Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era sekarang ini, untuk memahami fisika modern kita harus mengenali
lebih dalam kejadian-kejadian penting dalam perkembangan ilmu fisika
sepanjang sejarah. Sejarah pemikiran fisika penting untuk diketahui, karena
pengetahuan ini akan memberikan pengertian yang lebih mendalam tentang
kemajuan fisika dewasa ini. Mungkin kejadian- kejadian tertentu bagi mereka
yang hidup di masa lampau tidak mempunyai arti penting menurut segi pandang
mereka sendiri, tetapi dari sudut historis merupakan sebagian dari kejadian-
kejadian yang spektakuler yang telah mereka capai, dengan demikian kita akan
mendapat kesadaran yang lebih baik atas kebenaran pengetahuan manusia tentang
fisika modern sebagai perkembangan dari sains secara keseluruhan.
Fisika pada awalnya berkembang dari dunia filosofi di mana manusia terus
memperhatikan benda-benda di sekitarnya berinteraksi, kenapa benda yang tanpa
disangka akan jatuh kebawah, kenapa benda yang berlainan memiliki sifat yang
berlainan juga, dan sebagainya. Sehingga fisika berawal bukan dari eksperimen
yang sistematis melainkan melalui pengamatan, pengalaman, dan pemikiran yang
terbatas.
Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan terpenting dalam peradaban
manusia, fisika memang menempati posisi yang terbilang istimewa dalam
kehidupan manusia. Fenomena dalam kehidupan ini sangatlah menarik rasa ingin
tahu manusia. Sebuah bukti adalah adanya sejarah para ilmuan yang mencoba
untuk mengamati dan mempelajari fenomena alam tersebut, dengan bergulirnya
waktu, tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu fisika mengalami banyak perkembangan
dalam berbagai bidang. Bidang tersebut di antaranya adalah bidang fisika klasik
dan fisika modern, bidang panas dan mekanika serta bidang optik dan astronomi.
Perjalanaan waktu yang panjang itulah yang menyediakan sumber ilmu yang

Sejarah Fisika 1
dipakai sekarang. Namun kenyataan bahwa sampai sekarang masih dilakukan
penelitian untuk menyempurnakan ilmu itu sendiri.

Sejarah fisika dimulai pada tahun sekitar 2400 SM, ketika kebudayaan
Harappan menggunakan suatu benda untuk memperkirakan dan menghitung
sudut bintang di angkasa, memperjelas pandangan, menyikapi perubahan suhu,
menyikapi benda yang selalu jatuh ke bawah. Sejak saat itu fisika terus
berkembang sampai ke level sekarang. Perkembangan ini tidak hanya membawa
perubahan di dalam bidang dunia benda, matematika dan filosofi namun juga,
melalui teknologi, membawa perubahan ke dunia sosial masyarakat.

Berbeda dengan zaman sekarang, perkembangan fisika pada zaman sekarang


begitu pesat seiring dengan temuan-temuan terbaru seperti penemuan akan
pengobservasian fenomena-fenomena alam dengan alat-alat canggih. Mengkaji
ilmu fisika adalah hal yang sangat menarik, sehingga menjadikan perkembangan
ilmu sejarah berjalan dan selalu berkembang, sehingga dalam mempelajarinya
perlu diketahui sejarah fisika itu sendiri. Sejarah fisika sangat penting untuk
dipelajari, terutama dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran di
sekolah.

Revolusi ilmu yang berlangsung terjadi pada sekitar tahun 1600 dapat
dikatakan menjadi batas antara pemikiran purba dan lahirnya fisika klasik. Dan
akhirnya berlanjut ke tahun 1900 yang menandakan mulai berlangsungnya era
baru (era fisika modern). Oleh karena itu kita perlu mempelajari tiap
perkembangan ilmu fisika tiap periodenya.

Fisika klasik adalah fisika yang didasari prinsip-prinsip yang dikembangkan


sebelum bangkitnya teori kuantum, biasanya termasuk teori relativitas khusus dan
teori relativitas umum. Cabang-cabang yang termasuk fisika klasik antara lain
adalah, mekanika klasik (hukum gerak Newton, Lagrangian dan mekanika
Hamiltonian), Elektrodinamika klasik (persamaan Maxwell), termodinamika
klasik dan teori Chaos klasik. Dibandingkan dengan fisika klasik, fisika modern

Sejarah Fisika 2
adalah istilah yang lebih longgar, yang dapat merujuk hanya pada fisika kuantum
atau secara umum pada fisika abad XX dan XXI dan karenanya selalu mengikut
sertakan teori kuantum dan juga dapat termasuk relativitas.

