saiful rizal
17105010056
A. Latar Belakang
Masa setelah Abad pertengahan ialah masa modern, meskipun tidak jelas kapan
berakhirnya abad pertengahan itu, tetapi ada beberapa hal yang menandai masa moden ini, yaitu
perkembangan pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan,
Masa modern merupakan identitas filsafat modern, pada masa inilah rasionalisme
semakin kuat. Sangat susah untuk menentukan sejak kapan abad pertengahan berakhir. Tetapi,
dapat dikatakan bahwa abad pertengah berakhir pada abad 15 dan 16 atau lebih tepatnya akhir
abad ini ditandai dengan masa Renaissance. Jembatan antara abad pertengahan dengan modern
disebut zaman Renaissance (dalam bahasa Perancis diartikan sebagai kelahiran kembali).
Perkembangan pada masa Renaissance menimbulkan sebuah masa yang sangat berperan penting
dalam dunia filsafat. Inilah yang menjadi awal dari masa modern dan pengetahuan modern,
berdasarkan metode eksperimental dan matematis. Segala sesuatunya, terutama dibidang ilmu
Dari segi sejarah, rasionalisme sebenarnya telah muncul sejak dahulu, yaitu sejak Yunani
Kuno. Thales (625-545 SM) telah dianggap sebagai ahli falsafah yang mula-mula sekali
menerapkan rasionalisme dalam falsafahnya. Asas rasionalisme yang telah beliau letakkan
didalam falsafah telah dilanjutkan oleh golongan Sofis dan ahli falsafah Yunani Klasik seperti
Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM) dan Aristotal (384-322 SM) dan tokoh-tokoh
falsafah sesudah mereka. Ketika zaman modern, dikenallah mula-mula pencetusnya adalah Rene
Descartes, dan diikuti oleh Spinoza dan Leibniz. Setelah berlalu zaman mereka bertiga, aliran
rasionalisme telah dikembangkan secara sempurna oleh ahli falsafah German, yakni Georg
Wilhelm Friederich Hegel (1770-1831) yang kemudian juga terkenal sebagai tokoh rasionalisme
dalam sejarah.1
Rene Descartes disebut juga “Bapak Filsafat Modern” karena dialah yang meletakan
dasar untuk aliran rasionalisme. Ia adalah seorang dilsuf modern pertama yang mengemukakan
teori metafisika pertama dalam merespon pandangan ilmiah yang baru mengenai semesta, serta
hubungannya dengan pembalikan tuntutan gereja. Nama lain Rene Descartes adalah Cartesius ia
lahir tahun 1569 dan wafat di tahun 1650. Descartes hidup dalam keluarga berkecukupan
sehingga ia dapat dengan mudah untuk mengakses pendidikan. Dia bersekolah di Kolose Yesuit
di Anjou (La Fleche). Di Universitas ia belajar hukum dan kedokteran dan ilmu fisika. Baru pada
tahun 1619 ia memperoleh jurusan yang pasti dalam studinya. Menurut pendapatnya waktu itu ia
mendapat wahyu ilahi, yang isinya memberitakan kepadanya bahwa ilmu pengetahuan haruslah
satu, tanpa bandingannya dan harus disusun oleh satu orang sebagai satu bangunan yang
seluruhnya berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Adapun yang harus dipandang
sebagai yang benar adalah yang apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctly).
1
Ahmad Tafsir (1997), Filsafat Umum. Akal dan Hati Sejak Thales Sampai James. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, h. 111.
Descartes”. Sepuluh tahun kemudian pada tahun 1647 dia mempublikasikan Meditation on First
Philosophy, 20 tahun kemudian tepatnya pada tahun 1669, meditation dijadikan sebagai salah
satu buku yang dilarang oleh institusi gereja untuk dibaca. Ia meninggal pada 1965 terkena
penyakit Pneumonia. Seorang filsuf Perancis abad ke XX mengatakan : dia hidup dengan
pemikiran sendiri, untuk pemikiran sendiri, tak satupun keberadaan yang lebih mulia dari ini.
Dalam penelitan ini saya ingin mencari kebenaran metafisika dalam pandangan salah satu
filsuf rasionalisme yakni Rene Descartes. Menurutnya rasio merupakan sumber kebenaran,
hanya dengan rasio manusia akan sampai pada kebenaran dan yang benar hanyalah tindakan akal
yang terang yang disebutnya Ideas claires el distinces (pemikiran yang terang dan terpilah).
Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa akal adalah alat terpenting untuk
memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalitas, suatu pengetahuan diperoleh dengan cara
berfikir. Descartes mengungkap bahwa akal adalah substansi yang berdiri sendiri dengan istilah
“aku berfikir maka aku ada (Cogito Ergo Sum), akal itu immaterial. Akal adalah kesadaran dan
sifatnya adalah berfikir, sedangkan tubuh adalah bagian dari alam materi. Sifat materi adalah
keluasan.
Rasionalisme yang berkembang pada masa Descartes berlangsung secara signifikan dan
bias dikatakan mencapai puncak kematangannya. Pada masa ini ditandai dengan penggunaan
nalar (rasio) secara eksklusif unutk menemukan suatu kebenaran. Terbukti, upaya ini tidaklah
sia-sia, bahkan mampu memberikan tambahan ilmu pengetahuan yang sangat berkualitas akbat
perkembangan pesat dari ilmu-ilmu alam. Realitas ini membuat orang-orang semakin percaya
terhadap peran akal sebagai sumber kebenaran secara mutlak. Mereka akhirnya berpandangan
Kerasionalan dalam berpikir Rene Descartes membuat saya tertarik untuk meneliti dan
mengkaji bukunya yang berjudul “Discourse on Method” Part IV. Didalam part IV membahas
tentang bukti-bukti keberadaan Tuhan dan jiwa manusia atau asas-asas metafisika. Sudah kita
ketahui Rene Descartes merupakan filsuf rasionalisme dan bahkan merupakan kaum skeptisisme,
tentu sangat menarik dalam pembahasan kali ini seorang rasionalis dan skeptis membahas
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
D. Kegunaan Penelitian
2
Muhammad Bahar Akkase Teng, “Rasionalis dan Rasionalisme dalam Perspektif Sejarah”,
dalam Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 4, No. 2, Desember 2016, hal.16
Adapun dengan adanya penelitian ini diharapkan berguna untuk :
2. Diharapakan dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan tambahan
yang dapat digunakan bagi penelitian tentang filsafat modern, terutama tentang
metafisika.
4. Diharapkan dapat digunakan sebagai pelengkap dari penelitian khususnya pada kajia
Beliau dilahirkan kira-kira 100 tahun setelah Cristoper Colombus berlayar ke Benua
Amerika atau kira-kira 50 tahun selepas Nicholas Copernicus menerbitkan hasil kerjanya
yang penuh kontroversi (beliau menulis mengenai teori beliau bahwa bumi yang
mengelilingi matahari dan menolak teori lama yang dikemukakan oleh Ptolemus (150
SM) bahwa bumi adalah pusat alam sejagat dan matahari serta planet-planet lain
pada tahun 1650. Kira-kira 40 tahun selepas kematiannya, Isaac Newton menerbitkan
seorang staf parlemen di Paris sedangkan Ibunya bernama Jeanne Brochard seorang dari
keluarga saudagar dan pegawai kerajaan. Ibu Descartes mengidap penyakit tuberculosis
dan meninggal setelah setahun Descartes dilahirkan. Pasca kematian ibunya, Descartes
tinggal bersama nenek dan pengasuhnya, sebab ayahnya seringkali keluar kota karena
profesinya.
Semasa kecil, Descartes sangatlah lemah fisiknya hal ini dikarenakan faktor
genetik bawaan dari ibunya. Kemudian ketika ia berusia 4 tahun, ayahnya menikah lagi
dan dari pernikahan barunnya ini, ayahnya dikaruniai 4 anak. Hal ini menyebabkan
Descartes merasa kurang mendapat kasih sayang dari orang tuanya, sehingga ia banyak
3
Hj. Solehah Yacoob dan Hj. Hairunnaja Najmuddin, “Rene Descartes (1596-1650) dan Metode
Cogito”, Jurnal Ushuluddin, edisi 27, 2008, hal. 126
menghabiskan waktu untuk menyendiri. Dalam kesendiriannya ini ia banyak merenung
matematika, dan fisika. Pada tahun 1615, Descartes kemudian melanjutkan studinya di
Poitiers University hingga memperoleh gelar sarjana dibidang ilmu hukum tahun 1616.
