
Nadra Krenceng. Genus Anabaena sp merupakan genus
yang paling melimpah di perairan waduk. Kelimpahan ini
kemudian berturut-turut disusul oleh Closterium sp,
Gloesocystissp, Desmodesmus sp, Straurodesmus sp,
Gonyostomum sp, Melosira sp, Naviculasp, Tetraedron
sp, dan Straurastrum sp. Kelimpahan total alga pada
waduk nadra krenceng di setiap stasiun berkisar 6.795 –
16.099 ind/l, dimana kelimpahan tertinggi di stasiun I dan
terendah di stasiun III.

REVIEW JURNAL 14
Judul Koefisien Saprobik Plankton Di Perairan Embung
Universitas Negeri Semarang
Penulis Sagala, P. E.
Penerbit Jurnal MIPA
Volume, Halaman (2) (2015): 115-120
Tanggal penerbitan Desember 2015
Latar belakang dan Embung atau tandon air merupakan waduk Berukuran
tujuan penelitian mikro di suatu lahan yang dibangun Untuk menampung
kelebihan air hujan di musim Hujan. Embung merupakan
salah satu teknik Pemanenan air (water harvesting) yang
sangat Sesuai di segala jenis agroekosistem. Di lahan
rawa Namanya pond yang berfungsi sebagai tempat
Penampungan air drainase saat kelebihan air di Musim
hujan dan sebagai sumber air irigasi pada Musim
kemarau. Keberadaan embung diyakini Dapat
menampung air hujan sehingga mencegah Terjadinya
banjir pada suatu daerah. Universitas Negeri Semarang
(UNNES) yang mengklaim Sebagai Universitas
Konservasi adalah kampus Yang memiliki embung di
dalamnya. Pembangunan Embung tersebut merupakan
salah satu program Konservasi Universitas Negeri
semarangpemantauan dan pengelolaan kualitas Perairan
pada embung memerlukan metode Pengambilan
keputusan yang tepat dan teliti Mengenai kondisi perairan
terkini, sehingga dapat Segera dilakukan tindakan yang
tepat sasaran dan Dapat mereduksi besarnya polutan serta
Menyelamatkan kehidupan biotabiota
Metode penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan Eksplorasi dengan
metode survai, penetapan Stasiun pengambilan sampel
dengan purposivesampling. Penelitian dilakukan di
perairan Embung Universitas Negeri Semarang pada
tanggal 20 Juni-18 Juli 2015. Pengambilan sampel
dilakukan Sebanyak 3 kali dengan selang waktu 2
minggu. Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
Berupa jumlah spesies plankton yang ditemukan Dan
3

pengukuran faktor abiotik, kemudian datadihubungkan


dengan indikator pencemaran Berdasarkan koefisien
saprobik yang disajikan
Hasil & pembahasan Berdasarkan perhitungan nilai koefisien Saprobik terlihat
bahwa nilai koefisien saprobik Plankton berkisar antara -
0,4 s/d 0,9. Berdasarkan Kriteria tingkat pencemaran
perairan Menunjukkan bahwa Embung Universitas
Negeri Semarang berada dalam kondisi tercemar ringan
Sampai dengan sedang. Tingkat pencemaran Sedang
terjadi pada stasiun tujuh. Pada stasiun pertama, dua, dan
tiga Diperoleh nilai koefisien saprobik yang hampir Sama
yaitu sebesar 0,1 s/d 0,6 yang berarati Keadaan kualitas
airnya mengalami pencemaran Ringan. Pada stasiun
empat diperoleh nilai Koefisien saprobik sebesar 0,03
yang berarti Keadaan kualitas airnya mengalami
pencemaran Sedang. Hal ini disebabkan pada stasiun
empatadalah tempat masuknya air limbah dari FMIPA
Hingga Gedung Rektorat. Pada stasiun lima dan enam
diperoleh nilai Koefisien saprobik yang tidak terlalu
berbeda yaitu 0,5 s/d 0,9 yang berarti keadaan kualitas
airnya Termasuk dalam pencemaran ringan. Pada stasiun
tujuh diperoleh nilai koefisien Saprobik sebesar -0,4 yang
berarti keadaan Kualitas airnya mengalami pencemaran
sedang. Hal ini disebabkan pada stasiun tujuh merupakan
Tempat keluarnya air dari seluruh Embung Universitas
Negeri Semarang menuju selokan yang Ada di sekitar
Embung Universitas Negeri Semarang, jadi semua limbah
yang ada di Embung Universitas Negeri Semarang
mengumpul pada Stasiun tujuh sebelum akhirnya
mengalir keluar Menuju selokan di sekitar Embung.
Kesimpulan Berdasarkan perhitungan yang dilakukan di Dapatkan
nilai koefisien saprobik plankton Berkisar antara -0,4 /d
0,9. Berdasarkan hubungan Antara koefisien saprobitas
dengan hasil Pengukuran tabel lingkungan menunjukkan
bahwaembung Universitas Negeri Semarang tercemar
Ringan sampai dengan sedang.