Tokoh-tokoh besar dalam fisika klasik antara lain:

1. Descartes,
2. Galileo,
3. Johannes Keppler,
4. Isaac Newton,
5. James Clerk Maxwell,
6. Thomas Young, Fresnell,
7. Huygens.
Namun dalam makalah ini, penulis akan membahas tokoh Fisika yakni Rene
Descartes.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, penulis dapat menarik
beberapa permasalahan yang dapat dijadikan sebagai rumusan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah hidup Rene Descartes?
2. Bagaimanakah pemikiran dan penemuan Rene Descartes?
3. Apa sajakah peran Rene Descartes dalam bidang fisika?

C. Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, penulis dapat menarik tujuan pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah hidup Rene Descartes.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pemikiran dan memahami penemuan-penemuan
Rene Desacartes.
3. Mahasiswa dapat mengetahui peran Rene Descartes dalam bidang fisika.

Sejarah Fisika 3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Hidup
1. Biografi

Rene Descartes lahir di La


Haye, wilayah Touraine, Prancis
sebuah kota kecil yang terletak di
antara Tours dan Poitiers pada
tanggal 31 Maret 1596, anak ketiga
dari Joachim Descartes dan Jeanne
Broachard. Pada literatur berbahasa
latin dia dikenal dengan Renatus
Cartesius. Ia dilahirkan di sebuah
keluarga borjuis (bangsawan) yang
memiliki status sosial tinggi.
Ayahnya seorang anggota penasihat
parlemen atau pengacara dan aktif
dalam dunia politik. Riwayat keluarga Descartes berasal dari Poiotu. Anggota
keluarganya banyak yang menjadi pejabat pemerintahan sebagai pemungut
pajak dan anggota parlemen. Sejak kecil, Rene Descartes sering sakit. Ia
sering menderita batuk kering dan wajahnya sering terlihat pucat. Kendati
demikian, ia memiliki kecerdasan yang luar biasa. Ia mengatakan, “Sejak
kecil, aku diasuh lewat ilmu pengetahuan.” Pada usianya yang terbilang
muda, yaitu 14 bulan setelah kelahirannya, Rene Descartes ditinggal mati
ibunya, kemudian sang ayah meninggalkannya.

Sekitar Februari 1649, Descartes pergi ke Swedia atas undangan Ratu


Christina. Sebelumnya ia sempat ragu menerima undangan tersebut.

Sejarah Fisika 4
Di sana ia bergabung dengan sekelompok orang pintar dan cerdas
yang dikumpulkan oleh Ratu Christina dengan tujuan untuk
mengajarinya filsafat. Namun situasi di Swedia tidak menguntungkan
Descartes. Musim dingin di negara tersebut sangat berat. Dan sudah
sejak di bangku sekolah Descartes terbiasa bangun tidur agak siang,
sementara sang Ratu mewajibkannya untuk hadir di perpustakaan
pribadinya pukul lima pagi. Descartes tidak cukup kuat menghadapi
kondisi kerja yang berat ini. Akibatnya ia terserang pneumonia pada
Januari 1650, dan bulan berikutnya, 11 Februari tahun itu juga, ia
meninggal dunia dalam usia lima puluh tiga tahun. Tahun 1667 tulang
belulangnya dipindahkan ke Prancis dan tengkoraknya disimpan di
Museum D’historie Naturelle di Paris. Akan tetapi, jiwa dan semangatnya
untuk melakukan perubahan telah mengubah peradaban dunia dan atas jasa-
jasanya di bidang filsafat, ia dijuluki Bapak Filsafat Modern.

2. Riwayat Pendidikan

Sebagai keluarga Katolik yang taat, Rene Descartes disekolahkan di Jesuit


College La Universitas Poitiers, (The Jesuit College of Henri IV) La Fleche
di Anjou, pada usia 10 tahun hingga usia 18 tahun. Selama hidupnya
Descartes memuji sekolah ini sebagai “sekolah yang paling baik di Eropa”.
Sebelumnya, kakaknya pun, Pierre, pernah bersekolah di sana. Kurikulum La
Fleche mendasarkan diri pada silabus-silabus Jesuit dengan sangat detail dan
berpusat pada logika Aristoteles. Seperti juga sekolah-sekolah Jesuit lainnya,
pada tahun 1600-an, La Fleche juga sangat Skolastik, kurikulum
pendidikannya dibagi dalam 13 kelas, ada kelas persiapan (preparatory
studies) selama enam tahun, kelas filsafat tiga tahun, dan empat tahun untuk
teologi.