Namun, gelar sarjananya ini belum dapat memuaskan kehausannya akan ilmu karena
menurunya ilmu-ilmu itu belum berhasil menetapkan fondasi yang kebenarannya absolut.
Dari sini, Descartes mulai meragukan segalanya, termasuk dirinya sediri. Ia kemudian
bergabung dengan pasukan khusus Duck de Baviera. Di Negara ini Descartes merasakan
kebebasan berpikir yang tidak ia temukan di tempat lain. Disinilah akirnya ia menulis
des Passions de l’Ame. Pada tahun 1649, Descartes berangkat ke Swedia memenuhi
sekelompok cendekiawan yang lainnya. Karena fisiknya yang tidak kuat akibat dari
4
Mochammad Arifin, “Epistemologi Rasionalisme Rene Descartes dan Relevansinya Terhadap
Penafsiran Al Qur’an”, Jurnal Ilmu Ushuluddin, vol.17 No-2, Juli-Desember 2018, Hal. 150
B. Keberadaan Tuhan
merenung tentang hal-hal yang berada di sekitarnya. Seperti halnya langit, bumi, cahaya,
panas, dan berbagai hal lainnya ia beranggapan bahwa jika kesemuanya itu benar-benar
ada, maka mereka merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sesuatu yang memiliki
kesempurnaan. Salah satu gagasannya yang terkenal yakni “Orang-orang yang tidak
percaya adanya Tuhan tidak dapat memastikan bahwa sebuah segitiga mempunyai tiga
sudut”.
dimaksud disini adalah bahwa keberadaan itu terdiri dari dua substansi yang saling
terkait, bukan terpisah. Dua substansi itu adalah ada Tuhan adapula manusia. Dan kedua
wujud itu, Tuhan dan manusia saling terkait, bukan terpisah. Tuhan menciptakan manusia
Descartes meyakini adanya Tuhan dengan dalil bahwa Tuhan dapat menjamin
manusia sebagai ide-ide yang jelas dan terpilah serta tidak tertipu oleh setan jahat.
Kareananya, Tuhan sebagai penyebab ide yang sempurna dalam pemikiran kita.5
bahwa keberadaan-Nya itu tercakup dalam hakikat-Nya sendiri, sama halnya seperti
keberadaan segitiga yang diungkapkan oleh kenyataan bahwa ketiga sudutnya sama
dengan dua sudut siku-siku, atau seperti sebuah bola yang letak semua titik
dipermukaannya berjarak sama jauh dari titik pusatnya; sejelas itu atau bahkan masih
lebih jelas lagi. Oleh sebab itu, setidaknya dapat dipastikan bahwa Tuhan, yang maha
5
Mursyid Fikri, Rasionalisme Descartes dan Implikasinya Terhadap Pemikiran Pembaharuan
Islam Muhammad Abduh, Tarbawi Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol 3 No-2, Juli Desember 2018. Hal.
136
sempurna itupun ada atau hadir, dengan kepastian yang tak tertandingi oleh pembuktian
geometri manapun.6
Keberadaan Tuhan, lebih jelasnya oleh Descartes terdapat dua pendapat yang
‘kesempurnaan”, yang mana ia mengganggap hanya dapat berasal dari “Yang Maha
Sempurna”. Pendapat kedua, mengacu pada eksistensi dan esensi dari “Perfect Being” itu
sendiri. Ia beranggapan bahwa ide yang paling sempurna adalah mahluk yang
mengandung kesempurnaan itu sendiri. Oleh karenanya, ia setuju bahwa tidak mungkin
Tuhan yang maha sempurna itu menipu, sehingganya pikiran kita (manusia) yang jelas
dan nyata adalah benar dan segala sesuatu yang ada pada kita itu berasal dari Tuhan.
Tuhan yang maha sempurna dan yang maha benar telah meletakkan gagasan dan
Pembuktian akan keberadaan Tuhan baginya harus tetap berada dalam kerangka
berpikir yang sedang dibangunnya. Pembuktian ini tidak boleh berdasarkan prinsip
kausalitas dan gerak yang terjadi dunia empiris. Ia mengatakan bahwa dalam rasio
manusia terdapat tiga ide bawaan. Pertama ide pemikiran yaitu ide tentang subyek yang
sadar akan dirinya sendiri sebagai mahkluk yang berpikir. Kedua ide keluasan yaitu ide
tentang adanya dunia eksternal. Ketiga ide kesempurnaan yaitu ide tentang Tuhan yang
Maha-Sempurna. Jadi menurut prinsip kausalitas, sesuatu tidak dapat diturunkan dari
ketiadaan atau sesuatu yang kurang sempurna. Satu-satunya kemungkinan logis untuk
memahami itu ialah harus ada sesuatu yang menjaminnya. Kemungkinan itu tidak lain
6
Rene Descartes, Diskursus & Metode, Mencari Kebenaran dalam Ilmu-Ilmu Pengetahuan, Terj.