REVIEW JURNAL 15
Judul Struktur Komunitas Plankton Di Pesisir Utara Kabupaten
Tuban
Penulis Wisanti, d.
Penerbit Jurnal MIPA
Volume, Halaman Vol. 9, No. 2 (2016), 2337-3520 (2301-928)
Tanggal penerbitan 2016
Latar belakang dan Permasalahan yang banyak terjadi di wilayah pesisir
tujuan penelitian Adalah terjadinya pencemaran yang mengakibatkan
Menurunnya daya dukung dan sumberdaya hayati pesisir
danlaut [2]. Berbagai kegiatan anthropogenik di
3

sepanjang Pesisir, seperti: permukiman, budidaya


perikanan, dan Transportasi laut berpotensi menghasilkan
bahan pencemar Berupa limbah organik dan anorganik
[3]. Aktivitas tersebut Secara langsung dan tidak
langsung dapat menyebabkan Dampak negatif dan
terjadinya gangguan pada lingkungan Serta menimbulkan
pencemaran [4].Sebagai salah satu komunitas yang
dominan dijumpai di Perairan pesisir, beberapa jenis
plankton diketahui bersifat Peka dan mempunyai variasi
respon terhadap perubahan Kualitas perairan [5]. Karena
sifatnya tersebut maka plankton Dapat digunakan sebagai
penanda kualitas lingkungan dan Indikator kualitas [6].
Metode penelitian A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengambilan sampel plankton dilakukan pada bulan
Agustus, Desember 2019 dan Februari 2020. Lokasi
Penelitian di pesisir utara Kabupaten Tuban,
meliputikecamatan Bancar, Tambakboyo, Jenu dan
Palang dapat Dilihat pada Gambar 1. Pengamatan
plankton dilakukan di Laboratorium Zoologi dan
Rekayasa Hewan Departemen Biologi, Fakultas Sains dan
Analitika Data, ITS. Analisis Parameter Nitrat (NO3),
Nitrit (NO2) dan Amonia (NH3) air Dilakukan di
laboratorium Manajemen Lingkungan Departemen
Teknik Lingkungan ITS.
B. Cara Kerja
Pengukuran parameter fisik-kimia meliputi parameter
suhu (oc), salinitas (%o), ph dan dissolved oxygen (mg/l)
dilakukan secara insitu. Sedangkan untuk parameter fisik-
kimia seperti Nitrat (NO3), Nitrit (NO2) dan Amonia
(NH3), sampel air diambil menggunakan water sampler
dan disimpan dalam ice box untuk dianalisis diuji di
Laboratorium Manajemen Lingkungan Departemen
Teknik Lingkungan ITS menggunakan metode
spektofotometer.
Hasil & pembahasan A. Hasil Pengukuran Parameter Fisik Kimia Perairan
Hasil pengukuran parameter Fisik Kimia Perairan
Dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota laut
(Tabel 4) menurut kepmenlh No.51 tahun 2004.Parameter
Fisik-kimia suhu, ph dan Dissolved Oxygen menunjukkan
Rentang nilai yang sesuai dengan baku mutu dan nilai
normal Perairan pada umumnya [17]–[19].Tingkat
salinitas terukur di seluruh lokasi sampling relatif Lebih
rendah dibandingkan dengan baku mutu air laut. Namun
Demikian rentang salinitas yang terukur masih sesuai
untuk Kehidupan plankton, dengan salinitas >20%o
[20]Kandungan nitrat pada seluruh lokasi sampling
memiliki Konsentrasi lebih tinggi daripada baku mutu air
laut untukbiota laut menurut kepmenlh No.51 tahun
3

2004.Kandungan nitrat yang normal di perairan laut


umumnya Berkisar antara 0,01-50 μg/l atau setara dengan
0,00014-0,7 Mg/L[5] [21]. Kadar nitrat perairan > 0,2
mg/l dapat Mengakibatkan terjadinya eutrofikasi yang
mempercepatpertumbuhan fitoplankton [22]. Senyawa
nitrat secara Alamiah dapat berasal dari perairan melalui
proses-proses Penguraian pelapukan ataupun dekomposisi
tumbuh-Tumbuhan, sisa-sisa organisme mati dan buangan
limbah baik Limbah daratan seperti domestik, industri,
pertanian, dan Limbah peternakan ataupun sisa pakan
yang dengan adanya Bakteri terurai menjadi zat hara [23].
Kesimpulan Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa struktur
Komunitas plankton di pesisir utara Kabupaten Tuban
Berdasarkan komposisi jenis terdiri dari 27 genus dari 5
kelas Fitoplankton dan 12 genus dari 5 kelas zooplankton.
Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 206 – 2038
ind/ldan zooplankton berkisar antara 93 – 612 ind/L.
Indekkeanekaragaman secara keseluruhan menunjukkan
struktur Komunitas yang cukup sampai lebih stabil
dengan kategori Kondisi lingkungan buruk sampai baik.
Indeks kemerataan Tinggi menunjukkan jumlah individu
tiap spesies sama atau Merata, selain lokasi Jenu1. Indeks
dominansi plankton Rendah menunjukkan tidak ada
spesies yang mendominasi,Selain lokasi Jenu1 dan Jenu

Anda mungkin juga menyukai