Khusus untuk kelas teologi, pendidikan tidak begitu jauh berbeda dengan
pendidikan untuk pendeta dan biarawan. Pemikiran mengenai kesatuan

Sejarah Fisika 5
sistematik antar-ilmu ini kelak menjadi satu-satunya hasil positif yang
diperoleh Descartes dari sekolah ini dan yang senantiasa mendasari upayanya
sebagai filsuf. Guru-gurunya mengagumi kecerdasan Descartes. Adapun yang
menarik dari sekolah tersebut adalah tidak mengklasifikasikan siswa-siswanya
berdasarkan usia, tetapi didasarkan pada prestasi (achievement), sehingga usia
siswanya bervariasi dari 8-14 tahun untuk kelas dasar. Empat tahun pertama,
mempelajari retorika dan juga puisi klasik (poetry in classical language).

Descartes merasa bahwa semua pengetahuan yang ia dapatkan kurang


memuaskan. Pada tahun 1614, ia meninggalkan La Fleche dan pindah ke
Paris. Di sini, ia masuk Universitas Poitiers pada tahun 1615 untuk
mempelajari hukum yang berfokus pada hukum sipil dan hukum kanonik
hingga memperoleh bakaloreat dan lisensiat dalam ilmu hukum pada tahun
1616. Setelah itu ia mengundurkan diri dari dunia ilmu pengetahuan.
Pengunduran diri tersebut semata-mata didorong oleh ketidakpuasannya
terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajarinya hingga saat itu, karena ilmu-
ilmu tersebut menurutnya belum berhasil menetapkan fondasi yang
kebenarannya absolut.

B. Pemikiran dan Penemuan


Setelah mengundurkan diri dari dunia ilmu pengetahuan Descartes melakukan
berbagai banyak perjalanan, secara langsung berkaitan dengan ilmu pengetahuan
mengunjungi pengadilan, menjadi anggota pasukan militer, bergaul dengan
orang-orang dari berbagai karakter dan status sosial, melakoni berbagai
pengalaman yang berbeda dan menguji dirinya dalam berbagai pengalaman
tersebut, dan sementara itu ia tetap melakukan refleksi atas pengalaman-
pengalaman tersebut. Descartes yakin bahwa melalui berbagai
pengalaman itu ia akan melihat kultur yang berbeda-beda dan hal itu akan
mendorongnya untuk membersihkan dirinya dari prasangka, kebiasaan,

Sejarah Fisika 6
atau kekeliruan-keleiruan yang tanpa sadar dianutnya sejak kecil dan yang
melemahkan kemampuannya untuk menggunakan rasionya. Descartes
memperoleh gagasan-gagasan penting untuk filsafatnya serta menuliskan
gagasan-gagasan itu selama dalam perjalanan atau pertemuan dengan berbagai
orang tersebut.
Pada tahun 1618, ia pergi ke Belanda dan masuk dinas militer serta bergabung
dengan pasukan Pangeran Maurice de Nassau sebagai tentara, dan tanpa gaji.
Menariknya, sebagai anggota tentara, Descartes tetap menekuni penelitiannya
mengenai matematika. Di Belanda, ia bertemu dengan seorang
matematikawan amatir, Isaac Beeckman, yang memperkenalkan
perkembangan-perkembangan terbaru dalam sains kepadanya. Diskusi
dengan Beeckman juga yang mendorong Descartes untuk
mengkombinasikan matematika dan fisika. Dari Beeckman pula
Descartes memperoleh keyakinan mengenai matematika sebagai ilmu
yang layak disebut ilmiah karena ilmu ini didasarkan atas prinsip-prinsip
yang kejelasan dan kepastiannya tidak dapat diragukan lagi. Pada periode
ini Descartes menulis beberapa karangan ilmiah, termasuk sebuah
traktat mengenai teori musik, Compendium musicae, yang terbit setelah ia
meninggal dunia. Pertemuan dengan Beeckman ini membawa Descartes
ke jalan yang kelak akan ditekuninya selama hidupnya, sebagaimana
terlihat dari perjalanan hidupnya kelak.
Sebagai sosok yang gemar mengembara, Descartes muda meninggalkan dinas
militernya dan pergi ke Jerman. Di Jerman ia bergabung dengan tentara
Maxmillian of Bavaria dan ditempatkan di Neuberg, Donau. Awal tahun 1619,
bersama tentara Maxmillian, Rene Descartes pergi ke Frankfurt untuk menghadiri
penobatan Kaisar Ferdinand. Akan tetapi, perjalanannya terhenti karena badai
salju di sebuah daerah yang diperkirakan bernama Ulm di Neubau.
Pada saat itu, ia tidak dapat keluar rumah dan sepanjang hari berdiam diri
ditemani pemanas (stove-heated). Di sanalah ia mulai sering merenung dan
berkontemplasi. Ia memikirkan matematika dan beberapa cabang lainnya, seperti