Ahmad Faridl Ma’ruf (Yogyakarta : IRCiSoD, 2015), Hal. 73
dari Tuhan. Karena hanya Tuhan yang dapat menciptakan sesuatu yang jelas dan terpilah-
pilah dalam kesadaran subyek. Atas penelusuran seperti ini, maka Descartes yakin bahwa
Tuhan yang dikenal dalam kesadaran setiap orang itu pasti bereksistensi riil.
Bagi Descartes, memang ada perbedaan Tuhan sebagai ide (ada dalam pikiran)
dengan Tuhan yang ada secara riil (tidak kelihatan tetapi ada). Karena Tuhan Maha-
sempurna, tidak mungkin Tuhan yang ada dalam ide atau kesadaran tidak ada secara riil.
Karena itu bagi Descartes, jika Tuhan ada dalam ide saja berarti Tuhan itu tidak
sempurna. Tuhan yang sempurna adalah Tuhan yang bereksistensi pada ide dan pada
kenyataan. Dengn demikian, ide kesempurnaan yang ada dalam kesadaran manusia justru
menjadi jaminan bagi eksistensi Tuhan itu. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
Tuhan bereksistensi secara nyata dan Dialah yang merupakan kebenaran yang Maha-
Sempurna.
C. Jiwa Manusia
pada ruang dan waktu. Jiwa tanpa tubuh bisa mempunyai kesadaran, tetapi ia hanya akan
memiliki ide-ide bawaan saja. Jiwa menambah rasionalitas dan kehendak pada sebab-
musabab perilaku.
melakukan pemisahan antara tubuh dengan jiwa. Pemisahan ini sifatnya sebagai
komposisi dan membentuk sebagai sebuah kesatuan yang sangat erat. Mengenai letak
jiwa, ia beragumentasi dengan kinerja sebuah indera yang melihat objek, dari indera,
kemudian cairan-cairan kelenjar dari indera tersebut membawa informasi ke otak. Dari
sini ia berkesimpulan bahwasanya jiwa terletak di sela-sela kelenjar otak. Ia berfungsi
Otak menyebarkan jiwa yang sehat kedalam otot-otot agar anggota badan
melakukan berbagai gerakan, sesuai dengan tampilannya berbagai objek pada indera, dan
sejalan dengan cita-rasa yang berada didalamnya, sehingga anggota badan kita dapat
bergerak tanpa dikendalikan kehendak.7 Jiwa dalam konteks Descartes sebagai energi
kekuatan dan sebagai “sesuatu” yang melakukan atau menggerakan tindakan. Oleh
karenanya, konsep jiwa menurut Descartes lebih mengarah kepada “penggerak” atau
Rene Descartes hadir dengan ide yang menakjubkan tentang jiwa; Ia menunjuk
tata letak jiwa dalam tubuh manusia. Dalam buku L'homme Machine (1748), menurut
Descartes, bahwa harus ada satu bagian dari organik tubuh (organ fisik yang bersifat
tunggal) yang dapat menjadi penghubung (perantara) dan yang berfungsi menyatukan
antara jiwa dengan tubuh agar memungkinkan jiwa dapat beraktivitas (misalkan berpikir
dan menyadari). Rene Descartes menunjuk pada kelenjar pineal adalah organ fisik
tunggal, sebagai terminal seluruh sistem syaraf otak yang terletak di tengah-tengah kepala
manusia.9 Kelenjar pineal inilah yang mengolah dan meyatukan objek yang berbeda
dalam suatu persepsi dan satu gambaran ide sebelum mereka sampai pada jiwa.
pada ruang dan waktu karena ia merupakan “substansi” yang immaterial atau non fisik.
Substansi dalam pengertian Descartes adalah apa yang berada sedemikian rupa sehingga
7
Rene Descartes, Ibid. hal 73-74.
8
Phillo Dominikus Pius Jacobus Naraha, Tesis : “Konsep Jiwa Manusia Menurut Aristoteles dan
Sigmund Freud, Suatu Telaah Filosofi”, (Depok : Universitas Indonesia, 2011) hal 18
9
Phillo Dominikus, Ibid Hal. 52
tidak memerlukan sesuatu yang lain untuk berada. Dalam hal ini, Descartes memasukkan
makhluk dualitas (substansi) yaitu jiwa sebagai pemikiran dan tubuh sabagi keluasan. Dia
yang lebih fundamental daripada pengalaman indera. Jiwa dengan tubuh merupakan
suatu hal yang berbeda.11 Sistem filsafat Descartes menempatkan ide-ide bawaan sebagai
sesuatu yang mendahului pengalaman konkret. Roh dan jiwa pada prinsipnya muncul dari
pengalaman konkret. Descartes mengatakan bahwa jiwa pada dasarnya bersifat simple,
kesatuan, entitas yang tak berubah, sebuah kesadaran yang abstrak. Konsep jiwa
Descartes, setiap jiwa berada dalam “menara gading” masing-masing. Kita adalah
“pengada sosial” di mana kehidupan dalam kita (inner live) terbentuk oleh hal-hal di
sekeliling kita.12
Metode adalah cara yang tersusun dan teratur, untuk mencapai tujuan, khususnya dalam
hal ilmu pengetahuan.13 Dalam hal ini metode adalah hal yang dilakukan Descartes dalam
berfilsafat. Ia mengenalkan metode keragu-raguan. Jika seseorang ragu terhadap sesuatu, maka ia
akan berpikir. Sebab, yang sedang berpikir itu jelas ada dan terang-benderang. Oleh karenanya,
10
Ngismatul Choiriyah, Rasionalisme Rene Descartes, (Anterior Jurnal, Vol 13 No-2, Juni 2014).
Hal. 242
11
Naely Fiddiana, “Filsafat Manusia Pertarungan Jiwa dan Tubuh-Rene Descartes ”
(https://www.kompasiana.com, diakses pada 23 April, 2020)
12
Hasan Saifuddin, Filsafat Mengenai Tubuh dan Jiwa Manusia, (makalah, 2010) hal. 12
13
Daryanto S.S, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabyaa : Apollo, 1998). Hal. 406
perkataannya yang paling fenomenal sepanjang masa adalah “Cogito Ergo Sum” yang artinya
dari itu Descartes merasa terdorong untuk membebaskan diri dari segala pola pemikiran
tradisional dan system pemikiran filsafat masa lalu. Agar dapat memulai era pemikiran baru,
maka kita harus mempunyai landasan pemikiran yang pasti, yang menurut Descartes tidak lain
yaitu keraguan.14 Descartes dikenal sebagai filosof yang skeptis. Tipe skeptis yang dilakukan
metodologis untuk mencapai pengetahuan sejati. Descartes menjelaskan cara matematis dan
mengelompokkannya untuk mengetahui apakah ada satu keyakinan yang tidak bias diragukan
3. Keyakinan itu merupakan sesuatu yang ada, dan juga kelas demi kelas, kelompok
Menurut Descartes, matematika merupakan metode yang terbukti dan pasti. Metode
matematika menurut Descartes, bahwa matematika terletak pada penggunaan dua pengoperasian
mental dimana pengetahuan sejati dapat dicapai lewat intuisi dan deduksi. Namun, ia juga
meragukan keyakinan matematis. Katanya, “Aku baru bangun tidur, namun dua ditambah tiga
pasti sama dengan lima dan persegi empat pasti tidak memiliki lebih dari empat sisi, dan
14
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, (Yogyakarta : Penerbit Yayasan Kanisius,
1980). Hal. 20
15
T.Z Lavine, From Socrates to Sartre : The Philosophic Quest, (New York : Bantam Book, Inc, 1984) Hal.