Sejarah Fisika 7
aritmatika, geometri, musik, dan astronomi. Ia pun menemukan slogannya yang
terkenal, “Aku berpikir, maka aku ada” (Cogito ergo sum). Ia juga mempelajari
proportional compasse atau yang sering disebut the sector, alat untuk mengukur
skala-skala dalam geometri dan memformulasikan Theory of Proporsional
Magnitudes, yang selanjutnya akan mengarahkannya ke aljabar.
Berdasarkan kontemplasinya, Descartes pun akhirnya mempunyai antusiasme
yang tinggi atas ilmu pengetahuan. Ia mempunyai harapan dan impian untuk
menguak tabir matematika serta membuat sebuah ilmu baru yang utuh untuk
menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah ilmu pengetahuan dengan
mendasarkannya pada sebuah metode baru.
Selanjutnya Rene Descartes kembali ke Paris pada tahun 1625-1628, tetapi
sekembalinya di Paris, ia dituduh sebagai anggota Rocicrucian (Ordo salib
mawar), sebuah sekte rahasia. Ia pun memutuskan untuk menjual rumahnya dan
pergi ke Venicedan. Kemudian ia menjalin kerja sama dengan Marsenne, yang
telah memublikasikan sebuah karya tentang kritik atas naturalisme dan
mempropagandakan Mechanisme sebagai sebuah filsafat fisika baru.
Dalam kolaborasinya dengan Marsenne, Descartes melakukan studi atas
geometri optik. Pada tahun 1626, ia menemukan hukum refraksi optik. Descartes
juga tertarik dengan masalah-masalah metafisika. Ia mempunyai impian untuk
menjawab dan menjelaskan masalah meteorologi dan berambisi untuk menekuni
dunia fisika. Pada tahun 1632, ia pindah ke Amsterdam untuk menyelesaikan
karyanya yang berjudul Dioptrique dan The Meteors yang selesai dalam bentuk
draft yang berniat untuk diterbitkan.
Ketika terjadi peristiwa pengutukan atas Galileo Galilei oleh Paus pada tahun
1633, ia pun membatalkan publikasi karyanya. Pada tahun 1635, Descartes mulai
merombak dan menyiapkan sebuah pengantar untuk draft Dioptrique dan The
Meteors, selanjutnya menjadi Discourse on Methods. Buku Discourse on
Methods berisi pengenalan ide baru untuk menggambarkan posisi titik atau obyek
pada sebuah permukaan dengan menggunakan dua sumbu yang bertegak lurus satu

Sejarah Fisika 8
sama lain. Pada tahun 1630-an karya-karya Descartes telah diajarkan di
universitas-universitas di Belanda.