94
kelihatannya tidak mungkin kebenaran yang begitu jelas dianggap keliru. Keyakinan ini
diketahui oleh pikiranku, bukan oleh inderaku, namun apakah mustahil untuk meragukannya,
walaupun ahli matematika sering juga melakukan kesalahan.”16 Seperti dalam tertuang dalam
bukunya, bahwa seberapa jauh pikiran-pikiran cemerlang yang ada, tidak akan mampu
Kemudian dia sampai pada jawaban keberhasilannya yang terkenal yaitu: bahkan jika aku
tertipu oleh semua keyakinanku, aku harus tetap ada untuk ditipu. Jika aku meragukan segala hal
yang aku yakini, termasuk metematika, ada suatu keyakinan yang tidak bias diragukan : tiap kali
aku ragu, aku harus tetap ragu. Dalam meragukan kebenaran semua keyakinan lainnya, aku tidak
bisa meragukan keyakinan bahwa aku ragu. Dalam meragukan kebenaran semua keyakinan yang
lainnya, aku tidak bisa meragukan keyakinan bahwa aku ragu, karenanya aku ada. Bahkan jika
segala keyakinan yang kuketahui keliru, satu keyakinan tetap benar, pada saat apa pun, di mana
aku melakukan aktivitas pemikiran, atau tindakan mental apa pun seperti melakukan merasa ragu
atau berkeinginan, aku berada dalam keadaan memikirkan sesuatu. Disinilah, Descartes
menemukan kepastian absolutnya, bukti dirinya, dan prinsip pertama yang benar-benar pasti, di
rumuskannya dengan bahasa Latin: Cogito ergo sum (Aku berfikir, maka aku ada).
Dapat dijelaskan lebih lanjut maksud dari Cogito ergo sum, Aku berada karena aku
berfikir, jadi aku adalah sesuatu yang berfikir, suatu substansi yang seluruh tabiat dan
hakekatnya terdiri dari pikiran dan yang untuk berada tidak memerlukan suatu tempat atau
sesuatu yang bersifat bendawi. Cogito atau aku berfikir adalah pasti, sebab Cogito adalah jelas
dan terpilah-pilah.18
16
Dr. Industri Ginting Suka, Keragu raguan Menjadi Keyakinan Metode Fisafat Rene Descartes (makalah,
2008). Hal 7
17
Rene Descartes, Diskursus & Metode… hal 75
18
Harun Hadiwijono, op.cit
PENUTUP
Setelah pemaparan beberapa hal diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Secara umum, pemikiran Descartes dipandang sebagai jalan mulainya filsafat Modern. Ia
disebut sebagai Bapak Filsafat Modern. Filsafatnya lebih mengedepankan rasio (akal).
2. Pernyataannya yang paling fenomenal adalah Cogito Ergo Sum (Aku berpikir maka aku
ada) ini telah membawanya kedalam metode berfilsafat. Metode yang diperkenalkan
adalah metode keragu raguan. Bahwa dengan meragukan suatu hal maka itu akan
membuatnya berpikir dan dengan berpikir maka aku ada (eksistensi). Keragu-raguan
3. Tuhan menurut Descartes itu ada. Ia membuktikan eksitensi Tuhan dengan melihat
bahwa ide yang dimiliki manusia adalah sempurna, karenanya pastilah ada suatu yang
4. Jiwa esensinya adalah kesadaran dan berpikir, keberadaannya tidak bergantung pada
Adapun dengan mengulas kembali pemikiran Descartes yang tertuang dalam bukunya yang
berjudul Diskursus dan Metode, saya berpendapat bahwa memang Descartes bukanlah
seorang filsuf muslim, akan tetapi ia mampu mengajak kita untuk lebih memahami Islam
secara rasio bukan hanya terpaku oada teks (nash) yang telah diwahyukan kepada Nabi
keberadaan Tuhan dan Jiwa manusia itu ia telah mengajak kita untuk berpikir kritis tentang
segala sesuatu yang tak nampak namun melekat dalam kehidupan, sehingganya diperlukan
Juli-Desember 2018
Ginting Suka, Dr. Industri, Keragu raguan Menjadi Keyakinan Metode Fisafat
Jacobus Naraha, Phillo Dominikus Pius. Tesis : “Konsep Jiwa Manusia Menurut
Indonesia, 2011)
Lavine, T.Z. From Socrates to Sartre : The Philosophic Quest. (New York :
Saifuddin, Hasan, Filsafat Mengenai Tubuh dan Jiwa Manusia, (makalah, 2010)
hal. 12
Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum. Akal dan Hati Sejak Thales Sampai James.
Yacoob, Hj. Solehah dan Hj. Hairunnaja Najmuddin. “Rene Descartes (1596-