Gambar 2.1 Cover Buku Discourse on Methods


Karya itu ia tulis pada musim dingin antara tahun 1635 dan tahun 1636.
Kemudian, ia pindah ke Leiden untuk memublikasikan karya Discourse on
Methods. Setelah memublikasikan Discourse on Methods, Descartes mulai
menulis karya selanjutnya yang ia beri judul Meditations, karya ini pun terbit
pada tahun 1641 bersama enam set perdebatannya.
Descartes telah menemukan sebuah metode untuk menyajikan sebuah titik
sebagai bilangan berpasangan dalam sebuah bidang datar. Bilangan-bilangan
tersebut terletak pada dua garis saling tegak lurus satu sama lain dan
berpotongan di sebuah titik yang dinamakan Origin (0,0) biasanya disimbolkan
dengan huruf kapital O(0,0). Bidang itu dinamakan bidang koordinat atau lebih
dikenal sebagai bidang kartesius. Istilah kartesius digunakan untuk mengenang
Descartes (Cartesius adalah latinisasi untuk Descartes).
Setelah abad ke-17, Rene Descartes menggunakan abjad-abjad awal alfabet,
misalnya a, b, dan c untuk konstanta; dan akhir alfabet, misalnya x, y, z, dan t
digunakan untuk variabel. Untuk sistem koordinat 2 dimensi digunakan variabel x
dan y. Sebagai petunjuk arah horizontal digunakan sumbu x dengan x positif
untuk arah ke kanan dan x negatif untuk arah ke kiri. Sedangkan arah vertikal

Sejarah Fisika 9
digunakan sumbu y dengan y positif untuk arah ke atas dan y negatif untuk arah
ke bawah. Posisi setiap titik ditandai dengan pasangan dua bilangan yang
merupakan pasangan posisi x dan y yaitu (x , y) dan disebut koordinat. Sistem
yang menentukan posisi titik pada bidang datar ini disebut sistem koordinat.

Gambar 2.2 Sistem koordinat kartesius dua dimensi

Sedangkan dalam sistem koordinat kartesius 3 dimensi menggunakan variabel x,


y, z. Terdapat kesepakatan penamaan untuk variabel. Salah satu kesepakatan
penamaan itu menyatakan bahwa x, y, dan z biasanya menyatakan tiga sistem
koordinat kartesius untuk suatu titik dalam geometri Euklides.

Gambar 2.3 Sistem koordinat kartesius tiga dimensi

Sejarah Fisika 10
Pada tahun 1643, Descartes mulai menjalin korespondensi dengan Putri
Elizabeth of Bohemia, yang juga tertarik pada matematika dan filsafat. Putri
Elizabeth memintanya untuk merahasiakan korespondensi ini dari publik.
Gustave Cohen, seorang komentator kehidupan Descartes, melihat bahwa
hubungan Descartes dengan Putri Elizabeth adalah hubungan asmara yang
terselubung. Hal ini terlihat pada surat Putri Elizabeth pada tanggal 6 Mei 1643
yang tertulis, “Knowing that you are the best doctor for my soul”.
Agar dapat sepenuhnya berkonsentrasi terhadap kegiatan filosofisnya
Descartes selalu mencari kehidupan yang tenang. Ia tidak pernah
menikah. Ia sendiri mengaku sebagai Katolik yang taat dan meninggal
dalam iman tersebut. Sekalipun ia banyak menulis mengenai Tuhan,
namun Tuhan dalam filsafatnya adalah Tuhan sebagaimana dikenal dalam
filsafat, bukan Tuhan sebagamana dipahami dalam Kitab Suci. Tuhan bagi
Descartes sama dengan Substansi pada Spinoza atau Monade asali pada
Leibniz. Dengan kata lain, Tuhan yang dimaksud Descartes bukanlah
Tuhan para agamawan, melainkan Tuhan para filsuf. Descartes
menghindari diskusi-diskusi yang murni teologis. Ia sendiri
berpandangan bahwa jalan ke surga terbuka baik bagi orang-orang yang
terdidik maupun yang tidak terdidik. Misteri-misteri ilahi menurutnya
melampaui kemampuan pengetahuan manusia. Karena itu, ia hanya
membicarakan masalah dapat dipecahkan oleh rasio saja. Artinya,
pertama-tama Descartes adalah seorang filsuf dan matematikawan, dan
bukan teolog. Dan filsafatnya yang sangat rasional dan yang logis itu
tidak dapat dikatakan sebagai cerminan keyakinan religius pribadinya.

C. Peran Rene Descartes dalam Bidang Fisika


Hukum Gerak Descartes terdiri atas dua bagian, dan memprediksi hasil dari
benturan antar dua massa yang dituangkan dalam buku Principles of Philosophy:

Sejarah Fisika 11
1. Bila dua benda memiliki massa dan kecepatan yang sama sebelum terjadinya
benturan, maka keduanya akan terpantul karena tumbukkan, dan akan
mendapatkan kecepatan yang sama dengan sebelumnya.
2. Bila dua benda memiliki massa yang sama, maka karena tumbukan tersebut,
benda yang memiliki massa yang lebih kecil akan terpantul dan menghasilkan
kecepatan yang sama dengan yang memiliki massa yang lebih besar.
Sementara, kecepatan dari benda yang bermassa lebih besar tidak akan
berubah.

Gambar 2.4 Cover Buku Principles of Philosophy

Descartes telah memunculkan hukum ini berdasarkan pada perhitungan


simetris dan suatu gagasan bahwa sesuatu harus ditinjau dari proses tumbukan.
Sayangnya, gagasan Descartes memiliki kekurangan yang sama dengan gagasan
Aristoteles yaitu masalah diskontinuitas.

Descartes menerima prinsip Galileo bahwa benda-benda cenderung untuk


bergerak dalam garis lurus, dia beranggapan bahwa tidak pernah ada sembarang
ruang kosong ke dalam mana sebuah benda dapat bergerak. maka konsekuensinya
adalah satu-satunya gerak yang mungkin adalah rotasi dari suatu kumpulan
partikel-partikel. Pengaruh besar lain dari konsepsi Descartes adalah tentang fisik

Sejarah Fisika 12
alam semesta. Dia yakin, seluruh alam kecuali Tuhan dan jiwa manusia bekerja
secara mekanis, dan karena itu semua peristiwa alami dapat dijelaskan secara dan
dari sebab-musabab mekanis. Atas dasar ini dia menolak anggapan-anggapan
astrologi, magis dan lain-lain ketahayulan.

Descartes menyukai suatu alam dengan suatu mekanisme mesin jam yang
besar sekali, yaitu alam yang mekanistik, yang diciptakan oleh Tuhan dengan
suatu pasokan materi dan gerak yang tetap. Agar mesin dunia tidak “berhenti
akhirnya”, dia berasumsi bahwa kapanpun dua partikel bertumbukan, daya
dorong atau momentum total mereka harus tetap tak berubah.

Descartes mendefinisikan momentum sebagai perkalian massa dan kecepatan,


mv. Ini tidak sepunuhnya benar kecuali “kecepatan” diperlakukan sebagai sebuah
vektor yaitu suatu besaran yang memiliki arah tertentu di dalam ruang sehingga
kecepatan-kecepatan yang sama dalam arah belawanan akan saling
menghilangkan.

Descartes juga membuat kontribusi untuk bidang optik. Dia menunjukkan


dengan menggunakan konstruksi geometris dan hukum refraksi (juga dikenal
sebagai hukum Descartes atau lebih umum hukum Snell, yang menemukannya 16
tahun sebelumnya) bahwa radius sudut dari pelangi adalah 42 derajat (yaitu, sudut
subtended di mata di tepi pelangi dan sinar lewat dari matahari melalui pusat
pelangi adalah 42°).

Sistem koordinat kartesius yang ditemukan oleh Descartes tidak hanya


dipakai dalam pelajaran matematika saja. Namun, dalam ilmu fisika pun dapat
diterapkan. Misalnya, pada persamaan garis lurus, kinematika gerak, mekanika,
dan lain sebagainya. Koordinat kartesius dapat dinyatakan dalam fungsi f (x,y,z),

dan dr  idx  jdy  kdz

d  dxdydz

1. Gradien

Sejarah Fisika 13
t t t
t  i  j k
x y z
2. Divergensi
 v v y v z
.v = x  
x y z
3. Rotasional
..i.... j....k
   
xv = . .
x y z
V x .V y ..V z

 V z VVy   V V   V y VVx 
= i  j  x  z   k  
 y  z       

 
  z x  x y 

Sejarah Fisika 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rene Descartes adalah seorang filsuf, matematikawan, dan ilmuwan Prancis.
2. Penemuan Rene Descartes yang terkenal yaitu sistem koordinat kartesius,
hukum kekekalan momentum, dan hukum refraksi optik, serta tulisan-tulisan
mengenai filsafat.
3. Penemuan yang dikemukakan oleh Rene Descartes sangatlah berpengaruh
pada perkembangan ilmu fisika, misalnya sistem koordinat kartesius. Sistem
koordinat kartesius diaplikasikan pada materi persamaan garis lurus,
kinematika gerak, mekanika, dan lain sebagainya.

B. Saran
Karena keterbatasan sumber, diharapkan bagi para pembaca untuk dapat
sumber lain yang lebih akurat dan lengkap dalam menjabarkan tokoh Rene
Descartes ini.

Sejarah Fisika 15

Anda mungkin juga menyukai